Anda di halaman 1dari 6

Petani yang Serakah

Dahulu kala hiduplah seorang petani di desa. Ia selalu ingin mendapatkan


banyak uang. Pada musim semi, ia berseru kepada Tuhan, “Jika hari cerah, aku
akan menuai gandum.” Pada hari berikutnya, matahari bersinar dengan cerah,
sang petani pun menuai sebagian gandumnya.

Setelah itu ia berseru kepada Tuhan lagi, “Seandainya hari ini hujan, pasti baik
untuk gandumku.” Esok harinya turun hujan.

Petani itu berkata, ”Jika hujannya lebih lebat, gandumku pasti lebih cepat
tumbuh.” Pada hari berikutnya hujan kembali turun.

Musim panas tiba, ia memanen gandumnya dan menumpuknya menjadi satu.


Petani berkata, “Tuhan, seandainya Kau memberiku lebih banyak hujan lagi,
panenku pasti jauh lebih besar.”

“ Mengapa Engkau tidak memberiku lebih banyak hujan sehingga aku mendapat
lebih banyak gandum?” tambahnya dengan kesal.

Tuhan kemudian menurunkan hujan yang sangat lebat sehingga seluruh gandum
sang petani hanyut terbawa air.
1. dalam hutan, Si Kancil terkenal licik berjalan-jalan minum tepi sungai
Di suatu hari yang cerah, terdapat seekor binatang yang terkenal
sangat licik di dalam hutan, yaitu adalah Si Kancil. Pada hari itu, Kancil
sedang bersantai di bawah pohon besar dengan hembusan angin sepoi-
sepoi yang membuat Kancil menjadi mengantuk.
Untuk mengusir rasa kantuknya, ia akhirnya memutuskan untuk
jalan-jalan menelusuri hutan. Sambil berjalan, Kancil membusungkan
dadanya dan berkata,
"Siapa di hutan ini yang tidak mengenalku. Si pintar, si cerdik yang
banyak akal. Setiap masalah pasti dapat ku selesaikan dengan mudah,”
kata Si Kancil.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ia sampai di tepi sungai.
Kancil pun segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya sambil
terus berkata-kata memuji dirinya sendiri.

2. Kancil bertemu seekor Siput, ia pun mengatakan Siput memiliki tubuh


kecil lelet
Tanpa Kancil sadari, ternyata ia sedang diperhatikan oleh seekor
Siput yang sedang duduk di balik sebuah batu besar pinggir sungai.
Karena mendengar ucapan Kancil Siput itu pun berkata,
"Hei Kancil, asyik sekali kau ku lihat berbicara sendiri, ada apa?
Apa kamu sedang bergembira ya?" tanya Siput pada Kancil.
Kancil pun mendengar suara Siput dan mencari-cari asal suara
tersebut, ia pun menjawab,
“Oh hai! ternyata kau Siput, sudah lama ya kau memperhatikanku
ternyata? Sedang apa kau disana Siput? Meratapi dirimu yang kecil dan
lelet ya? Hahahahaha," jawabnya.

3. Karena tak terima ucapannya, Siput menantang Kancil lomba adu lari
Siput pun terkejut dengan jawaban Kancil yang menghinanya dan
membuatnya marah. Lalu Siput pun membalas ucapan Kancil.
“"Hai Kancil! Aku tahu, kau memang terkenal binatang yang sangat
cerdik dan cepat sedangkan diriku terkenal binatang yang sangat lambat
berjalannya. Tapi kali ini aku sangat marah mendengar perkataanmu tadi
dan aku menantangmu untuk lomba adu lari," ujar Siput.
Mendengar tantangan dari Siput, Kancil pun menerima
tantangannya karena ia tahu Siput tak akan mungkin mengalahkan
dirinya. Hingga akhirnya mereka setuju lomba tersebut diadakan
keesokan harinya.
4. Siput meminta tolong teman-teman mengelabui Si Kancil saat
perlombaan esok harinya
Di tempat lain, Siput sadar bahwa dirinya tak mampu
mengalahkan Kancil. Siput akhirnya meminta tolong teman-temannya
untuk membantunya dengan sebuah cara. Saat lomba dimulai, semua
teman-teman Siput agar bersembunyi di jalur lomba yang akan mereka
lalui.
Teman-teman Siput harus muncul ketika mendengar suara Si
Kancil dari kejauhan, sehingga Kancil akan mengira Siput akan selalu
berada di depannya.
Hari perlombaan pun tiba!
Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlobaan tersebut sampai
suasananya pun sangat ramai. Mereka semua ingin mengetahui apakah
Siput dapat mengalahkan Si Kancil yang terkenal cerdik dan sombong itu?

5. Dengan angkuhnya Si Kancil berlari dengan cepat, namun ternyata sudah


ada Siput di depannya
Saat lomba dimulai, dengan angkuhnya Kancil langsung berlari dengan
sangat cepat, ia pun tertawa sambil berkata:
"Hahahahaha selamat tinggal Siput lelet, aku tunggu kau di garis
finish nanti," ucapnya dengan sombong.
Setelah ia berlari meninggalkan Siput cukup jauh di belakangnya,
Kancil justru sangat terkejut karena ia melihat di depannya ada Siput
yang sedang berjalan dengan santai.
Yang sebenarnya itu adalah teman-teman Si Siput yang telah
mendengar suara Kancil dari kejauhan dan mereka keluar dari
persembunyiannya guna mengelabui Si Kancil.

6. Kancil cepat melewatinya, tetapi selalu ada Siput depan hingga membuat
Kancil kewalahan
Karena merasa dikalahkan, Kancil pun dengan cepat melewati
Siput tersebut, dan kejadian itu terus berulang hingga membuat Si Kancil
menjadi kewalahan dan kelelahan karena Siput selalu berada beberapa
Langkah di depan Kancil.
Ketika Si Kancil hampir tiba di garis finish, ternyata Siput sudah
mendekati garis finish terlebih dahulu dan membuat Si Kancil berpikir.
Mengapa Siput yang seharusnya sudah ia tinggalkan jauh di
belakang, tapi Siput itu malah terus berada di depannya dan sampai ke
garis finish terlebih dahulu.
Kancil terkejut dirinya kalah dengan Siput.
7. Kancil tidak menerima kekelahannya
Lalu sesampainya di garis finish Kancil pun berkata,
"Tidak Mungkin! Bagaimana bisa kau lebih dulu sampai, padahal
aku berlari sangat kencang meninggalkan kau jauh dibelakangku," ujar Si
Kancil yang tak menerima kekalahannya.
Kancil tidak mau kalah dengan seekor Siput yang kemarin ia ejek
di sungai.
"Sudahlah Kancil akui saja kekalahan dirimu," jawab Siput dengan
santai.
Si Kancil menjadi heran dan masih belum dapat percaya kalau
dirinya berhasil dikalahkan oleh hewan yang sering ia ejek "kecil dan
lelet" tersebut.

8. Siput memberikan pesan pada Si Kancil hingga membuat Kancil merasa


menyesal dan malu.
Si Kancil yang masih terheran-heran hingga tidak bisa
mengucapkan apa pun, lalu tiba-tiba Siput pun berkata,
"Sudahlah Kancil, tidak usah sedih. Aku tidak ingin hadiah apa-apa
dari kamu. Aku hanya ingin kau tahu, janganlah menjadi sombong dengan
kelebihan yang kau miliki. Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan
dan kekurangannya masing-masing, jadi jangan suka menghina dan
menyepelekan makhluk hidup yang lainnya," ujar Siput.
Setelah menyelesaikan ucapannya Siput pun pergi menyelam
kedalam sungai dan tinggalah Si Kancil yang menyesal dan malu karena
kalah dalam lomba lari dengan Siput.
Sejak saat itu Kancil berjanji tidak akan menganggap remeh
makhluk hidup lainnya.
Dongeng anak kisah Si Kancil dan Siput ini mengajarkan anak untuk
jangan menjadi orang yang sombong dengan menghina dan merendahkan
makhluk hidup lainnya. Karena setiap makhluk hidup mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, seperti apa yang dikatakan oleh Siput. Kita harus
menghargai perbedaan dari dongeng kancil ini.
Legenda asal-usul Telaga Warna
Alkisah di Jawa Barat berdiri Kerajaan Kutatanggeuhan yang dipimpin
raja bernama Prabu Swarnalaya. Prabu Swarnalaya memimpin didampingi
permasurinya yang cantik yaitu Ratu Purbamanah.
Di masa kepemimpinannya pekerjaan ini cukup makmur, dan Prabu
Swarnalaya sangat dicintai oleh rakyatnya. Dengan semua berkah yang
didapatkan, ternyata Prabu Swarnalaya merasa bahagia. Hal ini karena setelah
sekian lama menikah, Prabu Swarnalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai
keturunan.
Setelah ditelusuri, ternyata penyebabnya adalah Prabu Swarnalaya
sendiri yang melanggar pantangan berburu rusa di Gunung Mas. Hal itu
dikatakan nujum istana yang mendapat wangsit bahwa tiap rusa yang
dibunuhnya menjadi simbol hilangnya satu keturunan dari Prabu Swarnalaya.
Rasa sedih dan penyesalai meliputi Prabu Swarnalaya karena merasa hal ini
menjadi kesalahannya.
Sebagai cara untuk membayarnya, Prabu Swarnalaya harus berangkat
bertapa pada malam bulan purnama ke sebuah gua kecil di gunung Mas tanpa
diketahui siapapun dan melepas semua atribut kerajaan.
Segala halang rintang telah dilalui, hingga akhirnya Prabu Swarnalaya
bisa kebali dari pertapaannya. Ratu Purbamanah yang khawatir langsung
menyambutnya dengan berbagai hidangan yang nikmat. Beberapa bulan
kemudian pertapan Prabu Swarnalaya membuahkan hasil, sang permaisuri
dinyatakan telah mengandung. Setelah sembilan bulan, Prabu Swarnalaya dan
Ratu Purbamanah akhirnya memiliki seorang putri cantik bernama Dewi
Kuncung Biru.
Dewi Kuncung Biru tumbuh menjadi putri yang cantik dan gemar
bersolek, terutama mengenakan perhiasan mahal. Prabu Swarnalaya dan Ratu
Purbamanah memang memanjakannya dengan limpahan harta dan kasih sayang
yang tak terukur. Namun hal itu membuat Dewi Kuncung Biru menjadi sangat
manja. Hingga suatu hari saat menjelang hari ulang tahunnya, Dwi Kuncung bisru
meminta ayahnya untuk menghiasi tiap helai rambutnya dengan emas dan
permata.
Prabu Swarnalaya dan Ratu Purbamanah terkejut mendengar permintaan
putrinya dan berkata bahwa hal tersebut tidak masuk akal. Helai rambut Dewi
Kuncung Biru terlalu banyak dan mustahil untuk menghias semuanya dengan
emas dan permata. Mendengar hal itu Dewi Kuncung Biru marah dan kesal
karena keinginannya tidak dikabulkan.
Kemarahan Dewi Kuncung Biru terdengar ke luar istana, dan membuat
rakyat tergerak untuk menyumbangkan harta mereka sebagai hadiah bagi sang
putri. Prabu Swarnalaya dan Ratu Purbamanah terharu dengan rasa cinta rakyat
kepada putrinya dan menggelar pesta yang meriah dengan hidangan yang lezat
sebagai rasa terima kasih. Pada saat pesta berlangsung, kotak berisi perhiasan
yang sangat banyak itu pun diberikan kepada Dewi Kuncung Biru.
Ketika melihat isinya, Dewi Kuncung Biru justru kecewa karena perhiasan yang
ia dapat tak seindah harapannya.
Dengan sombong Dewi Kuncung Biru melempar kotak itu beserta isinya
ke lantai dan membuatnya jatuh berserakan. Semua orang termasuk Prabu
Swarnalaya dan Ratu Purbamanah terbelalak melihat sikap Dewi Kuncung Biru
yang tak seindah parasnya. Ternyata alam pun murka akan sikap Dewi Kuncung
Biru, seketika gemuruh datang diikuti hujan dan badai. Tanah di sekitar istana
juga terbelah, disusul dengan adanya air bah yang menenggelamkan semua yang
ada di sekitarnya.
Bersamaan dengan berhentinya hujan, Kerajaan Kutatanggeuhan pun
menghilang dan digantikan dengan sebuah telaga yang berisi ikan cantik
berwarna-warni. Lokasi telaga yang konon menjadi tempat tenggelamnya
Kerajaan Kutatanggeuhan kemudian dikenal hingga saat ini sebagai Telaga
Warna.
Sumber: repositori.kemdikbud.go.id Dapatkan update berita pilihan dan
breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram
"Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate,
kemudian join.

Anda mungkin juga menyukai