Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL READING

BLOK MEDIKOLEGAL
DELAYED HOMICIDES AND PROXIMATE CAUSE

Oleh :
KELOMPOK A-12

Ketua

: Husna Nadia

1102010126

Sekretaris : Karina Surakusuma

1102010141

Anggota

: Annishya Sari Parmana

1102010030

Brian Bagus Bijakasana

1102010053

Dewi Ratna Sari

1102010072

Fitria Rizka Utami

1102010106

Heru Tri Purwanto

1102010122

Lia Pradita

1102010151

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2013/2014

Pembunuhan Tertunda dan Penyebab Langsung


Abstrak
Pembunuhan tertunda merupakan hasil dari komplikasi cidera atau trauma yang lama
yang ditimbulkan oleh tangan orang lain. Investigasi kasus ini bisa jadi suatu tantanggan
karena beberapa factor yaitu kegagalan untuk melaporkan kematian ke pihak berwenang yang
tepat, kurang memadainya ketersediaan dokumentasi keadaan asli pada saat cidera, perbedaan
yuridikasi antara kejadian trauma dan kematian. Untuk menetapkan kematian ini juga
membutuhkan demonstrasi dari patofisiogi yang berhubungan antara trauma tersebut dan
kematian. Dalam memilah milah masalah ini, akan sangat membantu untuk menentukan
penyebab langsung kematian.
Dalam 2 tahun di kota New York, ada 1211 kematian yang ditetapkan sebagai
pembunuhan yang mana 42 adalah karna luka yang diderita lebih dari 1 tahun sebelum
kematian. Angka survival 1,3 43,2 tahun. Penyebab kematian yang paling umum : infeksi
(22), kejang (7), obstruksi intestinal/ hernia (6). Pola umum komplikasi yang disebabkan
infeksi karena adanya luka tembak dari sumsum tulang belakang, kejang karena adanya
trauma tumpul kepala dan obstruksi intestinal karena perlengketan luka tusuk perut. Cidera
sumsum tulang belakang menghasilkan paraplegi sebanyak 14 kasus dengan survival 20,3
tahun dan paraplegi 8 kasus dengan survival 14,8 tahun. Infeksi merupakan kemungkinan
penyebab langsung kematian pada kedua kelompok tersebut terutama infeksi akibat
kateterisasi kandung kemih kronis.
Istilah proximate cause atau penyebab langsung berasal dari hukum perdata dan
diterapkan untuk menetapkan suatu kematian. Penghapusan bertahap dari hukum tahun dan
satu hari menyebabkan tuduhan pembunuhan dalam kematian tertunda ini berlanjut ke
tingkat pengadilan. Pemeriksaan medis harus dapat menjelaskan alasan dibalik sertifikasi
kematian.
Materi dan Metode
Kepala bagian pemeriksa medis di New York, melakukan peninjauan ulang kasus
kematian yang mencakup autopsi, toksikologi, dan laporan investigasi yang diambil antara 1
Januari 2005 - 31 Desember 2006, terdapat 1211 pembunuhan, 42 (34 pria dan 8 wanita)
diantaranya mengalami cidera sebelum meninggal. Penyebab kematian ditetapkan dari
penyakit khusus yang menjadi etiologi kematiannya atau cidera yang bertanggung jawab
terhadap rangkaian yang menyebabkan kematian. Immediate causes merupakan komplikasi
dari penyebab dasar yang ditempatkan diantara proximate cause (penyebab langsung) dengan
kematian yang ditimbulkan. Daftar cara kematian yang tercantum pada sertifikat kematian
meliputi alamiah, kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, maupun komplikasi terapi. Definisi
medikolegal pembunuhan adalah kematian ilegal yang dilakukan karena campur tangan orang
lain.

Hasil dan Pembahasan


Ada 42 kasus kematian tertunda akibat pembunuhan di mana cedera terjadi lebih dari
satu tahun sebelum kematiannya . Rata-rata usia orang yang meninggal adalah 42,8 tahun
antara 7 sampai 84 tahun . terdapat 34 pria dan 8 wanita dalam kasus ini. Dengan Interval
kelangsungan hidup setelah cedera berkisar 1,3-43,2 tahun dengan rata-rata 15,7 tahun .
Penyebab langsung dan mekanisme dari kematian ini tercantum dalam Tabel 1 .

Tabel 1. Penyebab langsung dan mekanisme kematian

Dalam 6 kematian , ada kondisi tambahan yang ikut berkontribusi terhadap kematian. Seperti
: Hipertensi, aterosklerosis pada sistem cardiovascular, diabetes mellitus ,intoksikasi
metadone, dan AIDS. Penyebab langsung kematian yang paling umum dalam kasus ini
adalah infeksi yang mengakibatkan 23 kematian ( Tabel 2 ) .

Tabel 2.Mekanisme kematian


Tujuh kematian akibat obstruksi usus atau hernia yang menyebabkan adaya
komplikasi cedera terpencil/ jauh. Tujuh kematian diakibatkan kejang pasca trauma . lima
kasus penyebab langsung kematia lainnya diantaranya 1 emboli paru , akut dan penolakan
kronis dari allograft hati (karena luka tusuk ) , infeksi akibat kateter untuk hemodialisis yang
disebabkan dari komplikasi luka tembak , dan 2 komplikasi hemoragik . Salah satu
komplikasi perdarahan melibatkan fistula arteri tracheoinnominate karena adanya
trakeostomy dalam jangka panjang yang lama serta lainnya berupa perdarahan retroperitoneal
selama terapi antikoagulasi untuk komplikasi paraplegia akibat trombosis pada vena dalam
pada bekas luka tembak .

Ada 29 cedera yang mengakibatkan kelumpuhan dengan diantaranya 14 orang lumpuh ( 2


serviks dan 12 cedera dada ) , 8 lumpuh , 2 hemiplegics , dan 7 dengan encephalopathies
hipoksia - iskemik ( Tabel 3 ) .

Tabel 3.Waktu bertahan hidup pada pasien paralysis


Dari 9 orang yang meninggal dengan urosepsis , 8 telah dicatat menggunakan kateter
saluran kemih dan termasuk 5 diantaranya lumpuh , 2quafriplegic , 1 hemiplegia , dan 1
pasien ensefalopati hipoksia - iskemik . terdapat pula 2 orang yang lumpuh dan mampu
bertahan hidup lebih dari 30 tahun setelah cedera . Satu diantaranya memerlukan trakeostomi
walau hanya 4 minggu sebelum kematian akibat komplikasi infeksi . Yang lainnya mampu
bertahan tidak tergantung ventilator . Penyebab langsung kematian bagi pasien lumpuh
disajikan dalam Tabel 4 .

Tabel 4.Paralysis dan mekanisme penyebab kematian

Penyebab Kematian Langsung


Dalam hukum penyebab kematian langsung merupakan peristiwa yang terkait dengan
cidera yang dapat dikenal secara hukum yang memuat penyebab dari cidera tersebut. Fungsi
penyebab kematian langsung dalam hukum terutama bekaitan dengan gugatan dan kelalaian
dalam bidang medikolegal. Ada 2 jenis penyebab dalam hukum yaitu penyebab
asli/sebenarnya dan penyebab langsung. Penyebab asli ditentukan dengan but-for test
(tetapi karena tindakan, hasil tidak akan terjadi). Contohnya tetapi karena tidak menerobos
lampu merah, tabrakan tidak akan terjadi. Karena turun salju, mobil anda tidak akan tabrakan.
Tes kedua adalah penyebab langsung yaitu tes sebab akibat yang diterapkan untuk sertifikat
kematian. Contohnya, orang yang paraplegic dengan kursi roda (karena luka tembak pada

medula spinalis) meninggal dengan sepsis karena infeksi ulkus dekubitus. Pada contoh ini
ada 3 cidera. But-for test yaitu luka tembak, paraplegic, ulkus dekubitus tetapi hanya luka
tembak yang memenuhi tes penyebab langsung.
Pembunuhan Tertunda dan Penyebab Segera
Hukum inggris kuno berpegang bahwa kematian harus terjadi antara Tahun dan Satu
Hari setelah serangan yang dianggap pembunuhan. Lalu pada Juli 2001 oleh mahkamah
konstitusi US peraturan Tahun dan Satu Hari dihapus karena tidak sesuai kemajuan medis
dan sains. Di inggris raya peraturan itu juga di hapuskan. Pada akhirnya pemeriksa medis
harus bersiap untuk menjelaskan alasan dibalik sertifikasi kematian serta menetapkan standar
konsisten untuk semua kematian tertunda akibat cedera pembunuhan, bunuh diri dan
kecelakaan.
Pemeriksa medis tidak memiliki batas waktu interval antara cedera dan mati agar
cedera diminta sebagai peyebab langsung. Oleh karena itu waktu interval yang lama dapat
menyulitkan penetuan penyebab kematian. Masalah umum yang terjadi termasuk kegagalan
pemberi perawatan untuk mengenali dan melaporkan kematian akibat cedera traumatik yang
dalam, kesulitan menggolongkan rangkaian komplek dari sela kejadian antara cedera dan
mati, serta kurangnya dokumentasi akibat adekuat saat cedera asli dan keadaanya. Penerapan
cedera langsung pada kematian tertunda tidak hanya diterapkan untuk pembunuhan, tapi juga
kematian akibat cedera yang tidak diperhatikan.
Penting dicatat bahwa penetuan oleh pemeriksa medis dalam pembunuhan sebagai
cara mati tidak setara dengan penentuan juri. Pada akhirnya di pengadilan kriminal cara mati
ditentukan oleh juri.
Meskipun demikian, sertifikasi pembunuhan itu membutuhkan tingkat kepastian yang
tinggi (tingkat kepastian medis) dibandingkan dengan kematian alami atau kecelakaan. Pada
kematian yang baru akibat cedera biasanya tidak sulit untuk menentukan mekanisme
kematian yang jelas dari cederanya. Ketika trauma tersebut membunuh dengan cepat
sehingga tidak ada waktu untuk mengembangkan cedera baik penyebab yang mendekati dan
penyebab langsung. Pada kematian tertunda biasanya mengungkapkan penyebab langsung.
Penyebab langsung bisa dari penyakit alami (bronchopneumonia, urosepsis). Sehingga kita
harus menghubungkan kematian dengan penyebab langsung dan cedera. Keduanya harus
dibuat untuk mengesahkan kematian sebagai kasus pembunuhan.
Penyebab kematian mungkin akan terpengaruh oleh deteksi komorbiditas non-cedera
terkait insiden yang mengancam jiwa lainnya. Keputusan untuk memasukkan kondisi ini
tergantung pada kontribusi yang seksama terhadap keadaan dan temuan autopsi. Tiga
pertanyaan yang muncul bersamaan dengan penyakit alami adalah: 1. Apakah sejauh itu
komorbiditas penyebab dari kematian? 2. Apakah penyebab kematian ada hubungannya
dengan cedera? 3. Jika demikian, itu merupakan faktor yang besar atau kecil?. Sebaliknya,
jika cedera sebelumnya berkonstribusi dari kematian tersebut, maka cedera akan
mendominasi penentuan cara kematian.

Ada potensi yang dapat membingungkan dari penyebab langsung terutama dalam
proses hukum, pihak tersebut mungkin mencoba untuk menyalahkan kematian karena
penyebab langsung, mengabaikan penyebab langsung, atau fokus pada komorbiditas. Dalam
beberapa kasus, mungkin ada upaya untuk menyalahkan perawatan yang tidak memadai
untuk pasien. Ini biasanya dapat diatasi dengan fakta sederhana barwa pasien tidak akan mati
saat ini dari komplikasi jika cedera tidak terjadi. Jika luka mengarah pada pengembangan
septik atau komplikasi lain yang fatal, maka orang yang menyebabkan luka tersebut
bertanggung jawab atas kematian dan seakan luka yang ia lakukan selalu fatal. Sebaliknya
jika luka tidak menyebabkan kematian maka kematian tersebut merupakan penyebab
intervensi efisien dan kematian tersebut tidak akan disertifikasi sebagai pembunuhan.
Faktor penting yang mempengaruhi kematian meliputi umur saat kejadian dan waktu
kejadian. Cedera pada usia muda memiliki prognosis yang bagus daripada usia tua. Dari
penelitian di Inggris, dari 3000 pasien yang menderia cedera kepala, ditemukan 3 penyebab
utama kematian, yaitu: infeksi pernafasan, siste urinarius, dan penyakit jantung. Dari data
tersebut ditemukan penyebab utama kematian pada pasien adalah infeksi.
Kejang pasca trauma merupakan komplikasi dari cedera otak. Kejang pasca trauma
dikategorikan jadi 2, yaitu kejang cepat (pada 1 minggu pasca trauma), dan kejang lambat
(lebih dari 1 minggu pasca trauma). Annegers mempelajari pada lebih dari 4500 anak dan
dewasa dengan trauma kepala, ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejang
berulang termasuk kontusio pada otak dengan subdural hematome, fraktur tengkorak,
kehilangan kesadaran/amnesia untuk lebih dari 1 hari dan umur 65 atau lebih tua. Resiko
terjadinya kejang pasca trauma pada periode 1 tahun sebanyak 7,1%, pada 5 tahun berikutnya
11,5%. Sekitar 5,5% dari semua pasien dengan kasus epilepsi memiliki riwayat trauma
kepala dan kejadian kejang paling sedikit 1 kali dalam masa pegobatan (2%).
Dari skenario ini, penyebab kematian tertunda meliputi: infeksi dekubitus,
bronkopneumonia, urosepsis karena paralysis yang disebabkan luka tembak di edulla spinalis,
kejang karena trauma benda tumpul dan hernia karna luka tusuk.

Lin, Peter & Gill, James R. Delayed Homicides and The Proximate Cause. Am J Forensic
Med Pathol Vol 30, Number 4, December 2009

Anda mungkin juga menyukai