Anda di halaman 1dari 6

Pengertian

Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu
atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi
kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu
untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya
berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung
selama 2 tahun atau lebih.
Epidemiologi
Insiden dan prevalensi
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar
15%. Penderita Perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.
Perempuan dapat mencapai 25%, sekitar 10% di perawatan primer dan 15% pasien
dirawat rumah sakit. Usia rata-rata sekitar 40 tahunan, dapat juga timbul pada masa anak
atau lanjut kecil. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2% dan usia remaja 5%
dikarenakan berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan
penyalahgunaan zat pada usia tersebut. Dan juga paling sering pada orang yang tidak
mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau
berpisah.
Etiologi depresi
Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui
penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan
penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.
Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
(Kaplan & Sadock, 2010).
a. Faktor Biologi
Faktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin
hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor
B-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem
noradrenergik dalam depresi.
Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi,
sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin
yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik
dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan
dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma aminobutyric
acid (GABA) dan neuroaktif peptida (vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan
dalam patofisiologi gangguan mood (Rush et al., 1998).
b. Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan
mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada
anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25% (Sadock &
Sadock, 2010). Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset
depresi terjadi karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang
merupakan kofaktor yang terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa
diketemukan pada penderita early onset depresi (Hickie et al, 2001).
c. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan
bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering
mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang
menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmiter dan
sistem pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan
seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya
(Sadock & Sadock, 2010).
Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk
kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri
kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti
dependen, obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi
dibandingkan dengan lainnya (Sadock & Sadock, 2010).
Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara
kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi
diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang.
Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri
terhadap objek yang hilang (Kaplan & Sadock, 2010).
Menurut penelitian Bibring mengatakan depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan
sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi
menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan
mengakibatkan mereka putus asa (Tasman, 2008).
Faktor ketidakberdayaan yang dipelajari dimana ditunjukkan dalam hewan percobaan,
dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak
dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali
untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.
Pada penderita depresi, dapat menemukan hal yang sama dari keadaan ketidak berdayaan
tersebut (Kaplan & Sadock, 2010).
Pada teori kognitif, Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi. Dia
mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad
kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri
sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan
pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Kaplan & Sadock, 2010).
Gambaran Klinis
Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut
Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000)
. a) Perubahan fisik





. b) Perubahan Pikiran




diri
c) Perubahan Perasaan

suami istri.



d) Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari



Kriteria diagnosis

Pasien mengalami mood terdepresi (sebagai contoh : sedih atau perasaan kosong) atau
kehilangan minat atau kesenangan sepajang waktu selama 2 minggu atau lebih ditambah
4 atau lebih dari gejala-gejala berikut ini.
Tidur (insomnia atau hiperinsomnia hamper setiap hari)
Minat (menurunnya minat atau kesenangan hamper pada semua kegiatan dan
hampir sepanjang waktu)
Rasa bersalah (perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai atau tidak
berharga hampir sepanjang waktu)
Energi (kehilangan energy atau letih hampir sepanjang waktu)
Konsentrasi (menurunnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, sulit
membuat keputusan hampir sepanjang waktu)
Selera makan (dapat menurun atau meningkat)
Psikomotor (dalam pengamatan ditemukan agitas / retardasi)
Bunuh diri (timbul pikiran berulang tentang mati / ingin bunuh diri)
Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran (episode depresi berat dan
episode manik), menimbulkan penderitaan atau hendaya sosia;, bukanlah merupakan efek
fisiologi langsung dari zat (penyalahgunaan obat atau medikasi)


Pemeriksaan status mental

Episode depresi
Kemunduran psikomotor secara umum merupakan gejala yang paling sering, meskipun
agitasi psikomotor juga terlihat. Contoh agitasi itu bisa seperti meremas tangan dan
menarik rambut. Dilihat dari perasaan biasanya sering menarik diri dari lingkungan social
dan pengurangan aktifitas secara umum, pengurangan jumlah dan volume bicara, dan
biasanya disertai dengan gangguan persepsi yaitu halusinasi atau delusi. Pada pikiran
pasien berpandangan negative terhadap dunia dan dirinya sendiri. Isi piker sering
meliputi rasa kehilangan, rasa bersalah, pikiran bunuh diri dan kematian. Pada orientasi
baik orang, tempat dan waktu tidak terganggu tetapi sekitar 50-75% mempunyai hendaya
kognitif yaitu tidak mampu berkonsentrasi dan gampang lupa. Pasien depresi terlalu
melebihkan hal buruk dan meminimalkan hal baik.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan harus diarahkan kepada beberapa tujuan yaitu :
1. Keselamatan pasien harus terjamin
2. Kelengkapan evaluasi diagnostic pasien harus dilaksanakan
3. Rencana tetapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan
juga harus diperhatikan

Farmakoterapi
obat antidepresan SSRIs merupakan obat pilihan karena efektif, mudah digunakan, dan
relatif kurang efek sampingnya. Obat baru, bupropion, venlafaxine, dan nefazodone
sudah sering digunakan oleh psikiater, obat-obat tersebut lebih aman dari obat trisiklik
dan tetrasiklik, trezadone(Desyrel) dan mirtazapine dapat menyebabkan sedasi. MAOIs
dibutuhkan sebagai penghambat. Obat simpatomimetik, seperti dextroamfetamin
(Dexedrine) dan metilfenidat (Ritalin) mungkin menghasilkan perbaikan mood yang
cepat (dalam minggu pertama) dan diindikasikan pemantauan yang ketat. Terapi
antidepresan harus dipertahankan setidak-tidaknya 6 bulan atau sesuai lamanya
pengobatan pada episode sebelumnya.


Efek samping
Hal yang harus dipikirkan adalah menyebabkan kematian pada dosis berlebih. Obat
trisiklik dan tetrasiklik merupakan obat antidepresan yang paling sering menyebabkan
kematian. SSRIs (bupropion, trazodone, nefazodone, mirtazapine, venlafaxine dan
MAOIs bersifat aman, meski menyebabkan kematian jika obat ini dikombinasikan
dengan alcohol dan obat jenis lain. Hampir semua antidepresan kecuali nefazodone dan
mirtazapine menyebabkan penurunan libido, disfungsi ereksi, atau anorgasmia.

Interaksi obat
Sistem isoenzim sitokrom P450 terlibat dalam metabolism berbagai obat, tetapi beberapa
orang secara genetic berisiko meningkatkan konsentrasi obat dalam darah yang
dimetabolisme oleh salah satu dari isoenzim sitokrom P450, seperti CYP 2D6

Kegagalan pemberian obat
Jika obat antidepresan pertama telah digunakan dengan adekuat dan sesuai dan yakin
bahwa konsentrasi plasma telah diperoleh namun gejala belum menunjukan perbaikan
yang memuaskan maka dapat diambil tindakan dengan menambakan obat dengan
lithium, liothyronine atau L-triptofan atau ganti dengan obat primer alternative. Dimana
lithium 900 sampai 1200 mg per hari, kadar serum antara 0,6 dan 0,8 mEq/L dapat
ditambahkan pada dosis antidepresan selama 7-14 hari. Pendekatan ini meningkatkan
secara signifikan antidepresan yang tidak berespon menjadi berespon.
Pada liothyronine penambahan 25-50 mg/hari ke dalam regimen antidepresan
selama 7-14 hari mengkonversi yang tidak berespon menjadi berespon terhadap
antidepresi. Efek samping liothyronine dapat menimbulkan sakit kepala dan perasaan
marah, jika berhasil dilanjutkan sampai 2 bulan dan diturunkan hingga 12,5 mg tiap hari
pada hari ke 3 atau ke 7.

Terapi keluarga
Terapi keluarga dapat membantu pasien dengan gangguan mood untuk
mengurangi dan menghadapi stres, dan juga untuk mengurangi kekambuhan. Terapi
keluarga ini juga menguji peran keluarga untuk menangani gejala pasien.
Indikasi dari terapi keluarga untuk mengantisipasi gangguan yang akan membahayakan
perkawinan pasien atau fungsi keluarga.

Rawat inap
Indikasi rawat :
Kebutuhan untuk prosedur diagnostic
Risiko bunuh diri dan melakukan pembunuhan
Berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan makanan dan
tempat perlindungan
Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan terhadap pasien
Setiap perubahan yang kurang baik pada gejala, tingkah laku atau sikap pasien

Alternatif pengobatan
Salah satu alternatif pengobatan bisa dilakukannya ECT. ECT biasanya digunakan jika
pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi dengan dosis yang sudah adekuat atau tidak
dapat mentoleransi farmakoterapi dan bisa pada tampilan klinis yang sangat berat yang
memperlihatkan perbaikan sangat cepat dengan penggunaan ECT.

Prognosis
Gangguan depresi bukan merupakan gangguan yang ringan biasanya cenderung untuk
menjadi kronik dan kambuh. Kekambuhan sekitar 25% pada 6 bulan setelah keluar dari
rumahsakit, sekitar 30-50% dalam 2 tahun pertama dan 50-75% dalam periode 5 tahun.
Prognosis baik pada: episode ringan, tidak ada gejala psikotik, waktu rawat inap
singkat, indicator psikososial meliputi mempunyai temen akrab selama masih remaja,
fungsi keluarga stabil.
Prognosis buruk: depresi berat bersamaan dengan distimik, penyalahgunaan
alkohol dan zat lain, ditemukan gejala cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode
depresi sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai