Di tengah hutan yang sangat panas ada seekor tikus yang sangat haus dan ingin sekali minum tapi sungai masih jauh dan sangat melelahkan jika ia berjalan ke sana, lalu ia berpikir dari pada ia mati tanpa usaha lebih baik ia berusaha walaupun sampai mati, kemudia berjalanlah ia sampai ia suda tidak kuat lagi tiba-tiba ia melihat air dalam sebuah botol tikus itu pun langsung semangat kembali, tikus itupun memasukkan kepalanya kedalam lubang botol tersebut tetapi tikus itu tidak bisa menggapai air itu. Kemudian ia mencari akal. Tikus itu naik ke tempat yang lebih tinggi lalu manggulingkan sebuah batu agar bisa memecahkan botol tersebut tetapi botol tersebut terlalu kuat tetapi ia tidak putus asa, kemudian tikus itu mencoba kembali dengan cara mengguling-gulingkan botol agar airnya bisa keluar dan membasahi daun-daun yang ada di tanah tetapi cara itu tidak berhasil. Tikus itu amat lelah karna semua caranya tidak ada yang berhasil. Ia berpikir akan mati kehausan. Tikus itu termenung sejenak. Ia berpikir terus menerus Ia tidak mau mati kehausan. Si tikus melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia mengambil batu-batu itu lalu memasukkan satu per satu ke dalam botol tersebut. Ia memasukkan dan masukkan terus, Air itu naik lebih tinggi setiap batu di masukkan kedalam botol. Botol itu hampir penuh dengan batu dan akhirnya air naik ke permukaan botol dan tikus itu langsung meminum air itu dengan senangnya.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu. Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik, kata si siput. Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi, kata si kancil.