Anda di halaman 1dari 4

Alya Junienza

Xll IPA 1
Bahasa Indonesia
TEKS REKON
Contoh Teks Rekon Imajinatif

Si Kancil dan Kura-Kura

Orientasi

Pada zaman dahulu, saat bumi masih berupa hutan-hutan yang lebat dan asri, hiduplah Si
Kancil yang sombong. Dia merasa dirinya paling lincah dan paling hebat. Dia selalu
mengejek hewan-hewan yang lain, terutama Siput, Bekicot, dan Kura-Kura. Sebab menurut si
Kancil, mereka adalah hewan lemah dan lambat.

Peristiwa

Suatu hari Si Kancil bertemu dengan Kura-Kura yang sedang berjalan di tepian sungai kecil.
Dengan lagak pongahnya Si Kancil menghampiri Kura-Kura.

“Hai, Kura-Kura! Lambat sekali kau berjalan,” kata Si Kancil sambil menendang Kura-Kura
hingga tubuhnya terbalik dan menertawakannya. “Hahaha… Hahaha..”

“Kancil, kenapa kau tendang aku. Tolong aku, Kancil!” Kura-Kura memohon.

Komplikasi
“Hahaha… Hahaha… Bangun sendiri kalau kau bisa!” kata Kancil sambil berlalu
meninggalkan Kura-Kura.

“ Kancil, kau keterlaluan. Sopanlah terhadap teman!!” seru Gajah yang sedang minum tidak
jauh dari sana.
Gajah berlari dan membantu membalikkan tubuh Kura-Kura menggunakan belalainya.

“Hahaha… Hahaha… Aku benci hewan lambat!” kata Si Kancil pongah.

“Jangan sombong kau, Kancil. Di atas langit masih ada langit,” ucap Kura-Kura.

“Hah! Ayo kita lomba siapa yang lebih dulu sampai di muara sungai ini! Kalau kau bisa
mengalahkanku, aku akan berhenti mengejekmu!” bentak Kancil tetap dengan
kesombongannya.

“Baik, aku terima tantanganmu, Kancil!” ujar Kura-Kura.

“Aku akan menjadi saksinya,” Kijang yang muak dengan kelakuan Si Kancil melenggang
mendekat.

“Aku juga.”

“Aku juga”

“Aku juga.” “Aku juga.” “Aku juga,”

Hewan-hewan lain yang sejak tadi ada di sekitar situ semua mendekat. Ada Ayam, Monyet,
Beruang, Tikus, dan lain-lain.

“Aku juga,” kata Gajah. “Biar aku dan beruang menunggu di muara sebagai pemantau garis
finis. Dan kau, Kijang, atur star untuk mereka.”

“Ide bagus,” sambut Kijang.

“Ayo, Beruang, kita pergi dan menunggu di muara!” ajak Gajah pada beruang. “Kijang,
sesampainya di muara aku akan memberitahu kalian dengan suaraku. Saat itulah
pertandingan bisa dimulai.”
Lalu Gajah dan Beruang berlari menuju muara. Kijang dan binatang lain menunggu aba-aba
dari Gajah.

Tak lama kemudian terdengarlah suara Gajah yang nyaring. Kijang mengatur Kancil dan
Kura-Kura untuk memulai lomba. Kancil dan Kura-Kura pun mulai berjalan.

Kura-Kura berjalan merayap sesuai kemampuannya dengan sabar. Sementara Si Kancil


berlari cepat sembari melompat-lompat sambil tak henti tertawa. Dia sudah sangat yakin
bahwa dirinya yang akan menang, sampai lebih dahulu ke muara. Sebab dia tahu, bahwa
Kura-Kura hanya bisa berjalan merayap dan sangat lambat.

Si Kancil sudah dekat dengan muara. Namun karena dia tak henti berlari dan tertawa, dia
merasa agak lelah. Akhirnya dia memutuskan untuk istirahat di atas batu di tepian sungai
tersebut. Karena menurutnya, kalaupun Kura-Kura menyusul sampai di sana, tetap dia akan
mudah mengalahkan Kura-Kura.

Suasana hutan yang tenang disertai angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat Si Kancil
terlena. Hingga akhirnya dia ketiduran di atas batu tersebut.

Sementara di muara, Gajah dan Beruang sedang duduk menunggu. Setelah lama menunggu,
mereka melihat Si Kura-Kura yang perlahan merayap ke arah mereka. Mereka heran, sebab
tidak melihat Si Kancil.

“Di mana Si Kancil, wahai Kura-Kura?” tanya Beruang.

“Aku tidak tahu, kukira dia sudah sampai lebih dulu,” jawab si Kura-Kura yang juga
keheranan.

“Baik, kita tunggu Si Kancil. Dan kau sudah jelas jadi pemenangnya, Kura-Kura,” kata
Gajah.

Resolusi
Beberapa saat kemudian Si Kancil datang dengan berlari riang. Tapi keriangannya hilang saat
dia melihat Kura-Kura sudah ada di sana.
“Hai, Kancil! Kau sudah kalah dari Kura-Kura,” ujar si Beruang. “Sekarang minta maaflah,
dan jangan pernah kau mengejeknya lagi.”

“Bagaimana mungkin aku kalah darinya? Aku berlari sangat cepat, dan aku hanya ketiduran
sebentar di atas batu!” Si Kancil tampak gusar.

“Kau harus menerimanya, Kancil. Sebab kenyataannya kau sudah kalah,” kata Gajah.
“Kelalaianmu ketiduran itu adalah kesalahanmu sendiri, Kancil.

“Baiklah. Kura-Kura, aku minta maaf, dan aku tidak akan merendahkanmu lagi,” ucap Si
Kancil menyesal.

“Tidak apa-apa, Kancil. Janganlah kau bersikap sombong lagi ke depannya,” Kura-Kura
berkata tulus.

Sejak saat itu Si Kancil tidak pernah lagi mengejek hewan-hewan lain di hutan itu. Sifat
sombongnya sudah hilang. Semua hewan di hutan hidup rukun

Koda

Si Kancil yang sombong dan suka mengejek semua binatang membuatnya tidak disukai oleh
binatang-binatang lain di hutan itu. Namun sejak kekalahannya saat lomba dengan Kura-
Kura, sifatnya berubah menjadi baik. Kehidupan di hutan itu menjadi tenang dan semua
hewan saling menyayangi dan menghormati.

Anda mungkin juga menyukai