Anda di halaman 1dari 48

Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober

2015
ISSN 2085-1677

IDENTIFIKASI LARVA SPESIES NYAMUK SEBAGAI FAKTOR RESIKO DI SEKITAR


RUMAH PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN MUARA JAMBI 2015

Susy Ariyani, Bambang Ariyadi, Emilia Chandra


Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi

ABSTRAK

Di beberapa daerah Indonesia endemisitas filariasis cukup tinggi, dikarenakan perilaku


nyamuk sebagai vektor turut menentukan penyebarluasan filariasis yaitu salah satunya dengan
didominasi terhadap spesies nyamuk lainnya yang ditunjukan dengan kepadatan tinggi disuatu
daerah endemis dan mudahnya ditemukan tempat perindukan nyamuksebagai factor
risikofilariasis .Menurut data profil kesehatan Provinsi Jambi tahun 2014, daerah yang
merupakan endemis filariasis ada 4 kabupaten di Provinsi Jambi salah satunya yang masih
sangat tinggi ada di kabupaten Muara Jambi dan menurut data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Muara Jambi tahun 2014 terdapat 130 orang penderita kronis filaria.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies larva nyamuk sebagai faktor
resiko filariasis disekitar rumah penderita filariasis di Kabupaten Muara Jambi tahun 2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptip dengan survey spesies larva nyamuk
sebagai factor risiko filariasis disekitar disekitar rumah penderita filariasis. Sampel yang diambil
dalam penelitian adalah semua larva spesies nyamuk sebagai faktor resiko disekitar rumah
penderita filariasis dari 1 Kecamatan yang tertinggi jumlah penderita filariasi yaitu 42 orang di
Kecamatan Muara Kumpeh Kabupaten Muara Jambi.
Hasil penelitian ada ditemukan larva nyamuk sebagai faktor risiko filariasis di sungai 3
ekor larva nyamuk Anopheles sp, kolam ikan/lagun 1 ekor larva nyamuk mansonia sp dan
rawa-rawa 2 ekor larva nyamuk mansonia sp. Hasil jarak yang ditemukan tempat
berkembangbiak larva nyamuk disekitar rumah penderita sebagai factor filariasis yaitu Sungai
dengan jarak 50 m ada 18 unit rumah (45%), kolam ikan/lagun jarak 5 m dari rumah penderita
ada 5 unit (12,5%), sedangkan rawa-rawa jarak > 100 m rumah penderita ada 17 unit (42,5%).
Kesimpulan ada diketahui larva spesies nyamuk di sungai sebagai factor risiko
filariasis ditemukan 3 ekor larva nyamuk Anopheles sp, kolam ikan/lagun 1 ekor larva nyamuk
mansonia sp dan rawa-rawa 2 ekor larva nyamuk mansonia sp. diketahui jarak tempat
berkembangbiak larva nyamuk (sungai, kolam ikan/lagun dan rawa-rawa) sebagai fator risiko
filariasi sdisekitar rumah penderita.Maka ada peluang besar jarak terbang nyamuk kurang 200
m dapat sebagai factor risiko filariasis.

Kata Kunci: Penderita filariasis, jarak faktor risiko filariasis, larva spesies nyamuk.

PENDAHULUAN

Penyebaran filariasis diperkirakan kronis filariasis yang dilaporkan sampai


40 juta orang menderita penyakit serius ini tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus.
(NIAD, 2003 dalam Sembel, 2009) Menurut (Sembel, 2009) dan
sementara WHO (2000a) memperkirakan Gandahusada, 2008) Vektor penyakit
bahwa sekitar 20% penduduk dunia filariasis ini adalah genus-genus
beresiko terinfeksi penyakit ini, yaitu Anopheles, Culex,Aedes dan Mansonia. Di
diantara salah satunya negara di Asia. beberapa daerah Indonesia endemisitas
Menurut data (Ditjen PP&PL, 2009) filariasis cukup tinggi, dikarenakan perilaku
kabupaten/kota di Indonesia, jumlah kasus nyamuk sebagai vektor turut menentukan
penyebarluasan filariasis yaitu salah
161
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

satunya dengan didominasi terhadap puskesmas Kabupaten Muaro Jambi tahun


spesies nyamuk lainnya yang ditunjukkan 2014 dari 9 Kecamatan di Kabupaten
dengan kepadatan tinggi disuatu daerah Muaro Jambi.Besar sampeldiambil dengan
endemis dan mudahnya ditemukan tempat teknik total samplig yaitu larva yang berada
perindukan nyamuk (Gandahusada, 2008 disekitar penderita filariasi sebanyak 42
dan Adang, 1985). orang di kecamatan Kumpeh Ulu
Salah satu tempat perindukan Kabupaten Muaro Jambi. Waktu penelitian
nyamuk Penyebaran filariasis ada dilaksanakan dalam waktu 3 minggu di
kaitannya dengan jarak terbang yang paling bulan Juli 2015.
efektif antara tempat perindukan dan Carapengumpulan data
sumber makanan darah yang berbeda- dilaksanakandengan melakukan survei dan
beda, dan jarak terbang nyamuk pengambilan sampel larva nyamuk dari
Anopheliniadalah 1-3 mil atau 1,6-4,8 km tempat berkembangbiaknya larva nyamuk
dan jarak terbang nyamuk culicini biasanya yaitu sungai, kolam dan rawa-
hanya berpuluh meter saja akan tetapi ada rawa.Kemudian dilakukan identifikasi larva,
jarak terbang yang jauh kira-kira 30 km melakukan pengukuran jarak rumah
yaitu Aedes Vexans (Gandahusada, 2008). penderita dengan lokasi tempat perindukan
Penularan filariasis terjadi apabila nyamuk. Tahap persiapan yaitu mengurus
ada lima unsur utama yaitu sumber penular izin penelitian dan mengumpulkan data
(manusia dan hewan sebagai reservoir), sekunder, menentukan tempat
parasit (cacing), vector (nyamuk), manusia pengambilan sampel larva spesies disekitar
yang rentan (host), lingkungan(fisik, rumah penderita filariasis. Observasi awal
biologik, ekonomi dan sosial budaya) pada beberapa tempat perindukan nyamuk
(Depkes, 2009). disekitar rumah penderita filariasis,
Menurut data profil kesehatan mempersiapkan alat untuk pengambilan
Provinsi Jambi tahun 2014, daerah yang larva. Tahap Pelaksanaan yaitu mengukur
merupakan endemis filariasis ada 4 jarak lokasi rumah penderita dengan
kabupaten di Provinsi Jambi salah satunya tempat perindukan nyamuk, mengambil
yang masih sangat tinggi ada di kabupaten larva nyamuk dengan menggunakan
Muaro Jambi dan menurut data dari Dinas cidukan larva nyamuk memindahkan
Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi tahun kebotol larva, Larva nyamuk dibawa
2014 terdapat total 130 orang penderita kelaboratorium siap diidentifikasi sesuai
kronis filariasis. Berdasarkan dari latar dengan buku kunci identifikasi larva
belakang inilah peneliti tertarik untuk nyamuk.
meneliti identifikasi larva spesies nyamuk Alat dan bahan:. ATK, Botol tempat
disekitar rumah penduduk penderita larva, cidukkan larva, kertas larva, Senter,
filariasis di kabupaten Muara Jambi tahun Mikroskop, Pipet, objek glass, Termometer
2015. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan Hygrometer
spesies larva nyamuk sebagai faktor resiko Analisa data dilakukan secara
filariasis disekitar rumah penderita filariasis univariat yaitu dengan melakukan
di kabupaten Muara Jambi tahun 2015 interprestasi data kedalaam penyajian yang
lebih sederhana dan mudah untuk
dipahami bentuk dari penyajian data
berupa texture, tabulasi dan tampilan
BAHAN DAN CARA KERJA distribusi frekuensi berdasarkan variabel
yang diteliti.
Jenis dan Desain Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan metode
survey spesies larva nyamuk. Survey
dilakukan disekitar rumah penderita HASIL DAN PEMBAHASAN
filariasis. Lokasi penelitian ini dilaksanakan
di Kecamatan Kumpeh Ulu di Kabupaten Berdasarkan hasil penelitian ini
Muaro Jambi. karekteristik responden penderita dapat
Populasi dalam peneliti adalah dijelaskan dengan menggunakan data
semua spesies larva nyamuk sebagai faktor umum meliputi umur, jenis kelamin,
resiko filariasis yang ada disekitar rumah pendidikan dan pekerjaan. Sampel
penderita filariasis sebanyak 42 penderita, penelitian ini berjumlah 40 responden dari
berdasarkandata penderita kronis filaria 42 reponden penderita filariasis dimana

162
Identifikasi Larva Spesies Nyamuk sebagai Faktor Resiko di.....
2015
Susy Ariyani, Bambang Ariyadi, Emilia Chandra

data yang diambil pada saat survey Berdasarkan hasil penelitian untuk
penderita filariasis itu berkurang pekerjaan petani jumlah penderita filariasis
dikarenakan penderita filariasis meninggal. yang paling banyak yaitu 25 orang (62,5%).
Untuk karakteristik penderita filariasis dapat Hasil penelitian dari penderita sewaktu
dilihat pada tabel1: diwawancara oleh peneliti maka ada
kemungkinan faktor risiko filariasis dapat
dilihat dengan pekerjaan penderita
Tabel 1 Data Karakteristik Usia filariasis.
Responden Filariasis di Kecamatan Berdasarkan hasil penelitian
Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro karekteristik tempat berkembang biak larva
Jambi Tahun 2015. nyamuk dan jarak rumah penderita dan
Karakteristik Jumlah Penderita
Umur
spesies larva nyamuk yang diidentifikasi
Responden N % sebagai faktor filariasis dianilisis dengan
< 40 Tahun 6 15 menggunakan univariat. Hasil data
> 40 Tahun 34 85 univariat dilihat pada table 3 sebagai
Total 40 100 berikut:

Umur responden filariasis dengan penderita Tabel 3. Data Karekteristik Tempat


yang kurang dari 40 tahun yaitu ada 6 Berkembang Biak Larva Nyamuk di
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten
orang (15%) dan umur responden
Muaro Jambi Tahun 2015
penderita yang lebih dari 40 tahun ada 34
orang (85%). Umur mempengaruhi risiko
filariasis berkaitan dengan tingkat
penularan filariasis yang relatif rendah dan
tidak mudah terdeteksi. Penderita biasanya
baru mengetahui penyakitnya setelah
timbul gejala kronis berupa pembengkakan
di kaki maupun tangan.
Karekteristik jenis kelamin
penderita filariasis laki-laki 25 orang (62,5
%) lebih banyak dari penderita perempuan
15 orang (37,5%). Karekteristik tingkat
pendidikan penderita filariasis yang jumlah Berdasarkan karekteristik tempat
yang paling banyak tidak tamat SD yaitu 18 berkembang biaknya larva nyamuk
orang (45%) . menunjukkan bahwa pH sungai berkisar 5,
kolam ikan/lagun pH 6 dan pH 5
Tabel 2. Data karakteristik Identitas untukrawa-rawa sedangkan suhu rata-rata
Responden filariasis di Kecamatan pada penelitian ini yaitu 29-32ºC. untuk
Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro kedalam air pada sungai antara ukuran 10-
Jambi tahun 2015. 25 cm, kolam ikan/lagun 25-75 cm dan
rawa-rawa ukuran kedalamannya 25-75 cm
sedangkan kondisi perairan semuanya
berlumpur. Kondisi air sungai mengalir
pelan untuk kolam ikan/lagun air tergenang
begitu pula kondisi air rawa-
rawatergenang.Tanaman rumput yang
ditemukan pada sungai dan rawa-rawa
adalah rumput, untuk kolam ikan/lagun
tanaman rumputnya yaitu eceng gondok.

163
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

Tabel 4. Data Tempat berkembang biak bahwa nyamuk pada umumnya mempunyai
larva nyamuk dan jarak dari rumah daya terbang sejauh 50-100 meter.
penderita di Kecamatan Kumpeh
Ulu Kabupaten Muaro Jambi
Menurut (Sigit dkk,2006) beberapa jenis
Tahun 2015. nyamuk antara lain nyamuk Aedes mampu
terbang sampai 320 m. Jarak terbang
nyamuk pada umumnya adalah 1-2 Km.
Berdasarkan hasil penelitian ini
juga sesuai pada tinjauan pustaka menurut
(Brown,1983) Jarak terbang Anopheles
biasanya 0,5 hingga 3 kilometer, Aedes
mampu terbang sejauh 2 kilometer
walaupun pada umumnya jarak terbangnya
adalah pendek yaitu kurang lebih 40 meter.
Jarak terbang Culex umumnya 1 hingga 1,5
Berdasarkan tabel 4 ditemukan kilometer.
sebagai tempat berkembangbiak larva Hasil penelitian untuk data
nyamuk yaitu Sungai dengan jarak 50 m karekteristik tempat berkembangbiak larva
dari rumah penderita ada 18 unit rumah nyamuk atau habitat (breeding place) maka
(45%), kolam ikan/lagun jarak 5 m dari lokasi penelitian yang meliputi adalah
rumah penderita ada 5 unit (12,5%), sungai kolam ikan/lagun dan rawa-rawa.
sedangkan rawa-rawa jarak > 100 m rumah Sejalan penelitian (Santoso, 2010) faktor
penderita ada 17 unit (42,5%). lingkungan luar rumah yang dimaksud
Berdasarkan hasil penelitian adalah yang terkait dengan tempat
karekteristik tempat berkembangbiak larva perkembangbiakan nyamuk sebagai vektor
nyamuk dengan spesies larva nyamuk dari penyakit ini. Faktor ini meliputi air yang
yang diidentifikasi sebagai faktor filariasis tergenang, sawah, rawa-rawa, tumbuhan
dianilisis dengan menggunakan univariat. air, dan semak. Penelitian di Bone
Hasil data univariat dilihat pada tabel Bonango Provinsi Gorontalo (Uloli R, 2008)
5sebagai berikut lingkungan rawa yang buruk sebagai
tempat perindukkan nyamuk dapat menjadi
factor risiko dua kali lebih besar dalam
Tabel 5 Data Tempat Berkembang Biak Larva menularkan filariasis.
Nyamuk dengan Spesies Larva Kondisi wilayah penelitian ini
Nyamuk di Kecamatan Kumpeh Ulu
dilaksanakan yaitu pada musim kemarau
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2015.
dimana sungai, kolam ikan/lagun dan rawa-
Tempat Spesies Larva Nyamuk rawa rata-rata dengan kondisi fisik pHnya
berkembang biak yaitu 5- 6 , dan suhu rata-rata 29-32ºC.
larva nyamuk Mansonias Anopheles
p sp
Dasar perairan sungai, kolam ikan/lagun
Sungai - 3 dan rawa-rawa yaitu dalam keadaan surut
Kolamikan/lagun 1 - atau dangkal dan berlumpur kedalam air
Rawa-rawa 2 - antara 10 - 125 cm, beda kolam ikan/lagun
dan rawa-rawa yaitu 25-75 cm. Kondisi air
sungai yaitu mengalir pelan sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian pada kolam ikan/lagun dan rawa-rawa yaitu
tergenang.
tabel 5 data keberaadaan tempat
Tanaman air yang ada ditemukan
berkembangbiak larva nyamuk ada
disungai adalah rumput, sedangkan kolam
ditemukan larva nyamuk di sungai sebagai
ikan/lagun tanaman airnya yaitu eceng
factor risiko filariasis ditemukan 3 ekor larva
gondok dan tanaman yang ditemukan
nyamuk Anopheles sp, kolam ikan/lagun 1
ekor larva nyamuk mansonia sp dan rawa- paling banyak dirawa-rawa adalah tanaman
rumput. Tempat perindukan bagi nyamuk
rawa 2 ekor larva nyamuk mansonia sp.
Hasil penelitian ini sejalan dengan vektor Mansonia terdapat di daerah yang
berawa-rawa (Dep.Kes.RI,2005).
tinjauan pustaka, yaitu ada peluang besar
apabila jarak terbang nyamuk kurang 200 Sejalan penelitian Ardias dkk.
tahun 2012 dan Brown pada tahun 1983
m dari tempat perindukkan nyamuk (sungai,
Jarak terbang Anopheles biasanya 0,5
kolam ikan/lagun dan rawa-rawa) sebagai
faktor risiko filariasis, sejalan dengan teori hingga 3 kilometer, Aedes mampu terbang
sejauh 2 kilometer walaupun pada

164
Identifikasi Larva Spesies Nyamuk sebagai Faktor Resiko di.....
2015
Susy Ariyani, Bambang Ariyadi, Emilia Chandra

umumnya jarak terbangnya adalah pendek memungkinkan untuk terjadinya tempat


yaitu kurang lebih 40 meter. Jarak terbang berkembangbiak larva nyamuk sebagai
Culex umumnya 1 hingga 1,5kilometer. faktor risiko filiariasis (Depkes, 2009) akan
Hasil penelitian untuk data tetapi pada penelitian ini genangan air tidak
karekteristik tempat berkembangbiak larva ditemukan karena musim kemarau.
nyamuk atau habitat (breeding place) maka Kondisi lingkungan, seperti daerah
lokasi penelitian yang meliputi adalah hutan, persawahan, rawa-rawa yang sering
sungai kolam ikan/lagun dan rawa-rawa. ditumbuhi tumbuhan air dan saluran air
Sejalan penelitian (Santoso,2010) faktor limbah dan parit adalah salah satu habitat
lingkungan luar rumah yang dimaksud yang baik untuk pertumbuhan nyamuk
adalah yang terkait dengan tempat spesies tertentu termasuk dekat dari rumah
perkembangbiakan nyamuk sebagai vektor penderita sehingga juga dapat menjadi
dari penyakit ini. Faktor ini meliputi air yang factor risiko filariasis
tergenang, sawah, rawa-rawa, tumbuhan (Sumarni&Soeyoko,1998).
air, dan semak. Dan menurut hasil laporan Larva Mansoniasp dan Culexsp
penelitian di Bone Bonango Provinsi sebanyak 20 ekor pada akar tanaman
Gorontalo (Uloli R, 2008) lingkungan rawa rumput air. Keberadaan
yang buruk sebagai tempat perindukkan rawa/kubangan/parit dapat menjadi tempat
nyamuk dapat menjadi factor risiko dua kali yang potensial untuk berkembangbiak
lebih besar dalam menularkan filariasis. nyamuk, karena di rawa/kubangan/parit
Kondisi wilayah penelitian ini paling banyak di jumpai tanaman air seperti
dilaksanakan yaitu pada musim kemarau alga hijau (Chlorophyta) di daerah Kambas
dimana sungai, kolam ikan/lagun dan rawa- Kalimantan Barat yang sangat dekat rumah
rawa rata-rata dengan kondisi fisik pHnya sehingga memudahkan kontak dengan
yaitu 5- 6 , dan suhu rata-rata 29-32ºC. manusia dan dapat menjadi faktor risiko
Dasar perairan sungai, kolam ikan/lagun filariasis. Berbeda pada penelitian
dan rawa-rawa yaitu dalam keadaan surut (Sarungu, 2012) pada Kabupaten
atau dangkal dan berlumpur kedalam air KepulauanYapen Papua menemukan
antara 10 - 125 cm, beda kolam ikan/lagun keberadaan larva An. Farauti pada kolam
dan rawa-rawa yaitu 25-75 cm. Kondisi air buatan manusia atau payau sebagai
sungai yaitu mengalir pelan sedangkan tempat berkembangbiak nyamuk dan
kolam ikan/lagun dan rawa-rawa yaitu berpotensi sebagai faktor filariasis.
tergenang. Berbeda dengan penelitian yang dilaporkan
Tanaman air yang ada ditemukan oleh (Santoso dkk,2014) yaitu
disungai adalah rumput, sedangkan kolam penangkapan nyamuk dewasa pada
ikan/lagun tanaman airnya yaitu eceng daerah Kabupaten Muaro Jambi yaitu
gondok dan tanaman yang ditemukan dengan penangkapan nyamuk yang
paling banyak dirawa-rawa adalah tanaman dilakukan di wilayah Kabupaten Muaro
rumput. Tempat perindukan bagi nyamuk Jambi dengan mendapatkan spesies
vektor Mansonia terdapat di daerah yang nyamuk yang paling banyak tertangkap
berawa-rawa ( Depkes RI, 2005). adalah Mansonia uniformis sebagai
Berdasarkan hasil survey penelitian tersangka vector filariasis. Hasil penelitian
tempat berkembangbiak larva nyamuk di ini juga menunjukan adanya kemungkinan
sungai, kolam ikan/lagun dan rawa-rawa faktor risiko filariasis masih tinggi dimana
rata-rata pH yang di ukur antara pH 5 - 6, nyamuk Ma.uniformis telah dikonfirmasi
menurut (DepKes,2007) tempat sebagai vektor filarisis di wilayah Sumatera.
perkembangbiakan larva nyamuk sungai, Berdasarkan laporan World Health
kolam ikan/lagun dan rawa-rawa pH sekitar Organization (WHO,1992), vektor filariasis
6 (asam) kondisi permukaan air tidak selalu di daerah endemis filarisis di Asia Selatan
tetap dan terdapat tumbuhan air tertentu yang disebabkan oleh B.malayi tipe
yang merupakan inang bagi vektor periodik adalah An.anthropophagus,
filariasis. An.barbirostris, An.campestris, An.donaldi,
Tempat berkembangbiak larva An.kweiyangensis, An.sinensis,
nyamuk tidak saja dapat terjadi oleh An.nigerimus, Ma.annulata, Ma.annulifera,
adanya air yang cukup atau banyak seperti Ma.uniformis, Ma.bonneae, Ma.dives
sungai,atau kolam ikan/lagun atau rawa- Ma.Indiana, Ae.kiangensis dan Ae.togoi.
rawa saja genangan air pun dapat Sedangkan vektor untuk B.malayi tipe

165
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

subperiodik nokturna adalah Ma.annulata, dengan Kejadian Filariasis di Distrik


Ma.bonneae, Ma.dives, dan Ma.uniformis. Windesi Kabupaten Kepulauan Yapen
Provinsi Papua, Jurnal Kesling Indonesia
vol. 11 No. 1/April
Sumarni S, Soeyoko. 1998, Filariasis malayi di
wilayah Puskesmas Cempaka Mulia,
KESIMPULAN Sampit, Kalimantan Tengah, Berita
Kedokteran Masyarakat; XIV (3):143 –48.
Diketahui larva spesiesnyamuk di Uloli R, Soeyoko, Sumarni, 2008. Analisis
sungai sebagai faktor risiko filariasis Faktor–Faktor Risiko Kejadian Filariasis
ditemukan 3 ekor larva nyamuk Anopheles Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 24,
sp, kolam ikan/lagun 1 ekor larva nyamuk No. 1, Marethal 44-50 diakses internet
mansonia sp dan rawa-rawa 2 ekor larva www.berita-kedokteran-
nyamuk mansonia sp. masyarakat.org/index.php/BKM/article/.../
57tanggal 10 Agustus 2015.
Diketahui jarak tempat WHO,2000,Preparing and Implementing a
berkembangbiak larva nyamuk(sungai, kolam National Plan to Eliminate Lymphatic
ikan/lagun dan rawa-rawa) sebagai faktor Filariasis and Implementing a National
risiko filariasis disekitar rumah penderita. Plan to Eliminate Lymphatic
Maka ada peluang besar jarak terbang Filariasis.Geneva
nyamuk kurang 200 m dapat sebagai faktor
risiko filariasis.

DAFTAR PUSTAKA

Ardias, Onny Setiani, Yusniar Hanani D, 2012.


Faktor Lingkungan dan Perilaku
Masyarakat yang Berhubungan dengan
Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
Vol. 11 No. 2 / Oktober
Brown, H.W. 1983. Dasar Parasitologis Klinis.
PT.Gramedia. Jakarta
Depkes RI, 2009 Pedoman Program Eliminasi
Filariasis di Indonesia, DitJen PP&PL
Jakarta
Depkes RI, 2006 Epidemiologi Filariasis, Ditjen
PP & PL, Jakarta.
Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2005 Epidemiologi
penyakit kaki gajah (filariasis) di
Indonesia Jakarta diakses di internet
tanggal 7 Juli 2015
(http//www.e.journal.litbang.depkes.go.id/
indek.php/BPK/article/view
file/2150/1120)
Gandahusada, 2008, Parasitologi Kedokteran
FKUI Jakarta
Santosoet al, 2014, Penentuan jenis nyamuk
mansonia sebagai tersangka vector
filariasis Brugia Malayi dan hewan
zoonosis di KabupatenMuaro Jambi,
Media Litbangkes, vol.24. no.4.
desember, 181-190.
Sembel,DT, 2009. Entomologi Kedokteran, CV.
Andi Offset, Yogyakarta
Sigit HS, Hadi UK, 2006. Hama permukiman
indonesia, pengenalan, biologi dan
pengendalian. Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor hal: 27-
33
Sarungu Y dkk., 2012, Faktor Risiko Lingkungan
dan Kebiasaan Penduduk Berhubungan
166
Artikel Penelitian

IDENTIFIKASI LARVA NYAMUK JKMA


PADA TEMPAT PENAMPUNGAN AIR Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
diterbitkan oleh:
DI PADUKUHAN DERO CONDONG Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
CATUR KABUPATEN SLEMAN p-ISSN 1978-3833
e-ISSN 2442-6725
Diterima 17 Februari 2016 10(2)172-178
Disetujui 10 Agustus 2016 @2016 JKMA
Dipublikasikan 1 September 2016 http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/

Fitri Nadifah1 , Nurlaili Farida Muhajir1, Desto Arisandi1, Maria D. Owa Lobo1
Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Depok Sleman
1

Abstrak
Penyakit menular yang disebabkan oleh vektor seperti demam berdarah dengue, malaria, filariasis,
encephalitis, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Demam
berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes sp yang terinfeksi virus Dengue. Nyamuk Aedes sp berkembangbiak di tempat-tem­
pat penampungan air yang mengandung air jernih atau air yang sedikit terkontaminasi. Peneli­
tian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis larva nyamuk yang ditemukan di tempat penampungan
air dan menghitung kepadatan larva nyamuk di RT 04 RW 15 Padukuhan Dero, Desa Condongcatur.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan desain penelitian adalah Cross sectional. Pengambilan sampel
dilakukan di 50 rumah yang berada di RT 04 RW 15 Padukuhan Dero Desa Condongcatur. Hasil pene­
litian menunjukkan bahwa jenis larva nyamuk yang ditemukan di tempat penampungan air di RT
04 RW 15 Padukuhan Dero, Desa Condongcatur adalah larva Aedes aegypti. Wilayah ini berisiko
tinggi untuk penularan DBD dengan kepadatan larva nyamuk masing-masing untuk House Index (HI)
adalah 44%, Container Index (CI) adalah 17,8% dan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang di bawah 95%, yaitu
sebesar 56%.
Kata Kunci: larva, nyamuk, penampungan air

LARVAE IDENTIFICATION IN WATER CONTAINER IN DERO VILLAGE,


CONDONG CATUR OF SUBDISTRICT SLEMAN
Abstract
Infectious diseases caused by vectors such as dengue fever, malaria, filariasis, encephalitis, is a public health
problem in the world, including Indonesia. Mosquitoes can be annoying humans and animals through the
bite as well as act as vectors of some diseases in humans and animals that comprises a variety of parasites
and viruses. Dengue hemorrhagic fever is a disease caused by the dengue virus is transmitted to humans
through the bite of an infected mosquito Aedes sp. Aedes sp mosquitoes breed in shelters water contai­
ning clear water or water slightly contaminated. This study aimed to identify the type of mosquito larvae
larvae in water reservoirs and to compute the density of mosquito larvae in RT 04 RW 15 Dero Village
of Condong Catur village. This was a descriptive research with cross sectional method. Sampling was con­
ducted in 50 houses located in RT 04 RW 15 Dero Village, Condong Catur District of Sleman Regency.
The results showed that the type of mosquito larvae that were found in water container is Aedes aegypti.
This area has a high risk in dengue fever infection spreding with the density of mosquito larvae for House
Index (HI) and Container Index (CI) 44% dan 17,8%, respectively. The Free Larva number is 56% below
government standard which is 95%.
Keywords: mosquoito larva, water container

Korespondensi Penulis:
Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta, Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Depok Sleman
Telepon/HP: 0896 0536 7007 Email : fitri@gunabangsa.ac.id

172
Nadifah, Muhajir, Arisandi, Lobo | Identifikasi Larva Nyamuk Pada Tempat Penampungan Air

Pendahuluan 2013 sebanyak 48 kasus sedangkan pada ta­


Penyakit menular yang disebabkan oleh hun 2014 terdapat 40 kasus DBD. RT 04 RW
vektor (vector borne disease) seperti demam 15 padukuhan Dero, desa Condongcatur.
berdarah dengue (DBD), malaria, filariasis Wilayah ini banyak terdapat perumahan dan
(kaki gajah), dan Japanese B. Enchephalitis, kos-kosan oleh adanya universitas serta sekolah
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat kejuruan menengah atas menjadikan wilayah
di dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan se­ inikondisi pemukimannya cukup padat dan
jumlah penelitian yang telah dilakukan menun­ kurang tertata.Wilayah ini memperoleh suplai
jukkan bahwa saat ini terjadi perubahan iklim air dari sumur gali dan PDAM yang mengalir
global yang berpengaruh terhadap perubahan setiap hari sehingga dijumpai tempat-tempat
risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh penampu­ngan air baik di dalam rumah mau­
vektor penyakit terutama nyamuk.(1) pun di luar rumah.Selain itu pada saat musim
Nyamuk dapat mengganggu manusia hujan ba­nyak terdapat genangan sisa air hujan
dan binatang melalui gigitannya serta berpe­ di sekitar rumah warga.
ran sebagai vektor penyakit pada manusia dan RT 04 RW 15 merupakan salah satu
binatang yang penyebabnya terdiri atas ber­ RT-RW yang berada di Pedukuhan Dero, Desa
bagai macam parasit dan virus. Demam berda­ Condongcatur. Wilayah ini banyak terdapat
rah dengue (DBD) adalah penyakit yang dise­ perumahan dan kos-kosan d i k a r e n a k a n
babkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, w i l a y a h i n i t e r d a p a t u n versitas ser­
famili Flaviviridae. Demam berdarah dengue ta­s ekolah k ejuruan dan m ene­ ngah atas
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk menjadikan wilayah ini kondisi pemukiman­
Aedes sp yang terinfeksi virus dengue. Nyamuk nya cukup padat dan kurang tertata. Wilayah
Aedes sp berkembangbiak di tempat-tempat ini memperoleh suplai air dari sumur gali dan
penampungan air yang mengandung air jernih PDAM yang mengalir s etiap h ari s ehingga
atau air yang sedikit terkontaminasi seperti d i j u mp ai t empat-tempat p enampungan air
bak mandi, tangki penampungan air, ember, b aik di dalam maupun di luar rumah. Selain
vas bunga, kaleng bekas, kantong plastik bekas, itu pada saat musim hujan banyak terdapat
ban bekas, tempurung kelapa, dan pelepah ta­ genangan sisa air hujan di sekitar rumah warga.
naman.(2) Masih banyak warga yang kurang peduli
Demam berdarah dengue (DBD) banyak dengan kebersihan dan tingkat kesadaran war­
ditemukan di daerah tropis dan sub tropis. ga yang masih rendah terutama dalam mem­
Data dari seluruh dunia menunjukan Asia bersihkan tempat-tempat penampungan air
menempati urutan pertama dalam jumlah pen­ baik di dalam rumah maupun di luar rumah
derita DBD setiap tahunnya. World Health Or­ serta tempat-tempat yang menampung air hu­
ganization (WHO) mencatat negara Indonesia jan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi Berdasarkan observasi yang dilakukan, di be­
di Asia Tenggara . Menurut data Departemen berapa rumah penduduk masih ditemukan lar­
Kesehatan RI pada awal tahun 2007 jumlah va nyamuk pada tempat-tempat penampu­ngan
penderita DBD telah mencapai 16.803 orang air di dalam rumah.Kondisi tersebut dapat
dan 267 orang diantaranya meninggal dunia.(3) meningkatkan perkembangan vektor penyebab
Kabupaten Sleman merupakan salah penyakit dan beresiko terjadi peningkatan jum­
satu daerah endemis DBD.Berdasarkan data lah kasus seperti DBD, malaria, cikungunya
Dinas Kesehatan DI Yogyakarta, kasus DBD dan filariasis.(4)
tahun 2014 di Kabupaten Sleman sebanyak Nyamuk dalam hidupnya mengalami
274 kasus. Kecamatan Depok merupakan salah berbagai fase perkembangan dimulai dari telur,
satu kecamatan dengan kasus DBD ter­tinggi di larva, pupa, dan dewasa.Stadium telur, larva,
Kabupaten Sleman. Berdasarkan data pasien dan pupa hidup di dalam air, sedangkan dewa­
DBD di Puskesmas Depok II, jumlah kasus sa hidup di udara. Stadium larva merupakan
DBD terbanyak di desa Condongcatur tahun stadium penting karena gambaran jumlah lar­

173
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 172-178

va akan menunjukan populasi dewasa, selain menampung air diperiksa apakah ada larva
itu stadium larva juga mudah diamati dan atau tidak, dan dicatat jenis kontainernya.
dikendalikan karena berada di tempat perindu­ Sampel larva nyamuk diambil dari 50
kan (air).(5) rumah penduduk yang berada di RT 04 RW
Tempat perkembangbiakan nyamuk 15 Padukuhan Dero, Desa Condong catur. Re­
disebut tempat perindukan, tempat ini me­ agen yang digunakan adalah alkohol 70%. Alat
rupakan bagian paling penting dalam siklus yang diguanakan adalah botol/wadah tertutup,
hidup nyamuk, karena melalui tempat perin­ gayung, pipet pasteur, obyek glass, deck glass,
dukan ini kelangsungan siklus hidup nyamuk dan mikroskop.
dapat berlangsung dengan normal. Larva Ae­ Identifikasi larva nyamuk dilakukan
des dapat ditemukan pada genangan-genangan dengan mengambil larva dari tempat penam­
air bersih dan tidak mengalir.(6,7) Larva nyamuk pungan air (kontainer) dengan menggunakan
Aedes dapat ditemukan di lokasi seperti bak gayung/cidukan kemudian dimasukan ke da­
mandi, drum-drum berisi air, kaleng dan bo­ lam botol dan diberi label untuk selanjutnya
tol bekas, tempurung kelapa, bangkai mobil dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
dan di lubang-lubang pohon yang berisi air. Sebelum proses identifikasi, larva dikeluarkan
(8)
Pengendalian vektor nyamuk di RT 04 RW dari botol dengan menggunakan pipet pas­
15, Pedukuhan Dero, Desa Condongcatur teur kemudian direndam dalam alkohol 70%. Larva
dapat dilakukan dengan pemberantasan vek­ nyamuk diletakkan di atas obyek glass dan ditutup de­
tor nyamuk di rumah-rumah penduduk untuk ngan deck glass kemudian diamati di bawah mikroskop
memutuskan rantai kehidupan nyamuk. Pe­ perbesaran lensa obyektif 10 x. Larva nyamuk diidenti­
ngetahuan tentang kepadatan vektor nyamuk fikasi spesiesnya dengan menggunakan buku atlas pa­
di wilayah tersebut, jenis vektor serta tempat rasitologi.
perindukan yang disukai vektor penting untuk Pada masing-masing tempat penampu­
diketahui agar kegiatan penanggulangan lebih ngan air yang mengandung larva, cukup diam­
efektif. Untuk itulah peneliti mencoba melaku­ bil satu larva kemudian diidentifikasi di bawah
kan penelitian guna mengetahui hal-hal di atas. mikroskop. Dari sini akan didapat berbagai
indeks larva yaitu: House Index (HI), Container
Metode Index (CI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ).
Penelitian dilakukan pada bulan Febru­
ari 2015 di RT 04 RW 15 Padukuhan Dero, Hasil
Desa Condongcatur.Pemeriksaan sampel lar­ Berdasarkan penelitian yang dilaku­
va nyamuk dilakukan di Laboratorium Klinik kan di RT 04 RW 15 Padukuhan Dero, Desa
STIKes Guna Bangsa Yogyakarta. Jenis peneli­ Condongcatur terdapat 50 rumah dengan 157
tian yang digunakan adalah deskriptif melipu­ kontainer. Berdasarkan penelitian ini, dari 50
ti pengambilan data, analisis, dan interpretasi rumah yang diperiksa ditemukan 20 rumah
tentang hasil yang diperoleh (Sugiyono, 2002). yang positif larva nyamuk dan dari 157 kon­
Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan tainer yang diperiksa ditemukan 28 kontainer
jenis dari larva nyamuk, kepadatan larva dan yang positif larva nyamuk. Berdasarkan peme­
jenis kontainer yang menjadi tempat perindu­ riksaan laboratorium yang dilakukan, jenis lar­
kan larva Variabel dalam penelitian ini ada­ va yang ditemukan adalah larva Aedes aegypti.
lah variabel tunggal, yaitu larva nyamuk yang Berdasarkan Tabel 2, tempat penampu­
ditemukan pada tempat-tempat penampungan ngan air yang paling banyak ditemukan larva
air di rumah-rumah penduduk. nyamuk adalah kaleng bekas, ember bekas,
Pengumpulan data diperoleh dengan gentong, dispenser, dengan angka CI ma­sing-
cara survei larva di berbagai tempat perindu­ masing sebesar 100%, 71,4%, 50%, dan 25%.
kan nyamuk di tiap-tiap rumah pen­ Tempat penampungan air seperti bak man­
duduk. Survei dilakukan dengan cara Si­­­­ng­ di dan ember penampung air dengan angka
le Larva Methode. Semua tempat yeng dapat CI masing-masing sebesar 16% dan 6,25%.

174
Nadifah, Muhajir, Arisandi, Lobo | Identifikasi Larva Nyamuk Pada Tempat Penampungan Air

Tabel 1 Distribusi kepadatan larva nyamuk


Indeks Larva
Jumlah
(%)
Objek Di Posi- Nega-
perik- tif tif HI CI ABJ
sa larva larva
Rumah 50 22 28 44 - 56
Kontainer 157 28 129 - 17,8 -
Gambar 1. Hasil pemeriksaan secara mikroskopis
morfologi larva Aedes aegypti: a. bagian kepa­
Tempat penampungan air seperti pot bunga, la, toraks dan abdomen; b. bagian siphon
akuarium, kulkas, kolam ikan, dan bekas ko­
lam ikan tidak ditemukan larva nyamuk se­ dan Angka Bebas Jentik (ABJ = 56%). Suatu
hingga didapatkan angka CI sebesar 0%. wilayah dikatakan risiko tinggi untuk penu­
laran DBD jika HI ≥ 10%, CI ≥ 5% dan ABJ
Pembahasan ≤ 95%. Angka House Index (HI) di RT 04
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui RW 15 Padukuhan Dero, Desa Condongca­
bahwa jenis larva nyamuk yang ditemukan tur adalah sebesar 44% menunjukkan bahwa
adalah larva nyamuk Aedes aegypti. Larva Ae­ populasi rumah yang terdapat nyamuk penular
des aegypti dapat ditemukan pada genangan- penyakit demam berdarah cukup tinggi. Pene­
gena­ngan air bersih dan tidak mengalir, terbu­ litian yang dilakukan di Kota Dumai diperoleh
ka serta terlindung dari cahaya matahari. Hasil angka House Index sebesar 86,27%. 10 Angka
ini sejalan dengan hasil penelitian Nyamuk Ae­ House Index yang dianggap aman untuk penu­
des aegypti berkembang biak di tempat-tempat laran DBD adalah ≤ 5%, dengan demikian RT
penampungan air di dalam rumah maupun 04 RW 15 Padukuhan Dero Desa Condongca­
di luar rumah pada tempat–tempat penampu­ tur termasuk rawan terhadap penularan penya­
ngan air yang dapat menampung air atau yang kit DBD.(11)
berpotensi sebagai tempat penampung air.(5) Angka Container Index (CI) di RT 04 RW
Nyamuk Aedes albopictus lebih menyu­ 15 Padukuhan Dero, Desa Condongcatur se­
kai tempat-tempat perindukan di luar rumah, besar 17,8%. Penelitian yang sama juga dilaku­
di kebun, dan di halaman rumah seperti ketiak kan oleh Rismaini pada tahun 1999 di Perum­
daun, pelepah tanaman, lubang pohon, tung­ nas Siteba Padang diperoleh angka Container
gul bambu dan mempunyai tempat istirahat Index 20,71%. Angka CI di atas 10% artinya
di luar rumah.(9) Berdasarkan hasil penelitian, suatu wilayah sangat potensial bagi penyebaran
jenis larva yang ditemukan adalah larva Ae­ penyakit demam berdarah.(12)
des aegypti sedangkan Aedes albopictus tidak Hasil penelitian menunjukkan larva
ditemukan. Hal ini disebabkan karena kondisi nyamuk Aedes aegypti banyak ditemukan pada
lingkungan di RT 04 RW 15 Padukuhan Dero, kontainer yang berada di dalam rumah. Hal ini
Desa Condongcatur memiliki lokasi peruma­ disebabkan kebiasaan masyarakat yang suka
han dengan susunan yang rapat satu sama lain menampung air untuk kebutuhan sehari-hari
dan memiliki halaman rumah yang sempit di dalam rumah yang tidak ditutup dan se­
serta kurangnya pepohonan, Nyamuk Aedes hingga tempat yang terbuka ini akan membuat
albopictus lebih menyukai daerah pepohonan nyamuk dewasa Aedes aegypti tertarik untuk
dengan jarak 40-100 meter dari pemukiman meletakkan telurnya. Masyarakat tidak sempat
penduduk. menguras tempat-tempat penampungan air
Berdasarkan Tabel 2, kepadatan larva secara rutin sekali seminggu sehingga tempat–
nyamuk di RT 04 RW 15 Padukuhan Dero tempat penampungan air tersebut berpotensi
Desa Condongcatur masing-masing House In­ sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
dex (HI) = 44%, Container Index (CI= 17,8%), Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti menyukai

175
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 172-178

Tabel 2 Distribusi dan angka Container Index ma­sing- tainer yang positif larva Aedes aegypti. Kaleng
masing tempat penampungan air yang ditemu­ bekas dan ember bekas terletak di luar rumah
kan larva.
dengan jarak 1 meter dari rumah dan mempu­
Jumlah kon­ nyai daya tampung air yang rendah sehingga
tainer CI kurang perhatian dan kepedulian masyarakat
No. Jenis kontainer
Diperik­ Positif (%) untuk membersihkan atau mengubur barang
sa larva barang bekas tersebut lebih dari tujuh hari aki­
1 Bak mandi 50 8 16 batnya nyamuk berkembangbiak di kontainer
2 Pot bunga 34 0 0 tersebut. Barang bekas seperti kaleng bekas
3 Akuarium 3 0 0 dan ember bekas yang dibiarkan berserakan
di halaman rumah memiliki potensi sebagai
4 Gentong 12 6 50
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes ae-
5 Dispenser 24 6 25 gypti. Masyarakat disarankan untuk mengubur
6 Ember penampung 16 1 6,25 barang-berang bekas yang sudah tidak terpakai
air lagi agar tidak menampung air yang berpotensi
7 Kulkas 6 0 0 sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.(14)
8 Ember bekas 7 5 71,4 Gentong air merupakan tempat penam­
9 Kolam bekas 2 0 0 pungan air yang juga banyak ditemukan larva
10 Kolam ikan 1 0 0
nyamuk Aedes aegypti yaitu dari 12 kontainer
yang diperiksa, terdapat 6 kontainer yang posi­
11 Kaleng bekas 2 2 100
tif larva.Gentong air merupakan tempat yang
Jumlah 157 28 17,8 disukai nyamuk Aedes aegypti karena gentong
air oleh sebagian masyarakat dibiarkan terbu­
tempat penampungan air yang terletak di da­ ka sehingga menarik perhatian nyamuk untuk
lam rumah, terbuka, berwarna gelap dan ter­ berkembangbiak.Keberadaan larva Aedes aegyp-
lindung dari cahaya matahari secara langsung ti positif terdapat pada gentong air juga ditun­
sedangkan untuk tempat perindukan di luar jang oleh warna yang gelap.
rumah kurang disukai oleh nyamuk karena Warna kontainer mempengaruhi kepa­
lebih sering terkena cahaya matahari secara datan larva, dimana kontainer berwarna gelap
langsung. lebih disukai sebagai tempat berkembang biak
Angka bebas jentik (ABJ) yang didapat nyamuk bila dibandingkan dengan kontai­ner
dari penelitian di RT 04 RW 15 Padukuhan yang berwarna terang. Kontainer yang ber­
Dero Desa Condongcatur sebesar 56%. Peneli­ warna gelap membuat nyamuk merasa aman
tian yang dilakukan di Kota Dumai diperoleh dan tenang saat nyamuk bertelur, sehingga
Angka Bebas jentik (ABJ) sebesar 1,97%.10 telur yang diletakkan lebih banyak dan jum­
Ang­ka ABJ ini jauh dibawah Indikator Indo­ lah larva yang terbentuk juga lebih banyak.(14)
nesia Sehat 2010. Tolak ukur keberhasilan da­ Kontainer yang menampung banyak air juga
lam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dapat membuat permukaan air menjadi gelap
demam berdarah dengue adalah indikator ang­ se­hingga memberikan rasa aman dan tenang
ka bebas jentik (ABJ) minimal 95%.13 Hal ini bagi nyamuk Aedes aegypti untuk meletakkan
menunjukan bahwa RT 04 RW 15 Padukuhan telurnya. Selain itu ma­ syarakat terlambat
Dero, Desa Condongcatur merupakan dae­ menguras atau mengganti air sehingga telur
rah yang berpotensi dalam penularan penyakit nyamuk terus menempel dan berkembangbiak
demam berdarah dengue. di kontainer tersebut. Masyarakat di­sarankan
Berdasarkan Tabel 2, tempat penampu­ untuk menguras gentong air minimal semiggu
ngan air yang ditemukan larva nyamuk adalah sekali, menutup rapat gentong air dan dinding
kaleng bekas dari 2 kontainer yang diperiksa, gentong air dicat dengan warna terang sehing­
semuanya positif larva dan ember bekas dari ga nyamuk tidak berkembang biak di kontai­
7 kontainer yang diperiksa terdapat 5 kon­ ner tersebut.

176
Nadifah, Muhajir, Arisandi, Lobo | Identifikasi Larva Nyamuk Pada Tempat Penampungan Air

Tempat pembuangan air pada dispen­ser ditemukan larva nyamuk Aedes aegypti karena
merupakan tempat penampungan air yang juga air pada ember selalu habis pakai dan ember
banyak ditemukan larva nyamuk Aedes aegypti selalu ditutup.
yaitu dari 24 kontainer yang diperiksa, 6 kon­ Kendala yang dialami saat penelitian
tainer positif larva. Letak tempat pembuangan ini adalah pada saat pengambilan sampel lar­
air dispenser yang tersembunyi se­hingga jarang va nyamuk di tempat–tempat penampungan
terlihat oleh masyarakat dan masyarakat lupa air yang menampung air dalam volume yang
untuk membersihkan kontainer tersebut. Ma­ ba­nyak, dimana peneliti harus mengurangi
syarakat disarankan untuk selalu mengontrol vo­lume air tersebut untuk mengambil larva
dan membersihkan tempat-tempat penampu­ se­hingga tidak semua kontainer di rumah–ru­
ngan air yang tersembunyi seperti tempat pem­ mah penduduk bisa diambil larva nyamuk.
buangan air dispenser agar tidak menjadi tem­ Metode lain yang dapat digunakan umtuk me­
pat perkembangbiakan nyamuk. ngambil larva nyamuk pada tempat penampu­
Bak mandi merupakan tempat penam­ ngan air terutama tempat-tempat penampung
pungan air yang ditemukan larva nyamuk Aedes air yang menampung air dalam volume banyak
aegypti yaitu dari 50 kontainer yang diperiksa, 8 adalah dengan menggunakan pipet ukur yang
kontainer positif larva. Bak mandi merupakan disambung dengan selang kecil sehingga pada
tempat yang disukai nyamuk karena dibiarkan saat selang menyentuh dasar tempat penampu­
terbuka dan banyak menampung air sehingga ngan air, larva nyamuk dapat terhisap dan ma­
menarik perhatian nyamuk untuk berkembang suk dalam selang. Selain menggunakan pipet
biak dan nyamuk merasa aman dan nyaman ukur yang disambung dengan selang, dapat
untuk meletakkan telurnya. Selain itu ma­ juga menggunakan gayung yang permukannya
syarakat terlambat menguras atau mengganti sudah dilapisi jaring sehingga pada saat me­
air pada bak mandi sehingga telur nyamuk masukkan gayung ke tempatpenampungan air
dapat terus menempel dan berkembangbiak di yang menampung air dalam volume banyak,
kontainer tersebut. Kasar licinnya dinding bak larva nyamuk dapat masuk ke dalam gayung
mandi juga mempengaruhi keberadaan larva. melalui celah-celah jaring.
Kasar licinnya dinding kontainer me­
rupakan faktor utama yamg mempengaruhi Kesimpulan
keberadaan larva. Struktur dinding bak man­ Jenis larva nyamuk yang ditemukan
di yang kasar akan mempermudah nyamuk di tempat penampungan air di RT 04 RW 15
Aedes aegypti betina untuk berpegangan erat, Padukuhan Dero, Desa Condongcatur adalah
sehingga dapat mengatur posisi tubuhnya saat larva Aedes aegypti. Wilayah ini berisiko dalam
bertelur. Sebaliknya, dinding kontainer yang terjadinya penularan DBD dengan Kepadatan
licin akan menghambat nyamuk untuk ber­ larva nyamuk cukup tinggi, dengan House In-
pegangan erat, sehingga sulit mengatur posisi dex (HI) = 44%, Container Index (CI= 7,8%)
tubuhnya saat meletakkan telur. Telur yang be­ dan Ang­ka Bebas Jentik (ABJ) yang rendah
rada di permukaan air tersebut sebagian besar di bawah 95%, yaitu 56%. Pemerintah se­
akan tenggelam dan hanya 20% yang me­netas tempat beserta masyarakat disarankan untuk
karena embrio mati terendam air sebelum lebih intensif melaksanakan pemberantasan
menjadi matang.(14) Masyarakat disarankan un­ sarang nyamuk pada tempat-tempat penampu­
tuk menguras bak mandi minimal seminggu ngan air. Hal ini bertujuan untuk mencegah
sekali secara sempurna dengan cara me­nyikat penye­baran penyakit-penyakit dengan vektor
bak mandi, dinding bak mandi sebaik­ nya nyamuk, seperti demam berdarah.
dicat dengan cat yang berwarna terang dan
dinding bak mandi yang terbuat dari semen Ucapan terima kasih
sebaiknya dipasang keramik sehingga nyamuk Kami mengucapkan terima kasih kepada
Aedes aegypti tidak berkembang biak pada kon­ Ketua dan masyarakat RT 04 RW 15 Paduku­
tainer tersebut. Ember penampung air jarang han Dero, Desa Condong Catur, Kabupa­

177
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No. 2, Hal. 172-178

ten Sleman Yogyakarta karena telah bersedia han Paseban Jakarta Pusat. Jurnal Veteri­
mengijinkan lingkungan dan tempat tinggal­ ner. 2013. Vol 1 No 1
nya menjadi lokasi penelitian kami. Tidak 12. Kantchuvessiri. Dengue Haemorraha­
lupa kami ucapkan terima kasih kepada Labo­ gic Fever in Thai Society.The Southheast
ratorium Klinik STIKES Guna Bangsa Yogya­ Asian Journal of Tropical Medicine and
karta yang telah menjadi laboratorium untuk Public Health. 2002. Vol 33 No. 1
peme­riksaan larva. 13. Depkes RI. Petunjuk Teknis Penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk. 1992.
Daftar Pustaka Diakses dari http://www.depkes.go.id.pdf.
1. Soedarto. Parasitologi klinik. Surabaya: 14. Purnama. Maya Index dan kepadatan lar­
Airlangga University Press; 2008. va Aedes aegypti terhadap Infeksi Dengue.
2. Sutanto I. Parasitologi Kedokteran. Jakar­ 2012. Makalah Kesehatan Vol. 16 No. 2
ta: FKUI ; 2008.
3. Kemenkes RI. Jendela Epidemiologi. 2010.
Diakses dari http://www.depkes.go.id.
4. Supartha. Pengendalian Terpadu Vektor
Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes
aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse)
(Diptera: Culicidae). 2008. Diakses dari
http://dies.unud.ac.id.
5. Rosa E. Studi Tempat Perindukan Nyamuk
Vektor Demam Berdarah Dengue di Da­
lam dan di Luar Rumah di Rajabasa Ban­
dar Lampung.Jurnal Sains MIPA. 2007; Vol
13 No 1
6. Sutherland D. Larva Habitat .New jersey
Agryculture Experiment Station Publica­
tion. 2001. diakses dari www.cci.rutgers.
edu
7. Floore T. 2002. Mosquito Information.
The American Mosquito Control Asso­
ciation Pherec. 2002. diakses dari www.
mosquito.org/mosquito.html
8. Aryani N. Proporsi dan Dinamika Larva
Aedes, Anopheles dan Culex yang ditemu­
kan di Denpasar. Jurnal Veteriner. 2008.
Vol 9 No 1
9. Rismaini. Gambaran Kepadatan Vektor
Demam Berdarah Dengue di Perumnas
Siteba Padang. Skripsi. Padang: Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 1999.
10. Siregar. Hubungan Kondisi Sanitasi
Lingkungan Rumah Tangga dengan ke­
beradaan Jentik Vektor Dengue di Daerah
Rawan Demam Berdarah Dengue Kota
Dumai Tahun 2008. Jurnal Ilmu Lingku­
ngan. 2009. Vol. 2 No. 3
11. Astuti. Kepadatan dan Penyebaran Aedes
aegypti setelah Penyuluhan DBD di Kelura­

178
Artikel Penelitian

Tempat Penampungan Air dan Kepadatan Jentik Aedes


sp. di Daerah Endemis dan Bebas Demam Berdarah
Dengue

Water Container and the Aedes sp. Larvae Density in Endemic and Free
Dengue Haemorrhagic Fever

Wanti*, Menofeltus Darman**

*Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, **Puskesmas Lengko
Ajang Kab. Manggarai Timur

Abstrak tainer characteristics and the larvae density (HI, CI, BI) in Alak village as
Tingkat kepadatan jentik merupakan indikasi diketahuinya kepadatan nya- an endemic area and in Belo Village as a free area of dengue in Kupang
muk Aedes sp yang akan menularkan virus dengue sebagai penyebab Municipality. This analytic observational study using cross sectional study
penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan juga sebagai salah satu in- design. Observed variables were the type, the condition, the location, the
dikator keberhasilan kegiatan pengendalian vektor. Penelitian ini bertujuan material of water container and also the larvae density. Data collected by di-
mengetahui karakteristik tempat penampungan air (TPA) dan perbedaan rect observation in water container and house. Data presented in tables
kepadatan jentik House Index, Container Index, Breatau Index (HI, CI, BI) were analyzed by t-test. This study found positive larvae at most container
di Kelurahan Alak sebagai daerah endemis dan Kelurahan Belo sebagai is for everyday need, on not sealed condition, in outside the home, and in
daerah bebas DBD di Kota Kupang Tahun 2011. Penelitian observasional a ceramic material. The study also found the ρ value of HI is 0.887, CI is
analitik ini menggunakan rancangan studi potong lintang. Variabel penelit- 0.146 and BI is 0.080. It means that larvae density between Alak and Belo
ian adalah jenis, kondisi, letak, bahan TPA dan kepadatan jentik Aedes sp. Village is not different. The conclusion is that there is no difference in the lar-
Data dikumpulkan dengan observasi langsung pada TPA dan rumah terpil- vae density (HI, CI, and BI) between endemic area and free area of DHF.
ih. Data disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan uji-t. The two regions have the same high level of larvae density, so it is advis-
Penelitian ini menemukan TPA positif jentik paling banyak adalah TPA un- able that mosquito eradication is not only priority in endemic areas but also
tuk kebutuhan sehari-hari, kondisi TPA tidak tertutup rapat, letak TPA di lu- in dengue-free areas.
ar rumah, bahan TPA adalah bahan keramik, dan warna TPA adalah warna Keywords: Aedes sp, breatau index, container index, free region, dengue
putih. Hasil penelitian menunjukkan nilai ρ dari HI 0,887, CI 0,146 dan BI haemorrhagic fever, endemic, house index
0,080, yang artinya tidak ada perbedaan kepadatan jentik antara Kelurahan
Alak (daerah endemis) dengan Kelurahan Belo (daerah bebas).
Disimpulkan tidak ada perbedaan kepadatan jentik (HI, CI, dan BI) antara Pendahuluan
daerah endemis dan daerah bebas DBD. Kedua daerah sama-sama memi- Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary
liki tingkat kepadatan jentik yang tinggi, sehingga disarankan pemberan- vector) dari demam berdarah dengue (DBD) dan Aedes
tasan sarang nyamuk tidak hanya diprioritaskan pada daerah endemis DBD albopictus merupakan vektor sekunder (secunder vector)
tetapi juga daerah daerah bebas DBD. dari DBD.1 Walaupun Aedes aegypti berasal dari Afrika
Kata kunci: Aedes sp, breatau index, container index, daerah bebas, de- dan Aedes albopictus berasal dari Asia Tenggara, namun
mam berdarah dengue, endemis, house index penyebaran Aedes aegypti dan Aedes albopictus sangat
luas, yaitu lebih dari dua pertiga luas dunia.2
Abstract Penyakit DBD berkontribusi secara signifikan pada
The larva density is an indication of the density of Aedes sp known to be ca- beban penyakit, kematian tinggi, kemiskinan atau ekono-
pable of transmitting the dengue virus as the cause of dengue haemorrhagic
fever (DHF) and also as one of the indicators of the success of vector con- Korespondensi: Wanti, Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
trol activities. This study aimed to determine the difference of the water con- Kupang Jl. Piet A. Tallo Liliba Kupang Nusa Tenggara Timur, No.Telp:-, e-
mail: trivena78@yahoo.com

171
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

mi, dan beban sosial di daerah tropis.3-5 Kasus DBD di- dapat dilihat dari Container Index (CI), House Index
laporkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1968 di (HI) dan Breteau Index (BI) pada suatu wilayah yang di-
Surabaya dengan 58 kasus dan Case Fatality Rate (CFR) lakukan pengendalian vektor.9 Sampai sekarang walau
yang mencapai 41%.6,7 Sejak saat itu, DBD menyebar lu- program pengendalian DBD sudah dilakukan di Kota
as dari dua provinsi dan dua kota pada tahun 1968 men- Kupang tetapi survei kepadatan jentik dan karakteristik
jadi 33 provinsi (100%) dan 400 kota/kabupaten tempat penampungan akhir (TPA) yang berpotensi seba-
(80,48%) pada tahun 2010 dan kasus DBD juga terus gai breeding place nyamuk Aedes sp belum dilakukan se-
bertambah, dari 58 kasus pada 1968 menjadi 156.086 cara rutin. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini
pada tahun 2010.7,8 Secara nasional angka insidensi bertujuan untuk mengetahui karakteristik TPA dan
DBD di Provinsi NTT tahun 2009 adalah paling rendah perbedaan kepadatan jentik Aedes sp di Kelurahan Alak
(8,44 per 100.000 penduduk), tetapi angka kematiannya sebagai daerah endemis dan Kelurahan Belo sebagai daer-
menduduki peringkat 7 tertinggi tetapi pada tahun 2010 ah bebas DBD Kota Kupang Tahun 2011.
insidens meningkat menjadi 30,60 per 100.000 pen-
duduk dan walaupun CFR turun menjadi 1,03% tetapi Metode
tetap di atas target nasional (>1%).8 Kejadian Luar Biasa Penelitian ini merupakan observasional analitik,
(KLB) pada tahun 2004 juga menempatkan NTT pada IR dengan rancangan potong lintang untuk melihat perbe-
tertinggi (12,47 per 100.000 penduduk) setelah DKI daan antara tingkat kepadatan jentik Aedes sp di daer-
Jakarta, sedangkan CFR adalah tertinggi.6,9 ah endemis dan daerah bebas Demam Berdarah
Kota Kupang dalam tiga tahun terakhir mengalami Dengue. 13 Penelitian dilakukan tahun 2011 di
penurunan kasus DBD, namun jumlah kasusnya masih Kelurahan Alak sebagai daerah endemis DBD dan
tertinggi di Provinsi NTT dengan angka kematian tahun Kelurahan Belo sebagai daerah bebas DBD. Sampel
2008 – 2010 sudah <1% tetapi pada tahun 2011 men- dalam penelitian ini berjumlah 38 rumah di daerah en-
galami peningkatan menjadi 2,38%. Kasus DBD di Kota demis dan 38 rumah daerah bebas dengan menggu-
Kupang dari 1998 – 2011 terjadi hampir di setiap bulan nakan teknik random sampling.13
baik musim kemarau maupun musim penghujan dan Variabel penelitian adalah jenis TPA, kondisi TPA,
hanya September yang belum pernah terjadi kasus letak TPA, dan bahan TPA serta kepadatan jentik yaitu
DBD.10 house index (HI), container index (CI), dan breteau in-
Indonesia secara umum mempunyai risiko terjangkit dex (BI). Data didapatkan dengan observasi langsung pa-
penyakit DBD karena vektor penyebabnya bisa dite- da lingkungan rumah dan sekitarnya dengan metode vi-
mukan dihampir setiap daerah. Nyamuk Aedes aegypti sual larva dengan menggunakan format pemeriksaan jen-
tersebar luas di kawasan pemukiman maupun di tempat- tik Aedes sp. Data disajikan dalam bentuk tabel dan di-
tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada ket- analisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan
inggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.1 antarvariabel penelitian.
Salah satu faktor yang sangat memengaruhi terjadinya
kasus DBD adalah tingkat kepadatan vektor baik kepa- Hasil
datan nyamuk dewasa maupun jentik. Survei jentik dalam penelitian ini dilakukan dengan
Upaya-upaya pengendalian nyamuk untuk menguran- metode visual larva sehingga tidak membedakan apakah
gi kejadian arthropoda-borne viral desease di NTT telah jentik yang ada merupakan Aedes aegypti atau Aedes al-
banyak dilakukan, antara lain melalui pengendalian fisik, bopictus.
pengendalian hayati, pengendalian kimiawi, maupun Penelitian ini menemukan jenis Tempat Pembuangan
pengendalian terpadu. Pencegahan dan pemberantasan Akhir (TPA) dengan jentik di daerah endemis sebagian
penyakit DBD juga selalu dilakukan di Kota Kupang. besar adalah TPA alamiah, sedangkan di daerah bebas
Hingga tahun 2011, kegiatan yang sudah dilakukan adalah TPA untuk keperluan sehari-hari. Berdasarkan
adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD, letaknya, TPA dengan jentik lebih banyak ditemukan di
penyelidikan epidemiologi, abatisasi, fogging focus, dan luar rumah (93%), seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.
penyuluhan. Namun demikian, walau kegiatan pengen- Penelitian ini menemukan jenis TPA dengan jentik di
dalian nyamuk sudah dilakukan tetapi beberapa kelura- daerah endemis sebagian besar adalah drum (25,3%),
han di Kota Kupang tetap menjadi daerah endemis sedangkan di daerah bebas Demam Berdarah Dengue
DBD.11,12 Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian (DBD) sebagian besar adalah tempayan (31,4%), seper-
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL), ti ditunjukkan dalam Tabel 2.
salah satu indikator pencapaian keberhasilan kegiatan Kondisi TPA dengan jentik di daerah endemis seba-
pengendalian vektor yaitu dengan melihat kepadatan jen- gian besar adalah TPA yang terbuka (71,5%), sedangkan
tik di daerah tersebut untuk melihat apakah suatu daer- di daerah bebas DBD sebagian besar juga TPA yang ter-
ah berisiko terhadap penularan DBD.9 Kepadatan jentik buka (54,6%), seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.

172
Wenti & Darman, Tempat Penampungan Air dan Kepadatan Jentik Aedes sp

Tabel 1. Jenis dan Letak Tempat Penampungan Air dengan Jentik di Daerah Endemis dan Bebas DBD

Dalam Rumah Luar Rumah


Jenis TPA di Daerah Endemis Jumlah TPA %
Jumlah % Jumlah %

Alamiah 0 0 76 62,8 76 58,4


Untuk keperluan sehari-hari 9 100 18 14,9 27 20,8
Tidak untuk keperluan sehari-hari 0 0 27 22,3 27 20,8

Total 9 100 121 100 130 100,0

Dalam Rumah Luar Rumah


Jenis TPA di Daerah Bebas Jumlah TPA %
Jumlah % Jumlah %

Alamiah 0 0 81 41,7 81 39,1


Untuk keperluan sehari-hari 13 100 89 45,9 102 49,3
Tidak untuk keperluan sehari-hari 0 0 24 12,4 24 11,6

Total 13 100 194 100 207 100,0

Keterangan: TPA alamiah yaitu lubang batu, lubang pohon, pelepah pisang dan tempurung kelapa

Tabel 2. Jenis Tempat Penampungan Air Positif Jentik di Daerah Endemis dan Bebas Demam Berdarah Dengue

Endemis DBD Bebas DBD


Jenis TPA
Jumlah TPA n % Jumlah TPA n %

Drum 59 33 25,3 67 43 20,8


Tempayan 188 23 17,7 276 65 31,4
Cerigen 399 30 23,1 148 49 23,7
Bak mandi 38 13 10 38 16 7,7
Alamiah 316 19 14,6 270 25 12,1
Lain – lain 34 12 9,2 26 9 4,3

Total 1.034 130 100 825 207 100

Keterangan: lain-lain yaitu bak wc, vas bunga, kolam, dispenser, belakang kulkas

Tabel 3. Kondisi Tempat Penampungan Air dengan Positif Jentik di Daerah Endemis dan Bebas Demam Berdarah
Dengue

Kondisi Endemis DBD Bebas DBD

Jumlah TPA n % Jumlah TPA n %

Terbuka 823 93 71,5 532 113 54,6


Tertutup rapat 118 3 2,3 102 0 0
Tidak tertutup rapat 93 34 26,2 191 94 45,4

Total 1.034 131 100 825 207 100

Penelitian ini menemukan house index (HI) di daer- Pembahasan


ah endemis adalah 81,6% dan 68,4% di daerah bebas Penelitian ini menemukan bahwa jenis tempat pe-
DBD. Container index (CI) di daerah endemis adalah nampungan air (TPA) dengan jentik baik di daerah en-
20,1% dan 42,2% di daerah bebas DBD. Breteau index demis maupun bebas demam berdarah dengue (DBD)
(BI) di daerah endemis yaitu 342 dan di daerah bebas yang kebanyakan ditemukan di luar rumah. TPA paling
adalah 545. Penelitian ini menemukan HI, CI, dan BI banyak di daerah endemis adalah TPA alamiah (58,4%),
baik di daerah endemis dan bebas DBD termasuk kate- sedangkan di daerah bebas adalah TPA untuk keperluan
gori tinggi. Setelah dianalisis menggunakan uji-t, ternya- sehari-hari (49,3%). Hal ini menunjukkan bahwa TPA di
ta tidak ada perbedaan antara HI, CI dan BI antara daer- luar rumah lebih produktif sebagai tempat perindukan
ah endemis dan daerah bebas DBD, seperti ditunjukkan nyamuk, sesuai penelitian di Semarang oleh Widagdo,
dalam Tabel 5. dkk.14

173
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

Tabel 4. Bahan Tempat Penampungan Air dengan Positif Jentik di Daerah Endemis dan Bebas
Demam Berdarah Dengue

Endemis BDB Bebas DBD


Bahan TPA
Jumlah TPA n % Jumlah TPA n %

Semen 57 15 11,5 42 16 7,7


Besi 98 62 47,7 98 47 22,7
Keramik 32 23 17,7 26 22 10,6
Plastik 569 17 13,1 423 74 35,8
Aluminium 264 13 10,0 212 48 23,2

Jumlah 1.034 130 100 825 207 100

Tabel 5. Hasil Uji-t Perbedaan House Index, Container Index, dan Breatau pat perindukan baru nyamuk.17
Index di Daerah Endemis dan Daerah Bebas Demam Berdarah Dengue Jenis TPA yang paling banyak ditemukan di daerah
Indeks Mean SD Se ρ endemis berbeda dengan di daerah bebas DBD yaitu di
daerah endemis adalah drum (25,3%) sedangkan di
HI 0,184 7,949 1,289 0,887 daerah bebas DBD adalah tempayan (31,4%). Hal ini ju-
CI -1,763 7,313 1,186 0,146
BI -2,132 4,754 0,771 0,080 ga sesuai penelitian Rachman (2009) di Kecamatan
Oebobo sebagai daerah endemis DBD bahwa jenis TPA
yang paling banyak ditemukan jentik adalah drum.18
Letak TPA alamiah maupun TPA untuk keperluan Kondisi di daerah endemis ini sesuai penelitian
sehari-hari disini kebanyakan memang di luar rumah Barrera et al,19 di Venezuela bahwa TPA yang banyak
tetapi dekat atau di sekitar rumah, misalnya lubang batu ditemukan jentiknya adalah drum dan bak penampun-
dan lubang pohon disini letaknya kurang dari 10 meter, gan air dari semen, walaupun bak mandi di daerah en-
pelepah pisang kurang dari 20 meter dan TPA untuk demis ini hanya menduduki peringkat empat terbanyak.
keperluan sehari-hari juga kurang dari 5 meter. Letak Daerah bebas DBD dalam penelitian ini banyak dite-
TPA sebagai tempat perindukan Aedes sp yang dekat mukan tempayan dan kondisi ini sama dengan penelitian
rumah tersebut memungkinkan nyamuk Aedes sp bisa oleh Hasyimi dan Soekirno di Jakarta Utara bahwa tem-
menjangkau orang yang rumahnya < 100 meter. Hal ini payan lebih banyak ditemukan jentiknya daripada bak
sesuai dengan teori bahwa jarak terbang nyamuk adalah mandi dari semen.20 Drum dan tempayan disini banyak
<40 meter atau maksimal 100 meter dan mungkin lebih ditemukan jentiknya kemungkinan karena ukurannya be-
jauh lagi bila terbawa kendaraan atau angin sehingga sar sehingga memudahkan nyamuk untuk keluar masuk,
penularan DBD juga mudah terjadi pada masyarakat dan karena ukurannya yang besar tersebut menyebabkan
dengan radius 100 meter dari rumah penderita jarang dibersihkan mengingat persediaan air bersih yang
DBD.9,15 terbatas sehingga sangat potensial sebagai perindukan
Karena terbatasnya persediaan air bersih, penduduk nyamuk Aedes aegypti.20,21
seringkali juga menampung air untuk keperluan sehari- Penelitian ini menemukan jenis TPA baik di daerah
hari dalam TPA yang ditempatkan di kamar mandi luar endemis maupun di daerah bebas DBD lebih banyak
atau bagian luar rumah. Pada akhirnya, TPA untuk yang controllable site yaitu 85,4% di daerah endemis
keperluan sehari-hari tersebut potensial sebagai tempat dan 87,9% di daerah bebas DBD. Hal ini hampir sama
perindukan nyamuk karena jarang dikuras airnya den- dengan hasil penelitian oleh Sunaryo dan Pramestuti,
gan alasan terbatasnya persediaan air. Selain itu TPA un- pada daerah endemis di Jawa Tengah banyak control-
tuk keperluan sehari-hari ini banyak yang tidak terkena lable site dengan jentik dan hanya hanya sedikit dispos-
sinar matahari langsung, lembap, sejuk dan jarang diber- able site yang positif jentik, bahkan beberapa daerah
sihkan sehingga banyak dijadikan tempat perindukan endemis tidak ditemukan disposable site yang positif
Aedes sp. Hal ini menurut Departemen Kesehatan RI ju- jentik.22
ga bisa disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti lebih Kondisi TPA dengan jentik baik di daerah endemis
suka tinggal di dalam rumah atau sekitar rumah diband- maupun bebas paling banyak adalah TPA yang terbuka,
ing tinggal di sekitar kebun atau jauh dari rumah dan TPA dengan kondisi tertutup rapat paling sedikit
walaupun menurut Kalra, et al,16 bahwa nyamuk Aedes ditemukan jentiknya bahkan di daerah bebas DBD semua
aegypti juga bisa tinggal di luar rumah. Lebih lanjut TPA yang tertutup rapat tidak ditemukan jentiknya.
dikatakan tempat perindukan Aedes aegypti di luar Dengan kondisi TPA terbuka atau tidak tertutup rapat
rumah akan lebih banyak pada musim penghujan karena maka memudahkan nyamuk untuk masuk dan keluar
hujan bisa membuat genangan air yang bisa sebagai tem- TPA dibandingkan TPA yang tertutup rapat, sehingga pa-

174
da TPA terbuka dan tertutup tidak rapat lebih banyak dua daerah tersebut sama-sama mempunyai resiko tinggi
ditemukan jentiknya karena nyamuk bisa keluar masuk untuk terjadinya penularan virus dengue. Penelitian se-
dengan mudah.23 Untuk itu, agar nyamuk tidak keluar belumnya di daerah endemis DBD juga ditemukan nilai
masuk secara bebas di TPA maka perlu disediakan tutu- HI melebihi target nasional dimana nilai HI berkisar 13
pan bagi TPA yang terbuka atau menutup rapat bagi TPA – 74%.22
yang tidak rapat tutupnya. Penelitian ini menemukan bahwa Container Index
Bahan TPA dengan jentik di daerah endemis paling (CI) pada daerah endemis adalah 20,1% dan daerah be-
banyak adalah besi, sedangkan di daerah bebas adalah bas adalah 42,2% atau CI pada daerah endemis lebih ke-
plastik. Bahan besi di daerah endemis di sini sebanyak cil dari pada daerah bebas DBD. Tingginya CI di daerah
47,7% antara lain yaitu drum untuk penampungan air bebas dibandingkan CI di daerah endemis di Kota
untuk keperluan sehari-hari maupun kaleng bekas yang Kupang ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
dibuang sekitar rumah sehingga bisa sebagai tempat yang menyatakan bahwa bila suatu daerah mempunyai
perindukan nyamuk bila terisi oleh air. CI≤10% maka daerah tersebut akan bebas dari penu-
Penelitian ini sesuai penelitian di Maracay City bahwa laran virus dengue.24 Hal ini juga terjadi di daerah en-
paling banyak breeding place Aedes sp adalah drum be- demis di Jawa Tengah dimana tidak semua daerah en-
si. 19 Drum besi yang jarang dibersihkan dan juga demis mempunyai CI tinggi, terbukti ditemukan CI berk-
jarangnya pembersihan kaleng bekas sekitar rumah isar 4,92% - 58%.22
menyebabkan banyak ditemukan jentik pada TPA berba- Penelitian ini menemukan BI di daerah endemis yaitu
han besi tersebut. Selain itu, bahan besi biasanya lebih 342 dan di daerah bebas DBD adalah 545, yang berarti
kasar dindingnya sehingga ini baik untuk nyamuk mele- BI di daerah endemis lebih rendah dari BI di daerah be-
takkan telurnya dan telur tersebut tidak mudah hanyut bas DBD dan BI di kedua daerah tersebut termasuk kat-
pada saat diganti airnya apalagi kalau tidak disikat dind- egori tinggi. Dibandingkan dengan nilai BI di daerah en-
ing TPA tersebut. Selain itu, dinding yang lebih kasar demis lain, ternyata nilai BI di daerah bebas dalam
memungkinkan mikroorganisme yang menjadi makanan penelitian ini lebih tinggi. Dalam penelitian di Semarang,
larva akan lebih mudah tumbuh dibandingkan pada nilai BI di daerah endemis tersebut berkisar 13,27 -
dinding yang halus.20 Berdasarkan kondisi tersebut ma- 157.22 Selain untuk menunjukkan hubungan antara TPA
ka untuk menekan kepadatan vektor Aedes sp, salah sat- dan rumah yang positif jentik, BI juga bisa dipakai untuk
unya dapat dilakukan melalui kegiatan pembersihan TPA menyatakan kepadatan nyamuk yang memberikan infor-
dengan menyikatnya khususnya yang memiliki per- masi yang paling baik untuk melihat berbagai macam
mukaan kasar baik yang terletak di dalam dan di luar TPA yang sangat potensial sebagai tempat perindukan
rumah, sedangkan untuk kaleng-kaleng bekas dilakukan nyamuk.
dengan menimbun tanah sehingga tidak dijadikan tempat Berdasarkan uji-t didapatkan hasil bahwa ternyata
perindukan nyamuk. ditemukan tidak ada perbedaan yang bermakna HI, CI
Sedangkan bahan TPA dari plastik di daerah bebas dan BI di antara daerah endemis dan bebas DBD. Hal ini
bisa ditemukan seperti pada tempayan plastik, jerigen, berarti tingginya HI, CI, BI atau kepadatan jentik di daer-
dan ember yang banyak dipakai dalam keperluan sehari- ah endemis dan bebas di Kota Kupang tidak berbeda se-
hari maupun botol atau gelas plastik bekas yang dibuang cara statistik.
di sekitar rumah. Jerigen dan ember plastik walaupun Penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya kepa-
mulutnya kecil dan susah nyamuk untuk masuk tetapi bi- datan jentik yang meliputi HI, CI dan BI tidak selalu di-
la air ditampung dalam waktu lama memungkinkan nya- ikuti oleh tingginya kasus DBD. Hal ini kemungkinan
muk tinggal dan berkembang di tempat tersebut. jentik yang ada tersebut bukan Aedes aegypti sebagai vek-
Jarangnya pembersihan plastik bekas di sekitar rumah tor primer DBD tetapi karena dalam penelitian ini tidak
juga menyebabkan banyak ditemukan jentik di dalamnya sampai identifikasi spesies jentik maka tidak diketahui
terutama bila musim hujan berlangsung. Selain alasan di apakah jentik yang ada merupakan Aedes aegypti atau
atas, TPA berbahan plastik paling banyak ditemukan jen- Aedes albopictus. Kemungkinan yang banyak ditemukan
tiknya dibandingkan TPA bahan lain karena secara adalah Aedes albopictus dimana ini dibuktikan dengan
umum presentasi pemakain TPA bahan palstik di daerah 93% TPA dengan jentik ditemukan di luar rumah dan ini
bebas paling banyak sehingga secara keseluruhan lebih sesuai dengan kesukaan Aedes albopictus yaitu tinggal di
banyak pula presentasi TPA plastik sebagai tempat luar rumah daripada di luar rumah. Kemungkinan
perindukan nyamuk. banyaknya Aedes albopictus yang ditemukan tidak
Penelitian ini menemukan bahwa kedua daerah berpengaruh langsung terhadap tingginya DBD di Kota
penelitian mempunyai House Index (HI) melebihi target Kupang karena susceptibility Aedes aegypti dan Aedes al-
nasional yang seharusnya <5%. House index di daerah bopictus di Kota Kupang dalam menularkan virus dengue
endemis 81,6% dan daerah bebas 68,4% yang berarti ke- berbeda. Secara transovarial, Aedes aegypti mampu

175
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

menularkan virus dengue 20,1% ini lebih tinggi dari bersifat tidak mudah diinfeksi terhadap virus dengue.
Aedes albopictus yang hanya 8,3%.25 Namun demikian, Hal ini menurut Gubler dan Rosen dikendalikan oleh
walau Aedes albopictus hanya sebagai vektor sekunder barier infeksi dalam usus tengah yang dikendalikan se-
DBD dan lebih suka tinggal di luar rumah tetapi keber- cara genetis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tingginya
adaannya harus diperhatikan karena sifatnya yang kepadatan nyamuk yang disertai rendahnya titer virus
antropofilic sudah dibuktikan dalam penelitian sebelum- maka tidak akan diikuti oleh tingginya penularan virus
nya dimana 62% menghisap darah manusia, 7,6% dengue, sebaliknya bila kepadatan nyamuk rendah tetapi
menghisap darah manusia dan hewan dan hanya 30,4% disertai dengan tingginya titer virus dengue maka akan
yang menghisap darah hewan saja.26 diikuti oleh tingginya penularan virus.27
Penelitian ini membuktikan bahwa tingginya kepa- Tingginya kepadatan jentik baik daerah endemis
datan jentik tidak langsung memengaruhi tingginya DBD maupun bebas yang diikuti dengan perbedaan tingginya
di suatu daerah. Hal ini karena masih ada faktor lain yang kasus DBD di Kota Kupang ini kemungkinan juga kare-
berpengaruh selain keberadaan vektor yaitu virus dengue na adanya kekebalan masyarakat di daerah bebas (herd
dan penjamu, meliputi antara lain strain virus, titer virus, immunity) sehingga nyamuk infektif tidak akan dengan
perilaku menghisap darah nyamuk, imunitas masyarakat, mudah menularkan virus dengue pada masyarakat. Selain
iklim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan dis- itu, tidak semua larva bisa mengalami siklus hidup secara
tribusi penduduk, kualitas penduduk, pendidikan, peng- lengkap dan menjadi nyamuk dewasa terutama untuk lar-
hasilan, pekerjaan, umur, suku bangsa dan kerentanan va yang sudah terinfeksi virus dengue mempunyai angka
seseorang terhadap virus dengue.1,9,15,24 kematian lebih tinggi dibanding larva yang belum infek-
Penularan virus dengue di daerah endemis di Kota tif atau untuk menjadi vektor penyakit maka nyamuk
Kupang ini kemungkinan karena mobilitas dan kepa- Aedes sp harus tahan hidup terhadap infeksi virus
datan penduduk. Daerah endemis merupakan pusat dengue.1,29
kegiatan bidang pendidikan, pemerintahan, kesehatan Tingginya kepadatan jentik di Kota Kupang ini sebe-
dan kegiatan lainnya yang penduduknya banyak narnya bisa dicegah dengan kegiatan yang dilakukan
berdatangan dari berbagai daerah untuk melakukan oleh masyarakat dalam pengendalian vektor DBD ter-
segala aktivitas sehari-hari sehingga bisa saja mereka su- masuk jentik Aedes sp dengan cara 3 M, yaitu menguras
dah sakit di daerah asal, tetapi baru terdeteksi disaat secara teratur seminggu sekali yang disertai menyikat
mereka sekolah atau bekerja di daerah ini. Kepadatan TPA atau menaburkan bubuk abate ke TPA, menutup ra-
penduduk di daerah endemis juga memudahkan penu- pat-rapat TPA, dan mengubur kaleng-kaleng bekas, plas-
laran penyakit DBD di antara penduduk setempat atau tik dan barang-barang bekas lain yang dapat menam-
mereka yang karena pekerjaan, pendidikan atau keperlu- pung air sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.
an lainnya harus datang untuk melakukan aktivitas kese- Gerakan 3M apabila dilakukan secara rutin dan terus-
harian mereka di sini. Kepadatan penduduk terkait juga menerus maka akan membantu menurunkan kepadatan
dengan kebutuhan persediaan air bersih dimana semakin vektor pada suatu wilayah tertentu dan dengan
besar jumlah dan kepadatan penduduk, maka semakin sendirinya akan membantu untuk mengurangi terjadinya
banyak pula kebutuhan air. Kebutuhan air didaerah en- peningkatan kasus DBD.30
demis makin tinggi sedangkan pasokan air dari Melihat hasil penelitian ini maka perlu diperhatikan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terbatas dan dan perlu diteliti lebih lanjut faktor lain selain kepadatan
tidak tiap hari bahkan ada yang seminggu sekali teruta- vektor yang memengaruhi tingginya penularan virus
ma pada musim kemarau maka masyarakat akhirnya dengue dan kasus DBD antara lain perilaku masyarakat,
menambah TPA untuk menampung air untuk keperluan imunitas masyarakat, iklim, strain virus, perilaku
sehari-hari. Selain itu, untuk menghemat air masyarakat menghisap darah nyamuk, kepadatan penduduk, mobili-
jarang menguras TPA yang akhirnya TPA tersebut poten- tas dan distribusi penduduk. Namun demikian kegiatan
sial sebagai tempat perindukan nyamuk dan pengendalian DBD melalui pengendalian nyamuk penu-
meningkatkan kepadatan jentik. lar harus tetap dilakukan dengan peran serta dari semua
Selain kepadatan dan mobilitas penduduk, iklim juga pihak tidak hanya tanggung jawab dinas kesehatan tetapi
bisa berpengaruh terhadap penularan DBD, karena suhu juga masyarakat dan dinas terkait baik pihak pemerinta-
dan kelembaban bisa mempengaruhi propagasi virus han maupun swasta. Apabila tidak ada peran serta dari
dengue dalam tubuh nyamuk.27 Biarpun kepadatan nya- masyarakat, pemerintah maupun pihak lain maka pro-
muk tinggi, namun bila dalam vektor tersebut tidak dite- gram pemberantasan DBD tidak akan berjalan dengan
mukan virus dengue atau titernya rendah maka nyamuk baik. Selain itu, kegiatan pemberantasan nyamuk tidak
tersebut tidak bisa sebagai sumber infeksi. Menurut hanya diprioritaskan pada daerah endemis tetapi juga pa-
Gubler et al, 28 tidak semua nyamuk Aedes sp dapat se- da daerah bebas DBD, karena dengan adanya jentik
bagai vektor DBD. Nyamuk dari galur geografis tertentu Aedes sp di daerah bebas, maka kemungkinan untuk ter-

176
jadinya penularan virus dengue dan terjadinya kasus 13. Notoatmodjo S. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
tetap ada. Cipta; 2002.
14. Widagdo L, Husodo BT, Bhinuri. Kepadatan jentik Aedes aegypti seba-
Kesimpulan gai indikator keberhasilan pemberantasan sarang nyamuk (3M Plus): di
Karakteristik tempat penampungan air (TPA) dengan Kelurahan Srondol Wetan, Semarang. Makara Seri Kesehatan. 2008; 12
jentik di daerah endemis demam berdarah dengue (1): 3-19.
(DBD) sebagian besar adalah TPA alamiah (584%), 15. Anggraeni DN. Stop! demam berdarah dengue. Bogor: Bogor Publ
drum air (25,3%), dan bahan dari besi (47,7%), sedan- House; 2010.
gkan di daerah bebas DBD sebagian besar adalah TPA 16. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
untuk keperluan sehari-hari (49,3%), tempayan air Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis pemberantasan nyamuk
(41,4%), dan bahan plastik (35,8%). Kondisi TPA den- penular penyakit demam berdarah dengue. Jakarta: Departemen
gan jentik di kedua daerah tersebut sebagian besar dalam Kesehatan Republik Indonesia; 1992.
kondisi terbuka dan terletak di luar rumah. Tidak ada 17. Promprou S, Jaroensutasinee M, Jaroensutasinee K. Climatic factors af-
perbedaan kepadatan jentik Aedes sp yaitu HI (ρ=0,887), fecting dengue haemorrhagic fever incidence in Siutern Thailand.
CI (ρ=0,146) dan BI (ρ=0,080) antara daerah endemis Dengue Bulletin. 2005; 29: 41-8.
dan bebas. 18. Rachman Y. Survei kepadatan jentik Nyamuk Aedes sp pada rumah
berdinding bebak dan tembok di Kelurahan Oebufu Kota Kupang Tahun
Saran 2009 [laporan penelitian]. Kupang: Politeknik Kesehatan Kementrian
Disarankan kegiatan pengendalian nyamuk penular Kesehatan Kupang; 2009.
DBD tidak hanya diprioritaskan di daerah endemis tetapi 19. Barrera R, Delgado N, Jimenez M, Valero S. Eco-epidemiological factors
juga di daerah bebas DBD. Dengan adanya jentik Aedes associated with hyperendemic dengue haemorrhagic fever in Maracay
sp di daerah bebas, kemungkinan untuk terjadinya penu- City, Venezuela. Dengue Bulletin. 2002; 26: 84-95.
laran virus dengue dan terjadinya kasus DBD tetap ada. 20. Hasyimi M, Soekirno M. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti
Disarankan juga penelitian lebih lanjut mengenai kom- pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat penggu-
petensi vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus. na air olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2004; 31: 37-42.
21. De Freitas RM, Codeco CT, De-Oliveira RL. Daily survival rates and dis-
Daftar Pustaka persal of Aedes aegypti female in Rio de Janeiro, Brazil. American
1. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Journal Tropical Medical Hygiene. 2007; 76 (4): 659-65.
Kesehatan Republik Indonesia. Survei entomologi demam berdarah 22. Sunaryo, Pramestuti N. Surveilans Aedes aegypti di daerah endemis de-
dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007. mam berdarah dengue. Kesmas: Jurnal Kesehtan Masyarakat Nasional.
2. Sutaryo. Dengue. Yogyakarta: Medika UGM; 2004. 2014; 8 (8): 423-9.
3. UNICEF, UNDP, World Bank, WHO. Dengue: guidelines for diagnosis, 23. Strickman D, Kittayapong P. Dengue and its vectors in Thailand: calcu-
treatment, prevention and control. Geneva: WHO; 2009. lated transmission risk from total pupal count of Aedes aegypti and as-
4. Halstead SB. Dengue-virus mosquito interactions. Annual Review sociation of wing-length measurement with aspect of the larval habitat.
Entomology. 2008; 53: 273-91. The American Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2003; 68 (2):
5. Young-Su JK, Moo-Key A, Young-Joon. Larvacidal activity of brazillian 209-17.
plants againts Aedes aegypti and Culex pipiens pallens (Diptera: 24. Scott TW, Morrison AC. Aedes aegypti density and the risk of denvir.
Culicidae). Agricultural Chemistry and Biotechnology. 2002; 45: 131-4. USA: University of California; 2002.
6. WHO-SEARO. Prevention and control fo dengue and dengue haemor- 25.Wanti. Infeksi transovarial virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti dan
rhagic fever. New Delhi: WHO-SEARO Pub; 2001. Aedes albopictus di Kota Kupang. Buletin Epidemiologi. 2011;Ed Jan -
7. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Demam berdarah dengue di Mar:20-7.
Indonesia Tahun 1969-2009. Buletin Jendela Indonesia. 2010; 2: 1-14. 26. Egizi A, Healy SP, Fonseca DM. Rapid Blood meal scoring in anthro-
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia pophilic Aedes albopictus and application of PCR blocking to avoid
tahun 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. pseudogenes. Infection, Genetics and Evolution. 2013;16:122-8.
9. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian 27. Thu HM, Aye KM, Thein S. The Effect of temperature and humidity on
Kesehatan Republik Indonesia. Pencegahan dan pemberantasan demam dengue virus propagation in Aedes aegypti Mosquitoes. The Southeast
berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Asian Journal of Tropical Medicine and Publich Health. 1998; 29 (2):
Indonesia; 2005. 280-4.
10. Dinas Kesehatan Kota Kupang. Laporan tahunan Kota Kupang 2011. 28. Gubler DJ, Rosen L, Kramer LD, Presser SB, Shroyer DA, Turell MJ.
Kupang: Dinas Kesehatan Kota Kupang; 2011. Variation among geografis strain of Aedes albopictus in susceptibility to
11. Dinkes Kota Kupang. Profil kesehatan Kota Kupang 2012. Kupang: infection with dengue viruses. American Journal of Tropical Medicine
Dinas Kesehatan Kota Kupang; 2012. Hygiene. 1980; 25 (2): 318-25.
12. Dinas Kesehatan Kota Kupang. Profil kesehatan Kota Kupang 2010. 29. Joshi V, Murya DT, Sharma RC. Persistence of dengue-3 virus through
Kupang: Dinas Kesehatan Kota Kupang; 2011. transovarial transmission passage in succesive generations of Aedes ae-

177
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 2, November 2014

gypti mosquitoes. American Journal of Tropical Medicine Hygiene. pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyak-
2002; 67 (2): 158-61. it dalam dalam tatalaksana kasus demam berdarah dengue. Jakarta: Balai
30. Hadinegoro H, Rejeki S. Demam berdarah dengue: (naskah lengkap) Penerbit FK UI; 2005.

178
http://jurnal.fk.unand.ac.id 656

Artikel Penelitian

Identifikasi Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria dari


Survei Larva di Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan Koto XI
Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

1 2 3
Suci Lestari , Adrial , Rosfita Rasyid

Abstrak
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan global yang menimbulkan angka kesakitan tinggi dan
kematian terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Kenagarian Sungai Pinang merupakan salah satu
daerah endemik malaria yang didukung oleh topografinya yang terdiri dari daerah pantai, rawa, sungai, daerah
pertanian dan area pemukiman. Jenis rancangan penelitian adalah survei deskriptif dengan populasi semua larva
nyamuk yang ditemukan di beberapa tempat perindukan. Sampel adalah semua larva nyamuk Anopheles yang
tertangkap melalui proses cidukan. Identifikasi nyamuk anopheles dengan memakai buku acuan Stroker dan
Koesoemawinangoen. Data dianalisis secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Penelitian
dilakukan di Kenagarian Sungai Pinang dari Oktober 2011 sampai Maret 2012. Hasil penelitian adalah 5 spesies
nyamuk anopheles yaitu An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An. subpictus dan An. Sundaicus. Tempat
perindukan yaitu kolam bekas kurungan ikan, lagoon, rawa-rawa, kubangan kerbau, tambak sawah dan sungai.
Kesimpulan penelitian ini ialah rata-rata kepadatan larva anopheles tertinggi adalah An. subpictus yaitu 4,95
ekor/cidukan dengan tempat perindukan yang memiliki rata rata kepadatan larva Anopheles tertinggi yaitu kolam
bekas kurungan ikan dengan 27,93 ekor/cidukan.
Kata kunci: nyamuk anopheles, larva anopheles, tempat perindukan, kepadatan larva

Abstract
Malaria is a global health problem that causes high morbidity and mortality, especially in the tropics and
subtropics areas. Kenagarian Sungai Pinang is one of endemic areas which supported by the topography of the area,
consists of beaches, marshes, rivers, agricultural area and a residential area. Research conducted in Kenagarian
Sungai Pinang from October 2011 to March 2012. Design of this study was a descriptive survey with a population was
any mosquito larvae were found in some breeding places. The samples were all Anopheles larvae that caught
through detention. Identification of the Anopheles mosquito using Stroker and Koesoemawinangoen (1950) reference
books. The data were analyzed manually and presented in the form of a frequency distribution table. The results were
five species of Anopheles mosquito; An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An. subpictus dan An. Sundaicus. Seven
breeding place were ex-fish cages ponds, lagoon, marsh, buffalo wallow, embankment, rice fields and rivers. The
conclusion of this research are the highest larva density is An. subpictus with 4,95 larvae/detention and breeding place
that has highest density of Anopheles larvae is ex-fish cage ponds with 27,93 larvae/detention.
Keywords: anopheles mosquito, larvae anopheles, breeding places, larvae density

Affiliasi penulis: 1. Prodi Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas PENDAHULUAN


Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Parasitologi FK
Malaria masih menjadi masalah kesehatan
UNAND, 3. Bagian Ilmu Kesehatan Masysrakat FK UNAND.
Korespondensi: Bagian Parasitologi FK UNAND global yang menimbulkan angka kesakitan yang tinggi
serta kematian terutama pada kelompok risiko tinggi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 657

disamping dampak sosial ekonominya terhadap Anopheles, kepadatan larva atau jentik serta tempat
penduduk terutama pada negara berkembang dengan perindukan larva di daerah Sungai Pinang.
1,2
iklim tropis dan subtropis. Malaria merupakan salah Kepentingan penelitian ini adalah untuk
satu indikator dari target Pembangunan Milenium mendapatkan informasi terbaru karena konfirmasi
(MDGs) dan masih menjadi endemik di 106 negara di (pemetaan) ulang vektor perlu secara terus menerus
seluruh dunia dan menyebabkan kematian 80.000 dilakukan sehingga diketahui perilaku vektor malaria
3
setiap tahunnya. seperti spesies, tempat perindukan, kepadatan
Kenagarian Sungai Pinang merupakan salah sebagai dasar petimbangan untuk menentukan
satu nagari di Kecamatan Koto XI Tarusan yang intervensi dalam pengendalian vektor yang lebih
6
menjadi daerah endemik malaria. Hal ini didukung efektif kedepannya.
oleh topografinya yang terdiri dari dataran rendah
dipinggir pantai, adanya lagoon (rawa yang terisi air METODE
jika terjadi air pasang), parit, dan rawa rawa air tawar, Penelitian ini menggunakan rancangan survei
ditambah lagi dengan adanya kubangan kerbau di deskriptif yang diilakukan di Kenagarian Sungai
belakang rumah rumah penduduk. Semua hal tersebut Pinang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten
menjadi tempat perindukan yang baik bagi vektor Pesisir Selatan dari Oktober 2011 – Maret 2012.
4
nyamuk malaria. Sampel penelitian yang digunakan adalah
Indonesia memiliki 80 spesies Anopheles tetapi semua larva nyamuk Anopheles yang tertangkap
hanya 24 spesies yang terbukti membawa parasit pada survei larva dengan interval pengambilan dua
malaria. Berdasarkan penelitian yang pernah minggu sekali. Larva ditangkap di genangan genangan
dilakukan di Sumatera Barat yaitu di Kenagarian Api air yang menjadi tempat perindukannya. Larva
Api Kecamatan Bayang, Kenagarian Sungai Pinang kemudian dipelihara sampai menjadi nyamuk dewasa.
Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Setelah dewasa maka nyamuk ini diidentifikasi di
Selatan ditemukan empat spesies larva yaitu Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Anopheles aconitus, An. kochi, An. subpictus dan An. Universitas Andalas.
sundaicus dengan lima tempat perindukan yang terdiri Data yang telah didapat dianalisis secara
dari lagoon, kubangan kerbau, genangan air di pinggir manual, kemudian disajikan dalam bentuk tabel
jalan, bak bekas kurungan ikan pinggir pantai dan distribusi frekuensi.
4
rawa rawa di sekitar rumah penduduk.
Berdasarkan tempat perindukannya, vektor HASIL dan PEMBAHASAN
malaria dapat dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu
Tabel 1. Spesies nyamuk anopheles yang ditemukan
berkembang biak di daerah persawahan,
berdasarkan survei larva di Kenangarian Sungai
perbukitan/hutan dan pantai/aliran sungai. Perilaku
Pinang
vektor malaria seperti tempat berkembang biak atau
No Jenis Spesies Jumlah
tempat perindukan sangat penting diketahui untuk
1 An. aconitus 516
pengambil keputusan sebagai dasar pertimbangan 2 An. barbirostris 324
untuk menentukan intervensi dalam pengendalian 3 An. kochi 505
5,6
vektor. An. subpictus
4
Masih tingginya kasus di daerah Sungai Pinang
5 An. sundaicus 3211
dan adanya hubungan erat antara tempat perindukan
yang terdapat disekitar pemukiman dan kepadatan
Sesuai Tabel 1, dalam penelitian ini ditemukan
larva nyamuk dengan insiden malaria dan usaha
lima spesies nyamuk Anopheles di Kenagarian Sungai
pengendalian atau pemberantasan malaria maka
Pinang yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. kochi,
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian.
An. aconitus, dan An. barbirostris.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui spesies nyamuk

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 658

Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya Kepadatan larva Anopheles di Kenagarian


pada daerah endemik yang memiliki topografi daerah Sungai Pinang berdasarkan jenis tempat perindukan
yang hampir sama seperti pada penelitian Adrial dan dan jenis spesies tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Nurhayati (2002) di Desa Api-Api Kecamatan Bayang
Kabupaten Pesisir Selatan menemukan empat spesies Tabel 3. Kepadatan larva nyamuk anopheles
nyamuk Anopheles dimana semuanya juga ditemukan berdasarkan tempat perindukan dan jenis spesies di
di Kenagarian Sungai Pinang yaitu An. subpictus, An. Kenagarian Sungai Pinang
4 Larva Spesies Anopheles
sundaicus, An. kochi, dan An. acconitus.
Tempat Jmh Anopheles
Hal yang sama pada penelitian di luar Sumatra Perindu Cidu Jmh Larva An. An. An An. An.

barat seperti penelitian yang dilakukan Mading kan kan (ekor/cid aconit barbiro kochi subpic sundaic
ukan) us stris tus us
Majematang pada tahun 2010 ditemukan sembilan Kolam 60 1674 27,93 248 112 157 120 168
spesies dimana tiga spesies sama dengan yang kurunga
n ikan
ditemukan di Sungai Pinang yaitu An. aconitus, An. Lagoon 120 2307 19,23 0 53 97 78 93
subpictus dan An. sundaicus dengan lagoon sebagai Rawa- 120 1399 11,66 156 92 143 64 138
7 rawa
tempat perindukan yang dominan. Penelitian lainnya
Kubang 60 593 9,88 0 0 0 1394 913
di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan oleh an

Safitri Amalia pada tahun 2009 menemukan sembilan kerbau


Tambak 120 1023 8,53 112 0 87 433 391
spesies nyamuk Anopheles, dimana lima spesies
Sawah 120 805 6,71 0 67 21 635 676
diantaranya sama dengan spesies yang ditemukan
Sungai 120 321 2,68 0 0 0 842 832
pada penelitian ini dengan An. sundaicus dan An.
Jumlah 720 8122 11,28 516 324 505 3566 3211
8
subpictus juga menjadi yang lebih dominan.
Kepadatan larva (ekor/cidukan) 0,72 0,45 0,70 4,95 4,46

Tabel 2. Tempat perindukan nyamuk anopheles


Pada Tabel 3 terlihat bahwa An.subpictus dan
berdasarkan survei larva di Kenagarian Sungai Pinang
An. sundaicus lebih dominan dibanding spesies lain
No Tempat Perindukan Jumlah
dengan rata rata kepadatan larva tertinggi yaitu An.
Kolam bekas kurungan
subpictus dengan 4,95 ekor/cidukan.
1 ikan 1607
Nyamuk An. subpictus berkembangbiak di zona
2 Lagoon 2307
pantai yang berair payau yang memiliki ganggang
3 Rawa-rawa 1399
ataupun lumut. Walaupun pada penelitian ini An.
4 Kubangan kerbau 1023
subpictus ditemukan pada semua jenis tempat
5 Tambak 1399
perindukan tetapi kolam bekas kurungan ikan dan
6 Sawah 805
lagoon merupakan tempat perindukannya yang
7 Sungai 321
memiliki rata-rata kepadatan larva tertinggi. Pada
umumnya tempat perindukan An. subpictus
merupakan tempat terbuka yang terkena sinar
Berdasarkan Tabel 2, terdapat tujuh tempat 10
matahari.
perindukan nyamuk Anopheles yang terdapat di
Kepadatan larva masing masing spesies
Kenagarian Sungai Pinang yaitu kolam bekas
Anopheles yang ditemukan berdasarkan tempat
kurungan ikan, lagoon, rawa-rawa, kubangan kerbau,
perindukannya juga dapat dilihat pada Tabel 3 dengan
tambak, sawah dan sungai.
rata rata kepadatan larva tertinggi terdapat di kolam
Penelitian sebelumnya di daerah yang sama
bekas kurungan ikan dengan 27.93 ekor/cidukan.
oleh Adrial et al pada tahun 2001 ditemukan 5 tempat
Penelitian Dachlan pada tahun 2005 juga
perindukan yaitu lagoon, bak bekas kurungan ikan,
menemukan kolam bekas kurungan ikan sebagai
kubangan kerbau, rawa dan genangan air pinggir
tempat perindukan nyamuk yang memiliki kepadatan
9
jalan. 11
larva tertinggi di Dusun Sayong dan Longlongan.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 659

Pada kolam bekas kurungan ikan, An. KESIMPULAN


subpictus dan An. sundaicus kepadatan larvanya Ditemukan lima spesies nyamuk Anopheles
sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan kondisi daerah yaitu An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi, An.
penelitian yang sebagian besar merupakan daerah subpictus, An. sundaicus dan terdapat tujuh tempat
tepi pantai dengan pekerjaan penduduk sebagai perindukan (breeding place) larva Anopheles yaitu
nelayan, An. subpictus dan An. sundaicus merupakan kolam bekas kurungan ikan, lagoon, rawa-rawa,
2
spesies dengan tempat perindukan di zona pantai . kubangan kerbau, tambak, sawah dan sungai.
Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di Kepadatan larva dari ke lima spesies dari
daerah yang sama oleh Adrial pada tahun 2005 yang yang tertinggi sampai yang terendah adalah An.
juga menemukan An. subpictus dan An. sundaicus subpictus, An. sundaicus , An. aconitus, An. kochi dan
sebagai dua tertinggi kepadatan larvanya tetapi pada An. barbirostris sedangkan kepadatan larva
penelitian tersebut tempat perindukan yang lebih tinggi berdasarkan tempat perindukan dari yang tertinggi
12
kepadatannya adalah lagoon. Penelitian lainnya sampai terendah yaitu kolam bekas kurungan ikan,
oleh Majematang di Desa Selong Belanak Kab. Lagoon, rawa-rawa, kubangan kerbau ,tambak, sawah
Lombok Tengah NTB juga menemukan lagoon dan sungai.
sebagai tempat perindukan dengan kepadatan larva
7
tertinggi. DAFTAR PUSTAKA
An. subpictus dan An. sundaicus selalu secara 1. WHO. World malaria report. Geneva: WHO; 2009.
bersamaan terdapat pada semua jenis tempat 2. Harijanto P. Malaria epidemiologi, patogenesis,
perindukan (Tabel 3). Penelitian lainnya yang juga manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta: EGC;
menemukan An. subpictus dan An. sundaicus selalu 2009.
ditemukan bersama adalah penelitian Yotopronoto et 3. WHO. World malaria report. Geneva: WHO; 2010.
al pada tahun 1995 di Sekotong Lombok yang 4. Adrial, Nurhayati. Fauna nyamuk anopheles
menemukan ke dua spesies tersebut selalu ditemukan daerah endemik malaria di Api-Api Kecamatan
13
bersama di lagoon dari lima jenis tempat perindukan. Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi
Penelitian Adrial et al pada tahun 2001 di Sumatera Barat. Laporan Penelitian Dosen Muda
Kecamatan Koto XI Tarusan juga mendapatkan hal (BBI) Tahun Anggaran 2002, No.005/ LIT/BPK-
yang sama pada lima jenis tempat perindukan yang SDM/IV/2002 Fakultas Kedokteran Andalas.2002.
9
ditemukan. Hal ini terjadi karena kesamaan prilaku 5. Sutanto, Inge, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar
dari kedua jenis spesies tersebut untuk dapat S. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4, Jakarta:
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berbeda Balai Penerbit FKUI: 2008.hlm.189-255.
14
beda kadar garamnya. Lima spesies yang ditemukan 6. Depkes RI. Pedoman ekologi dan aspek prilaku
4 diantaranya merupakan vektor malaria di Sumatra vektor. Jakarta: Dit.Jen PPM dan PL; 2009.
yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. aconitus dan 7. Majematang M. Survei karakteristik tempat
15
An. Kochi. perkembangbiakan anopheles spp di Desa Selong
Identifikasi jenis spesies nyamuk Anopheles Belanak Kecamatan Praya Barat Kabupaten
dalam penelitian ini perlu dilakukan dalam usaha Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat tahun
perencanaan dan pengendalian vektor malaria dimana 2010.2011.
masing masing spesies memiliki perbedaan tempat 8. Safitri A. Habitat perkembangbiakan dan beberapa
perindukan, bionomik dan faktor faktor yang aspek prilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan
mempengaruhinya sehingga pengendalian malaria Padang Cermin Lampung Selatan (tesis). Bogor:
melalui pengendalian vektor akan lebih efektif. Institut Pertanian Bogor; 2009.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 660

9. Adrial, Edison, Nurhayati, Oktarina V, Williana H. Daerah Endemik Kenagarian Sungai Pinang
Bionomik nyamuk anopheles dalam rangka Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir
pengendalian vektor malaria di Kecamatan Koto XI Selatan. Laporan Penelitian Dosen Muda (BBI)
Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Laporan tahun Anggaran 2005, No.018/SPPP/PP/DP3M/IV/
Hibah Penelitian Program DUE-Like Tahun 005 Fakultas Kedokteran Andalas.2005.
Anggaran 2001, No. 32/ DL-SK/UNAND/VIII-2001 13. Yotopranoto S, Bedryman YP, Dachlan.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Anopheles mosqquito fauna in the malaria endemic
2001. area in Sekotong Subdistric, West Lombok
10. Harijanto P, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria dari Regency, West Nusa Tenggara Province
molekuler ke klinis. Edisi ke-2, Jakarta: EGC Indonesia. Majalah Kedokteran Tropis
2009.hlm.1-39. Indonesia.1995;8(1-2):114-22.
11. Dachlan YP, et al. Malaria endemic patterns on 14. Hoedojo. Bionomik anopheles subpictus, khusus
Lombok and Sumbawa Islands Indonesia. Tropical mengenai peranannya sebagai vektor malaria di
Medicine and Health. 2013;33(2):105-13. Jengkalang, Flores. Majalah Parasitologi
12. Adrial, Harminarti N. Fluktuasi padat populasi Indonesia. 1995; 5: 47-56.
Anopheles subpictus dan Anopheles sundaicus di 15. Depkes RI. Survei entomologi malaria. Jakarta:
Dirjen P2M.PLP;1990.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3)


JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: 225-237 Sulfa Esi Warni dkk. Identifikasi…..

IDENTIFIKASI LARVA DAN NYAMUK DI SEKARJAYA


BATURAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA
SELATAN INDONESIA SEBAGAI LANGKAH AWAL
PENGENDALIAN FLAVIVIRUS
Sulfa Esi Warni1 ♥, Chairil Anwar2, Dalilah3 , Betriyon4, Ahmad Ghifari5, dkk.
1Departemen Ilmu Biomedis, Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya. Palembang 30139, Sumatera

Selatan, Indonesia.
2Balai Litbang Kesehatan Baturaja, Jl. A. Yani Km. 7 Kemelak Baturaja Timur, 32111, Sumatera Selatan,

Indonesia.
3Departemen Ilmu Biomedis, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662,

Sumatera Selatan, Indonesia.


4Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jl. Moh Ali Km 3,5, 30126, Sumatera

Selatan, Indonesia.
5Departemen, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah, Jl. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu, 30116,

Sumatera Selatan, Indonesia.


email: sulfaesi@gmail.com

ABSTRACT

Background: vector and disease data from the Flaviviridae family of Ogan Komering Ulu Regency, South

Sumatra, Indonesia, are not known, so that larvae and mosquitoes are found in Sekarjaya Baturaja, South

Sumatra Ogan Komering Ulu Regency, as an early warning before the Flavivirus outbreak.

Research objective: This research was conducted to find out the larvae and mosquito species caught in

the Sekarjaya sub-district of Ogan Komering Ulu Regency, South Sumatra, Indonesia.

Method: mosquitoes use the odor sentinel trap method, in the morning (resting), animal-baited trap net,

light trap. The research design was descriptive observational (field and laboratory).

Results: this research showed that larval species were found in the study area in one survey, namely, Ae.

aegypti, Ae. albopictus, Culex sp. and Armigeres sp. Species of mosquitoes found in the research area in

one arrest are, Cx. tritaeniorhyncus, Cx. vishnui, Cx. gellidus, Cx. quinquefasciatus, Cx. nigropunctatus,

Cx. whitei, Cx. fuscocephalus, Cx. hutchinsoni, Cx. bitaeniorhyncus, Cx. mimulus, An. vagus, An.

barbirostris, An. tesselatus, An. nigerrimus, An. kochi, Ae. albopictus, Ae. vexans, Ae. aegypti, Aedes sp.

and Ar. subalbatus.

Keywords: Viruses, Flaviviridae, Larvae and Mosquitoes, Baturaja

225
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

ABSTRAK

Pendahuluan: data vektor dan penyakit dari famili Flaviviridae Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera

Selatan, Indonesia belum diketahui, sehingga dengan demikian perlu diketahui larva dan nyamuk yang

terdapat di Sekarjaya Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan, sebagai upaya

peringatan dini sebelum terjadinya outbreak Flavivirus.

Tujuan Penelitian: ini dilakukan untuk mengetahui spesies larva dan nyamuk yang tertangkap di

kelurahan Sekarjaya Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan, Indonesia.

Metode: nyamuk menggunakan metode odor sentinel trap, pagi hari (resting), animal-baited trap net, light

trap. Desain penelitian adalah bersifat deskriptif observasional (lapangan dan laboratorium).

Hasil: penelitian menunjukkan bahwa Species larva yang di temukan di wilayah penelitian dalam satu kali

survei yaitu, Ae. Aegypti, Ae. Albopictus, Culex sp. dan Armigeres sp. Species nyamuk yang di temukan

diwilayah penelitian dalam satu kali penangkapan yaitu, Cx.tritaeniorhyncus, Cx.vishnui, Cx.gellidus,

Cx.quinquefasciatus, Cx.nigropunctatus, Cx.whitei, Cx.fuscocephalus, Cx.hutchinsoni, Cx.bitaeniorhyncus,

Cx.mimulus, An.vagus, An.barbirostris, An.tesselatus, An.nigerrimus, An.kochi, Ae.albopictus, Ae.vexans,

Ae.aegypti, Aedes sp. dan Ar.subalbatus.

Kata Kunci: Virus, Flaviviridae, larva dan Nyamuk, Baturaja

____________________________________________________________________________________

Pendahuluan

Virus yang ditularkan oleh arthropoda yang tinggi apabila terinfeksi YFV yaitu
(Arbovirus) menunjukkan pengelompokan antara 20-50 %.5
virus secara ekologi disertai siklus Pengendalian populasi nyamuk
penularan yang kompleks yang melibatkan vektor merupakan cara yang efektif sebagai
1
arthropoda. Penyakit virus yang ditularkan upaya pencegahan transmisi penyakit
melalui arthropoda (arbovirus) merupakan akibat arbovirus.6 Sehingga penting untuk
agen penyebab penyakit infeksi paling mengidentifikasi spesies vektor secara
2
signifikan di dunia. Beberapa dari virus tepat, dengan menggunakan metode
7
tersebut adalah virus dengue (DENV), virus pengendalian yang efisien. ZIKV diketahui
Zika (ZIKV), dan virus Yellow Fever (YFV). 1 pernah menginfeksi 53 spesies nyamuk,
Diperkirakan terdapat kasus demam namun yang kompeten menularkan ke
dengue (DB) per tahun sekitar 50 juta, manusia hanya spesies Aedes aegypti dan
terutama di daerah tropis dan subtropics.3 Aedes albopictus.8 YFV ditransmisikan
Sebanyak 700 ribu kasus di Brazil, dengan terutama oleh Aedes aegypti di Afrika,
75 negara menyatakan telah terjadi sementara di Amerika Selatan ditularkan
transmisi ZIKV.4 Angka rata-rata kematian ole Aedes sp., Haemagogus dan

226
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Sabethes.9 Di antara spesies nyamuk DBD pada tahun 2013 sebanyak 17 kasus,
lainnya yang menularkan penyakit dari tahun 2014 sebanyak 62 kasus, 7
famili Flaviviridae, Aedes aegypti diantaranya meninggal dunia, tahun 2015
merupakan spesies yang paling rentan sebanyak 74 kasus, satu diantaranya
terinfeksi virus tersebut dan mempunyai meninggal dunia, tahun 2016 sebanyak 121
preferensi eksklusif menghisap darah kasus dan tahun 2017 sebanyak 13 kasus.
manusia. Rerata kasus berdasarkan data
Indonesia merupakan negara rekapitulasi laporan kasus demam berdarah
beriklim tropis yang berpotensi untuk dari Dinas KesehatanKabupaten Ogan
kejadian penyakit yang ditularkan melalui Komering Ulu tersebut didapatkan wilayah
arthropoda (arbovirus), baik jenis penyakit kerja puskesmas Sekarjaya sebagai lokasi
baru maupun yang muncul kembali. Hasil penelitian pengambilan sampel larva dan
riset Kemenkes pada tahun 2015 di tiga nyamuk dalam upaya awal pengendalian
kota di Provinsi Sumatera Selatan Flavivirus di kabupaten Ogan Komering Ulu
mendapatkan hasil di kabupaten Lahat Sumatera Selatan Indonesia. Data vektor
ditemukan nyamuk Aedes aegypti positif dan penyakit dari famili di Sekarjaya belum
terhadap virus DBD (4,8%). Sedangkan diketahui, sehingga dengan demikian perlu

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Larva dan Nyamuk di kelurahan Sekarjaya, Kecamatan
Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

hasil positif JE bahwa terdapat pada diketahui larva dan nyamuk yang
nyamuk Culex fuscochephala (4,2%), Culex tertangkap di Sekarjaya Baturaja
10
tritaeniorhyncus (2%), Culex sitiens. Data Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera
rekapitulasi laporan kasus demam berdarah Selatan, sebagai upaya peringatan dini
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan sebelum terjadinya outbreak Flavivirus.
Komering Ulu, yang didaptkan berdasarkan
data kasus dari puskesmas, rumah sakit
pemerintah dan swasta, yaitu dimana data

227
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Metode peta dilakukan pada tempat yang memiliki


Lokasi Penelitian vegetasi kebun karet dan kebun singkong.
Penelitian ini dilakukan selama 5 Lokasi RT 17 terletak di daerah
bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan pemukiman penduduk yang berada
Desember tahun 2018. Pengambilan disekitar kebun karet. Pengambilan
sampel dilakukan di kelurahan Sekarjaya sampel larva dan resting nyamuk
Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera dilakukan pada rumah-rumah penduduk,
Selatan, Indonesia. Identifikasi larva dan sebanyak 14 rumah tangga seperti yang
nyamuk dilakukan di Laboratorium terlihat pada peta. Pemasangan Door
Entomologi Balai Litbang Kesehatan Sentinel Trap sebanyak 7 buah
Baturaja. perangkap pada rumah: R1, R3, R6, R8,
Lokasi pengambilan sampel pada R10, R11 dan rumah R13. Lokasi
gambar 1. berdasarkan data kasus tular penangkapan nyamuk dengan metode
vektor di Dinas Kesehatan OKU dan di Animal baited trap terlihat pada peta
dipilih wilayah kerja puskesmas Sekarjaya dilakukan pada tempat yang memiliki
yaitu di RT 13 dan RT 17. Kejadian kasus vegetasi kebun karet.
di RT 13 terjadi pada bulan Agustus 2018, Desain penelitian adalah bersifat
sebanyak satu orang penderita dan deskriptif observasional (lapangan).
dinyatakan secara klinis menderita DBD Populasi penelitian ini adalah adalah
dari hasil rawatan di rumah sakit seluruh larva dan nyamuk di lokasi
pemerintah, dan kejadian kasus di RT 17 penelitian.
terjadi pada bulan November 2018 dan Sampel penelitian ini adalah
dinyatakan secara klinis menderita DBD semua larva dan nyamuk yang didapat di
dari hasil rawatan dirumah sakit lokasi penelitian. Sampel dalam penelitian
pemerintah. Pada RT 13, lokasi ini diambil dengan metoda konsekutif,
pengambilan sampel terletak di daerah dimana sampel disaring sesuai keinginan
pemukiman penduduk. Pengambilan peneliti hingga di dapatkan jumlah sampel
sampel larva dan resting nyamuk sesuai dengan besaran sampel. Variabel
dilakukan pada rumah-rumah penduduk, yang diamati dalam penelitian ini adalah
sebanyak 13 rumah tangga seperti yang Larva dan nyamuk genus/spesies dari
terlihat pada peta (Gambar 2). lapangan.

Pemasangan Door Sentinel Trap Cara kerja


sebanyak 6 buah perangkap pada rumah: Penangkapan Nyamuk Metode Odor
R1, R2, R4, R9, R11 dan rumah R12. Sentinel Trap.11
Lokasi penangkapan nyamuk dengan Sentinel Trap ditempatkan mulai
metode Animal baited trap terlihat pada pukul 07.00-10.00 WIB dan pukul 15.00-
18.00 WIB. Alat diletakkan pada area yang
tidak langsung terkena sinar matahari, area

228
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel


Larva dan Nyamuk pada sampel RT13 dan
RT 17 kelurahan Sekarjaya, Kecamatan
Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Sumatera Selatan

yang lembab, ada resting area/hinggap disimpan dalam dry shipper dibuat
untuk nyamuk dan tidak berangin. Sentinel spesimen dan dilakukan inkriminasi
diletakkan di dalam dan di luar ruangan. terhadap potensinya sebagai vektor
Dipasang kaos kaki bekas pakai atau bau penyakit di laboratorium B2P2VRP
octanol pada kain perca dalam kantung Salatiga.
setiap sentinel trap, untuk perangkap yang
terpasang diluar ruangan ditambahkan Koleksi Nyamuk Hinggap Pagi Hari.12
bahan larutan ragi yang telah dicampur Penangkapan nyamuk pagi hari
dengan air hangat dan gula dan dibiarkan dilakukan pada pukul 07.00 WIB sampai
semalaman sehingga menghasilkan CO2 10.00 WIB di tempat-tempat yang
sebagai bahan tambahan atraktan nyamuk. berpotensi sebagai tempat peristirahatan
Disiapkan baterai untuk menghidupkan nyamuk baik di dalam maupun luar rumah.
kipas angin penghisap nyamuk dalam Dilakukan pencatatan koordinat tempat
sentinel. Nyamuk yang tertangkap lalu dilakukan penangkapan nyamuk dengan
disiapkan dengan aspirator dan menggunakan GPS. Senter diarahkan ke
dimasukkan ke dalam gelas kertas yang tempat-tempat yang tidak terkena cahaya
telah ditutup kain kassa. Gelas kertas diberi matahari langsung baik di dalam maupun
label: lokasi penangkapan, area luar rumah. Nyamuk ditangkap
penangkapan. Selanjutnya nyamuk menggunakan aspirator dan dimasukkan ke
diidentifikasi dalam keadaan dingin dalam gelas kertas berlabel dengan
diletakkan ice pocket pada alas cawan petri informasi waktu dan jam, metode, serta
pada pemeriksaan dengan mikroskop lokasi penangkapan. Selanjutnya nyamuk
diseksi. Nyamuk berlaku sebagai sampel diidentifikasi dalam keadaan dingin
dimasukkan dalam tube vial 1,5 mL yang diletakkan ice pocket pada alas cawan petri
telah diisi sebanyak 500 µL RNA later dan pada pemeriksaan dengan mikroskop

229
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

diseksi. Nyamuk berlaku sebagai sampel dimasukkan dalam tube vial 1,5 mL yang
dimasukkan dalam tube vial 1,5 mL yang telah diisi sebanyak 500 µL RNA later dan
telah diisi sebanyak 500 µL RNA later dan disimpan dalam dry shipper dibuat
disimpan dalam dry shipper dibuat spesimen dan dilakukan inkriminasi
spesimen dan dilakukan inkriminasi terhadap potensinya sebagai vektor
terhadap potensinya sebagai vektor penyakit di laboratorium B2P2VRP
penyakit di laboratorium B2P2VRP Salatiga.
Salatiga.
Penangkapan Nyamuk dengan Light
12
Penangkapan Nyamuk dengan Animal- Trap.
12
Baited Trap Net. Semua alat disiapkan. Sebelum
Semua alat dan bahan disiapkan. digunakan, Light Trap dipasang sesuai
animal-baited trap net di pasang pada prosedur. Sumber daya (batu baterai) dicek
tempat yang lapang yang telah ditentukan agar dapat bertahan selama 12 jam,
dengan mengikat tali-tali di sudut bagian kemudian dipasang botol yang telah diberi
atas kelambu pada tiang atau pohon. Jarak octanol yang telah diberi sumbu
bagian bawah animal-baited trap net menggunakan kapas dibagian tepi dekat
dengan permukaan tanah 15-20 cm. kipas pada Light Trap untuk menarik
Pancang pengikat ternak dipasang pada nyamuk mendekati Light Trap. Tempat
bagian tengah dalam kelambu animal- pemasangan lightTtrap dicatat titik
baited trap net. Hewan ternak (Sapi atau koordinatnya menggunakan GPS. Light
Kerbau) dimasukkan dalam kelambu dan Trap kemudian digantung di: Luar rumah
diikat pada tiang yang telah disediakan. disekitar kandang ternak: Light Trap
Pemasangan minimal 30 menit sebelum dipasang disekitar kandang ternak selama
memulai koleksi nyamuk. Waktu 12 jam dari jam 18.00 WIB s.d 06.00 WIB.
penangkapan nyamuk setiap jam adalah 15 Jumlah light trap yang dipasang disekitar
menit. Penangkapan nyamuk di dalam kandang sebanyak 1 buah. Luar rumah
kelambu dilakukan menggunakan aspirator. disekitar semak/kebun: Light Trap dipasang
Tempat pemasangan Animal-Baited Trap disekitar semak/kebun selama 12 jam dari
net dicatat titik koordinatnya menggunkan jam 18.00 WIB s.d 06.00 WIB. Jumlah light
GPS. Nyamuk yang tertangkap dengan trap yang dipasang disekitar semak/kebun
aspirator dimasukkan ke dalam gelas sebanyak 1 buah. Sebaiknya Light Trap
kertas yang telah ditutup kain kassa. Gelas dipasang dilokasi yang tidak terganggu oleh
kertas diberi label: lokasi penangkapan, aktifitas penduduk sekitarnya. Setelah
area penangkapan. Selanjutnya nyamuk pukul 06.00 nyamuk dari Light Trap
diidentifikasi dalam keadaan dingin dipindahkan dari kedalam gelas kertas
diletakkan ice pocket pada alas cawan petri menggunakan aspirator. Gelas kertas diberi
pada pemeriksaan dengan mikroskop label: lokasi penangkapan, area
diseksi. Nyamuk berlaku sebagai sampel penangkapan. Selanjutnya nyamuk

230
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

diidentifikasi dalam keadaan dingin tabel 1 dapat dilihat bahwa pada RT 13 dari
diletakkan ice pocket pada alas cawan petri 13 rumah yang diperikasa didapatkan
pada pemeriksaan dengan mikroskop sebanyak 12 rumah positif terdapat larva
diseksi. Nyamuk berlaku sebagai sampel nyamuk. Spesies larva nyamuk yang
dimasukkan dalam tube vial 1,5 mL yang didapat yaitu Ae. aegypti dan
telah diisi sebanyak 500 µL RNA later dan Ae. albopictus. Larva Ae. aegypti sebanyak
disimpan dalam dry shipper dibuat 76 ekor dan larva Ae. albopictus sebanyak
spesimen dan dilakukan inkriminasi 31 ekor. Sedangkan pada RT 17, dari 14
terhadap potensinya sebagai vektor rumah yang diperikasa di dapatkan seluruh
penyakit di laboratorium B2P2VRP rumah positif terdapat larva nyamuk.
Salatiga. Spesies larva nyamuk yang didapat yaitu
Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex sp. dan
13
Pengambilan Larva Nyamuk. Armigeres sp. Larva Ae. aegypti sebanyak
Disiapkan semua alat. Rumah 87 ekor, larva Ae. albopictus sebanyak 22
tempat dilakukan koleksi jentik dicatat titik ekor, Culex sp. sebanyak 8 ekor dan larva
koordinatnya menggunakan GPS. Armigeres sp. sebanyak 3 ekor.
Pengambilan jentik dilakukan pada habitat
perkembangbiakan nyamuk di dalam dan Spesies nyamuk di Kelurahan Sekarjaya
luar rumah pada 100 rumah. Habitat Baturaja Timur Ogan Komering Ulu
perkembangbiakan antara lain bak mandi, Sumatera Selatan, Indonesia
gentong, ember, penampungan kulkas, Berdasarkan hasil penangkapan
penampungan dispenser, vas bunga dan nyamuk dengan metode Odor Sentinel Trap
sebagainya. Botol jentik diisi air diberi label yang dilakukan di RT13 dan RT 17
lokasi,tanggal dan jenis habitat. Kemudian Kelurahan Sekarjaya Baturaja Timur Ogan
di lanjutkan dengan identifikasi larva Komering Ulu Sumatera Selatan, Indonesia
nyamuk,di laboratorium B2P2VRP Salatiga. didapatkan hasil pada gambar 2. dapat
dilihat bahwa spesies nyamuk yang
Analisis Data tertangkap dengan metode Door Sentinel
Data hasil penelitian disajikan dalam Trap, yaitu Cx.quinquefacsiatus jantan 445
bentuk tabel, gafik dan narasi. ekor, Cx.quinquefacsiatus betina 206 ekor,
Ae.aegypti jantan 2 ekor, Ae.aegypti betina
Hasil dan Pembahasan 9 ekor dan Cx.vishnui betina 1 ekor.
Larva nyamuk di Kelurahan Sekarjaya Nyamuk yang paling banyak tertangkap
Baturaja Timur Ogan Komering Ulu metode Door Sentinel Trap adalah nyamuk
Sumatera Selatan, Indonesia spesies Cx.quinquefacsiatus.
Berdasarkan hasil survei larva yang Hasil penangkapan nyamuk pada
dilakukan dari RT 13 dan RT 17 Kelurahan pagi hari (resting) yang dilakukan di RT13
Sekarjaya Baturaja Timur Ogan Komering dan RT 17 Kelurahan Sekarjaya Baturaja
Ulu Sumatera Selatan, Indonesia pada Timur Ogan Komering Ulu Sumatera

231
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Selatan, Indonesia didapatkan hasil pada Ar.subalbatus. Jumlah nyamuk yang paling
gambar 3. dapat dilihat bahwa spesies banyak tertangkap dengan metode Animal-
nyamuk yang tertangkap yaitu Baited Trap yaitu Cx.vishnui (787 ekor) ,
Cx.quinquefacsiatus jantan 54 ekor, Cx.tritaeniorhyncus (386 ekor) dan
Cx.quinquefacsiatus betina 88 ekor Cx.gellidus (331 ekor).
Ae.aegypti jantan 7 ekor, Ae.aegypti betina Penangkapan nyamuk dengan metode
7 ekor, Cx.hutchinsoni betina 1 ekor dan Light Trap tidak di dapatkan nyamuk, hal ini
Ae.albopictus Jantan 3 ekor, Ae.albopictus dikarenakan saat penangkapan nyamuk
betina 7 ekor. Nyamuk yang paling banyak dalam kondisi cuaca hujan.
tertangkap metode resting adalah spesies Berdasarkan hasil survei larva yang
Cx.quinquefacsiatus. telah dilakukan kerumah-rumah, dengan
Berdasarkan hasil penangkapan sasaran semua tempat-tempat
nyamuk dengan metode Animal-Baited penampungan air (TPA) paling banyak
Trap yang dilakukan di RT13 dan RT 17 ditemukan larva Ae. Aegypti dan larva Ae.
Kelurahan Sekarjaya Baturaja Timur Ogan Albopictus.
Komering Ulu Sumatera Selatan, Indonesia Berdasarkan penelitian yang
14
didapatkan hasil pada gambar 4. dapat dilakukan yang menyatakan bahwa
dilihat bahwa spesies nyamuk yang tempat penampungan air (TPA) paling
tertangkap dengan metode Animal-Baited banyak positif larva Aedes adalah
Trap, Cx.tritaeniorhyncus, Cx.vishnui, tempayan, drum, dan bak mandi.
Cx.gellidus, Cx.quinquefasciatus, Mengingat bak mandi yang berukuran
Cx.nigropunctatus, Cx.whitei, besar, sehinnga kesulitan dalam menguras
Cx.fuscocephalus, Cx.hutchinsoni, air. Disamping itu sulitnya untuk
Cx.bitaeniorhyncus, Cx.mimulus, An.vagus, mendapatkan air sehingga bak, drum,
An.barbirostris, An.tesselatus, ember dan tempayan jarang dikuras. Hal
An.nigerrimus, An.kochi, Ae.albopictus, ini menjadi peluang bagi larva Aedes untuk
Ae.vexans, Ae.aegypti, Aedes sp, dan berkembang biak.

232
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Tabel 1. Larva nyamuk di Kelurahan Sekarjaya Baturaja Timur Ogan Komering Ulu Sumatera
Selatan, Indonesia

Lokasi No Jenis Letak/ Warna Bahan Tertutup Larva Pupa Spesies


Rumah kontainer (+) tempat
Larva
RT 13 1 Vas/Pot Bunga Luar Hijau Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Ember Dalam Merah Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
2 Drum Dalam Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Drum Dalam Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
3 Lainnya Non Luar Merah Keramik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
Tpa
4 Ember Dalam Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Kaleng Bekas Luar Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
5 Ember Dalam Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Drum Luar Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
6 Bak Mandi Dalam Putih Keramik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
7 Bak Mandi Dalam Lainnya Semen Tidak Ada Ada Ae.aegypti
8 Bak Mandi Dalam Putih Keramik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
9 Bak Mandi Dalam Lainnya Keramik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Drum Luar Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
10 Ember Luar Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
11 Drum Luar Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Jerigen Bekas Luar Hitam Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
12 Ember Luar Hitam Plastik Tidak Tidak Tidak Ae.albopictus
13 Lainnya Non Luar Hitam Lainnya Tidak Ada Ada Ae.albopictus
Tpa
RT 17 1 Ember Dalam Hijau Plastik Ya Ada Tidak Ae.aegypti
Vas/pot bunga Luar Hijau Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
2 Vas/pot bunga Luar Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
Ban bekas Luar Hitam Karet Tidak Ada Ada Ae.albopictus
Panci bekas Luar Silver Logam Tidak Ada Ada Ae.aegypti
3 Kaleng bekas Luar Abu- Logam Tidak Ada Ada Ae.albopictus
abu
4 Drum Luar Lainnya Logam Tidak Ada Tidak Ae.aegypti
Ember Luar Putih Plastik Tidak Ada Tidak Ae.aegypti

5 Ember Dalam Putih Plastik Tidak Ada Tidak Ae.aegypti


Toples bekas Luar Lainnya Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
Bak mandi Dalam Biru Keramik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Bak wc Dalam Biru Keramik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
6 Drum Dalam Hitam Semen Tidak Ada Tidak Ae.aegypti
Jerigen bekas Luar Merah Plastik Tidak Ada Tidak Culex sp
7 Bak Luar Abu- Semen Tidak Ada Ada Ae.aegypti
penampungan abu
Bak wc Dalam Abu- Semen Tidak Ada Ada Ae.aegypti
abu
Drum Luar Lainnya Logam Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Lainnya tpa Luar Lainnya Logam Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Lainnya non Luar Hitam Plastik Tidak Ada Ada Armigeres sp.
tpa
Ban bekas Luar Hitam Karet Tidak Ada Ada Ae.aegypti,
Culex sp.
8 Gelas/botol Dalam Lainnya Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
bekas

233
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Lokasi No Jenis Letak/ Warna Bahan Tertutup Larva Pupa Spesies


Rumah kontainer (+) tempat
Larva
Drum Luar Lainnya Logam Tidak Ada Ada Ae.aegypti
9 Ember Dalam Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Bak mandi Dalam Biru Semen Tidak Ada Ada Ae.aegypti
Lainnya non Luar Lainnya Plastik Tidak Ada Tidak Ae.aegypti
tpa
10 Ember Dalam Hitam Plastik Tidak Ada Tidak Ae.aegypti
Kaleng bekas Luar Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
11 Lainnya non Luar Biru Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
tpa
12 Tempat minum Luar Putih Plastik Tidak Ada Ada Ae.albopictus
burung
Kobakan Luar Lainnya Tanah Tidak Ada Ada Culex sp.
13 Negatif dalam Hitam Plastik Tidak Tidak Tidak
14 Drum Dalam Lainnya Logam Tidak Tidak Tidak Ae.aegypti
Ember Dalam Putih Plastik Tidak Ada Tidak Ae.aegypti

Gambar 2. Spesies nyamuk yang tertangkap menggunakan metode door sentinel trap

Gambar 3. Spesies nyamuk yang tertangkap pada pagi hari (resting)

234
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Gambar 4. Spesies nyamuk yang tertangkap metode animal-baited trap

Berdasarkan hasil penangkapan ditemukan adalah Culex tritaeniorhynchus,


nyamuk yang telah dilakukan di wilayah Cx. quinquefasciatus, Cx. Fuscocephalus.17
penelitian, nyamuk-nyamuk sebagai vektor Nyamuk An.vagus, An.barbirostris,
seperti Ae.albopictus, Ae.vexans, An.tesselatus, An.nigerrimus, An.kochi,
Ae.aegypti, Aedes sp., dimana di Indonesia Ae.albopictus, juga di dapatkan di wilwyah
dikenal ada dua vektor, vektor utama penelitian, dimana sebagai tambahan peran
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes vektor, Anopheles sp. juga sebagai penular
albopictus sebagai vektor potensial, dari penyakit cacing Wuchereria bancrofti ,
keduanya tersebar di seluruh pelosok tanah dan beberapa penyakit virus seperti
15 18
air. Nyamuk lain yang tertangkap seperti O'nyong-nyong dan Orungo. Nyamuk lain
Cx.tritaeniorhyncus, Cx.vishnui, Cx.gellidus, yang tertangkap seperti Ar.subalbatus.
Cx.quinquefasciatus, Cx.nigropunctatus, Nyamuk Armigeres subalbatus merupakan
Cx.whitei, Cx.fuscocephalus, vektor potensial yang menularkan JEV di
Cx.hutchinsoni, Cx.bitaeniorhyncus, Taiwan.19
Cx.mimulus juga berperan sebagai vektor.
Selaras dengan hasil penelitian, di mana Kesimpulan
Culex sp adalah genus nyamuk yang Species larva yang di temukan di
ditemukan di daerah tropik dan subtropik Sekarjaya Baturaja Kabupaten Ogan
terutama di Asia dan Amerika Selatan. Komering Ulu Sumatera Selatan dalam
Banyak kasus kelainan neurologis yang satu kali survei yaitu, Ae. Aegypti, Ae.
ditularkan, termasuk West Nile virus Albopictus, Culex sp. dan Armigeres sp.
disease, Japanese encephalitis, dan Species nyamuk yang di temukan dalam
16
Murray valley virus disease. satu kali penangkapan yaitu,
Hasil penelitian lain juga Cx.tritaeniorhyncus, Cx.vishnui, Cx.gellidus,
menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Cx.quinquefasciatus, Cx.nigropunctatus,
yang berpotensi sebagai vektor JE yang Cx.whitei, Cx.fuscocephalus,

235
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

Cx.hutchinsoni, Cx.bitaeniorhyncus, pengawasan selanjutnya mengenai


Cx.mimulus, An.vagus, An.barbirostris, penyebaran virus oleh artropoda, perlu
An.tesselatus, An.nigerrimus, An.kochi, dilakukan deteksi virus pada populasi
Ae.albopictus, Ae.vexans, Ae.aegypti, vektor artropoda.
Aedes sp. dan Ar.subalbatus. Untuk

DAFTAR PUSTAKA
1. Brooks GF, Carrol KC et al, 2013. Jawetz, Melnick, Adelberg Medical Microbiology 26th edition.
Mc.Graw Hill.
2. Carrillo H., Marlen Y., Julian R.S., Lucy J.V., Sergio Y.G.R., and Marlen M.G. 2018. “Co-Circulation and
Simultaneous Co-Infection of Dengue, Chikungunya, and Zika Viruses in Patients with Febrile
Syndrome at the Colombian-Venezuelan Border.” BMC Infectious Diseases 18(1):1–12.
3. Wilder S.A., Gubler D.J., Weaver S.C., Monath T.P., Heymann D., and Scott T.W., 2017. “Epidemic
Arboviral Diseases: Priorities for Research and Public Health.” The Lancet Infectious Diseases
17(3):e101–6.
4. Darrigo L.Ge., Alexandre M.S.A.C., and Clarisse M.M., 2018. “Chikungunya, Dengue, and Zika in
Immunocompromised Hosts.” Current Infectious Disease Reports 20(4):1–10.
5. Klitting R., FischerA., Drexler J.F., Gould E.A., Roiz D., Paupy C., and Lamballerie X., 2018. “What
Does the Future Hold for Yellow Fever Virus ? ( II ).” Genes 9(425):1–37.
6. Leta Samson., Beyene Tariku Jibat., De Clercq E M., et al. 2018. “Global Risk Mapping for Major
Diseases Transmitted by Aedes Aegypti and Aedes Albopictus.” International Journal of Infectious
Diseases 67:25–35.
7. Main B.J., Nicholson J., Winokur O.C., Steiner C., Riemersma K.K., Stuart J., Takeshita R., Krasnec
M., Barker M.C.,. Coffey L.L., 2018. “Vector Competence of Aedes Aegypti, Culex Tarsalis, and Culex
Quinquefasciatus from California for Zika Virus.” PLoS Neglected Tropical Diseases 12(6):1–13.
8. Epelboin., Yanouk., Stanislas T., Loic E., and Isabelle D., 2017. “Zika Virus: An Updated Review of
Competent or Naturally Infected Mosquitoes.” PLoS Neglected Tropical Diseases 11(11):1–22.
9. Rezende I.M., Sacchetto L., Mello E.M., AlvesP.A., Lani F.C.M., Adelino T.E.R., Duarte M.M., Cury
A.L.F., Bernardes A.F.L., Santos T.A., Pereira L.S., Dutra M.R.T., Ramalho D.B., Thoisy B., Kroon
E.G., Trindade G.S., and Trindade B.P., 2018. Persistence of Yellow Fever Virus Outside the Amazon
Basin, Causing Epidemics in Southeast Brazil, from 2016 to 2018. PLoS Neglected Tropical Diseases
12(6):1–12.
10. Kemenkes RI, 2015. “Riset Khusus Vektor Dan Reservoir Penyakit ( RIKHUS VEKTORA )". Laporan
Provinsi Sumatera Selatan” 1–75.
11. Biogents. 2004. “Instruction Manual.” (September).
12. W H O. 2013. “Malaria Entomology and Vector Control.” World Health Organization (July):192.
13. Kemenkes RI, 2017. “Riset Khusus Vektor Dan Reservoir Penyakit ( RIKHUS VEKTORA )" Pedoman
Pengumpulan Data Vektor (Nyamuk) Di Lapangan.”.
14. Hasyimi A dan Soekirno M. 2004. Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti Pada Tempat
Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi Kesehat.
3(1):37-42.
15. Suroso T., Achmad H., and Imran Ali. 1998. “Dengue Haemorrhagic Fever Outbreaks in Indonesia
1997-1998.” Dengue Bulletin 22:45–48.
16. Rizzoli, A., Clavero M.A.J., Barzon L., Cordioli P., Figuerola J., Koraka P., Martina B., Moreno A.,
Nowotny N., Pardigon N., Sanders N., Ulbert S., and Tenorio A., 2014. “The Challenge of West Nile
Virus in Europe : Knowledge Gaps and Research Priorities. Eurosurveillance 1–15.
17. Hadi UK, Soviana S dan Syafriati T. 2011. Ragam Jenis Nyamuk di Sekitar Kandang Babi dan
Kaitannya dalam Penyebaran Japanese Encephalitis. Jurnal Veteriner. Vol. 12 No. 4: 326-334.

236
JMJ, Volume 7, Nomor 2, Mei 2019, Hal: Sulfa Esi Warni dkk. Pengaruh…..

18. Fauver J.R, Grubaugh N.D, Krajacich B, Weger L.J, Lakin S.M, Fakoli L.S, Bolay F.K, Diclaro J.W,
Dabiré K.R, Foy B.D, Brackney D.E, Ebel G.D, Stenglein M.D., 2016. “West African Anopheles
Gambiae Mosquitoes Harbor a Taxonomically Diverse Virome Including New Insect-Specific
Flaviviruses , Mononegaviruses, and Totiviruses.” Virology 498:288-99.
19. Chen WJ, Dong CF, Chiou LY, Chuang WL., 2000. Potential role of Armigeres subalbatus (Diptera:
Culicidae) in the transmission of Japanese encephalitis virus in the absence of rice culture on Liu-chiu
islet, Taiwan. Journal of Medical Entomology 37(1):108-13.

237
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

IDENTIFIKASI LARVA NYAMUK YANG DITANGKAP DI PERINDUKAN


DI KABUPATEN BULELENG.

Ni Luh Putu Manik Widiyanti1*, I Ketut Artawan 2, & Ni Putu Sri Ratna Dewi3

Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja1*, 2, 3

Email : manikwidiyanti @gmail.com

Abstrak
Nyamuk merupakan salah satu serangga yang sangat menggangu bagi manusia
maupun hewan melalui gigitannya. Selain menyebabkan rasa gatal nyamuk juga dapat
berperan sebagai vektor penyakit. Jumlah jenis nyamuk yang pernah dilaporkan ada di
Indonesia diperkirakan lebih dari 457 jenis nyamuk dan 18 marga. Jenis-jenis tersebut
didominasi oleh marga Aedes, Anopheles, dan Culex yang mencapai 287 jenis.
Keberadaan vektor di lingkungan di kabupaten Buleleng juga menentukan kesehatan
masyarakat di kabupaten ini terutama yang hubungannya dengan penyakit yang
ditularkan oleh vektor nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
larva nyamuk yang ditangkap di lingkungan kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
Rancangan penelitian adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian mendapatkan larva
nyamuk yang ditangkap di perindukan dan diidentifikasi yaitu : Culex
quinquefasciatus, Aedes aegipty, Anopheles sp dan Culex visnui.

Kata-kata kunci : Identifikasi, larva nyamuk, kabupaten Buleleng


Abstract
Mosquitoes is one of insect that very disturbing for human and animals through it
bites. In addition to causing itching, mosquito can also serve as vectors of disease. The
number of mosquitos species that have been reported in Indonesia is estimated at more
than 457 species and 18 genera. These species are dominated by the genera Aedes,
Anopheles and Culex, which reached 287 species. The presence of vector in the
environment in Buleleng regency also determine the health of the community in this
regency is mainly associated with the disease is transmitted by mosquito vectors. The
purpose of this study is to identify the mosquito larvae were captured in Buleleng
regency, Bali Province. Research design was a descriptive study. The results of study
get mosquito larvae were arrested in breeding and identified are Culex
quinquefasciatus, Aedes aegipty, Anopheles sp dan Culex visnui.
Key words : identification, mosquito larvae, Buleleng regency

1. Pendahuluan Jumlah jenis nyamuk yang pernah


Nyamuk merupakan salah satu dilaporkan ada di Indonesia diperkirakan
serangga yang sangat menggangu bagi lebih dari 457 jenis nyamuk dan 18 marga.
manusia maupun hewan melalui Jenis-jenis tersebut didominasi oleh marga
gigitannya. Selain menyebabkan rasa Aedes, Anopheles, dan Culex yang
gatal nyamuk juga dapat berperan sebagai mencapai 287 jenis. (Suwito, 2008). Jenis-
vektor penyakit. Nyamuk termasuk dalam jenis nyamuk yang menjadi vektor utama,
sudfamili Culicinae, famili Culicidae biasanya adalah Aedes sp, Culex sp,
(Nematocera: Diptera) merupakan vektor Anopheles sp dan Mansonia sp.
atau penular utama dari penyakit-penyakit Larva nyamuk memakan
arbovirus. organisme kecil, tetapi ada juga yang
Di seluruh dunia terdapat lebih dari bersifat predator seperti Toxorhynchites sp
2500 spesies nyamuk meskipun sebagian yang memangsa jenis larva nyamuk
besar dari spesies-spesies nyamuk ini lainnya yang hidup di dalam air.
tidak berasosiasi dengan penyakit virus Kebanyakan nyamuk betina harus
(arbovirus) dan penyakit-penyakit lainnya. mengisap darah manusia atau hewan

268 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

seperti kuda, sapi, babi dan burung pisau bedah, tisu, gelas objek, gelas
sebelum perkembangan telurnya terjadi. penutup, pipet tetes, beker gelas,
Bila tidak mendapat cairan darah yang kertas label dan kamera digital. 2) alat
cukup, nyamuk betina ini akan mati. di lapangan yaitu alat bantu
Nyamuk jantan biasanya hidup dengan
pengambilan sampel di lapangan
memakan cairan tumbuhan (Sembel,
yakni, cedukan larva dan botol tempat
2009).
Keberadaan vektor di lingkungan menampung larva.
di kabupaten Buleleng juga menentukan Langkah kerja dari proses
kesehatan masyarakat di kabupaten ini pembuatan preparat atau sediaan
terutama yang hubungannya dengan awetan menurut Widiyanti (1999).
penyakit yang ditularkan oleh vektor Data yang terkumpul berupa
nyamuk. Sukirno dkk (1984) melaporkan foto-foto hasil pengamatan larva
bahwa ada 3 desa di kabupaten Buleleng, nyamuk yang ditangkap di lingkungan
provinsi Bali terseleksi untuk dievaluasi di kabupaten Buleleng. Setelah data
penyakit malaria yang berlokasi di pantai yang diperlukan terkumpul,
utara, yaitu Sanih, Kalibukbuk dan
selanjutnya analisis data yaitu teknik
Ringdikit. Selama 1978-1980 lebih dari
analisis secara deskriptif.
30% dari 11 kasus malaria di Bali terjadi
di kabupaten Buleleng. Desa di pinggir
pantai Sanih dan Kalibukbuk ditemukan 2 3. Hasil Dan Pembahasan
spesies nyamuk anopheles yaitu An. 3.1 Hasil.
sundaicus yang ditangkap pada malam Penelitian dilaksanakan tahun 2013
hari (nocturnal), sedangkan pada malam dengan mengoleksi larva nyamuk di
dan pagi hari ditangkap An. Subpictus lingkungan kabupaten Buleleng.
(nocturnal dan diurnal). Di desa Ringdikit
spesies nyamuk anopheles yang Tabel 1. Jenis layamuk
tertangkap pada malam hari adalah An.
aconitus yang paling banyak diikuti oleh Lokasi
An. vagus ditangkap di kandang sapi. Jenis Jenis ditemukan di
No
Penelitian ini dilakukan di Larva Perindukan Kabupaten
kabupaten Buleleng dengan menangkap Buleleng
Gorong- Jln Bukit
larva di tempat perindukan nyamuk. Larva
gorong Indah
yang ditangkap di lingkungan, kemudian Jln
dibuat preparat awetan dan diidentifikasi Kolam
Abimanyu
di laboratorium Zoologi jurusan Daerah
Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha. Kolam
Kalibaru
Culex
1 Gorong-
fatigan Jln Kartini
2. Metode gorong
Fak.
Rancangan penelitian yang
Kolam Ekonomi
digunakan dalam penelitian ini adalah Undiksha
penelitian deskriptif. Bahan yang Gorong- Daerah
digunakan adalah larva nyamuk yang gorong Sambangan
ditangkap di lingkungan perumahan di Kelurahan
Bak air
Baktiseraga
kabupaten Buleleng, alkohol dengan
Daerah
konsentrasi bertingkat : 60%, 70%, perumahan
80%, 90%, 96%, xylol, dan canada di belakang
Aedes Bak air
balsam. 2
aegypti
kantor Bank
Instrumen penelitian yang Mandiri Jln
A. Yani
digunakan adalah: 1) kunci identifikasi
Bak air Jln Rajawali
larva nyamuk, alat laboratorium Kelurahan
seperti : mikroskop, jarum pentul, Bak air
Kaliuntu

FMIPA Undiksha 269


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

Lanjutan Tabel 1. Siphon


Perbandingan
Kecamatan siphon lebar dan
Bak air
Banjar panjang : 1 : 3
Jln (tanda panah
Bak air
Abimanyu ganda)
Bak Kamar Hair tuft (tanda
Jln A. Yani
mandi panah)
Bak Kamar
Jln Bisma
mandi Karakteristik larva nyamuk Aedes
Bak air Jln Teratai
Bak Kamar Gedung A
aegypti yang teridentifikasi adalah :
mandi FMIPA antena pada caput tidak bercabang,
Gedung terdapat duri pada thorax, ukuran
Bak Kamar
Seminar siphon pendek gemuk, combteeth
mandi
Undiksha dengan duri samping dan jumlahnya 1
Bak air Sambangan
Gorong- Banjar Tegal
deret, terdapat hair tuft pada siphon
gorong Singaraja dengan jumlah ah sepasang, terdapat
Culex Gorong- Peguyanaga caudal hairs, terdapat anal brush dan
3
visnui gorong n gill, bentuk pecten pada siphon dengan
Gorong- duri samping.
Banyuning
gorong
Anophe
4 Kolam Baktiseraga
les sp

Berdasarkan kunci identifikasi


larva nyamuk Culex spp (Depkes RI,
1989), karakteristik larva nyamuk (a) Antena pada (b) thorax tanpa
Culex fatigan (Cx.
Cx. quinquefasciatus)
quinquefasciatus caput tidak bercabang spina/duri tanda
yang teridentifikasi
ikasi adalah : antena (tanda panah) panah)
pada caput bercabang, tidak terdapat
duri pada thorax, ukuran siphon yaitu Siphon
Siphon pendek
1 : 3 (perbandingan lebar dan dan gemuk (tanda
panjang), terdapat lebih dari 1 pasang panah ganda)
hair tuft pada siphon, pecten pada dan spina dengan
siphon tanpa duri samping, terdapat 3-
3 spina lateral (satu
4 deret combteeth pada abdominal deret) pada
abdomen terakhir
terakhir, terdapat anal gill,
gill brush dan (tanda panah)
caudal hairs.
Karakteristik larva nyamuk Culex
vishnui yang teridentifikasi adalah :
antena pada caput bercabang, tidak
terdapat duri pada thorax, ukuran
siphon panjang dan langsing, terdapat
lebih dari 1 pasang hair tuft pada
siphon, pecten pada siphon tanpa duri
(a) Antena pada (b) thorax tanpa
samping, terdapat 3
3-4 deret
caput bercabang spina/duri (tanda
(tanda panah) panah) commbteeth pada abdomen
bdomen terakhir,
terdapat anal gill, brush dan caudal
hairs

270 FMIPA Undiksha


ISBN 978
978-602-6428-00-4

4. Pembahasan
Pada penelitian ini hanya
mengambil larva di gorong-gorong,
gorong
kolam, bak air dan bak kamar mandi
dengan teridentifikasi larva nyamuk yaitu
Cx fatigan, Ae. aegipty, Cx. vishnui dan
(a) Antena pada kepala (b) thorax tanpa
bercabang (tanda spina/duri (tanda
Anopheles sp.
panah) pabah) Di seluruh dunia terdapat lebih
dari 2500 spesies nyamuk meskipun
Siphon sebagian besar dari spesies-spesies
spesies
Siphon panjang dan
nyamuk ini tidak berasosiasi dengan
langsing (tanda paanh penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-
penyakit
ganda). penyakit lainnya. Di ne negara-negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia,
penyakit-penyakit
penyakit yang ditularkan melalui
nyamuk masih merupakan masalah
kesehatan yang penting.
Pada abdomen terakhir : 3-44 deret combteeth
Masih adanya penyakit yang
Combteeth disebabkan oleh nyamuk sebagai vektor
ditunjukkan oleh penyakit. Hal ini salah satunya disebabkan
diseba
tanda panah karena kepadatan larva nyamuk pada
tempat-tempat
tempat perindukan yang potensial.
Tempat perindukan nyamuk merupakan
habitat penting bagi nyamuk yang
Karakteristik larva nyamuk merupakan vektor utama penyebab
Anopheles sp yang teridentidikasi penyakit bagi manusia untuk berkembang
adalah : antena pada kepala tidak biak. Tempat perindukan nyamuk
bercabang, tidak mempunyai siphon bervariasi
riasi untuk tiap jenis nyamuk. Untuk
pada abdomen terakhir tetapi famili Culicidae marga Aedes biasanya
mempunyai sepasang spirakel. terdapat pada kondisi air yang bersih di
Karakteristik yang jelas nampak yaitu dalam rumah dan di luar rumah sedangkan
cara memperoleh udara, posisi larva marga Culex berada di luar rumah.
sejajar dengan air. Setelah dibuat
dib Tempat perindukan nyamuk family
preparat, larva menghitam. Itu Anophelidae berada di luar rumah ppada
bekas genangan air yang kotor misalnya
kemungkinan larva instar 4 akhir,
pada kolam-kolam
kolam yang di lewati mobil,
karena gerakannya lambat dan akan saluran air, daerah rawa, tempat bekas
moulting menjadi pupa. Sebagai penebangan pohon sagu dan hutan
gambaran, data diambil dari penelitian mangrove (Pagaya, dkk,, 2005).
sebelumnya tahun 2013, sebagai Culex fatigan (Cx.
berikut. quinquefasciatus) diketahui sebagai
vektor untuk penyakit filariasis di
perkotaan dan perkampungan di Indonesia
(Munif, 1996). Culex quinquefasciatus
quinquefasciatus,
adalah nyamuk yang tergolong ke dalam
phylum Arthopoda,, yang merupakan
faktor penting penyebab filariasis (Kumar
Caput : dengan antena Abdomen terakhir et al, 2014), 4), St. Louis encephalitis
tidak bercabang tanpa siphon tetapi (Farajollahi et al,, 2011), West Nile virus
dengan spirakel (Styer et al, 2011) dan Avion malaria
(tanda panah) (Lalubin et al,, 2013). Culex
quinquefasciatus,, juga disebut nyamuk
rumah selatan (Southern
Southern house mosquito
mosquito)
karena nyamuk ini secara ekstensive

FMIPA Undiksha 271


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

dipelajari sebagai penular penyakit- sedangkan larva Ae. aegypti tertinggi


penyakit kritis (Dumas et al, 2013). terdapat pada wadah berwarna bening
Nyamuk Culex ditemukan secara umum (31,25%), cokelat dan oranye (25%).
di kota urban yang terbawa oleh Penelitian yang dilakukan oleh
urbanisasi (Mattingly, 1962), karena Rosa (2007) mendapatkan terdapat
pertumbuhan kota yang tidak baik, beberapa jenis perindukan nyamuk yaitu
dimana bisanya berakibat pada di dalam rumah ditemukan 6 jenis tempat
perkembangan penyakit menular ( Singh, perindukan dengan total tempat
1967). Baru-baru ini 1,2 milyar penduduk perindukan 124 buah. Dari semua tempat
beresiko pada perkembangan limphatik perindukan tersebut ada 4 tempat
filariasis dan 128 juta sekarang ini perindukan yaitu bak mandi keramik,bak
terinfeksi di lebih dari 180 negara. mandi fiber, gentong plastik dan vas
Diantara yang terinfeksi, 107 juta (90%) bunga sedangkan 2 tempat perindukan
terinfeksi oleh W. Bancrofti dan 13 juta yaitu ember plastik, baskom plastik tidak
terinfeksi Brugia malayi dan Brugia ditemukan adanya larva nyamuk. Menurut
timori (Cato, 2005). Ini dikenal sebagai Pagaya dkk. (2005), pada penelitian yang
nyamuk kosmopolitan karena nyamuk dilakukan di desa Waimahu tempat
berperan sebagai vektor parasit protozoa perkembangbiakan larva nyamuk Ae.
(Riper III, et al, 1986), cacing filaria Aegeypti di dalam rumah yang potensial
(Ahid et al, 2000) dan untuk virus arbo yaitu bak mandi, pot (vas) bunga segar,
(Sucharit et al, 1989 dan Molaei et al, gantungan tanah liat, dan ember plastik,
2007). Culex quinquefasciatus sebagai sedangkan tempat perkembangbiakan
vektor utama di India penyebab filariasis larva nyamuk Ae. Aegeypti di luar rumah
(Saskar et al, 2009), 91% filariasis yaitu drum air, ruas bambu berisi air
disebabkan oleh Wuchereria bancrofti untuk pemeliharaan tanaman saledri, kulit
Cobbold ( Snow et al., 2006). Untuk kelapa, perahu nelayan gelas plastik,
kesejahteraan manusia, itu sangat penting sumur, pelepah pohon pisang, dan ember
untuk membasmi spesies ini. plastik.
Tempat perindukan (bioekologi) Sejak tahun 1979 ada laporan
larva nyamuk adalah tempat-tempat yang Japaniese enchepalitis di India ( Paul et
menampung air. Sesuai yang al, 2011). Subgroup Culex vishnui telah
dikemukakan oleh Fadilla dkk (2015), dikenal selama beberapa tahun sebagai
bahwa jenis wadah tempat penampungan vektor utama dan berperan penting dalam
air (TPA) yang banyak digunakan oleh epidemiologi Japanese Encephalitis (JE)
penduduk adalah bak mandi, ember, di india (Samuel et al. 2000). Subgroup
tempayan dan drum sebanyak 298 buah Cx. vishnui dimana spesies ini terlalu
(75,25%) dengan kepadatan larva Ae. umum penyebarannya luas dan
aegypti dan Ae. albopictus tertinggi pada perindukannya di sawah. Jumlah nyamuk
wadah drum (12,5%) dan bak mandi ini sering berhubungan dengan kultivasi
(12,5%). Wadah bukan TPA yang padi. Analisis darah menunjukkan bahwa
merupakan wadah bukan untuk nyamuk ini secara prinsip menggigit sapi,
menampung air sebanyak 98 buah meskipun gigitan pada manusia dan babi
(24,75%) dengan persentasi kepadatan juga telah dilaporkan di desa dekat
larva tertinggi pada ban bekas (100%) Madurai dan di kecamatan Cuddalore di
sedangkan wadah alamiah tidak Pusat Kesehatan Utama Nallur (Nallur
ditemukan di lokasi penelitian. Bahan Primary Health Center) (Reuben et al.
dasar yang memiliki kepadatan larva Ae. 1992). JE adalah penyakit virus yang
aegypti tertinggi ada pada wadah yang disebabkan oleh JE Virus (JEV) yang di
terbuat dari karet (100%) dan larva Ae. alam terpelihara dalam siklus zoonotik,
albopictus memiliki kepadatan tertinggi dimana dapat sebagai enzootik maupun
pada bahan kayu (100%). Pada larva Ae. epizootik. Siklus ini meliputi babi sebagai
albopictus warna wadah yang paling reservoir utama/ inang penerus, burung
sering ditemukan larva adalah warna yang hidup di air sebagai pembawa dan
coklat (58,33%) dan hitam (15,28%), nyamuk sebagai vektor. Subgroup

272 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

nyamuk Cx. visnui terdiri dari Cx. Anopheles diketahui sebagai


tritaeniorhynchus Giles, Cx. vishnui vektor untuk penyakit malaria yang
Theobald dan Cx. pseudovishnui Colless disebabkan oleh protozoa Plasmodium sp
punya implikasi sebagai vektor utama JE. (Zaman, 1997; WHO, 1992). Dari jenis-
Di India, JEV sudah diisolasi dari 16 jenis nyamuk tersebut ternyata ada 20
spesies nyamuk (Philip et al, 2000). jenis nyamuk Anopheles sp. dapat
Penangkapan larva nyamuk menularkan penyakit malaria (Hizwani,
sebagai vektor penyakit di kabupaten 2004). Aryanti dkk (2006) menyatakan
Buleleng, mengindikasikan masih bahwa daerah Indonesia bagian timur
berkembangnya vektor seperti yang termasuk kota Ambon merupakan daerah
dinyatakan oleh Widiyanti (2013) bahwa penyebaran malaria terberat.
pola perindukan nyamuk dengan
mengidentifikasi larva yang ditangkap di 5. Simpulan Dan Saran
tempat perindukan nyamuk yang 5.1 Simpulan
didapatkan di kecamatan Buleleng Jenis larva nyamuk yang ditangkap di
kabupaten Buleleng secara persisten perindukan di kabupaten Buleleng adalah
ditemukan larva Anopheles sp, Aedes : Culex quinquefasciatus, Aedes aegipty,
aegypti dan larva Culex sp. Culex vishnui dan Anopheles sp dengan
Perkembangbiakan nyamuk perindukan secara berturutan adalah :
anopheles di kabupaten Buleleng sejak gorong-gorong dan kolam, bak air dan
tahun 1970-an dilaporkan oleh Sukirno bak kamar mandi; gorong-gorong dan
dkk (1984) bahwa ada 3 desa di larva nyamuk yang terakhir adalah kolam.
kabupaten Buleleng, provinsi Bali
terseleksi untuk dievaluasi penyakit 5.2 Saran
malaria yang berlokasi di pantai utara, Pengelolaan lingkungan berperan penting
yaitu Sanih, Kalibukbuk dan Ringdikit. dalam kaitannya dengan kesehatan
Selama 1978-1980 lebih dari 30% dari 11 masyarakat terutama dalam pengendalian
kasus malaria di Bali terjadi di kabupaten vektor nyamuk
Buleleng. Desa yang dievaluasi malaria
adalah Sanih yaitu desa yang berlokasi di 6. Daftar Pustaka
18 kilometer bagian timur dari kota Ahid, S.M.M., Silva Vasconcelos, P.S.D.
kabupaten Singaraja. Daerah ini terletak and Lourenc, O. 2000. Vector
di pinggir pantai dengan banyak laguna, Competence of Culex
tetapi tidak dekat dengan persawahan. quinquefasciatus Say from
Desa yang kedua adalah Kalibukbuk. Different Regions of Brazil to
Desa ini terletak sekitar 9 km bagian barat Dirofilaria immitis. Memorias do
dari kota Singaraja. Desa ini juga terletak Instituto Oswaldo Cruz, 95, 769-
di pinggir pantai, tetapi di sana ada daerah 775.
pengairan persawahan dan juga laguna.
Ringdikit merupakan desa sekitar 25 Aryanti, 2006. Uji Daya Anti Malaria
kilometer sebelah barat kota Singaraja. Artemisia spp. Terhadap
Daerah ini merupakan perbukitan dengan Plasmodium falciparum. Majalah
pengairan dan persawahan bertingkat- Farmasi Indonesia, 17 (2), 81-84,
tingkat. Desa di pinggir pantai Sanih dan 2006.
Kalibukbuk ditemukan 2 spesies nyamuk
anopheles yaitu An. sundaicus yang Cato, L. 2005. Identification of filarial
ditangkap pada malam hari (nocturnal), vector mosquito, Culex
sedangkan pada malam dan pagi hari quinquefasciatus, and infection
ditangkap An. Subpictus (nocturnal dan using PCR assays. Molecular
diurnal). Di desa Ringdikit spesies Biotechnology Programme.
nyamuk anopheles yang tertangkap pada Uppsala University School of
malam hari adalah An. aconitus yang Engineering
paling banyak diikuti oleh An. vagus
ditangkap di kandang sapi.

FMIPA Undiksha 273


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

Chen, C.D., Low, V.L., Lau, K.W., Lee,


H.L., Nazni, W.A., Heo, C.C., Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan
Azidah, A.A. & Sofian-Azirun, M. Vektor Malaria di Indonesia.
.2013. First report on adulticide Digistized by USU digital library
susceptibility status of Aedes
albopictus, Culex quinquefascaitus Kumar, D., Chawla, R., Dhamodaram, P.
and Culex vishnui from a pig farm and Balakrishnan, N. 2014.
in Tanjung Sepat, Selangor, Larvicidal Activity of Cassia
Malaysia. Journal of the American occidentals (Linn.) against the
Mosquito Control Association Larvae of Bancroftian Fila
29(3): 220-230. Coenriasis Vector Mosquito Culex
quinquefasciatus. Journal of
Daravathi, S.S., Siddaiah, M., Naik, B.R. Parasitology Research,
2015. Molecular Characterization
and Phylogenetic Analyisis of Lalubin, F., Deledevant, A., Glaizot, O.
Culex quinquefasciatus by DNA and Christe, P. 2013 Temporal
Barcoding. Scientific Research Pub. Changes in Mosquito Abundance
Inc. (Culex pipiens), Avian Malaria
Prevalence and Lineage
Depkes RI. 1989. Kunci Identifikasi Composition. J. Parasites &
Culex, Jentik dan Dewasa di Jawa. Vectors, 6, 307.
Ditjen. PPM dan PLP. Depkes, RI.
Jakarta Mattingly, P.F. 1962 Population Increases
in Culex quinquefasciatus
Dumas, E., Atyame, C.M., Milesi, P., Wiedemann. A Review of Present
Fonseca, D.M., Shaikevich, E.V., Knowledge. Bulletin of the World
Unal, S., et al. 2013. Population Health Organization, 27, 579-584.
Structure of Wolbachia and
Cytoplasmic Introgression in a Molaei, G., Andreadis, T.G., Armstrong,
Complex of Mosquito Species. P.M., Bueno Jr., R., Dennett, J.A.,
BMC Evolutionary Biology, 13, Real, S.V., et al. 2007 Host Feeding
181. Pattern of Culex quinquefasciatus
(Diptera: Culicidae) and Its Role in
Fadilla, Z., Hadi U.K., Setiyaningsih, S. Transmission of West Nile Virus in
2015. Bioekologi vektor demam Harris County, Texas. The
berdarah dengue (DBD) serta American Journal of Tropical
deteksi virus dengue pada Aedes Medicine and Hygiene, 77, 73-81.
aegypti (Linnaeus) dan Ae.
Albopictus (Skue) Diptera : Munif, A. 1996. Cendawan Patogen pada
Culicidae) di Kelurahan endemik Larva Nyamuk Culex
DBD Bantarjati, kota Bogor. quinquefasciatus Berasal dari
J.Entomol. Indonesia. 12 (1) : 31- Kubangan Air Limbah Rumah
38 Tangga untuk Menunjang
Pengendalian Hayati. Cermin
Farajollahi, A., Fonseca, D.M., Kramer, Dunia Kedokteran. 106 : 41-43
L.D. and Marm Kilpatrick, A.
(2011) “Bird Biting” Mosquitoes Murty, S.U., Satyakumar, I.D.V.R.,
and Human Disease: A Review of Sriram, K., Rao, M., Singh, T.G.,
the Role of Culex pipiens Complex Arunachalam, N., Samel, P.P. 2002.
Mosquitoes in Epidemiology. Seasonal Prevalence of Culex
Infection, Genetics and Evolution: Vishnui subgroup The Major
Journal of Molecular Epidemiology Vectors of Japanese Encephalitis
and Evolutionary Genetics in Virus In An Endemec District of
Infectious Diseases, 11, 1577-1585. Andhra Pradesh, India. J. Of The

274 FMIPA Undiksha


ISBN 978-602-6428-00-4

American Mosquito Control epidemiological implications.


Association : 18 (4) : 290-293 ICMR (Int Cent Med Res) Bull
Pagaya, J, M Nindatu, F Ririhena. 2005.
Analisa Kepadatan Larva dan Sarkar, M., Bhattacharyya, I.K.,
Survei Tempat perindukan Nyamuk Borkotoki, A., Goswami, D.,
Aedes (Diptera: Culicidae) di Rabha, B., Baruah, I., et al. 2009.
Dusun waimahu Kecamatan Insecticide Resistance and
Nusaniwe, Kota Ambon. Majalah Detoxifying Enzyme Activity in the
Kedokteran Tropis Indonesia, Principal Bancroftian filariasis
Ambon. Vector, Culex quinquefasciatus, in
Northeastern India. Medical and
Paul, R.C., Rahman, M., Gurley, E.S., Veterinary Entomology, 23, 122-
Hossain, M.J., Diorditsa, S., Hasan, 131.
A.M., et al. 2011. A Novel Low-
Cost Approach to Estimate the Sembel, D.T. 2009. Entomologi
Incidence of Japanese Encephalitis Kedokteran. Yogyakarta : Andi
in the Catchment Area of Three
Hospitals in Bangladesh. The Singh, B., Singh, P.R. and Mohanty, M.K.
American Journal of Tropical 2012. Toxicity of a Plant Based
Medicine and Hygiene, 85, 379- Mosquito Repellent/Killer.
385. Interdisciplinary Toxicology, 5,
184-191
Philip S. P, Hiriyan J, Gajanana A. 2000.
Japanese encephalitis virus Singh, D. (1967) The Culex
infection in mosquitoes and its quinquefasciatus Problem in South-
epidemiological implications. East Asia with Special Reference to
ICMR Bulletin. 30(4):37-43. Urbanization. Bulletin of the World
Health Organization, 37, 239-243.
Reuben R, Thenmozhi V, Philip Samuel
P, Gajanana A, Mani TR. 1992. Snow, L.C., Bockarie, M.J. and Michael,
Mosquito blood feeding patterns as E. 2006. Transmission Dynamics of
a factor in the epidemiology of Lymphatic Filariasis: Vector-
Japanese encephalitis in southern Specific Density Dependence in the
India. Am J Trop Med Hyg 46:654- Development of Wuchereria
663. bancrofti Infective Larvae in
Mosquitoes. Medical and
Riper III, V. C., Riper, V. S., Goff, M. Veterinary Entomology, 20, 261-
and Laird, M. 1986. The 272.
Epizootiology and Ecological
Significance of Malaria in Soerono, M . , Davidson, G. H., Muir,
Hawaiian Land Birds. Ecology D.A. 1965. The Development and
Monograph, 56, 327-344. trend of Insecticide-resistance in
Anopheles aconitus Dinitz and
Rosa, E. 2007. Studi Tempat Perindukan Anopheles sundaicus (Rodenwaldt),
Nyamuk Vektor Demam Berdarah Bull.Wld.Hlth.Org. 32: 161-168
Dengue Di Dalam dan Di Luar
Rumah di Rajabasa Bandar Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah
Lampung. J. Sains MIPA. 13 (1) : Dengue. Edisi 2. Surabaya :
57-60 Airlangga University Press.

Samuel Pf; Hiriyan J, Gajanana A. 2000. Sucharit, S., Surathin, K. and Shrestha,
Japanese encephalitis virus S.R. 1989. Vectors of Japanese
infection in mosquitoes and its Encephalitis Virus (JEV): Species
Complexes of the Vectors. The

FMIPA Undiksha 275


Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

Southeast Asian Journal of Thenmozhi, V., Mariappan, T.,


Tropical Medicine and Public Krishnamoorthy, R., G. Baskarn,
Health, 20, 611-621 G., Krishnamoorthi, R., Balaji, T.,
Tyagi, BK. 2014. A first note on
Sukirno, M., Bang, Y.H., Sudomo, M., Japanese encephalitis virus
Pemayun, I.Tj.P., Fleming, G.A. isolation from Culex
2004. Bionomic of Anopheles quinquefasciatus Say in Northern
Sundaicus and other Anophelines West Bengal. Inter J. Of
Associated with Malaria in Coastal Mosq.Research. 1 (1) : 1-4
Areas of Bali, Indonesia. World
Health Organization Mondiale de Widiyanti, N.L.P.M. 2013. Pola
La Sante.WHO/VBC/83.885 Perindukan Nyamuk yang
Ditangkap di Perindukan di
Suwito, A. 2008. Nyamuk (Diptera: kabupaten Buleleng dan
Culicidae) Taman Nasional Manfaatnya sebagai Bahan
Boganinani watrabone, Sulawesi Praktikum dalam Perkuliahan
Utara: keragaman, Status dan Zoologi Invertebrata. J.IKA. 11 (1)
Habitatnya Bidang Zoology, Pusat : 27-29
penelitian Biologi LIPI
WHO. 1992. Entomological Field
Styer, L.M., Lim, P.Y., Louie, K.L., Techniques for Malaria Control.
Albright, R.G., Kramer, L.D. and Geneva
Bernard, K.A. 2011. Mosquito
Saliva Causes Enhancement of Zaman, V. 1997. Atlas Parasitologi
West Nile Virus Infection in Mice. Kedokteran. Edisi II. Alih bahasa
Journal of Virology, 85, 1517-1527. Dr. Chairil Anwar, DAP & E, PhD
(TM), DAPK., Drs. Med. Yandi
Mursal. Jakarta : Hipokrates

276 FMIPA Undiksha

Anda mungkin juga menyukai