Oleh
Achmad Rafieq
Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengda Kalimantan Selatan
Pendahuluan
Parang menjadi bagian penting dari sistem peralatan dan teknologi yang menunjang
sistem mata pencaharian dan keberlangsungan hidup masyarakat agraris. Secara umum
parang berfungsi sebagai peralatan pertanian ladang, sawah, kebun/tegalan dan peralatan
meramu hasil hutan. Selain itu parang juga digunakan sebagai alat untuk melindungi diri,
baik dari serangan binatang buas maupun perkelahian dengan orang lain1. Hampir semua
aktivitas sehari-hari masyarakat Kalimantan Selatan, terutama di perdesaan menggunakan
parang sebagai alat perlengkapannya. Bagi sebagian orang Banjar, bepergian keluar rumah
tanpa senjata seolah-olah menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya pemberani sehingga
dianggap menantang orang lain untuk mencoba melawannya. Oleh karenanya orang Banajar
percaya agar tidak diganggu orang maka setiap berpergian mereka harus membawa senjata
sehingga berkembang kebiasaan membawa senjata ketika berpergian keluar rumah.
Wacana mengenai parang maupun perkembangan peralatan logam di Kalimantan
Selatan tidak bisa dipisahkan dengan daerah Negara di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Negara ini pada masa lalu merupakan pusat Kerajaan Negara Daha. Anthony Reid 2
menyebutkan bahwa pengerjaan barang-barang dari logam merupakan penciptaan kekuasaan,
sebab alat-alat dari logam pertama-tama diperlukan untuk perang, baru sesudahnya untuk
pertanian. Logam, khususnya besi, dipandang mengandung kekuatan dan keteguhan. Oleh
karena itu pada masa lalu pandai besi mendapatkan perlindungan dari raja dan memperoleh
kedudukan yang terhormat serta dikumpulkan di lingkungan istana. Bahkan hingga masa
Kesultanan Banjar, pandai besi dari Daha (Negara) dibebaskan dari pajak kepala dan
berkewajiban membuat persenjataan yang bahannya dipasok oleh Raja. Pada masa kolonial
Hindia Belanda, Negara menjadi salah satu distrik dalam wilayah administratif
Onderafdeeling Amandit dan Negara. Wilayah Distrik Negara ini dalam wilayah administrasi
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sekarang terbagi menjadi 3 kecamatan, yaitu: Daha Utara,
Daha Selatan dan Daha Barat.
Gambar 1. Bilah parang dengan pamor Gambar 2. Bilah parang dengan susuran
6
Kadir, M. S. 1989. Senjata Tradisional Masyarakat Kalimantan Selatan. Banjarbaru: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Museum Negeri Lambung Mangkurat.
Susuran Darah
Kerong Gimusan
Gambar 3. Bilah parang dengan kerong Gambar 4. Bilah parang dengan gimusan
(krong) (kiat/bingis)