Anda di halaman 1dari 3

Pembacaan Jurnal

Selasa, 1 Mei 2012


Maya Kusumawati Afr. J. Microbiol. Res. Vol 6(12), pp. 2985-2992, March 2012

In vitro synergisic activity of carbapenems in combination with other antimicrobia agents
againts multidrug-resistant Acinetobacter baumanii
zseven AG, etin ES, Aridoan BC, zseven L

Acinetobacter baumanii merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi nosokomial terpenting saat
ini disebabkan oleh semakin meningkatnya resistensi terhadap antibiotik dan memunculkan strain
A.baumanii MDR-AB. Penggunaan terapi kombinasi sudah lazim digunakan terutama di ruang rawat
intensif (ICU) untuk mengatasi bakteri tersebut. Kombinasi terapi yang digunakan dan dijadikan terapi
empirik adalah antibiotik golongan imipenem dan meropenem yang dikombinasikan dengan cefoperazone-
sulbactam, ampisilin-sulbactam, polymyxin B, dan rifampin, yang beberapa tahun terakhir telah diteliti dan
memiliki efek sinergis secara in vitro. Golongan sulbactam diketahui memiliki aktifitas antimikroba yang
tertinggi melawan enzim inhibitor beta laktamase A. baumanii dengan sedikit efek samping. Golongan
polymyxin B dan colistin yang tidak diperhatikan beberapa tahun terakhir, kembali diperhitungkan,
mengingat sedikitnya pilihan terapi terhadap kuman ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efek
antibakterial antibiotik golongan imipenem dan meropenem yang dikombinasikan dengan cefoperazone-
sulbactam, amisilin-sulbactam, polymyxin B dan rifampin dengan melihat aktifitas hambat secara in vitro
terhadap 34 isolasi bakteri MDR-AB.
A.baumanii MDR-AB yang digunakan dalam penelitian ini diketahui telah resisten terhadap minimal
tiga golongan antibiotik yang berbeda. Strain A.baumanii berjumlah 34 isolasi yang diketahui melalui
metode difusi diskus, telah resisten terhadap ticarcilin, cefepime, amikacin, dan ciprofloxacin, tetapi tidak
dengan golongan imipenem dan meropenem, sesuai dengan standar Clinical and Laboratory Standard
Institute (CLSI). Sampel penelitian diambil dari aspirasi trakea (50%), darah (47%), dan luka (3%), yang
diambil dari penderita yang dirawat di ICU Suleyman Demirel University Hospital di Isparta, Turki, dari
bulan Februari 2009 sampai dengan Februari 2011. Semua sampel diidentifikasi sesuai standar prosedur
mikrobiologi menggunakan BBL Crystal identification (Becton,USA). Sampel yang terpilih untuk subkultur
ditanam pada agar Luria-Bertani yang disimpan pada suhu -80 sampai digunakan pada tes in
vitro.Konsentrasi inhibisi minimal (MIC) dinilai berdasar metode mikrodilusi agar dan interaksi antibiotik
yang dianalisa dengan checkerboard assay.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi ampisilin-sulbactam dengan meropenem
memiliki aktifitas antimikrobial melawan A.baumanii MDR-AB tertinggi yaitu 95,1%, diikuti oleh
kombinasi imipenem dengan ampisilin-sulbactam (88,2%), imipenem dan rifampin (73,5%), imipenem
dengan cefoperazone sulbactam(70,6%), imipenem dengan polymyxin B (38,3%), meropenem dan rifampin
(17,6%), meropenem dengan cefoperazone sulbactam (8,8%), dan meropenem dengan polymyxin B (2,9%).
Tidak terdapat reaksi antagonis pada penelitian ini. Kesimpulan pada penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi efikasi antibiotik terhadap A.baumanii MDR-AB tes sinergi in vitro penting untuk prosedur
terapi.















CRITICAL APPRAISAL
Studi ini merupakan Qualitative research
Are the results of ths qualitative study valid?
1. Was the selection of participants explicit and appropriate? Yes, pada penelitian ini digunakan 4
antibiotik yang dipilih untuk diketahui aktifitas antimikrobialnya terhadap A.baumanii MDR-AB
yang sebelumnya sudah pernah diteliti. Sampel yang digunakan berjumlah 34 yang diambil dari
aspirasi trakea (50%), darah (47%), dan luka (3%).
2. Were the methodes for data collection and analysis explicit and appropriate? Yes, Sampel yang
digunakan berjumlah 34 yang diambil dari aspirasi trakea (50%), darah (47%), dan luka (3%) dalam
jagka waktu yang lama yaitu dari bulan Februari 2009 sampai dengan Februari 2011. Konsentrasi
inhibisi minimal (MIC) dinilai berdasar metode mikrodilusi agar dan interaksi antibiotik yang
dianalisa dengan checkerboard assay.
STUDI INI VALID.
Are the results of this valid qualitative study important?
1. Are the results impressive? Yes, ampisilin-sulbactam dengan meropenem memiliki aktifitas
antimikrobial melawan A.baumanii MDR-AB tertinggi, sedangkan diketahui sebelumnya bahwa
golongan sulbactam memiliki aktifitas antimikroba yang tertinggi melawan enzim inhibitor beta
laktamase A. baumanii dengan sedikit efek samping.
STUDI INI PENTING
Are the valid and important result of this qualitative study applicable to my patient?
1. Do the same phenomena apply to my patient? Yes, Acinetobacter baumanii merupakan salah satu
bakteri penyebab infeksi nosokomial terpenting seiring dengan meningkatnya faktor-faktor yang
meningkatkan virulensi kuman tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: perawatan lama
di ICU, penggunaan ventilasi mekanik, dan kateter vena sentral. Meningkatnya A.baumanii MDR-
AB saat ini disebabkan oleh semakin meningkatnya resistensi terhadap antibiotik dan terdapat
bermacam fenotipe kuman tersebut. Hal ini juga terjadi di Indonesia dengan angka kejadian yang
semakin meningkat di asia tenggara termasuk Indonesia yang pada tahun 2008 5,6% strain A.
baumanii memiliki enzim carbapenemase.
STUDI INI VALID DAN PENTING.

Anda mungkin juga menyukai