Anda di halaman 1dari 2

FABEL KANCIL DAN SIPUT LOMBA LARI

Suatu hari kancil bertemu dengan siput dipinggir kali. Melihat siput merangkak dengan
lambatnya, sang kancil dengan sombong dan angkuhnya berkata.
Kancil : Hai siput, beranikah kamu lomba lari denganku ?
( ajakan terasa sangat mengejek siput, berpikir sebentar, lalu menjawab )
Siput : Baiklah, aku terima ajakanmu dan jangan malu kalau nanti kamu sendiri yang kalah.
Kancil : Tidak bisa, masa jago lari sedunia mau dikalahkan olehmu, siput, binatang perangkak
kelas wahid di dunia. ejek kancil.
Kancil : Baiklah, ayo cepat kita tentukan larinya ! jawab kancil.
Siput : Bagaimana kalau hari minggu besok, agar banyak yang menonton. Kata siput.
Kancil : Oke, aku setuju. Jawab kancil.
Sambil menunggu hari yang telah ditentukan itu, siput mengatur taktik. Segera dia
kumpulkan bangsa siput sebanyak-banyaknya. Dalam pertemuan itu, siput membakar semangat
kawan-kawannya dan dengan geram mereka ingin mempermalukan kancil dihadapan umum.
Dalam musyawarah itu, disepakatilah dengan suara bulat bahwa dalam lomba nanti setiap siput
ditugaskan berdiri diantara rerumputan di pinggir kali. Diaturlah tempat mereka masing-masing.
Bila kancil memanggil maka siput yang didepannya itu yang menjawab begitu seterusnya.
Sampailah saat yang ditunggu itu. Penonton pun sangat penuh. Para penonton datang dari semua
penjuru hutan.
Kancil dan siput telah bersiap digaris start. Pemimpin lomba mengangkat bendera, tanda
lomba di mulai. Kancil berlari sangat cepatnya. Semua tenaga dikeluarkannya. Tepuk tangan
penonton kian menggema, memberi semangat kepada kancil. Setelah lari sekian kilometer,
berhentilah kancil. Sambil napas terengah-engah dia memanggil.
Kancil : Siput ! seru kancil.
Siput : Ya, aku disini.
Karena siput telah berada didepannya, kancilpun kembali lari sangat cepat sampai tidak ada lagi
tenaga yang tersisa. Kemudia dia pun memanggil.
Kancil : Siput ! teriak kancil lagi.
Siput : Ya, aku disini.
Berkali-kali selalu begitu. Sampai pada akhirnya kancil lunglai dan tak dapat berlari lagi.
Menyerahlah sang kancil dan mengakui kekalahannya. Penonton terbengong-bengong.
Siput menyambut kemenangan itu dengan senyuman saja. Tidak ada loncatan kegirangan seperti
pada umumnya pemenang lomba.
TAMAT
Anak Gembala yang Bijaksana

Dahulu kala, ada seorang gembala kecil yang terkenal sampai jauh
dimana-mana karena bisa memberi jawaban yang bijaksana atas semua
pertanyaan yang diberikan kepadanya. Kabar tersebut sampai ke telinga Raja di
kerajaan itu, tetapi sang Raja sendiri kurang percaya dengan apa yang orang
kabarkan tentang gembala kecil itu, karena itu, anak gembala tersebut
diperintahkan untuk datang dan menghadap ke istana. Ketika dia tiba, Raja
berkata kepadanya: "Jika kamu dapat memberikan jawaban dari tiga pertanyaan
yang akan saya berikan kepadamu, aku akan menganggap kamu sebagai anak
saya sendiri, dan kamu akan hidup berbahagia dengan saya di istanaku."
"Apakah ketiga pertanyaan itu, paduka?" tanya anak gembala itu.
"Yang pertama adalah, berapa banyak tetesan air yang ada di laut?"
"Tuanku Paduka," jawab anak gembala, "hentikanlah semua tetesan air yang ada di bumi
sehingga tidak ada satu tetespun yang akan masuk ke laut sebelum saya menghitungnya, dan saat
itu, saya akan memberitahu Paduka berapa banyak tetesan yang ada di laut!"
"Pertanyaan kedua," kata Raja, "Berapa banyak bintang yang ada di langit?"
"Beri aku selembar kertas besar," kata anak itu, kemudian ia membuat begitu banyak
lubang dengan sebuah jarum sehingga terlalu banyak dan tidak memungkinkan untuk dihitung.
Saat selesai si Anak Gembala berkata : "Jumlah bintang yang ada di langit sama banyaknya
dengan lubang yang ada di kertas ini, adakah yang mampu menghitungnya?" Tapi tak seorang
pun bisa menghitungnya. Kemudian Raja berkata lagi "Pertanyaan ketiga adalah, berapa detik
yang ada dalam keabadian"
"Di kerajaan ini, terletak gunung adamantine, satu mil tingginya, satu mil lebarnya, dan
satu mil dalamnya, dan tiap seribu tahun, seekor burung datang untuk menggosok paruhnya ke
gunung tersebut, dan, saat seluruh gunung telah di gosok oleh sang Burung, maka detik pertama
dari keabadian pun berlalu."
"Kamu telah menjawab tiga pertanyaan saya secara bijak," kata sang Raja, "dan untuk
selanjutnya kamu akan hidup bersama saya di istana, dan saya akan memperlakukan kamu
sebagai anak saya sendiri."

Anda mungkin juga menyukai