Anda di halaman 1dari 5

Tata Urut Pengadministrasian Museum

a. Registrasi
b. Inventarisasi
c. Katalogisasi
d. Klaperisasi
e. Labelisasi

Sejarah Museum Cakraningrat

Didasari pemikiran dan rasa tanggungjawab untuk merawat dan melestarikan benda-
benda bernilai sejarah warisan nenek moyang, maka antara tahun 1950-1954 atas saran
para sesepuh Kabupaten Bangkalan saat itu, antara lain :

1. R.A. ROESLAN TJAKRANINGRAT


2. R.A. SALEH ADININGRAT SURJOWINOTO
3. R.P. ABDOEL MADJID SUJOWINOTO
4. R.P. MACHMOED SOSROADIPOETRO
5. R.P. ABDOEL HAMID NOTODIREJO

Dalam perjalanannya museum tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat,


terbukti dengan semakin bertambahnya koleksi yang dimiliki, baik yang berasal dari
sumbangan dan pemberian dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan kesadaran
tinggi terhadap upaya pelestarian benda-benda bersejarah maupun yang berasal dari
perburuan dan pencarian serta penyelamatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
sendiri. Disamping melakukan upaya penambahan koleksi, dilakukan pula upaya
peningkatan kualitas SDM pengelola museum melalui berbagai pelatihan dan Pendidikan
bekerjasama dengan instansi dan lembag terkait khususnya dengan Disbudpar Provinsi
Jawa Timur, Museum Mpu Tantular Prov. Jatim dengan Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala Mojokerto.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya menambah koleksi museum diantaranya
masih banyaknya benda-benda yang masih dimiliki dikuasai pribadi, keluarga atau
keturunan kraton dan kolektor serta beberapa di antaranya tersebar di beberapa wilayah
bahkan luar negeri, khususnya di Belanda. Oleh karenanya upaya-upaya itu akan tetap
dilakukan untuk menyelamatkan dan melestarikan benda-benda peninggalan bersejarah
tersebut.

Dilakukan penghimpunan peralatan, benda-benda dan dokumen-dokumen bekas milik


“Keraton Bangkalan” yang masih ada dan tersisa untuk bisa diurus dan dirawat.
Selanjutnya benda-benda tersebut dikumpulkan dan dipindahkan dalam sebuah Gudang
yang terletak di komplek Pemakaman Raja-Raja Bangkalan “Pesarean Aer Mata”. Desa
Buduran Kec. Arosbaya. Pada tahun-tahun itu juga terbentuk sebuah Yayasan dengan nama
“YAYASAN KONA”. Bersama dengan Yayasan ini yang diwakili oleh R.A. MOCH ANWAR
TJAKRA ADIPOETRO, R.P. ABDOEL MADJID SURJOWINOTO DAN R.P.ABDOEL HAMID
NOTODIREDJO Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bangkalan saat itu, H.J. SOEDJAKI ( 1971
s.d 1976 ) dibantu staf beliau R.A. SALEH SOSROADIPOETRO dan ABD. RACHMAN
bersepakat untuk memindah benda-benda tersebut ke tempat yang lebih representative.
Atas dasar itulah maka pada tahun 1974 dibangunlah sebuah gedung di komplek Pendopo
Kabupaten Bangkalan, JL. Letnan Abdullah No. 1 Bangkalan. Untuk mendukung keberadaan
gedung tersebut dibangun pula pintu gerbang yang bentuk dan arsitekturnya serta
ornamennya serupa dengan Bentar Makam Agung Arosbaya. Dengan disaksikan oleh
GUSTI PEMBAYON, permaisuri R.A. ROESLANT TJAKRANINGRAT, pada tanggal 24 Juli
1975 benda-benda tersebut dipindah ke gededung baru dan sejak saat itu pemeliharaan
dan perawatan benda-benda koleksi itu dilakukan oleh pemerintah Daerah “ MUSEUM
DAERAH TINGKAT II bANGKALAN”.

Koleksi Senjata
1. Arek Lancor
Arek Lancor merupakan senjata khas tradisional Madura yang terbuat dari baja
yang sangat tajam, berbentuk lekuk dan diberi pegangan dari kayu. Cara
penggunaan arek lancor, yaitu dengan mengayunkan ke kanan dan kekiri pada saat
menyerang musuh. Tidak semua orang dapat menggunakan arek lancor karena
benda ini sangat berat sekali.
2. Bedil
Bedil ini dibuat dari bahan logam dan kayu dengan panjang yang bervarian. Ada
yang panjang nya hamper 1 meter dan juga 1,5 meter. Pada pucuk senapan terdapat
besi bulat yang berlubang dan sebelah bawah terdapat pelatuk dari besi. Cara
penggunaan bedil hamper sama dengan senjata-senjata yang dipakai untuk perang.
Terlebih dahulu peluru dimasukkan di lubang besi dan kemudian pelatuk ditarik,
maka peluru akan terlempar dengan kecepatan dan dorongan yang tinggi. Sebagai
koleksi museum Cakraningrat ada beberapa bedil yang dimiliki dan hamper
semuanya masih bisa digunakan.

3. Meriam Dan Kereta Meriam


Meriam berbentuk tabung, bagian ujung terdapat lubang untuk memasukkan peluru
sedangkan bagian pangkal buntu dengan pegangan berbentuk bulat. Bagian badan
Meriam dihias cincin seolah-olah membagi tubuh Meriam menjadi empat bagian.
Pada sisi atas Meriam terdapat lambing keraton Cakraningrat, yaitu berupa sebuah
roda (cakra) dalam sebuah bingkai segi empat yang tersusun diatas sulur-suluran.
Selain itu juga terdapat hiasan mahkota (lambing kerajaan Belanda) di atas kelopak
bunga dan tulisan “Tjakra Adieningrat De II”. Bagian depan kereta Meriam terdapat
cap register CW A 1840 terpahat pada balok penyangga Meriam.

4. Keris Lajer
Sesuai dengan namanya Keris lajer bentuknya lurus menyerupai tombak. Terdiri
atas gonjo dan wilahan (bilah) dan pamor santa. Bagian ujung keris berbentuk
nyunduk sate, bagian pangkal tidak mempunyai cincin (mendak). Pegangan keris
dibuat dari bahan kayu manger dan diukir motif flora pada bagian kepala depan dan
diatas bungkul. Secara visual keris ini berwarna coklat ketam-hitaman. Warangka
dibuat dari bahan kayu manger dengan bentuk gayaman. Pondok warangka terbuat
dari logam/ kuningan polos dengan model blengah. Kondisi keris dan warangka
masih baikdan utuh.
5. Tombak Dan Mata Tombak
Tombak ini merupakan alat perang yang digunakan oleh pasukan kerajaan. Dibuat
dari bahan logam dan kayu, berbentuk bulat memanjang. Panjang tombak ini
bervariasi, ada yang 1 meter dan 2 meter, bahkan ada yang 5 meter. Dalam perang
sebelum menggunakan tombak, terlebih dahulu memasang mata tombak pada
bagian atas ujung tombak. Mata tombak dibuat dari besi dan sangat tajam sekali,
sehingga sulit untuk bertahan hdup bagi yang tertusuk tombak ini.

Sejarah Singkat Museum Cakradiningrat


Pada tahun 1950-1954 dilakukan penghimpunan peralatan, benda-benda dan dokumen-
dokumen bekas milik “Keraton Bangkalan” yang masih ada dan tersisa untuk bisa diurus
dan dirawat. Dan pada tahun 1971-1976 bersama dengan Yayasan Kona yang diwakili oleh
R.A. Moch Anwar Tjakra Adipoetro, R.P. Abdoel Madjid Surjowinoto dan R.P. Abdoel Hamid
Notodiredjo Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bangkalan saat itu, H.J. Soedjaki dibantu staf
beliau R.A. Saleh Sosroadipoetro dan Abd. Rachman bersepakat untuk memindah benda-
benda tersebut ke tempat yang lebih representative. Atas dasar itulah maka pada tahun
1974 dibangunlah sebuah gedung di komplek Pendopo Kabupaten Bangkalan, JL. Letnan
Abdullah No. 1 Bangkalan. Dengan disaksikan oleh Gusti Pembayon, permaisuri R.A.
Roeslant Tjakraningrat, pada tanggal 24 Juli 1975 benda-benda tersebut dipindah ke
gedung baru dan sejak saat itu pemeliharaan dan perawatan benda-benda koleksi itu
dilakukan oleh pemerintah Daerah “ MUSEUM DAERAH TINGKAT II BANGKALAN”.
Atau menggunakan ini : (sumber Wikipedia)

Museum Cakraningrat adalah museum yang terletak di Jalan Soekarno Hatta No. 39 A,
Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura. Museum ini didirikan pada tahun 2007 oleh Gubernur
Jawa Timur, Bapak Imam Utomo. Museum ini diresmikan pada tanggal 13 Maret 2008. Nama
Museum Cakraningrat digunakan untuk mengenang dan menghormati jasa dan kebesaran
Pangeran Cakraningrat. Pada awal berdiri, benda-benda koleksi museum ini berpindah-pindah
tempat dan berganti nama tempatnya. Pada tanggal 13 Maret 2008 Pemerintah Kabupaten
Bangkalan mulai antusias memperhatikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di
Kabupaten Bangkalan sehingga dibangun bangunan gedung museum baru dengan nama
Museum Cakraningrat.

Anda mungkin juga menyukai