MEMAHAMI PERJALANAN PROSES INTEGRASI BANGSA INDONESIA
DI SUSUN OLEH : NATHANIA CARISSA DEWI LATAR BELAKANG
Hal hal yang menjadi faktor penyebab sulitnya terjadi integrasi Indonesia: Kondisi geografis Keanekaragaman suku bangsa dengan adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda Jarak satu wilayah dengan wilayah lain di Indonesia yang bisa mencapai ribuan kilometer
Hal-hal yang mendukung
Dalam konsep integrasi lautan dan selat yang memisahkan pulau pulau di Indonesia harus dipandang bukan sebagai pemisah melainkan penyatu wilayah wilayah di Indonesia Perjalanan Proses Intedrasi dari abad 16 sampai abad 19
Terintegrasinya kepulauan nusantara yang tersebar di sekitar katulistiwa menjadi suatu kesatuan memerlukan waktu yang panjang Pengaruh Islam Dalam Proses Integrasi: Islam mempercepat proses integrasi karena: 1. Secara etis Islam tidak mengakui perbedaan dalam masyarakat. 2. Secara Kultural, islam tidak pernah mempertentangkan ajaran islam dengan adat istiadat yang diwariskan oleh hindu- budha 3. Sikap toleransi, bahwa dalam berdagang para pedangang islam bisa berdagang dengan orang dari latar belakang agama manapun 4. Kejatuhan malaka pada 1511 ke portugis membuat para pedagang nusantara berhati- hati terhadap pedagang asing khususnya dari barat. Peristiwa tersebut membuat kerajaan kerajaan islam di nusantara menjadi lebih berhati hati dengan para pedagang dari barat. Mereka mempunyai dorongan baru untuk cenderung bersatu dan melawan prnindasan itu
Pada abad 19 Islam telah digunakan sebagai kekuatan ideologis untuk menyatukan semua unsur perlawanan terhadap kekuatan kolonialisme barat. Proses integrasi sebagai satu kesatuan bangsa terbangun dengan semua itu. Dari beberapa hal hal di atas bisa disimpulkan:
Bahwa secara etis, sosial, budaya, ideologis dan historis Islam memiliki peran yang besar dalam proses integrasi bangsa. Gerakan nasionalisme atau gerakan kebangsaan Indonesia awal abad 20 sebenarnya dasar dasarnya telah diletakkan sejak tumbuh dan berkembangnya penganut serta kekuatan politik Islam sejak abad ke 16.