Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN MUSEUM

Ada beberapa pengertian museum yaitu :

 Menurut PP No.19 Tahun 1995 museum adalah lembaga tempat penyimpanan,


perawatan, pengamanan dan pemamfaatan benda-benda materil hasil budaya
manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya dan bangsa

 Menurut PP No.66 Tahun 2016 museum adalah lembaga yang befungsi


melindungi, mengembangkan dan memamfaatkan koleksi kemudian
menginformasikan kepada masyarakat.

 Dan dipertegas oleh Internasional Council of Museum (ICOM) : dalam pedoman


Museum Indonesia, 2008 bahwa Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap,
tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pekembangannya, terbuka untuk
umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak
perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

FUNGSI MUSEUM

 Sebagai pelindung benda warisan budaya


 Sebagai tempat pembentukan ideology, disiplin dan pengembangan pengetahuan bagi
publik

SEJARAH MUSEUM MANDAR

 Majene adalah salah satu kota tua peninggalan Belanda di Indonesia. Di masa kolonial,


Belanda mendirikan enam pusat pemerintahan di Pulau Sulawesi. Salah satunya adalah
di Majene sebagai pusat pemerintahan di Sulawesi Barat. Pada tahun 1908 Belanda
kemudian membangun sebuah rumah sakit di Majene. Yang kemudian menjadi
Museum Mandar saat ini.

 Dokter Belanda pertama yang bertugas pada Rumah sakit ini adalah Dr. Kaiser, Sang
dokter dibantu oleh  5  perawat (Laki laki dan Perempuan), 5 Siswa Perawat, 3 Kuli,
dan 1 Koki, dengan poliklinik, tiga Vaksinator (tukang suntik/setingkat mantri), 2
tentara medis. Berdasarkan nama nama mereka dapat diasumsikan semuanya
adalah orang Pribumi (Indonesia).

 Museum didirikan bedasarkan salah satu keputusan Seminar Kebudayan Mandar I


di Kabupaten Majene pada tanggal 2 Agustus 1984

 Dalam seminar kebudayaan tersebut diajukan permohonan kepada Pemda Tk.II


Majene sebuah gedung bersejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai Museum
sementara Usul pendirian Museum Daerah Mandar tersebut disambut baik oleh
Pemda Tk.II Majene dengan menunjuk Bekas Rumah Kediaman Bupati Tk.II Majene
yang sementara ditempati oleh Pembantu Gubernur wilayah I (Sekarang Bangunan
Rujab Wakil Bupati Majene)

 Hasil Keputusan seminar Kebudayaan Mandar I tersebut maka didirikan Yayasan


Museum Mandar oleh beberapa Tokoh Masyarakat dengan tujuan meningkatkan
pembangunan dalam bidang pelestarian benda-benda budaya nasional
 Yayasan Museum Mandar didirikan dengan akte Pendirian Nomor 171, tanggal 21
Desember 1984 oleh Sistke Limowa,SH dan PPAT Kodya Ujung Pandang dengan
lokasi sementara ruangan kelas SD Inpres No.57 Tangnga-tangnga Kabupaten
Majene

 Tahun 1989 dengan Surat Keputuan Bupati KDH Tk.II Majene Nomor:142/HK-
KPTS/IX/1989 Bahwa status Museum Mandar berubah dari status swasta (Yayasan)
menjadi status pemerintah Kabupaten Majene. Dengan menempati Gedung Rumah
Sakit Lama Majene (Tinggalan masa Kolonial Belanda Tahu 1908) di Jalan Raden
Suradi No.17, Lingkungan Timbo-timbo, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan
Banggae,Kabupaten Majene

 Bagian yang difungsikan sebagai Museum Mandar adalah bekas Rumah Sakit Lama
dari yang di bangun oleh pemerintah Belanda pada tahu 1908. Pada masaa
pemerintahan Belanda bangunan ini dikenal sebagai “Boyang Tomonge”. Bentuk
dan gaya bangunan ini bergaya Ekstotok Eropa dan saat ini tercatat sebagai
bangunan cagar budaya oleh Balai Cagar Budaya Makassar

 Semua artefak-artefak yang ada di Museum Mandar adalah peninggalan dari suku
Mandar oleh sebab itu, Museum ini dinamakan Museum Mandar.

JENIS – JENIS KOLEKSI DI MUSEUM

1. Geologika, benda koleksi disiplin ilmu geologi (fosil, batuan, mineral, dan benda
bentukan alam lainnya, seperti andesit dan granit).
2. Biologika, benda koleksi disiplin ilmu biologi (rangka manusia, tengkorak, hewan,
dan tumbuhan baik fosil ataupun bukan).
3. Etnografika, benda koleksi budaya disiplin ilmu antropologi yang merupakan hasil
budaya atau identitas suatu etnis.
4. Arkeologika, benda koleksi yang merupakan peninggalan budaya sejak masa
prasejarah sampai masuk penagaruh barat.
5. Historika, benda koleksi yang memiliki nilai sejarah dan menjadi objek penelitian
sejak masuknya pengaruh barat hingga sekarang (negara, tokoh, kelompok, dan
sejenisnya).
6. Numismatika dan heraldika. Numismatika adalah alat tukar atau mata uang
yang sah. Heraldika adalah lambang, tanda jasa dan tanda pangkat resmi (cap atau
stempel).
7. Filologi, benda koleksi disiplin filologi (naskah kuno tulisan tangan yang
mendeskripsikan suatu peristiwa).
8. Keramonologi, benda koleksi barang pecah belah yang terbuat dari tanah laiat
yang dibakar.
9. Seni rupa, benda koleksi yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia
melalui karya sua atau tiga dimensi.
10. Teknologika, setiap benda atau kumpulan benda yang menunjukkan
perkembangan teknologika tradisional hingga modern.
JENIS – JENIS KOLEKSI DI MUSEUM

Jumlah seluruh koleksi Museum Mandar adalah 1.300 buah yang terdiri dari 10 jenis
koleksi, diantaranya :

A. GEOLOGIKA : benda koleksi disiplin ilmu geologi (fosil, batuan, mineral, dan benda
bentukan alam lainnya, seperti andesit dan granit). Koleksi geologika yang ada di
museum mandar majene antara lain :
1. Fosil Kayu : ditemukan pada saat penggalian pondasi masjid pasar sentral majene
di Pakkola pada Tahun 1980 yang dihibahkan oleh Saudara Baharuddin di
Lingkungan Timbo – timbo kel. Pangali – ali Kec. Banggae

2. Fosil Kayu Jati : Ditemukan oleh Bapak Tammalele, Di Lingkungan Galung Lego (
Pambusuang pada tahun 1987

3. Fosil Ubi Jalar : Ditemukan di Lingkungan Pangali – ali dihibahkan oleh saudara
Suriyawan

4. Fosil Kura – Kura : ditemukan di kompleks makam tomakaka’ di PULLAJONGA


oleh Balai Peninggalan Sejarah Dan Purbakala pada tahun 1982.
B. BIOLOGIKA : benda koleksi disiplin ilmu biologi (rangka manusia, tengkorak, hewan,
an tumbuhan baik fosil ataupun bukan )
Koleksi biologika yang ada di museum mandar majene antara lain : Ular, Biota Laut Dan
Tumbuhan.
1. Tanduk Rusa

2. Ular Piton

C. ETNOGRAFIKA : benda koleksi budaya disiplin ilmu antropologi yang merupakan hasil
budaya atau identitas suatu etnis. Contoh : Busana, Rumah Adat, Peralatan Dapur
Koleksi biologika yang ada di museum mandar majene antara lain :
1. Busana Adat, terdiri atas :
a. Pakaian Adat Dan Asesoris Pengantin keturunan Bangsawan Adat Dan Topia.
b. Pakaian dan Asesoris Pengantin Laki – Laki Keturunan Raja ( Mara’dia )
c. Baju Boko Dan Baju Pokko

Baju
Baju
Pokko
Boko

Ket : Baju Boko : terbuat dari kain sutera warna biru, berfungsi sebagai baju
yang dipakai oleh perempuan yang sudah berkeluarga pada acara adat di
mandar. Baju boko dipakai berpasangan dengan sarung sutera mandar
berbagai corak atau sure’ pada gambar diatas diatas berpasangan dengan
sure’ pazdazda dengan konde atau sanggul bersama sepasang beru’- beru’
simbolong, kedua telinga dihiasi dengan anting tradisional mandar Dali,
dibagian dada terdapat Bros ( Patto’do’Ringgi’ ) yang terbuat dari mata uang
logam emas serta di tangan kanan memakai ratte suku – suku atau ratte tali
- tali

Baju Pokko : terbuat dari kain beludru warna Coklat, berfungsi sebagai
baju yang dipakai oleh para gadis ( na’íwaine ) pada acara adat di mandar.
Baju pokko dipakai berpasangan dengan sarung sutera mandar berbagai
corak atau sure’ pada gambar diatas diatas berpasangan dengan sure’ batu
dazdima’ dengan konde atau sanggul bersama sepasang beru’- beru’
simbolong, kedua telinga dihiasi dengan anting tradisional mandar Dali,
dibagian dada menggunakan kalung tradisional mandar ( Tombi Jijir ) pada
bagian pinggang menggunakan ikat pinggang ( Kaliki’)
d. Beberapa Asesoris yang digunakan pada busana tradisional pengantin
perempuan ataupun untuk acara adat.
1. Bunga – Bunga siwali, merupakan tusuk konde yang juga berfungsi
sebagai asesoris pengantin perempuan keturunan bangsawan raja dan
bangsawan adat serta asesoris bagi pengantin pria keturunan raja yang
memakai sigar di kepala.

2. Jima’ Salletto’ / Jima’ Ma’borong, Asesoris yang dipasang pada lengan


kiri dalam

3. Teppang / Sima’taya : asesoris yang diikatkan pada ujung lengan baju kiri
dan kanan.

4. Kipa – Kipa : Hiasan yang terdapat pada bagian ujung belakang selendang
5. Potto : asesoris yang dipakai pada lengan kiri dan kanan terletak pada
bagian atas sima’ – sima’ :

6. Sima’- Sima’ : Asesoris yang dipakai pada lengan di bagian tas


pergelangan tangan kiri dan kanan

7. ‘Gallang Balle : Asesoris yang dipakai pada lengan kiri dan kanan terletak
pada bagian atas potto.

8. Beberapa corak sarung mandar / sure’ Lipa’ Sa’be Mandar


a. Sure’ Gattung Layar
b.

c.

d.
e.

f.

g.
h.

2. Rumah Adat : Rumah Kediaman Raja ( Mara’dia )


LOGO / tempat
menyimpan
jagung atau
bahan makanan
lain.

3. Peralatan Dapur :
a. Pallu : tungku masak tradisional mandar terbuat dari bentukan tanah liat yang
sudah melalui proses pembakaran.
b. Pakkuikuiang, Wadah untuk memasak kue tradisional mandar ( kuikui’).
Terbuat dari bentukan tanah liat yang sudah melalui proses pembakaran.
c. Panjepang, Wadah untuk memasak makanan tradisional mandar ( jepa )
terbuat dari bentukan tanah liat yang sudah melalui proses pembakaran. Bahan
untuk membuat jepa ada dua macam :
 Parutan ubi kayu atau tepung sagu yang sudah diperas airnya.
 Parutan ubi kayu atau tepung sagu yang dicampur dengan parutan daging
kelapa.
d. Pisau’ Bong, alat yang digunakan untuk memindahkan air dari guci ke belanga,
memindahkan dari belangan ke mangkok, memasukkan bahan jepa ke
panjepangan dan lain – lain, terbuat dari pelepah bamboo dan batok buah
kelapa.
e. Pikellu’ : alat yang digunakan untuk mengeruk daging kelapa dari batok kelapa
yang sudah dibelah dua. Terbuat dari balok kayu yang bentuknya menyerupai
binatang tunggangan, di bagian depan terdapat besi bergerigi digunakan untuk
mengeruk daging kelapa. Cara penggunaan : duduk diatas balok kayu yang
berbentuk binatang, tangan kiri dan kanan memegang batok kelapa yang sudah
di belah kemudian daging kelapa dikerukkan pada besi yang bergerigi sampai
semua daging kelapa terkeruk semua.

f. Talongnge, alat yang digunakan untuk mematangkan permukaan atas kue –


kue yang dimasak melalui proses pembakaran misalnya kue bolu. Terbuat dari
tanah liat yang sudah melalui proses pembakaran. Talongnge’ biasa juga
digunakan sebagai penutup balenga atau belanga.
g. Sandu’ / Rotta : Alat yang terbuat dari kayu digunakan untuk menyendok nasi
dari belanga.
h. Katoang : Wadah air ( Baskom ) untuk mencuci bahan makanan atau
peralatan makan dan minum terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian
bentukan tanah liat di bakar sehingga bentukan berwarna merah merata.
i. Panne : Wadah nasi / piring yang terbuat dari tanah liat yang sudah melalui
proses pembakaran.
j. Tera – Tera : Wadah untuk menyimpan kacang – kacangan, buah – buahan ,
sayur – sayuran dll. Terbuat dari anyaman bambu yang diiris.
k. Tappiang : Wadah yang digunakan untuk menampi beras, jagung atau kacang
– kacangan. Terbuat dari anyaman kulit bamboo.
l. Okang : Dudukan balenga / belanga terbuat dari anyaman daun kelapa.
m. Balenga : Wadah untuk memasak nasi ( Belanga ) terbuat dari tanah dari
tanah liat lalu dibakar sehingga berwarna merah bata. Penutup belanga juga
terbuat dari tanah liat.
n. Rakki’ : Wadah kue dan makanan tradisional mandar ( Jepa ), dibuat dari
anyaman lidi daun kelapa.
o. Kawali : Wadah untuk memasak bau piapi ( Masakan ikan tradisional
mandar ) terbuat dari tanah liat yang dibentuk sampai berwarna merah bata.
p. Pa’epeang : Alat yang digunakan untuk memeras air ubi kayu yang sudah di
parut ataupun tepung sagu yang masih berair.
q. Panne Ke’de : Wadah nasi / piring yang memiliki kaki, terbuat dari tanah liat
yang sudah dibakar.
r. Kara – karajing : wadah untuk menyimpan bahan makanan seperti beras,
jagung, kacang – kacangan, sayuran dll. Dibuat dari ayaman kulit bambu.
s. Sepu – sepu : Wadah untuk menyimpan rempah – rempah di dapur, terbuat
dari anyaman rotan.
t. Dunduang Ka’daro : Wadah air yang akan diminum ( gelas ) terbuat dari
batok buah kelapa.

ETNOGRAFIKA
Koleksi Museum Mandar Majene yang termasuk juga ke dalam jenis
Etnografika adalah :
a. TAMBAHAN ASESORIS PAKAIAN TRADISIONAL MANDAR
 Tombi a’di – a’di : merupakan kalung yang dipakai pada bagian luar baju book.

 Tombi Ana’i : kalung yang terbuat dari kuningan ataupun emas yang berbentu rangkaian
bunga.

 Tombi Bu’ang : kalung yang berbentu kepiting atau bunga segitiga

 Tombi Cucur : kalung yang dipakai pada bagian bawah tombi bu’ang

 Tombi jijir : kalung yang terbuat dari mata uang logam kuningan atau emas.

 Kawari’ : asesoris yang dipakai pada bagian dalam baju boko. Kawari’ depan dan delapan.
b. Panggilingan Bata’
Alat pemecah jagung menjadi beras jagung terbuat dari 2 buah
batu berbentuk lingkaran batu bagian atas memiliki pegangan
terbuat dari kayu Ulin setinggi 15 cm. dan ditengah batu tersebut
terdapat lubang yang menembus sampai bidang bawah sebesar
jari telunjuk dengan kedalaman 14 cm. koleksi ini merupakan
hibah dari Yayasan Museum Mandar Pada Tahun 1989

c. Alat pertanian
 Pedhui :
berfungsi sebagai alat pembersih akar – akar ilalang atau
rumput lainnya saat sedang berkebun. Gagngnya terbuat dari
kayu ulin bermata besi. Koleksi ini di beli dari masyarakat
melalui dana hibah APBD Tk. II Majene pada tahun 2001
 Pattora’
Bahan terbuat dari kayu uling, bermata besi berfungsi sebagai
alat penggembur tanah di kebun

HISTORIKA
Koleksi Museum Mandar Majene yang termasuk kedalam jenis HISTORIKA adalah :
a. Bendera Kerajaan
 Duplikat I naga : bahan terbuat dari kain berwarna kuning dan terdapat rumbai – rumbai
berwarna merah pada pinggirnya, dibagian dalam terdapat gambar dua ekor naga dengan
ekor saling mengait ( naga sikoi’) yang disilang oleh dua buah tombah trisula, bagian atas
terdapat bulan bintang. Duplikat I naga ini dibuat oleh Drs. Bachtiar Guru SMA Negeri 2
Majene. I naga yang asli diperkirakan di bawa dari kerajaan Mataram Islam di Jawa oleh
Suryodilogo pada abad ke XVII masehi. I naga berfungsi sebagai bendera kebesaran
kerajaan Pamboang
 Duplikat I Macan : Bahan terbuat dari kain berwarna kuning. Bagian pinggir berwarna
merah kecoklatan segiempat. Bagian tengah kain terdapat lukisan Harimau yang
ditunggangi oleh seseorang yang sedang mengayunkan pedang. Disisi pinggir bagian
dalam terdapat tulisan arab berbunyi nama khalifah : Abu Bakar, Umar, Ustman Dan Ali,
sedangkan di sisi luar terdapat tulisan arab Berbunyi nama – nama malikat : Jibril, Israfil,
Israil dan Mikail, ditulis dengan tinta atau cat warna hita. Duplikat I Macan ini dibuat oleh
Drs. Bachtiar, guru SMA 2 Majene. Aslinya didesain dan dibuat oleh Syech. Abdul
Mannan, salah seorang ulama penyebar agama islam di kerajaan Banggae pada abad ke
XVII masehi. I macan asli di simpan oleh Papuangan Salabose di Salabose. Benda ini
berfungsi sebagai bendera kebesaran Kerajaan Banggae
b. Foto Tokoh – Tokoh Pejuang Mandar
 AMMANA WEWANG
Beliau di kenal pula dengan sebutan I CALO AMMANA I WEWANG dikenal pula
dengan gelar TO POLE DI BALITUNG beliau ang di anugrahi oleh pemerintah
sebagai PEJUANG PERINTIS KEMERDEKAAN. Beliau melawan penjajah belanda dari
tahun 1905 sampai tahun 1945. Beliau diasingkan ke Pulau Belitung ( sekarang
propinsi Bangka Belitung ) pada tanggal 1 November 1907 sampai dengan 1 April
1945. Ammana Wewang Wafat di Limboro POL – MAS , pada 11 April 1967.

 Hj. ANDI DEPU

Beliau adalah salah seorang Pahlawan Nasional. Beliau di kenal dengan sebutan Ibu
Agung Hj. Andi Depu. Pengukuhan Hj Andi Depu sebagai Pahlawan Nasional,
ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden nomor; 123/TK/2018 tanggal 6
November 2018 pada momentum peringatan hari pahlawan pada tahun 2018.

Profil Singkat :

Nama Lengkap : Ibu Agung Andi Depu Maraqdia Balanipa


Lahir : Tinambung, Polman Tahun 1907
Wafat : Makassar, Sulawesi Selatan, 18 Juni 1985
Raja Balanipa Ke – 52
Pendiri Fujinkai Wadah Gerakan Wanita Mandar ( tahun 1944 )
Pencetus / Pimpinan Lasykar KRIS Muda ( Kebangkitan Rahasia Islam Muda ) Pada tanggal 21 Agustus
1945 yang berpusat di Balanipa

 ABDUL WAHAB ANAS


Beliau adalah salah seorang tokoh pemuda pejuang mempertahankan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau adalah salah satu dari 3
pemuda yang pertama kali mengibarkan Sang Saka Merah Putih di ibukota
Afdeling Mandar, kota Majene, peristiwa tersebut terjadi sekitar September
1945. Beliau juga adalah pengurus organisasi perjuangan kemerdekaan
bernama PEMUDA REPUBLIK INDONESIA ( PRI ) dan menjadi salah seorang
penggerak Massa dalam organisasi GAPRI 5.3.1. beliau meninggal pada tahun
1982 dan dimakamkam di pekuburan PETTUANGINAN SALEPPA.
 HAJJAH MAUMENA
Foto tokoh pejuang yang menjadi koleksi museum mandar salah satunya adalah
Hajjah Maemuna atau dikenal pula dengan nama Hajjah Maemunah Djud
Pantje. Nama lengkap beliau adalah Hajjah Siti Maemunah, lahir pada tahun
1916 di Baruga Majene. Beliau tidak berasal dari keluarga bangsawan beliau
hanya berasal dari keluarga Petani, namun beliau memiliki pemikiran
nasionalisme yang sangat kuat, jiwa nasionalisme yang kuat memanggil hati
nurani beliau untuk turut serta dalam perjuangan melawan penjajahan. Beliau
adalah pencetus / Pimpinan Kelasykaran GAPRI ( GABUNGAN PEMBERONTAK
REPUBLIK INDONESIA Kode 5.3.1 ). Beliau dimakamkan di Pekuburan Umum
Dadi Makassar.
 HAJI MUHAMMAD DJUD PANTJE
Beliau adalah Pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, komandan kelasykaran
GAPRI 5.3.1 Mandar yang berpusat di Baruga Majene dari tahun 1945 – 1949.
Beliau adalah suami dari Hajjah Maemunah.

 RIRI AMIN DAUD


Riri Amin Daud lahir pada tanggal 13 Juni 1927, di kampung Biring Lembang
Balanipa Mandar, beliau adalah Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia,
menjadi Sekertaris Umum Lasykar Perjuangan KRIS Muda yang berpusat di
Balanipa Tahun 1945.

 ANDI TONRA
Beliau adalah pejuang kemerdekaan RI, Beliau Ketua Umum Pemuda Republik
Indonesia di Mandar yang berpusat di Majene Tahun 1945

 ANDI GATIE
Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, Ketua II Pemuda Republik Indonesia
PRI di mandar yang berpusat di Majene tahun 1945
KERAMOLOGIKA
Koleksi Museum Mandar yang termasuk ke dalam jenis ini adalah koleksi barang pecah
belah yang disatukan dalam sebuah lemari kaca.

ARKEOLOGIKA
Benda – benda koleksi Museum Mandar yang tergolong ke dalam jenis Arkeologika Antara Lain
 Patung Kepala,
Benda ini ditemukan di Lingkungan Teppo Kel. Baru Kec. Banggae Tahun 2009

 Patung ( Tau – Tau )


Patung batu ini diperkirakan peninggalan masa Prasejarah, bentuknya sangat
sederhana. Ptung ini dipandang sebagai perwujudan leluhurdan dipuja sebagai
penghormatan.Awalnya patung ini ditemukan di Tandung Kecamatan
Tinambung, POL – MAN, pada tepian sungai mandar. Patung ini di beli dari
masyarakat pada tanggal 20 April 2012

 Ragam Hias Ayam Betina Pada Batu


Ragam hias ayam betina pada batu iniditemukan di Dusun Sumarrang, Kec.
Campalagian Kab. Polewali Mandar. Ragam hias ini diperkirakan peninggalan
Masa Prasejarah. Oleh masyarakat setempat keberadaan binatang ayam
betina dapat mendatangkan keberuntungan dalam kehidupan. Koleksi ini
dibeli dari masyarakat pada tanggal 25 April 2012

 Ragam Hias Tokek Pada Batu


Ragam hias binatang tokek pada batu ini ditemukan di Dusun Sumarrang,
Kec. Campalagian Kab. Polewali Mandar. Ragam hias ini diperkirakan
peninggalan Masa Prasejarah. Oleh masyarakat setempat keberadaan
binatang tokek dapat mendatangkan rejeki. Koleksi ini dibeli dari masyarakat
pada tanggal 25 April 2012

 Ragam Hias Tapak Kaki


Ragam hias tapak kaki pada batu berukuran panjang 10 cm dari ujung
luar ibu jari kaki ke tumit ujung bagian luar, lebar dari sisi luar ibu jari
ke sisi luar kelingking 5 cm dan lebar tumis dari sisi kanan ke sisi kiri 5
cm. ragam hias tapak kaki ini ditemukan di Dusun Ihin Desa Bulo
Kecamatan Luyo. Menurut masyarakat Dusun Ihin, bahwa batu ragam
hias tapak kaki ini pada masa sebelum islam, ragam hias tapak kaki ini
dijadikan sebagai batu pemujaan kepada ruh leluhur.

SENI RUPA
Benda – benda koleksi Museum Mandar yang tergolong ke dalam jenis Seni Rupa Antara Lain :
 Ukiran Pahat Pada Maket Perahu
Ukiran pahat garis berjenjang pada sisi maket perahu yang terbuat dari
bahan kayu ulin berfungsi sebagai hiasan. Maket perahu ini digunakan
sebagai wadah peralatan rumah tangga seperti benang jahit, jarus dsb.
Koleksi ini diperoleh dari hibah Bapak Hasan tahun 1989

Selain ukiran pahat , karya seni rupa juga terdapat pada koleksi museum berupa
Pakkaracangan : Alat untuk bermain karacang ( Congklak )
Regan : Berfungsi sebagai Meja tempat meletakkan Al Qur’an saat mengaji
Gasing : Alat permainan tradisional mandar
serta kerajinan dari batok kelapa.
Ukiran pahat juga terdapat pada salah satu koleksi alat music tradisional mandar

D.

Anda mungkin juga menyukai