and Turtle
Pada zaman dahulu kala hiduplah kelinci dan kura-kura. Mereka hidup
dengan rukun di desa bersama burung, rakun, anjing, kucing, rusa,
monyet, dan banyak hewan lainnya. Suatu hari kura-kura yang lamban
sedang bercerita dengan kelinci yang cepat dan gesit.
Kelinci: Heum siapa itu? Apakah kura-kura yang suka terlambat? Apa
kau akan memberi salam padaku?
Kura-kura: Kelinci, annyeong? Apa kabar?
Kelinci: Ada masalah apa? Kura-kura si tukang terlambat! Heung!!
Kura-kura: Apa? Apa kau bilang aku si kura-kura tukang terlambat?
Kelinci: Tukang terlambat adalah si kura-kura, tukang terlambat
hahahaha
Kura-kura: Baiklah, Akan kutunjukkan bahwa aku bukan kura-kura si
tukang terlambat. Kau, kelinci, Tak bersediakah kau lomba lari denganku?
Kelinci: Lomba lari denganmu? Hahahaha. Baiklah. Dimanapun, siapapun,
waspadalah aku akan memenangkannya kura-kura!
Demikianlah kelinci dan kura-kura berjanji untuk melakukan lomba lari.
Keesokan harinya mereka bersama-sama menempati garis batas
perlombaan. Di belakang, teman-teman binatang kelinci dan kura-kura
menonton perlombaan. Kelinci dan kura-kura berada di depan garis start.
Monyet menjadi juri yang memutuskan perlombaan kura-kura dan kelinci
Monyet: Kelinci, Kura-kura! Kalian semua sudah siap?
Kelinci: Eung, siap. Apa kura-kura siap?
Kura-kura: Tentu saja
Monyet: Baiklah. Bersedia, siap! Mulai!
Tak lama dari lomba di mulai, kelinci berlari di depan. Kura-kura bergerak
perlahan dengan penuh semangat dan keringat bercucuran. Jauh di depan
terdengar sorak-sorai suara teman-teman kelinci dan kura-kura.
Rusa: Kelinci, ayo! Kelinci Ayo!
Rakun: Kura-kura ayo! Kura-kura lari
Burung: Kura-kura, kamu bisa! Faighting!
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
Kelinci yang berlari dengan semangat tiba-tiba beristirahat sejenak di
bawah pohon. Namun ia tertidur. Pada saat yang bersamaan, kura-kura
(neurimbo):sering terlambat
(insa): salam
(annyeong): salam, selamat tinggal
(jal jinaeyo): apa kabar?, baik-baik saja
(museun): apa
(neurimbo): suka terlambat
(jujee): topik, subjek
(mwo):apa
(johta): baik
(boida): terlihat, menunjukkan
(dallida): lari
(kyeongju): lomba
(eodi): dimana
(nuga): siapa
(igida): menang
(keureohke): seperti itu
(yaksokhada): berjanji
(daeumnal): hari berikutnya, besok
(jangsoe): di tempat, posisi
(moida): bersama-sama
(dwi): belakang
(dareuda); lain, beda
(chingu): teman
(kukyeong): menonton
(wihae): demi, untuk
(chulbalseon): garis start
(aph): depan
(shimphan): wasit, hakim, juri
(modu): semua
(jumbi): siap
(mullon): tentu
(chulbal): mulai
(shijakhada); memulai
(ttam): keringat
(ppeol ppeol): menetes
(heureuda): mengalir
(yeolshimhi): dengan semangat
(kieokada): bergerak pelan-pelan
(eungwon): memberi semangat, bersorak
(sori): suara
(teullida): terdengar
- (l su itta): dapat
(hwaiting); fighting
(jamshi): sebentar
(namu): pohon
(mite): di bawah
(shwida): istirahat
(keureona): namun
(jamdeulda): tidur
(keureoneun sai); pada saat yang bersamaan
(kida): bergerak pelan
(kyeolkuk): akhirnya
(jinachida): keterusan, kebablasan, kelebihan
(deung): kelas, tingkat, nomer
(ttaraoda): mengikuti
- (ji mothada): tak bisa
(najjam): tidur siang
(nyeoseok): guy, pria, laki-laki
(nollida); mempermainkan, mengejek, tak ada gunanya
(ije): sekarang
(ani): tidak
(jinada): berlalu, lewat
(dochakseon): garis finish
(dochakhada): tiba, sampai, mencapai
(machida): selesai
(ppalli): cepat
(hajiman): namun
(kkoe): otak
(sseuda): menulis, menggunakan
(jida); kalah
(heumuthada): puas
[DONGENG] Shimchong, The Blinds Man Daughter ~ with Indonesian translation
Tak lama, istri dari pria tersebut hamil, dan iapun memiliki anak
perempuan yang cantik. Pria tersebut sangat bahagia. Namun ketika sang
anak berusia sekitar 6 tahun, keanehan-keanehan mulai terjadi. Setiap
malam seekor sapi mati dan di pagi harinya mereka tak pernah bisa
menemukan jejak dari pembunuhnya. Sehingga pria itu menyuruh anak
pertamanya untuk berjaga satu malam. Pagi harinya, anak pertama
menceritakan peristiwa buruk yang terjadi.
Ayah, aku tak bisa percaya dengan kedua mataku. Adalah adik kecil kita
yang membunuh sapi itu. Ia keluar di tengah malam dan aku
mengikutinya hingga ke kandang sapi. Di bawah sinar bulan, aku
melihatnya menari sebentar. Kemudian ia meminyaki tangan dan
lengannya dengan minyak wijen. Ia menyorongkan tangannya ke dalam
anus sapi dan mengambil hatinya. Ia memakannya mentah-mentah,
sementara sapi itu mati tanpa suara. Itulah yang aku lihat, ayah, terlalu
mengerikan jika melihatnya lagi
Sang ayah merasa sakit hati, Itu tidak mungkin, katakan padaku yang
sesungguhnya
Itu kebenarannya ayah
Kau pasti bermimpi buruk. Kau mengkhianati kepercayaanku dengan
tertidur pada saat kau seharusnya terjaga. Pergilah dari pandanganku.
Kau bukan lagi anakku
Dan iapun mengusir anak tertuanya.
Saat ini adalah giliran anak kedua yang harus berjaga. Semua baik-baik
saja selama satu bulan, namun ketika bulan purnama muncul, hal yang
sama terjadi lagi. Dan pagi harinya ia melaporkan hal yang sama kepada
ayahnya.
Tidak, itu tak mungkin ucap ayahnya
Katakan yang sesungguhnya lanjutnya
Itulah yang sebenarnya ayah
Kau pasti bermimpi buruk. Kau mengkhianati kepercayaanku dengan
tertidur pada saat kau seharusnya terjaga. Pergilah dari pandanganku.
Kau bukan lagi anakku
Anak keduapun bernasib sama dengan anak pertama, di usir dari rumah.
Selanjutnya adalah giliran anak laki-laki termuda untuk mengawasi adik
perempuannya. Sekali lagi, semua baik-baik saja selama satu bulan. Saat
bulan purnama muncul, hal yang sama terjadi lagi. Namun setelah melihat
nasib kakak-kakak sebelumnya, iapun akhirnya berbohong
Ayah, adik kecil kita keluar di tengah malam dan aku mengikutinya. Ia
membuat minuman dan keluar lagi. Saat aku melewati kandang sapi di
bawah sinar bulan aku melihat sapi itu sudah mati. Pasti mereka takut
dengan bulan purnama jelasnya
Bagus, kau sudah menjalankan tugasmu yang seharusnya ucap sang
ayah
Kau harus mewarisi tanahku saat aku harus bergabung dengan nenek
moyang kita
Sementara itu, dua anak laki-laki sebelumnya tak lebih dari seorang
pengemis yang berkeliling di pinggiran kota. Akhirnya mereka mendatangi
puncak gunung dimana guru Budha mengambil mereka dan merekapun
belajar dengan rajin sampai hati mereka tidak terluka lagi ketika melihat
rumah mereka. Setelah satu tahun, keduanya memutuskan untuk kembali
ke desa untuk berkunjung. Guru tertua mebuatkan kedua kakak beradik
itu tiga buah botol ajaib berwarna putih, biru, dan merah.
Gunakan ini seperti yang aku perintahkan, dan kalian akan mampu
melawan musuh meskipun itu adik perempuan kalian sendiri yang
pastinya adalah setan serigalan ujar sang guru
Kakak beradik itu berterima kasih pada biksu tua dan kembali ke desa
untuk mencari semua yang mereka tinggalkan. Saat mereka tiba di
rumah, mereka menemukan atap yang tak diperbaiki dan halaman yang
dipenuhi rumput liar. Di luar, panel pintu sudah tercabik-cabik. Mereka
menemukan adik perempuannya sendiri.
Dimana semuanya? Dimana ayah? Dimana adik laki-laki kami? Dimana
ibu?
Mereka sudah meninggal jawab sang adik perempuan. Ia tak
menjelaskan, namun kedua kakak beradik tahu penyebabnya.
Aku sendiri sekarang, kakak tidakkah kalian ingin tinggal denganku?
katanya lagi
Tidak jawab mereka
Kami harus mencari jalan kami sendiri. Tak ada gunanya bagi kami di
sini
Kenapa? Ini hampir malam. Tidakkah kalian ingin tinggal satu malam
saja? ucap sang adik
Dengan perasaan enggan merekapun menyutujuinya. Entah bagaimana
caranya, sang adik menghidangkan makanan enak dengan anggur malam
itu. Mereka merasa curiga dan berencana tetap berjaga-jaga malam iyu.
Namun mereka begitu lapar setelah menderita selama setahun dalam
kemiskinan. Merekapun akhirnya makan dan minum sampai kenyang dan
tertidur. Di tengah malam anak tertua terbangun ingin buang air kecil. Ia
berpikir bahwa adik laki-lakinya masih makan karena terdengar suara
seperti orang sedang makan. Oleh karenanya ia ingin
memperingatkannya untuk tidak ribut. Di bawah sinar bulan purnama ia
melihat meja masih di tempatnya dengan sisa makanan bertaburan.
Bukanlah nasi yang ia lihat namun belatung. Bukanlah anggur yang ia
lihat namun secangkir darah. Bukanlah sawi kimchi yang ia lihat namun
beberapa jari manusia. Ia pun terduduk ketakutan menyadari apa yang ia
makan, kemudian ia melihat hal yang membuat keributan yakni adik
perempuannya yang duduk di atas tubuh adik laki-lakinya yang mati
sambil mengunyah organ hatinya.
Apa kau tidur nyenyak, kakak tertuaku? tanyanya
Aku butuh satu lagi dan kemudian aku akan menjadi manusia jelasnya
Anak tertua melompat dari tempat tidurnya dan berlari keluar rumah. Ia
masih merasa pusing dengan makanan yang lezat, dan ia tersandung,
saat-saat terakhir.
Harimau melurukan lehernya ke depan dengan mulut terbuka lebar untuk
melahap kelinci.
Sambil melompat ke belakang, kelinci berkata, Jika kau ingin memakanku
dengan terburu-buru aku takut kau akan tersedak. Sebelum kau
memakanku, mengapa kau tidak mencoba kue beras dari batu, pasti akan
menjadi makanan pembuka yang lezat. Pernahkah kau mencoba kue itu?
Kau tidak tahu betapa enaknya kue itu
Berpikir akan lebih baik jika memakan keduanya, harimaupun menjawab,
Baik, apapun kue beras itu, bawakan aku beberapa. Aku akan
mencicipinya
Kelinci mengambil delapan batu bulat yang halus,
Ini dia kue berasnya, akan lebih lezat lagi jika kau memanggang dan
mencelupkannya ke dalam madu ujar kelinci
Madu? Mengapa butuh madu?
Kue beras lebih bagus jika dicelupkan ke madu. Aku akan turun ke desa
untuk mengambilkannya. Kau jaga kue beras agar tidak gosong ketika aku
pergi. Di situ ada sepuluh kue beras, tunggu sampai aku datang jika kau
ingin memakannya
Dengan cepat kelinci berlalu dari pandangan harimau yang menghitung
kue beras
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
Kelinci dengan jelas berkata ada sepuluh, tapi ini ada sebelas. Kurasa
kelinci pintar, tapi dia bahkan tak tahu caranya berhitung
Harimau kemudian mengambil kue beras panas terbesar dan
memasukkannya ke dalam mulut.
Oh, tenggorokanku! Mulutku! Betapa bodohnya aku!Aku sudah di tipu
Harimau yang mengamuk melompat dan menghancurkan api sebelum
berlari ke dalam goa.
Hari berlalu. Tak bisa makan karena tenggorokan yang terbakar, harimau
menunggu. Akhirnya karena terlalu lapar, ia tak tahan lagi. Iapun keluar
dari goa dan menemukan sesuatu bergerak di dalam semak. Itu adalah
kelinci.
Aku senang bertemu denganmu lagi kata harimau
Sekali lagi kelinci ketakutan, namun ia bersikap tenang dan dengan
lembut berkata,
Harimau yang terhormat. Terakhir kali aku dikejar oleh anjing desa yang
kejam dan tak bisa membawakanmu madu. Setelah itu aku seharusnya
menemuimu tapi aku sangat sibuk dengan pengintaianku
Dengan auman menakutkan, harimau menjawab, Pengintaian apa? Kau
tidak pintar kelinci. Kali ini aku pasti memakanmu
Tolong dengarkan aku harimau yang terhormat. Aku sedang mencari
jalan untuk menangkap burung pipit, banyak burung pipit. Aku belum
menemukan cara yang efektif
Credit: self
English
[Jungkook] yeah, beautiful girl
Yeah, beautiful girl
She's my religion, so I can call you she-sus
I push aside the fact that you have no boyfriend
When you looked at me, you wrapped around my heart
A normal guy like me doesn't fit your standards
so I wore a "friend" mask
credit: bts-trans