Anda di halaman 1dari 5

Pedang

Pedang adalah sejenis senjata tajam yang memiliki bilah panjang. Pedang
dapat memiliki dua sisi tajam atau hanya satu sisi tajam saja. Di beberapa
kebudayaan, jika dibandingkan senjata lainnya, pedang biasanya memiliki
prestise lebih atau paling tinggi.

Bilah pedang biasanya dibuat dari logam keras seperti besi atau baja.
Meskipun terdapat pedang dari emas, itu hanya digunakan sebagai hiasan
saja. Untuk latihan, biasanya pedang berbahan kayu yang gunakan, meski
pedang dari kayu yang keras masih berbahaya. Senjata serupa pedang dan
tombak yang menggunakan bilah obsidian digunakan oleh suku-suku asli
Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang pada saat kolonisasi Eropa
belum mengenal logam.

Sejarah

Zaman Perunggu

Manusia telah membuat dan menggunakan senjata berpedang dari mulai


zaman Perunggu. Pedang yang dikembangkan dari belati ketika pembuatan
pedang menjadi mungkin, sekitar 2 milenium sebelum masehi. Pedang
berukuran lebih dari 1,5 meter dan sangat tidak biasa dan tidak digunakan
saat masa-masa zaman perunggu karena panjangnya mengurangi
keampuhan dari perunggu. Tidak sampai logam yang lebih kuat seperti baja,
menjadikan pedang panjang digunakan dalam pertempuran. Khopes yang
hanya berukuran 50 hingga 60 cm terbuat dari perunggu juga.

Bagian gagang pedang pada mulanya memungkinkan cengkraman yang


kuat, dan mencegah kemungkinan tangan terpeleset ketika melakukan
tusukan kearah target. Pedang zaman perunggu pertama kali muncul
dengan bentuk seperti daun di sekitar laut tengah dan laut hitam, dan di
Mesoppotamia. Pedang dari zaman perunggu nordic sekitar 1400 SM
menunjukkan karakteristik pola spiral. Produksi pedang di china dimulai
dari zaman Dinasti Shang.
Pedang panjang Swiss
yang diperkirakan dibuat
Zaman Besi pada abad ke-15 atau
abad ke-16.
Pedang besi mengalami kenaikan penggunaan pada abad 13 SM. Bangsa
Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtic Halstatt memiliki kebudayaan
yang memiliki kaitan dengan penggunaan awal pedang besi. Besi memiliki kelebihan dalam produksi
massal dengan ketersediaan bahan baku yang banyak. Pedang besi pada masa awal tidak bisa
dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang; lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek
daripada pedang perunggu yang bgus kualitasnya, tetapi dengan produksi yang lebih mudah,
ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan dapat menggunakan senjata logam, walaupun
pasukan mesir pada zaman perunggu sudah melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.

Kemudian para penempa mempelajari bahwa menambahkan sejumlah karbon (dimasukkan pada saat
peleburan dalam bentuk bebatuan) ke dalam besi, mereka dapat membuat logam yang lebih baik
(sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja"). Beberapa metode yang berbeda dalam pembuatan
pedang telah ada dalam masa lalu, termasuk, yang paling terkenal, pembentukan pola. Selanjutnya,
metode yang berbeda berkembang di seluruh dunia.

Ketika memasuki zaman klasik antik dan bangsa Parthia dan Sassanid di Iran, pedang besi sudah
menjadi umum. Xiphos dari yunani dan Gladius dari Romawi adalah contoh sejenis, memiliki
panjang 60–70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan Spatha yang lebih panjang (istilah untuk
pemakainya, spatharius, menjadi pangkat kerajaan di Konstantinopel), dan mulai saat itu, istilah
"pedang panjang" dialamatkan pada pedang yang termasuk panjang dalam periode ini.

Pedang baja China muncul pada masa abad ke-3 SM Dinasti Qin. Dao dari china (piyin dāo)adalah
pedang bermata satu, kadang-kadang diterjemahkan sebagai sabre atau broadsword, dan Jian (piyin
jiān) bermata dua.

Zaman Pertengahan

Pedang spatha menjadi populer selama periode migrasi dan juga pada abad pertengahan. Spatha
Zaman Vendel didekorasi dengan hiasan Jerman. Zaman Viking terlihat kembali adanya produksi
yang lebih terstandardisasi, tetapi desain awalnya tetap berdasarkan spatha.

Abad ke-1, pedang Norman mulai dikembangkan Quillons atau Crossguard (pelindung silang). Selama
perang salib pada abad ke-2 sampai abad ke-3, peding berbentuk salib ini menjadi lebih stabil,
dengan variasi pada gagangnya saja. Pedang-pedang ini didesain sebagai pedang pemotong, walaupun
poin-poin efektif menjadi umum untuk meng-counter peningkatan kualitas zirah. Pedang bermata
tunggal menjadi populer di dataran Asia. Dikembangkan dari Dao China, hwandudaedo dari korea
telah dikenal pada masa awal Zaman Tiga Negara. Katana Jepang (刀; かたな), telah diproduksi dari
masa sekitar 900 masehi, juga dikembangkan dari dao.

Zaman Pertengahan Akhir dan Renaissance

Dari sekitar tahun 1300, dengan semakin tebal dan bagus produksi zirah, desain pedang terus
berevolusi dengan cepat. Transisi utamanya ialah perpanjangan gagang pedang, memungkinkan
penggunaan dua tangan, dan mata pedang yang lebih panjang. Pada tahun 1400 pedang seperti ini
dinamai dengan Langes Schwert (longsword) atau pedang panjang atau spadone, telah umum, dan
beberapa Fechtbucher pada abad 15 dan 16 menawarkan bagaimana menggunakan pedang tersebut.
Varian lain adalah pedang penusuk zirah dengan tipe estoc. Pedang panjang terkenal dengan
jangkauan ekstrem dan kemuampuan memotong serta menusuknya. Tipe estoc menjadi terkenal
karena kemampuannya untuk menembus gap antara pelat zirah. Pegangannya kadang-kadang
dilapisi dengan kabel atau kulit binatang untuk membuat pegangan yang lebih mantap dan
membuatnya lebih sulit dijatuhkan dari si pengguna pedang.
Pada abad ke-6, Doppelhander (disebut Zweihander sekarang) membuat tren peningkatan ukuran
dari pedang, dan zaman modern kembali kepada desain pedang yang ringkas dan ringan dengan
penggunaan satu tangan.

Pedang pada zaman ini menjadi senjata paling personal, paling prestisius, dan paling mematikan
untuk pertempuran jarak dekat, tetapi ditolak dalam penggunaannya oleh militer karena pergantian
teknologi peperangan. Bagaimanapun, pedang tetap menjadi peran kunci dalam beladiri sipil.

Zaman Modern

Rapier merupakan evolusi dari espada ropera dari Spanyol sekitar abad ke-6. Baik rapier maupun
schiavona dari italia mengubah bentuk crossguard menjadi seperti keranjang untuk perlindungan
bagian tangan. Selama abad ke-7 dan 18, pedang pendek yang lebih ringan menjadi bagian esensial
dari fashion di negara-negara eropa dan dunia baru, dan orang terkaya dan pejabat militer
memilikinya. Baik pedang pendek maupun Rapier menjadi populer sebagai pedang eropa untuk
berduel hingga abad ke-8.

Setelah pemakaian pedang ketinggalan zaman, tongkat bantu berjalan (cane) menjadi bagian dari
pakaian gentelman. Beberapa contohnya ialah pedang tongkat yang memasukkan mata pedang
kedalam tongkat untuk menyamarkannya. beladiri la canne dikembangkan untuk bertarung
menggunakan tongkat ini dan sekarang berevolusi menjadi olahraga.

Setelah masa penggunaanya telah usai, pedang telah menjadi alat pertahanan diri dibandingkan
menjadi perangkat persenjataan di medan perang setelah zaman modern. Bahkan sebilah pedang
telah berkurang penggunaanya setelah abad 19, karena kalah praktis dengan handgun(pistol).

Pedang masih digunakan, namun hanya sebatas pada pejabat militer dan seragam upacara
kemiliteran saja, walaupun kebanyakan tentara menggunakan kavaleri berat sebelum PD II. Seperti
kavaleri inggris yang sudah mendesain unit pedang kavaleri baru, tetapi diganti menjadi kavaleri lapis
baja pada masa akhir 1938. Tetapi peperangan menggunakan kavaleri dan pedang masih terjadi pada
era PD II, ketika tentara Jepang bertempur melawan penduduk pasifik, para penduduk itu masih
menggunakan pedang. Tetapi pasukan jepang dengan senjata modern dengan mudah menundukkan
para prajurit berpedang itu.

Bagian-bagian pedang

Bilah

Bilah pedang adalah bagian penting pedang yang dapat digunakan untuk menyerang. Jenis serangan
yang bisa dilakukan dengan bilah itu sendiri, menghantamkannya, menusuk, dan menebas. Oleh
karena masing-masing jenis serangan tersebut mensyaratkan bentuk yang berbeda untuk hasil
optimal maka bentuk bilah pedang bergantung pada gaya penggunaannya.

Gagang
Gagang pedang adalah bagian untuk memegang pedang. Pada beberapa jenis pedang gagangnya
memiliki penahan di atas dan di bagian bawahnya, penahan bagian atas biasanya untuk menahan
tangan ketika melakukan serangan.

Jenis-jenis Pedang

Pedang bermata ganda

Pedang bermata ganda banyak digunakan di Tiongkok, Mediterania, dan Skandinavia. Pedang jenis
ini memiliki kemampuan sama baiknya untuk menebas dan menusuk. Berikut daftar nama-nama
pedang bermata ganda:

Gladius
Jian/Kiam
Spatha
Rapier
Urumi/Chuttuva
Xiphos

Pedang bermata tunggal

Pedang bermata tunggal biasanya adalah pedang yang dimaksimalkan untuk fungsi tebasan. Oleh
karenanya Xenophon (Prajurit dan sejarawan Yunani kuno) menyarankan kavaleri untuk
menggunakan peadang jenis ini (Makhaira) dibandingkan Xiphos.

Pedang bermata tunggal biasanya mempunyai lengkungan, biasanya ke belakang(sisi tajam berada di
luar lengkungan), walau ada yang lurus atau memiliki lengkungan ke depan(sisi tajam berada di
dalam lengkungan). Kegunaan lengkungan adalah untuk memperlebar lukaan akibat tebasan. Berikut
nama-nama pedang bermata tunggal:

Bolo
Clurit
Dao
Golok
Kampilan
Katana
Kilij
Kopis
Machete
Makhaira
Mandau
Parang
Saber
Scramasax

Pedang satu tangan

Contohnya antara lain:

Pedang Zaman Perunggu, panjangnya sekitar 60 cm, berbentuk daun.


Pedang Zaman Besi seperti Xiphos, Gladius dan Jian, berbentuk mirip pendahulunya dari zaman
perunggu.
Spatha panjangnya sekitar 60–90 cm.
Pedang klasik Eropa, sekitar 110 cm.

Pedang dua tangan

Contohnya antara lain:

Katana dari Jepang.


Pedang panjang (longsword) dari masa Renaissanse.
Claymore dari Skotlandia.

Galeri

Padang bergagang
gading

Referensi
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pedang&oldid=22589997"

Anda mungkin juga menyukai