Pembimbing :
Dr. H. Hami Zulkifli Abbas, Sp.PD,MH.Kes, FINASIM,
Dr. Sibli Sp.PD,
PENDAHULUAN
Ketika ginjal mengalami kerusakan maka ginjal
tidak dapat membersihkan tubuh dari sisa-sisa
metabolisme. Sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air
menumpuk dan lama kelamaan menjadi banyak di dalam
darah yang disebut uremia.
Gagal ginjal kronik berarti kehilangan fungsi ginjal
yang bisa terjadi secara cepat atau lambat dalam
beberapa tahun. End Stage Renal Disease (ESRD) terjadi
ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir, dimana
ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga
keseimbangan zat-zat kimia tubuh yang diperlukan untuk
hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai
terapi pengganti.
ANATOMI GINJAL
Ginjal terletak di dalam ruang retroperitoneum
sedikit di atas ketinggian umbilikus .
Ginjal mempunyai lapisan luar, korteks yang berisi
glomeruli,tubulus kontortus proksimalis dan distalis
dan duktus kolektivus, serta di lapisan dalam,
medula yang mengandung bagian-bagian tubulus
yang lurus, lengkung (ansa) Henle, vasa rekta dan
duktus koligens terminal.
FUNGSI GINJAL
Fungsi Utama Ginjal
Fungsi Ekskresi
1. Mempertahankan osmolalitis plasma sekitar 258 m osmol dengan mengubahubah ekresi air.
2. Mempertahankan pH plasma skitar 7,4 dengna mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3.
3. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea,
asam urat dan kreatinin.
Fungsi Non-ekskresi (Endokrin)
1.
2.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m) = (140-umur)x berat badan
72x kreatinin plasma (mg/dl)*)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
LFG(ml/mnt/1,73m)
> 90
60-89
30-59
15- 29
< 15 atau dialisis
LFG(ml/mnt/1,73m)
> 90
Rencana tatalaksana
60-89
30-59
15-29
<15
Peritoneal Dialisis
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di
dalam rongga perut yang bekerja sebagai
penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai
membrane semi permeable yang berfungsi sebagai
tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan
& solute yang berisi racun yang akan dibuang.
Persiapan
Alat dan Cairan
1. Kateter + Stylet (peritoneal dialysis catheter baxter R)
2. Cairan dialisa : perisolution Otsuka R atau dianealR1,5%
(Baxter)
3. Mini surgical kit: dispossable syringe 1 ml, 2,5 ml dan 5
ml
4.
Obat-obatan
Premedikasi: Diazepam injeksi
Anestesi lokal: Lidokain 2,5 %
Substitusi: Larutan heparin, KCL 7,46%, betadin
Pasien
1. Periksa dengan teliti daerah abdomen: adanya
infeksi kulit, bekas luka operasi, atau kelainan
organ .
2. Bersihkan seluruh badan
3. Kosongkan kandung kemih
4.Pasang kateter uretral
Proses PD
Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga
peritoneum melalui catheter tunchoff, didiamkan
untuk waktu tertentu (6 8 jam) dan peritoneum
bekerja sebagai membrane semi permeable untuk
mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air
dari darah.
Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam
rongga peritoneum.
Difusi
Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke
rongga peritoneum dan sebaliknya melalui difusi.
Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah,
dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat dimasukkan ke
dalam rongga peritoneum.
Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena
cairan plasma banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik
berpindah dari plasma ke cairan CAPD.
Osmosis
Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable
dari daerah solute yang berkonsentrasi rendah (kadar air
tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air
rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan
hidrostatik antara darah dan cairan dialisat.
Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan
CAPD menyebabkan tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi
(hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan berpindah
dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat (ultrafiltrasi)
Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih
banyak. Cairan melewati membrane lebih cepat dari pada
solute. Untuk itu diperlukan dwell time yang lebih panjang
untuk menarik solute.
Untuk membantu mengeluarkan kelebihan air dalam darah,
maka cairan dialisat menyediakan beberapa jenis konsentrasi
yang berbeda :
Baxter
: 1,5%, 2,5%, 4,25%
Frescenius : 1,3%, 2,3%, 4,25%
DAFTAR PUSTAKA
Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Volume 3 Edisi 13. Jakarta: EGC, 2000. hal.1435-1443.
Collaghan C. At a Glance Sistem Ginjal, 2nd ed. Jakarta:
Erlangga:2007; hal.29-44
Drukker W. Peritoneal dialysis: a historical review. Dalam: Maher JF,
penyunting.Replacement of renal function by dialysis. Edisi ke-3.
Boston. Kluwer Academic Publisher;1989. h. 475.
Guyton dan Hall. Dalam Buku Ajar Fisiologi Keokteran, Edisi II.
Jakarta: EGC, 2007.
Khanna R, Nolph KD, Oreopoulos DG. Acute peritoneal dyalisis in
the essentials of peritoneal dyalisis. Kluwer Academic Publisher,
Dodrecht/Boston/London, 1993, 109-112