Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PERITONEAL DIALISIS PADA


CHRONIC KIDNEY DISEASE
DISUSUN OLEH :
Annisa Azlika Rizqita
1102009037

Pembimbing :
Dr. H. Hami Zulkifli Abbas, Sp.PD,MH.Kes, FINASIM,
Dr. Sibli Sp.PD,

PENDAHULUAN
Ketika ginjal mengalami kerusakan maka ginjal
tidak dapat membersihkan tubuh dari sisa-sisa
metabolisme. Sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air
menumpuk dan lama kelamaan menjadi banyak di dalam
darah yang disebut uremia.
Gagal ginjal kronik berarti kehilangan fungsi ginjal
yang bisa terjadi secara cepat atau lambat dalam
beberapa tahun. End Stage Renal Disease (ESRD) terjadi
ketika ginjal mengalami kerusakan tahap akhir, dimana
ginjal tidak dapat bekerja dengan baik untuk menjaga
keseimbangan zat-zat kimia tubuh yang diperlukan untuk
hidup. Pada saat ini pasien memerlukan dialysis sebagai
terapi pengganti.

ANATOMI GINJAL
Ginjal terletak di dalam ruang retroperitoneum
sedikit di atas ketinggian umbilikus .
Ginjal mempunyai lapisan luar, korteks yang berisi
glomeruli,tubulus kontortus proksimalis dan distalis
dan duktus kolektivus, serta di lapisan dalam,
medula yang mengandung bagian-bagian tubulus
yang lurus, lengkung (ansa) Henle, vasa rekta dan
duktus koligens terminal.

FUNGSI GINJAL
Fungsi Utama Ginjal
Fungsi Ekskresi
1. Mempertahankan osmolalitis plasma sekitar 258 m osmol dengan mengubahubah ekresi air.
2. Mempertahankan pH plasma skitar 7,4 dengna mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3.
3. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea,
asam urat dan kreatinin.
Fungsi Non-ekskresi (Endokrin)
1.
2.

Menghasilkan renin-penting untuk pengaturan tekanan darah.


Menghasilkan eritropoietin-faktor penting dalam stimulasi produk sel darah
merah oleh sumsum tulang.
3. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4. Degenerasi insulin
5. Menghasilkan prostaglandin

GAGAL GINJAL KRONIK


Gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1.Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan stuktural atau
fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju fitrasi glomerolus (LFG), dengan
manifestasi:
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau

urin, atau kelaian dalam tes pencitraan


2. LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m, selama 3 bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m) = (140-umur)x berat badan
72x kreatinin plasma (mg/dl)*)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Penjelasan
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau

Kerusakan ginjal dengan LFG ringan


Kerusakan ginjal dengan LFG sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG berat
Gagalginjal

LFG(ml/mnt/1,73m)
> 90
60-89
30-59
15- 29
< 15 atau dialisis

Perencanaan tatalaksana (action plan) penyakit GGK sesuai dengan


derajatnya, dapat dilihat pada :
Rencana Tatalaksanaan Penyakit GGK sesuai dengan derajatnya
Derajat

LFG(ml/mnt/1,73m)

> 90

Rencana tatalaksana

terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,


evaluasi pemburukan (progession)
fungsi ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskuler

60-89

menghambat pemburukan (progession)


fungsi ginjal

30-59

evaluasi dan terapi komplikasi

15-29

persiapan untuk terapi pengganti ginjal

<15

terapi pengganti ginjal

Peritoneal Dialisis
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di
dalam rongga perut yang bekerja sebagai
penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai
membrane semi permeable yang berfungsi sebagai
tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan
& solute yang berisi racun yang akan dibuang.

Anatomi Membran Peritoneum


Rongga Peritoneum
Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang
membungkus organ-organ, seperti lambung, ginjal, usus, dll.
Di dalam rongga perut ini terdapat banyak sel-sel darah kecil
(kapiler) yang berada pada satu sisi dari membran peritoneum
dan cairan dialysis pada sisi yang lain.
Rongga peritoneum berisi + 100ml cairan yang berfungsi
untuk lubrikasi / pelicin dari membran peritoneum. Pada
orang dewasa normal, rongga peritoneum dapan
mentoleransi cairan > 2 liter tanpa menimbulkan gangguan.

Anatomi Membran Peritoneum


Membran Peritoneum
Membran peritoneum merupakan lapisan tipis
bersifat semi permeable. Luas permukaan + 1,55m2
yang terdiri dari 2 bagian, yaitu:
Bagian yang menutupi / melapisi dinding rongga
perut (parietal peritoneum), + 20% dari total luas
membran peritoneum.
Bagian yang menutup organ di dalam perut (vasceral
peritoneum), + 80% dari luas total membran
peritoneum.
Total suplai darah pada membran peritoneum dalam
keadan basal + 60 100 ml/mnt.

Tujuan Peritoneal Dialisis


Tindakan Dialisis dilakukan dengan tujuan untuk
membuang sisa sisa metabolisme, dan
kelebihan cairan agar tidak menumpuk di
dalam tubuh, dan menjaga level yang aman
dari unsur unsur kimiawi dalam tubuh
seperti potasium dan sodium. Selain itu juga
untuk membantu mengontrol tekanan darah.

INDIKASI DIALISIS PERITONEAL


1. Indikasi Umum :
- Gagal ginjal akut
- Gagal aginjal terminal
- Intoksikasi (barbiturat, alkohol, antidepresan, logam berat)
2. Indikasi Khusus
Indikasi mutlak pada pasien dgn gagal ginjal akut dan terminal
bila :
- Keadaan umum buruk, mual, mutah, paru uremia, koma
- Hiperkalemia dengan K serum > 7 mEq/L
- Asidosis dengan HCO3 < 10 mEq/L atau pH < 7,15
- Ureum darah > 200 mg% atau kenaikan > 100 mg%/hr
- Gangguan keseimbangan air dan elektrolit

KONTRA INDIKASI DIALISIS PERITONEAL

1. Hilangnya fungsi membran peritoneum


2. Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,
3. Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang
adekuat tidak tercapai)
4. Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD
dimulai
Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)
Adakah hernia
Penglihatan kurang

Klasifikasi Peritoneal Dialisis


Dialisis Peritoneal Ambulatori Berterusan (CAPD)
Dialisis Peritoneal Kitaran Berterusan (CCPD)
Dialisis Peritoneal Automatik (APD)

Persiapan
Alat dan Cairan
1. Kateter + Stylet (peritoneal dialysis catheter baxter R)
2. Cairan dialisa : perisolution Otsuka R atau dianealR1,5%
(Baxter)
3. Mini surgical kit: dispossable syringe 1 ml, 2,5 ml dan 5
ml
4.
Obat-obatan
Premedikasi: Diazepam injeksi
Anestesi lokal: Lidokain 2,5 %
Substitusi: Larutan heparin, KCL 7,46%, betadin

Pasien
1. Periksa dengan teliti daerah abdomen: adanya
infeksi kulit, bekas luka operasi, atau kelainan
organ .
2. Bersihkan seluruh badan
3. Kosongkan kandung kemih
4.Pasang kateter uretral

Proses PD
Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga
peritoneum melalui catheter tunchoff, didiamkan
untuk waktu tertentu (6 8 jam) dan peritoneum
bekerja sebagai membrane semi permeable untuk
mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air
dari darah.
Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam
rongga peritoneum.

Difusi
Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke
rongga peritoneum dan sebaliknya melalui difusi.
Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah,
dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat dimasukkan ke
dalam rongga peritoneum.
Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena
cairan plasma banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik
berpindah dari plasma ke cairan CAPD.

Osmosis
Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable
dari daerah solute yang berkonsentrasi rendah (kadar air
tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air
rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan
hidrostatik antara darah dan cairan dialisat.
Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan
CAPD menyebabkan tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi
(hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan berpindah
dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat (ultrafiltrasi)
Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih
banyak. Cairan melewati membrane lebih cepat dari pada
solute. Untuk itu diperlukan dwell time yang lebih panjang
untuk menarik solute.
Untuk membantu mengeluarkan kelebihan air dalam darah,
maka cairan dialisat menyediakan beberapa jenis konsentrasi
yang berbeda :
Baxter
: 1,5%, 2,5%, 4,25%
Frescenius : 1,3%, 2,3%, 4,25%

Perpindahan cairan pada CAPD dipengaruhi :


Kualitas membrane
Ukuran & karakteristik larutan
Volume dialisat
Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya
perbedaan :
Tekanan osmotic
Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan
plasma darah dalam pembuluh kapiler

Komplikasi Peritoneal Dialisis


Peritonitis
Peritonitis merupakan komplikasi yang paling sering dijimpai
dan paling sering serius 60% sampai 80% pasien.
Kebocoran
Kebocoran cairan dialysis melalui luka insisi atau luka pada
pemasangan kateter dapat diketahui sesudah kateter
dipasang.
Perdarahan
Pada banyak kasus penyebab terjadinya perdarahan tidak
ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA
Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Volume 3 Edisi 13. Jakarta: EGC, 2000. hal.1435-1443.
Collaghan C. At a Glance Sistem Ginjal, 2nd ed. Jakarta:
Erlangga:2007; hal.29-44
Drukker W. Peritoneal dialysis: a historical review. Dalam: Maher JF,
penyunting.Replacement of renal function by dialysis. Edisi ke-3.
Boston. Kluwer Academic Publisher;1989. h. 475.
Guyton dan Hall. Dalam Buku Ajar Fisiologi Keokteran, Edisi II.
Jakarta: EGC, 2007.
Khanna R, Nolph KD, Oreopoulos DG. Acute peritoneal dyalisis in
the essentials of peritoneal dyalisis. Kluwer Academic Publisher,
Dodrecht/Boston/London, 1993, 109-112

Mansjoer A, et al.Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran


Jilid II Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2002. Hal. 118123.
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Oreopoulus DG, Khanna R. Complications of peritoneal dialysis
other than peritonitis. Dalam; Nolph KD, penyunting. Peritoneal
dialysis. London: Martinus Nijhoff Publishers; 1981. h. 309-29.
Paul TT, Ramprasad KS. Acute peritoneal dialysis using stylet
catheter. Practical procedure.1994;5:184-9.
Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology.
5th ed. US: FA Davis Company; 2007.
Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. Gagal Ginjal Kronik.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI,
2001. Hal.427-434.

Anda mungkin juga menyukai