Anda di halaman 1dari 10

Flintlock

Kancing batu-api atau senapan sundut (Bahasa Inggris: flintlock) adalah istilah untuk semua senjata
api yang berdasarkan mekasnime penyulutan mesiu dengan batu api. Istilah ini juga bisa diaplikasikan
kepada mekanisme itu sendiri. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1630, kancing batu api secara
cepat menggantikan teknologi pengapian senjata api yang lebih awal, seperti mekanisme matchlock
(kancing sumbu) dan wheel lock (kancing roda). Mekanisme penyulutan kancing batu api terus
berlanjut digunakan selama dua abad, sampai digantikan oleh mekanisme percussion cap (mekanisme
yang tahan air), dan kemudian terakhir menggunakan sistem selongsong peluru di awal pertengahan
abad ke-19 sampai masa sekarang ini. Model senjata kuno Amerika tahun 1840 adalah senjata api
tipe kancing batu api terakhir yang diproduksikan untuk militer Amerika walaupun ada bukti bahwa
kancing batu api usang ditemukan dalam awal permulaan Perang sipil di Amerika, selama awal tahun
pertempuran, prajurit Tennessee (Konfederasi) telah memiliki 2.000 senjata kuno kancing batu api
yang sedang dalam perbaikan. Walaupun secara teknologi sudah usang, senjata api tipe kancing batu-
api telah mengalami masa kejayaannya kembali di antara para pengguna senjata dengan bubuk mesiu
hitam dan banyak senapan kancing batu-api bagus dan pistol yang masih diproduksi pada saat ini.
Kekurangan dari mekanisme penyulutan senjata api ini adalah cenderung macet dalam keadaan cuaca
lembab/basah dan juga mengeluarkan asap saat menyulut senjata yang membuat binatang buruan
terkejut dan lari sebelum puluru sampai . Karena itu dengan cepat digantikan oleh mekanisme
percussion cap karena mekanisme ini terbukti lebih tahan cuaca lembab dan tidak mengeluarkan asap
saat proses penyulutan senjata terjadi.


Asal Mula Senjata Api

Ketika peradaban manusia belum mengenal senjata api, senjata tradisional dipakai dengan
dilontarkan tangan atau alat sederhana, misalnya busur atau ketapel. Setelah ditemukan bubuk
mesiu untuk amunisi, alat peledak, dan kembang api, senjata api pun mulai berkembang.
Dalam senjata api, bubuk mesiu yang mudah terbakar itu cepat membentuk gas tekanan tinggi
di dalam laras sehingga meningkatkan kecepatan peluru.


Dulu banyak senjata api memakai bubuk mesiu hitam, yang terdiri atas 75% sendawa, 15%
arang, dan 10% belerang. Ada juga bubuk mesiu tanpa belerang, cuma berisi 70% sendawa
dan 30% arang, yang tak sekuat bubuk hitam. Untuk kembang api dan peledak lain, kadang
sendawa diganti sodium nitrat yang lebih murah.
Sayangnya, bubuk hitam itu mengikis laras, banyak abunya, dan sangat berasap.

Masalah tersebut diatasi dengan mengembangkan bubuk mesiu tanpa asap. Jenisnya
dibedakan dari bahan utamanya, ada yang dari nitroselulosa, garam nitrat, atau juga bubuk
koloida, yaitu nitroselulosa yang dilarutkan dalam nitrogliserin. Tahun 1887, ahli kimia
Swedia, Alfred Nobel, menghasilkan bubuk koloida pertama. Kini, mesiu jenis ini lebih dipilih
untuk amunisi.

Masyarakat Cina mungkin yang pertama mengenal bahan peledak misalnya sendawa dan
belerang. Dari Asia, mesiu menyebar ke Barat dan akhirnya ke Eropa pada tahun 1200-an. Di
Barat komposisi mesiu didaftarkan patennya tahun 1242 oleh Roger Bacon (1214 - 1292).

Bubuk mesiu punya kontribusi dalam perubahan sistem sosial di Eropa tahun 1300 - 1400-an.
Sistem feodalisme runtuh, karena benteng batu yang melindungi wilayah raja dan bangsawan
tidak kuat menahan terjangan peluru bola meriam.

Meriam merupakan senjata pertama yang memakai bubuk mesiu. Ada bukti, senjata api paling
awal dipakai tahun 1247 dalam pertempuran di Seville. Catatan tertua pemakaian bubuk mesiu
mengacu pada meriam dari tahun 1313, diduga buatan warga Jerman Berthold Schwarz.
Senjata yang dibuat di Ghent (kini wilayah Belgia) itu, salah satunya dikirim ke Inggris tahun
1314 yang kemudian disebut pots de fer atau tempayan besi.

Meriam generasi pertama bentuknya sederhana, besar dan sangat berat, sehingga untuk
mengangkutnya perlu beberapa orang. Cara menembaknya dengan menyulutkan api kecil atau
korek di lubang penyulut yang segera meluncurkan batu atau tombak besi. Karena disulut
korek, sistem itu disebut matchlock. Kekurangannya, sulit menjaga api tetap menyala. Sistem
berikut adalah wheellock yang ditemukan tahun 1510 di Nuremberg, Jerman. Roda logam
akan menimbulkan api saat ia berputar dan menggesek sepotong pirit (FeS2). Percikan apinya
menyalakan bubuk mesiu.

Selanjutnya, flintlock atau pemakaian batu api dikembangkan di Prancis tahun 1630 - 1640.
Flintlock dipakai sebagai sistem standar senjata militer selama lebih dari 200 tahun. Tahun
1807 Alexander Forsyth, penemu berkebangsaan Skotlandia, memperkenalkan sistem perkusi,
yang memungkinkan pistol diisi dari bagian moncong. Sejumlah perkembangan itu juga
terjadi pada senapan. Sedangkan pistol pertama mengadaptasi sistem wheellock.

Kata "pistol" berasal dari nama kota Pistoia, Italia, tempat pembuatan pistol di abad XV. Pistol
praktis Colt Paterson dipatenkan di Inggris tahun 1835 oleh Samuel Colt, ilmuwan penemu
dari AS. Tahun 1857, penemu dari AS lainnya, Horace Smith dan Daniel Wesson, membuat
pistol revolver dengan peluru tabur. Borchardt, pistol semiotomatis yang bisa mengisi sendiri,
lahir tahun 1895. Ia bisa diisi 8 peluru tabur. Tahun 1897 John M. Browning, juga dari AS,
mematenkan pistol otomatis yang menjadi dasar pistol otomatis berikutnya.

Ketika teknologi elektronik maju pesat, teknologi ini pun diadopsi untuk pistol. Baru-baru ini
Mike O'Dwyer dari Australia berhasil membuat pistol otomatis elektronik yang bisa
meletuskan 3 hujan tembakan hanya dalam 1/5.000 detik! Agar tak disalahgunakan sembarang
orang, dibuatlah sistem kunci elektronik 64 digit. Untuk mengaktifkannya si pengguna harus
memakai cincin khusus yang menyimpan tranponder mini.
(int, jun 200)

Perkembangan senjata api

Senjata api yang kita kenal sekarang sangat berbeda jauh dengan senjata api pada zaman
dahulu. Senjata api zaman dahulu sangat susah untuk digunakan, seperti Arquebus dan
musket, yang harus di-reload setiap kali menembak dan akurasinya yang sangat kecil, tidak
seperti sekarang, senjata bisa menembak banyak peluru sekaligus dalam sekali tembak,
dan juga akurasinya yang sangat tepat. Tahukah anda kapan dan darimana cikal bakal
senjata api? Berikut adalah cerita perjalanan senjata api dari awal sampai akhir.

1.Masa-Masa Awal (Abad ke-9 sampai abad ke-14)






Senjata api berawal dari ditemukannya bubuk mesiu di Cina pada abad ke-9. Mereka
menggunakan senjata dengan bubuk mesiu untuk melawan tentara Mongol yang
menyerang Cina di utara. Setelah bangsa Mongol menguasai Cina dan membangun Dinasti
Yuan, mereka menggunakan teknologi bubuk mesiu Cina untuk keperluan invasi mereka ke
Jepang. Sejarah mengatakan, Hassan Al-Rahmah menggunakan meriam yang disebutnya
sebagai meriam pertama dalam sejarah, yang komposisinya sangat identik dengan
komposisi ideal untuk meriam pada Pertempuran Ain Jalut melawan bangsa Mongol pada
tahun 1260. Tetapi, Khan mengatakan bahwa bangsa Mongollah yang mengenalkan senjata
api ke dunia Islam.
Bubuk mesiu sendiri adalah benda yang dibuat dari campuran sulfur, batubara, dan
potassium nitrat. Untuk membuat bubuk mesiu, bisa tanpa salah satu dari ketiga bahan
tersebut, tetapi kekuatannya tidak terlalu besar.
2.Masa-Masa Perkembangan (abad ke-15 sampai abad ke-18)
Senjata api sudah berkembang sampai ke pelosok dunia seperti Jepang, Korea, Timur
Tengah, sampai Eropa. Di Eropa, senjata api berkembang pesat. Seperti senjata arquebus
(senapan kopak), musket (senapan lontak), falconet (meriam ringan), shotgun, dan masih
banyak lagi. Tetapi senjata-senjata di masa ini masih memiliki banyak kekurangan seperti
cara penggunaannya yang sulit, dan juga akurasinya yang buruk. Salah satu contoh adalah
arquebus, akurasinya buruk, harus di-reload setelah menembak, dan banyak asap yang
dihasilkan setelah penembakan.
Contoh penggunaan arquebus dan musket adalah pada pertempuran Nagashino di Jepang
pada tahun 1575, yakni tentara Oda melawan tentara Takeda. 3000 riflemen tentara Oda
menghancurkan kavaleri Takeda yang terkenal sebagai kavaleri terkuat pada masa itu
(Sengoku atau negara bertikai). Contoh lain adalah penggunaan musket oleh tentara dinasti
Ottoman di Turki dan orang-orang Eropa seperti Tentara Hitam Hungaria pada masa raja
Matthias Cornivus (1458-1490) yang menggunakan formasi setiap tentara ke-4
menggunakan arquebus sebagai senjata mereka.
3. Masa-Masa modern (abad 19-sekarang)






Pada masa modern ini perkembangan senjata api sangat pesat, karena didukung oleh perlombaan
bersenjata antar negara pada awal sampai pertengahan abad 20, yakni sekitar perang dunia 1
sampai perang dunia 2. Perjalanan senjata memasuki masa modern ketika ditemukannya rifle yang
menggantikan peran musket. Rifle adalah senjata yang dirancang untuk digunakan oleh bahu, dan
menggunakan peluru (bullet) untuk amunisinya. Bullet adalah amunisi yang berputar pada
porosnya, berjarak jauh, dan berujung tajam. Karena kemampuannya untuk berputar, peluru
berfungsi seperti bor yang memiliki daya hancur yang besar. Setelah ditemukan, rifle terus
berkembang. Awalnya roifle sama seperti musket dan arquebus, hanya bisa menembak satu peluru
dalam sekali menarik pelatuk, tetapi rifle terus berkembang dan muncullah assault rifle, yakni
senapan yang bisa menembak beberapa peluru sekaligus dalam sekali menarik pelatuk, cara me-
reload pun sudah sangat mudah, yakni tinggal
memasang box peluru pada senjata, tidak seperti musket yang harus memasukkan peluru
setiap penembakan. Selain itu, beberapa rifle juga dipasang scope (teropong) atau biasa
disebut sniper rifle. Sniper rifle adalah rifle yang bisa menembak dengan jarak sangat jauh,
selain itu juga daya hancurnya sangat besar, tetapi tidak bisa ditembak secara beruntun
seperti assault rifle, harus dibuang selongsong pelurunya secara manual, meskipun sudah
ada beberapa sniper yang otomatis, tetapi mengenai akurasi masih lebih bagus sniper yang
manual. Selain itu ada gatling gun, senapan mesin yang mempunyai lebih dari satu laras
dan bisa berputar untuk mempercepat tembakan. Tak hanya senjata yang berkembang,
perangkat tambahannya pun juga berkembang, seperti silencer (peredam suara), yang
berfungsi untuk meredam suara senapan yang keras agar tidak ketahuan oleh musuh.
Tidak hanya senjata api yang terus berkembang dari masa-kemasa peluru dan berbagai
mesiu pun diciptakan agar senjata api bisa digunakan dengan cara yang lebih praktis dan
lebih mematikan.
PERKEMBANGAN PELURU
Dibandingkan dengan perkembangan teknologi senjata api yang lebih maju, pada kurun
waktu antara tahun 1500 sampai 1800, teknologi peluru berkembang dengan sangat
lambat. Peluru masih berbentuk bulat sederhana (bola) dan terbuat dari timah, dan hanya
berbeda dalam diameternya saja.
Peluru pada awalnya merupakan bola timah yang berukuran lebih kecil dari lubang laras
senapan. Peluru kemudian dibungkus dalam kertas tambalan sehingga peluru tetap berada
di depan bubuk mesiu. Karena jika peluru tidak berada di depan bubuk mesiu maka akan
berisiko menyebabkan laras senapan meledak. Peluru tidak dibuat lebih pas dengan lubang
laras senapan karena menyebabkan peluru lebih sulit untuk diisikan, terutama setelah
lubang laras dipakai untuk menembak sebelumnya. Dan karena alasan ini, senapan
awalnya tidak digunakan untuk tujuan militer.

Peluru "kerucut" pertama dirancang oleh Kapten John Norton dari Angkatan Darat Inggris
pada tahun 1823. Peluru Norton memiliki cekungan pada dasarnya sehingga ketika
ditembakkan dasar peluru akan menjadi lebih luas karena pengaruh tekanan agar peluru
lebih stabil ketika melesat di dalam laras senjata. Dewan Ordnance Inggris menolak
rancangan peluru tersebut karena mereka lebih percaya dengan peluru berbentuk bola
yang telah digunakan selama 300 tahun.
Seorang pembuat senjata api berkebangsaan Inggris yang bernama William Greener
menemukan peluru Greener pada tahun 1836. Peluru buatannya sangat mirip dengan
peluru buatan Norton kecuali bahwa cekungan pada dasar pelurunya dilengkapi dengan
sebuah sumbat kayu sehingga dapat memaksa dasar peluru untuk melebar dan peluru pun
dapat meluncur dengan baik di dalam laras senjata dan ditembakkan dengan lebih akurat.
Pengujian membuktikan bahwa peluru Greener sangat efektif tetapi peluru rancangannya
juga ditolak untuk penggunaan militer karena dinilai terlalu rumit untuk dibuat.

Bola timah lunak yang disebut "Mini Ball" diperkenalkan pertama kali pada tahun 1847
oleh Claude tienne Mini, Seorang kapten di Angkatan Darat Perancis. Mini Ball
buatannya ini sangat mirip dengan peluru Greener. Peluru tersebut berbentuk kerucut
dengan cekungan di bagian dasarnya, dan dilengkapi dengan sumbat besi kecil. Ketika
ditembakkan, sumbat besi akan mendorong rongga cekungan di bagian dasar peluru,
sehingga memperbesar sisi peluru yang menyebabkan peluru meluncur dengan baik di
dalam laras senjata.
Pada tahun 1855, Inggris menggunakan Mini Ball untuk senapan Enfield mereka. Mini
Ball pertama kali digunakan secara luas dalam Perang Saudara di Amerika Serikat. Sekitar
90% dari korban medan pertempuran dalam perang ini disebabkan oleh Mini Ball yang
ditembakkan dari senapan.

Antara tahun 1854 dan 1857, Sir Joseph Whitworth melakukan serangkaian percobaan
panjang dengan menggunakan senapan dan menemukan bahwa sebuah peluru akan lebih
efektif jika dibuat dalam bentuk yang lebih kecil dan memanjang. Peluru Whitworth dibuat
agar sesuai dengan alur dari senapan mekanis. Senapan Whitworth tidak pernah diadopsi
oleh pemerintah, meskipun digunakan secara luas untuk tujuan perlombaan menembak
antara tahun 1857 dan 1866.

Sekitar tahun 1862, W.E. Metford melakukan serangkaian percobaan lengkap pada peluru
dan senapan, dan menemukan sistem penting senapan ringan dengan ditambahkan spiral
pada laras senapannya, dan peluru yang lebih keras. Senapan dan peluru buatannya ini
akhirnya diadopsi untuk dipakai oleh tentara Inggris.

Perubahan penting berikutnya dalam sejarah peluru terjadi pada tahun 1882, ketika Mayor
Eduard Rubin, direktur di Laboratorium Swiss Army di Thun, menemukan peluru
terselubung tembaga. Permukaan timah pada peluru yang ditembakkan dapat meleleh
karena suhu panas dan gesekan dengan laras senapan. Karena tembaga memiliki titik lebur
yang lebih tinggi, dan lebih keras, peluru terselubung tembaga dapat ditembakkan dengan
kecepatan yang lebih tinggi.
Kemajuan Eropa dalam ilmu aerodinamika mengilhami pembuatan peluru Spitzer. Pada
awal abad ke-20, sebagian besar tentara dunia mulai berpindah memakai peluru Spitzer.
Peluru ini dapat ditembakkan untuk jarak yang lebih jauh, lebih akurat dan lebih
bertenaga.

Kemajuan terakhir dalam bentuk peluru adalah "ekor perahu", basis efisien untuk peluru
Spitzer. Desain ekor perahu akan mengurangi gesekan dengan udara dengan cara
mengalirkan udara sepanjang permukaan peluru. Kombinasi pertama peluru Spitzer
dengan peluru perahu-ekor dilakukan oleh seorang letnan kolonel Desaleux yang bernama
Balle "D". Peluru ini diperkenalkan sebagai amunisi militer standar pada tahun 1901, untuk
senapan Lebel Perancis 1886.

PERKEMBANGAN MESIU


bubuk mesiu yang pada masa peperangan jaman dahulu digunakan sebagai salah satu bahan
peledak untuk menghasilkan suatu ledakan yang dahsyat yang dapat menghancurkan benda
padat waktu itu. Awal mula ide pembuatan bubuk mesiu ini ternyata berasal dari Tiongkok
kuno yang bertujuan untuk hiburan semata dan bukan untuk kepentingan militer.
Para leluhur Tiongkok kuno menganggap bubuk mesiu tersebut sangatlah unik, karena efek
yang dihasilkannya dalam bentuk visual tersebut. Sehingga setiap Festival Musim Semi, rakyat
Cina senang sekali menyalakan kembang api dan juga petasan dan sering disebut pula sebagai
roket langit yang telah dikembangkan dari petasan, yang terdiri dari tiga bagian utama: sumbu,
roket penggerak, dan juga bubuk mesiu.
Bubuk Mesiu ini merupakan salah satu penemuan terbesar dari ke empat penemuan besar oleh
Tiongkok kuno pada waktu itu dan merupakan peledak pertama yang digunakan oleh manusia.
Pada awal mulanya, Kaisar Wu (157-87 SM) dari dinasti Han memerintahkan para ahli kimianya
untuk melakukan penelitian dalam menemukan rahasia hidup abadi bagi sang Kaisar. Bahan
yang digunakan sebagai bahan pengujian oleh para ahli kimia tersebut adalah belerang dan
potassium nitrat, dengan cara memanaskan substansi-substansi tersebut.
Seorang ahli kimia yang ternama mencampurkan 75 persen potassium nitrat dengan 15 persen
arang dan 10 persen belerang. Akan tetapi, campuran dari substansi tersebut tidak menunjukkan
sesuatu yang berhubungan dengan obat rahasia hidup abadi justru campuran tersebut
menghasilkan ledakan dan menghasilkan cahaya ketika berdekatan dengan api. Penemuan
tersebut justru memberikan suatu inspirasi bagi para ahli kimia dari Tiongkok kuno tersebut,
mereka takjub akan percikan api yang dihasilkan oleh perpaduan dari belerang nitrat dan
substansi lainnya sehingga mereka menemukan sebuah formula bubuk mesiu.
Para leluhur kemudian memanfaatkan penemuan tersebut untuk menghibur rakyat-rakyat
Tionghoa karena mereka terkesima akan efek visual yang dihasilkan oleh percikan-percikan api
dari perpaduan bahan tersebut. Disebutkan pada masa Tiga Negara, seorang pandai besi yang
bernama, Ma Jun membuat kembang api untuk memberikan hiburan dengan cara membungkus
bubuk mesiu tersebut dalam kertas dan membakarnya. Namun, formula pembuatan bubuk
mesiu tersebut diketahui oleh para ahli perang dan kemudian dikembangkan menjadi bubuk
hitam yang digunakan untuk perang.
Dalam beberapa catatan sejarah yang ada selama bertahun-tahun menyebutkan bahwa warga
Tionghoa hanya memanfaatkan penemuan tersebut sebagai petasan dan kembang api saja.
Namun ternyata hal tersebut tidaklah benar, karena terdapat catatan sejarah lainnya yang
menyebutkan bahwa terdapat sebuah peperangan yang melawan pengepungan dengan
menggunakan api terbang pada masa akhir Dinasti Tang (sekitar 850 M). Para prajurit
memanfaatkan lontaran batu yang telah dibubuhkan beberapa paket bubuk mesiu yang
dinyalakan untuk membakar musuh yang mengepung mereka.
Penemuan ini kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Dinasti Song (904 M) dengan
mendirikan bengkel bubuk mesiu, yang memproduksi senjata berbahaya atau mudah meledak
seperti mortar, roket, dan misil dalam periode yang berbeda-beda untuk melawan Bangsa
Mongolia yang menjadi musuh utama mereka. Alat-alat perang tersebut membuat musuh
ketakutan, mereka menganggap senjata yang berasal dari bubuk mesiu yang digunakan
tersebut tampak seperti ilmu sihir yang menakutkan.
Lambat laun, ilmu pengetahuan tentang bahan yang menakjubkan tersebut diketahui oleh orang-
orang asing. Pada tahun 1076, pemerintah Song sempat melarang penjualan potassium nitrat
(bahan utama pembuatan bubuk mesiu) tersebut kepada orang asing, akan tetapi hal itu sudah
terlambat dan telah tersebar melalui Jalan Sutera (rute atau jalur perdagangan yang
menghubungkan Cina dengan Negara-negara Asia Selatan) sampai ke India, Timur Tengah,
bahkan Negara-negara di Eropa. Kemudian pada abad ke-12 dan ke-13, bubuk mesiu
diperkenalkan ke Negara-negara Arab sebelum akhirnya diperkenalkan ke Yunani dan Negara
Eropa lainnya dan menandai juga berakhirnya era senjata dingin dan memulai bab baru dalam
sejarah perang yang menyebabkan dampak yang lebih besar bagi perkembangan sejarah
manusia.
Bubuk mesiu menjadi primadona kelas atas pada masa peperangan waktu itu. Pada abad ke-16
masa pemerintahan Dinasti Ming, beberapa sebutan alat perang yang menggunakan bubuk
mesiu tersebut terus dikembangkan tanpa henti.

Anda mungkin juga menyukai