Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol.

18, Desember 2012 Page 39



PENGARUH PENAMBAHAN BLACK LI QUOR
TERHADAP SIFAT FISIK BRIKET BATUBARA


Rizky Ayu Pratiwi, Riezky Nugraha Utama, Muhammad Said
*

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: ms_lemlit@yahoo.com, mozanto19@yahoo.com


Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat fisik briket batubara agar dapat digunakan oleh
masyarakat, terutama industri yang menggunakan briket sebagai bahan bakar. Briket batubara terbuat dari
bahan baku batubara sub-bituminus dan black liquor dari proses digester pulp limbah yang jarang
digunakan oleh masyarakat sebagai perekat. Bahan akan diproses untuk menghasilkan briket batubara
dengan karakteristik pembakaran yang baik. Analisis dilakukan untuk menghitung nilai kalor, kadar air
lembab, kadar abu, kadar zat terbang, dan jumlah karbon padat. Black Liquor memiliki kandungan resin
yang tinggi sehingga dapat menjadi perekat dan agglomerator pada proses briquetting. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rasio yang bervariasi,yaitu 0,5;1;1,5;2. Hasil analisa yang didapat
memperlihatkan bahwa sifat fisik briket batubara yang memenuhi standar briket (SNI) adalah briket
dengan rasio 0,5 dan 1. Briket batubara dengan rasio 0,5 memiliki nilai kalor 6032 cal/gr, kadar air
lembab 5,05% adb, kadar abu 13.25% adb, kadar zat terbang 45,44% adb, dan fixed carbon 36,26 % adb.
Briket batubara dengan rasio 1 memiliki nilai kalor 4720 cal/gr, kadar air lembab 10,49% adb, kadar abu
18,61 % adb, kadar zat terbang 49,67 % adb, dan fixed carbon 21,23 % adb.

Kata Kunci: Batubara Sub-bituminus, Black Liquor, Pembriketan, Analisa Briket Batubara


Abstract

Purpose of this research is to analyze the physical properties of coal briquettes for use by the public,
especially industries that use briquettes as fuel. Coal briquettes are made from raw materials of sub
bituminous coal and black liquor from pulp waste digester process for this is rarely used by the society as
an adhesive. Materials will be processed so as to produce briquettes with good combustion characteristics.
Analysis carried out is to calculate the calorific value, content of inherent moisture, ash content, flying
substances, and the amount of solid carbon. Black liquor has high resin content so it can be adhesive and
agglomerate the briquetting process. The research was carried out using various ratios, namely 0.5, 1, 1.5,
2. The Results showed that the physical properties of coal briquettes that accordance with the
requirements of the standards (SNI) is a briquette with a ratio of 0.5 and 1. Coal briquette with the ratio
0.5 has a calorific value = 6032 cal / g, inherent moisture content = 5.05% adb, ash content = 13.25 %
adb, flying substances = 45.44% adb and fixed carbon 36.26% adb. Coal briquettes with the ratio 1 has a
calorific value = 4720 cal / g, inherent moisture = 10.49% adb, ash content = 18.61% adb, flying
substance = 49.67% adb, and fixed carbon = 21.23% adb.

Keyword: Sub-bituminous Coal, Black Liquor, Briquetting, Coal Briquettes Analysis


1. PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini pemakaian bahan bakar
minyak (minyak tanah) semakin dibatasi dengan
adanya konversi dari minyak tanah ke gas oleh
pemerintah.
Indonesia merupakan negara yang
mempunyai kekayaan tambang batubara yang
melimpah namun pemanfaatan batubara yang
untuk sumber energi skala rumah tangga masih
belum maksimal.
Dalam pembuatan briket batubara
diperlukan bahan-bahan tambahan sebagai
bahan campuran karena batubara mentah akan
sangat sulit dibakar tanpa bahan campuran.
Bahan yang dapat dijadikan bahan campuran
seperti biomassa yang sebagian besar berasal
Page 40 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012

dari limbah organik yang selama ini menjadi
permasalahan yang umum. (Arifin, 2010)
Di sisi lain perkembangan industri
pengolahan kayu yang semakin maju juga turut
ambil bagian dalam peningkatan jumlah sampah
dan polusi. Limbah industri pengolahan kayu di
Indonesia, terutama yang banyak terdapat di
Pulau Sumatera perlu lebih diperhatikan,
walaupun sebagian limbah biomassa dari
industri pengolahan kayu tersebut telah
dimanfaatkan kembali dalam proses produksi
sebagai bahan bakar dalam industri kayu lapis
dan industri kertas.
Permasalahan di atas melatar belakangi
untuk meneliti sumber energi alternatif dengan
bahan baku batubara dan menambahkan bahan
campuran berupa Tall Oil (Black Liquor) dari
limbah proses digester pulp yang selama ini
masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mempelajari proses pembuatan briket
batubara dengan penambahan Tall Oil
(Black Liquor) limbah dari sisa proses
digester pulp.
2. Mengetahui perubahan sifat fisik pada briket
batubara dengan penambahan komposisi
Tall Oil (Black Liquor).
Penelitian ini untuk memanfaatkan limbah tall
oil (Black Liquor) limbah dari sisa proses
digester pulp yang ramah lingkungan


Batubara
Batubara merupakan mineral bahan
bakar yang berasal dari sisa tumbuhan yang
telah tertimbun dalam tanah pada jangka waktu
yang lama bahkan sampai ratusan tahun dan
telah mengalami proses kimia dan proses fisika
karena perubahan suhu, waktu, tekanan dan
adanya bakteri pembusuk. Batubara merupakan
endapan batuan berlapis-lapis yang bersifat
kompak dan dapat dibakar. Batubara dibagi
dalam peringkat kelas yaitu lignit,
subbituminus, bituminus dan antrasit, klasifikasi
didasarkan atas peringkat umur dan komposisi
serta tipe mineralnya.

Komponen-Komponen dalam Batubara
- Lignin merupakan suatu unsur yang
memegang peranan penting dalam
merubah susunan sisa tumbuhan menjadi
batubara.
- Gula atau monosakarida merupakan
alkohol polihirik yang mengandung antara
lima sampai delapan atom karbon.
- Protein merupakan bahan organik yang
mengandung nitrogen yang selalu hadir
sebagai protoplasma dalam sel mahluk
hidup.
- Resin merupakan material yang muncul
apabila tumbuhan mengalami luka pada
batangnya.
- Tanin umumnya banyak ditemukan pada
tumbuhan, khususnya pada bagian
batangnya.
- Alkaloida sendiri terdiri dari molekul
nitrogen dasar yang muncul dalam bentuk
rantai.
- Porphirin biasanya terdiri atas suatu
struktur siklik yang terdiri atas empat
cincin pyrolle yang tergabung dengan
jembatan methin.
- Hidrokarbon; Unsur ini terdiri atas bisiklik
alkali, hidrokarbon terpenting, dan pigmen
kartenoid.
- Konstituen Tumbuhan yang Inorganik
(Mineral) Secara umum mineral ini dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur
mineral inheren dan unsur mineral
eksternal.
- Air dalam batubara dibagi menjadi dua
bagian yaitu air bebas (free moisture) dan
air lembab (moisture in airdried).
- Abu yang terbentuk pada pembakaran
batubara berasal dari mineral-mineral yang
terikat kuat pada batubara seperti silika,
titan, dan oksida alkali. Abu yang
terbentuk ini diharapkan akan keluar
sebagai sisa pembakaran batubara tersebut.

Batubara Sub-bituminus
Batubara sub-bituminus atau batubara
hitam, merupakan batubara peringkat menengah
antara lignit dan bituminous. Batubara ini
memiliki kandungan air lebih sedikit daripada
lignit yaitu sebesar 15-30 %, sehingga lebih
mudah dibawa, disimpan, dan digunakan.
Kandungan karbon batubara sub-bituminus
berkisar 35 45 % dan dengan nilai kalor antara
8.300 13.000 Btu/pon. Meskipun nilai kalor
nya lebih rendah dari batubara bituminous,
namun batubara jenis ini memiliki kandungan
sulfur yang lebih rendah juga daripada jenis
batubara yang lainnya, sehingga lebih banyak
digunakan karena lebih bersih. Penggunaan
utama nya adalah dalam pembangkit listrik.


Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar pada
yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran seperti jerami, ampas tebu, dan
molases. Briket batubara adalah bahan bakar
padat dengan bentuk dan ukuran tertentu yang
tersusun dari butiran batubara halus yang telah
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 41

mengalami proses penempatan dengan daya
tekan tertentu agar bahan bakar tersebut lebih
mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah
dalam pemanfaatannya.

Proses Pembuatan Briket Batubara
A. Non Karbonisasi (biasa)


















Gambar 1. Flow chart pembuatan briket
batubara non karbonisasi (biasa)


B. Karbonisasi (super)


























Gambar 2. Flow chart pembuatan briket
batubara berkarbonisasi (super)
Black Liquor Limbah Sisa Proses Digesting
Pulp Kraft Process
Black Liquor juga dikenal sebagai Tall
Oil, adalah cairan berminyak resin kuning-hitam
terdiri dari campuran rosins, asam lemak, sterol,
alkohol molekul tinggi, dan bahan rantai alkil
lain. Black Liquor diperoleh sebagai produk
sampingan dalam pengolahan pulp pinus pada
proses Digesting Pulp Kraft Process
.

Gambar 3. Black Liquor



Tabel 1. Komposisi Black Liquor
Komponen Organik Komposisi
(% berat)

Lignin
Total 78
37.5
Asam Sakarin
(hemiselulosa)
22.6
Asam Alifatik (Lignin,
Karbohidrat)
14.4
Lemak dan Asam Resin
(Ekstraktif)
0.5
Polisakarida( selulosa
dan hemiselulosa)
3.0

Komponen Anorganik
Total 22
NaOH 2.4
NaHS 3.6
Na
2
CO
3
+ K
2
CO
3
9.2
Na
2
SO
4
4.8
Na
2
S
2
O + N
2
S 0.5
NaCl 0.5
Lainnya (Si,Ca,Mn,Mg) 0.2
Sumber : Analisa Laboratorium PT. Lontar
Papirus Pulp and Paper, 2010





Batubara
Penggerusan
dan
Pengayakan
Tall Oil atau
Black Liquor
Pencampuran
Pencetakan
Pengeringan
Uji Kualitas
Pengemasan,Penyimpanan,
Pemasaran
Batubara
Peremukan dan
Pengayakan
Pemanasan
Proses
Karbonisas
i
Semikokas
Pencampuran:
Tanah Liat

Pencetakan
Pengeringan
Uji Kualitas
Pengemasan,Penyim
panan, Pemasaran

Page 42 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012

2. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dan
analisa dengan perlakuan penambahan Tall Oil
(Black Liquor) dari limbah proses digester pulp
terhadap perubahan nilai kalor pada briket
batubara. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Penelitian Batubara Departemen
Pertambangan dan Energi Palembang.

Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada penelitian
yang berjudul Pengaruh Penambahan Black
Liquor Terhadap Sifat Fisik Briket Batubara
adalah ayakan dengan ukuran 120 mesh, ayakan
ini digunakan agar didapat serbuk batubara
berukuran 120 mesh. Alat pencetak briket
Specimen Mount Press, alat ini digunakan untuk
mencetak briket agar berbentuk silinder sesuai
dengan ukuran. Oven, digunakan untuk analisa
kadar air lembab. Furnace, digunakan untuk
analisa nilai kadar abu. Neraca analitik,
digunakan untuk menimbang bahan bahan
yang akan digunakan. Cawan porselen,
digunakan untuk menggerus briket batubara
menjadi ukuran yang lebih kecil untuk di
analisa. Dessicator, alat ini digunakan untuk
menjaga hasil analisa sifat fisik briket agar tidak
terkontaminasi sebelum ditimbang. Spatula,
digunakan untuk mengambil bahan bahan.
Beker gelas, digunakan untuk mencampur
bahan bahan briket. Batang pengaduk,
digunakan untuk mencampurkan bahan bahan.
Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu
saat analisa. Kalorimeter Bomb, digunakan
untuk analisa nilai kalor.
Bahan yang digunakan
1. Batubara
Batubara yang digunakan adalah batubara
jenis subbituminus yang diambil dari PT.
Bukit Asam, Tbk , Muara Enim. Batubara
yang digunakan sebanyak 5 Kg.
2. Black Liquor
Black Liquor yang digunakan adalah sisa
proses digester pulp yang diambil dari PT.
Lontar Papirus Pulp and Paper, Jambi. Black
Liquor yang digunakan adalah Black Liquor
86 %, artinya Black Liquor tersebut
memiliki kandungan air sebanyak 14 %.
Black Liquor yang digunakan sebanyak 1
Kg.






Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan Baku
1. Bongkahan batubara subbituminus
dihaluskan dengan penggiling sehingga
terbentuk bongkahan bongkahan yang
lebih kecil.
2. Batubara yang sudah kecil kemudian
disaring dengan ayakan ukuran 120 mesh
sampai berbentuk serbuk (powder).
3. Black Liquor (Tall Oil) dijemur di
bawah matahari agar bentuk nya lebih
keras tetapi masih berbentuk liquid
sehingga saat dicampurkan dengan
batubara dapat merata sempurna.
Pencampuran Bahan
Pencampuran dilakukan dengan
komposisi (% berat) sebagai berikut :

Tabel 3.1 Komposisi Batubara dan
Black Liquor
Batubara
(gr)
100 100 100 100
Black
Liquor
(gr)
50 100 150 200
R 0,5 1 1,5 2
R = Rasio Black Liquor
terhadap batubara

Pencetakan
1. Bahan- bahan seperti batubara dan Black
Liquor ( Tall Oil ) dicampurkan di dalam
beker gelas sesuai dengan rasio komposisi.
Aduk sampai benar - benar homogen.
2. Bahan-bahan yang sudah tercampur
dicetak dengan proses hydrolik.
Cetakan briket ini adalah berbentuk
selinder, tekanan yang diberikan pada
cetakan adalah sebesar 4.000 Kpa. Lama
penekanan selama 30 detik.

Pengeringan
1. Hasil cetakan dikeringkan di dalam
oven dengan suhu 80
o
C selama 7
jam. Suhu dijaga agar tidak terlalu tinggi
karena suhu yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan hasil cetakan menjadi
retak.
2. Keluarkan briket dari dalam oven dan
biarkan sampai dingin.








Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 43

Prosedur Uji Kualitas Briket Batubara
Nilai Kalor
Cara Kerja :
Hidupkan power di Printer , Water
Handling dan Main Controller
Pilih Calorimeter Operation
Jika alat tidak dipakai dalam jangka waktu
lama, maka biarkan sirkulasi air pada
Water Handling bekerja terlebih dahulu
selama 10 menit, Heater dan Pump dalam
kondisi off, setelah 10 menit nyalakan
Heater dan Pump (ON).
Masukkan sample ke dalam Bomb
Setelah sample masuk ke dalam bomb,
pilih Determination pada operation menu
untuk sample batubara atau standarisation
untuk Benzoic Acid.
Jika suhu pada heater telah stabil 30
0
C,
maka kondisi start akan tampil pada
monitor, menandakan siap diproses.
Tekan start, lalu tekan continue masukkan
nama ID sample, kemudian Enter, Lihat ID
Bomb sesuai dengan jenis Bomb Head
yang dipakai Bomb 1 atau Bomb 2 (jika
telah benar jangan diubah) lalu di Enter
masukkan berat sample, Enter.
Tunggu selama 15 menit, tanda bunyi
beef 3 x menandakan proses pembakaran
sedang berlangsung.
Setelah pembakaran selesai tekan Report
Tekan Run Data Type (Determination,
Standard, Solution, All)
Tekan Select From List
Melihat data hasil analisa tekan display
Untuk koreksi sulfur masukkan data %
sulfur, maka gross heat akan terkoreksi
Kadar Air Lembab (I nherent Moisture)
Cara kerja :
Timbang 1 gram contoh briket ke dalam
botol timbangan/cawan silika yang telah
diketahui beratnya.
Panaskan dalam oven pengering pada suhu
105
o
C selama 1 jam.
Dinginkan dalam dessicator dan timbang
berat akhir.

Kadar Abu (Ash)
Cara Kerja :
Timbang 1 gram contoh ke dalam cawan
porselin yang telah diketahui beratnya.
Panaskan dalam furnace pada suhu rendah,
kemudian perlahan-lahan suhu dinaikkan
sampai 815
o
C.
Pemanasan diteruskan sampai contoh
sempurna menjadi abu (berat konstan)
Dinginkan dalam dessicator dan timbang
berat akhir.
Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)
Cara Kerja :
Timbang 1 gram contoh ke dalam cawan
silika yang telah diketahui beratnya.
Pasangkan pada kaitan kawat nichhrom
Panaskan di dalam muffle furnace dengan
suhu 900
o
C selama 10 menit.
Dinginkan di dalam dessicator dan
timbang berat akhir.

Kadar Carbon Padat (Fixed Carbon)
Kadar karbon padat ditentukan dengan
persamaan berikut:

Fixed Carbon (%) = 100- (IM + Ash + VM)


Di agram Al i r Penel i ti an
























Gambar 4. Diagram Alir Penelitian



3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Briket batubara memiliki komposisi
campuran batubara subbituminous sebagai
bahan baku utama yang diambil dari PT. Bukut
Asam Tbk, Tanjung enim, Tall Oil (Black
Liquor) sebagai bahan baku tambahan yang
diambil dari PT. Lontar Papirus Pulp and Paper,
Jambi yang juga digunakan sebagai perekat .
Variabel bebas dalam proses pembuatan briket
batubara ini adalah komposisi dari Tall Oil
(Black Liquor). Sedangkan batubara
Batubara
Dihaluskan
Diayak
Black Liquor
Ditimbang
Serbuk batubara
Dikeringkan
Ditimbang
Black Liquor
kering
kering
Dicampur
Dicetak
Dikeringkan
Briket Batubara
Analisa
Page 44 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012

subbituminous merupakan variabel terikat, yaitu
dengan komposisi 100 gr dari tiap campuran
briket batubara.
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Dinas Pertambangan dan Energi
Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan mulai
dari proses penghalusan, pengayakan sampai
perncetakan lalu melakukan analisa proksimat
yaitu nilai Inherent Moisture (IM), Ash, Volatile
Matter (VM), Fixed Carbon (FC), dan Calorific
Value (CV).

Analisa Bahan Baku

Tabel 2. Hasil Analisa Bahan Baku
Batubara Sub-bituminus

Parameter Nilai
Nilai Kalor (cal/gr) 6709.25
Kadar Air Lembab
(% adb)
10.5
Kadar Abu (% adb) 1.89
Kadar Zat Terbang
(% adb)
40.8
Kadar Karbon Padat
(% adb)
46.81


Tabel 3. Hasil Analisa Bahan Baku
Black Liquor
Parameter Nilai
Nilai Kalor (cal/gr) 2791
Kadar Air Lembab
(% adb)
15.75
Kadar Abu (% adb) 27.04
Kadar Zat Terbang
(% adb)
408.9
Kadar Karbon Padat
(% adb)
7.66



Analisa Briket Batubara dengan Perekat
Black Liquor
Nilai Kalor (Calorific Value)
Nilai kalor yang dihasilkan dari penelitian untuk
briket batubara dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4. Hasil Analisa Nilai Kalor
Briket Batubara
Batubara
(gr)
Black
Liquor
(gr)
R Nilai
Kalor
(cal/gr)
100 50 0.5 6032
100 100 1 4720
100 150 1,5 4253
100 200 2 4031
Dari data hasil analisa pada tabel 4.3, terdapat
hubungan antara rasio komposisi batu bara
subbituminous dan Tall Oil (Black Liquor),
dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Nilai Kalor Briket Batubara pada
Berbagai Nilai R

Dari tabel 4 dan gambar 5 dapat dijelaskan
bahwa terdapat hubungan nilai kalor yang
dihasilkan terhadap rasio komposisi variasi
batubara dan Black Liquor, dimana nilai kalor
tertinggi didapat pada rasio perbandingan 0,5 .
Hal ini dikarenakan kadar kelembaban air, kadar
abu, dan kadar zat terbang pada briket dengan
rasio 0,5 paling rendah dibandingkan komposisi
lainnya. Hal ini semakin diperkuat dengan
penjelasan dari gambar, dimana nilai kalor
dengan perbandingan komposisi 0,5 lebih
tinggi untuk setiap variasi penambahan Black
Liquor, karena berdasaran analisa bahan baku
bahwa kandungan kadar air lembab, kadar abu,
dan kadar zat terbang yang terdapat pada Black
Liquor selalu memiliki nilai yang lebih tinggi
dibanding batubara, sehingga setiap komposisi
dengan variabel Black Liquor yang semakin
tinggi akan cenderung menurunkan nilai kalor
dari briket.
Nilai Kalor untuk briket batubara tanpa
karbonisasi Minimal 4400 cal/gr (Badan
Standarisasi Nasional 1998). Briket dengan
campuran batubara dan Black Liquor, dengan
rasio perbandingan 0,5 merupakan campuran
dengan nilai kalor tertinggi yaitu 6032 cal/gr.
Nilai ini tergolong tinggi untuk briket tanpa
karbonisasi, dengan kata lain briket dengan
campuran batubara dan Black Liquor
merupakan briket tanpa karbonisasi dengan nilai
kalor setara kualitas briket super, dimana nilai
kalor briket super berkisar antara 5500 cal/gr
6000 cal/gr (Sumber: PT. Tambang Batubara
Bukit Asam,2009). Berdasarkan analisa bahan
baku bahwa Black Liquor yang berfungsi
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
0,5 1 1,5 2
C
a
l
o
r
i
f
i
c

V
a
l
u
e

(
c
a
l
/
g
r
)

R
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 45

sebagai binder atau perekat juga memilki nilai
kalor sebsar 2791cal/gr sehingga penurunan
nilai kalor yang di alami dalam setiap
penambahan perekat tidak terlalu signifikan.
Nilai kalor batubara merupakan syarat
pemilihan yang utama bila batubara digunakan
sebagai bahan bakar.

Kadar Air Lembab (I nherent Moisture)
Kadar air lembab yang dihasilkan dari
penelitian untuk briket batubara pada masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel 5
berikut.

Tabel 5. Hasil Analisa Inherent Moisture
Briket Batubara
Batubara
(gr)
Black
Liquor
(gr)
R IM (%
adb)
100 50 0,5 5.05
100 100 1 10.49
100 150 1,5 12.39
100 200 2 14.51

Hubungan antara rasio batu bara
Subituminus dan Black Liquor dapat
digambarkan dalam gambar 6 :


Gambar 6. Kadar Air Lembab Briket Batubara
pada Berbagai Nilai R

Pada tabel 5 nilai kadar air berkisar
antara 5 - 15 %, dimana nilai kadar air tertinggi
terdapat pada rasio penambahan Black Liquor
terbesar dengan komposisi batubara : Black
Liquor yaitu 100 gr : 200 gr dengan nilai 14,51
%, Sedangkan nilai kadar air terendah terdapat
pada rasio penambahan Black Liquor terendah
dengan komposisi batubara : Black Liquor
yaitu 100 gr : 50 gr dengan nilai 5,05% ,dengan
kata lain nilai inherent moisture terus meningkat
seiring penambahan Black liquor pada briket
batubara. berdasarkan hasil analisa bahan baku
bahwa kandungan air yang terdapat dalam
Black Liquor terbilang tinggi yaitu sebesar
15.75% sehingga setiap meningkat komposisi
Black Liquor akan menaikkan nilai dari kadar
air lembab. Standar kadar air lembab untuk
briket batubara tanpa karbonisasi maksimal 12%
(Badan Standarisasi Nasional 1998). Sehingga
dapat diketahui bahwa kadar air lembab pada
briket batubara yang memenuhi standar adalah
briket dengan rasio 0.5 dan 1. Adanya kadar air
lembab dalam batubara akan menurunkan nilai
kalor.


Kadar Abu (Ash)
Kadar abu yang dihasilkan dari
penelitian untuk briket batubara pada masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel 6 :

Tabel 6. Hasil Analisa Kadar Abu
Briket Batubara
Batubara
(gr)
Black
Liquor
(gr)
R Kadar
Abu
(% adb)
100 50 0,5 13.25
100 100 1 18.61
100 150 1,5 20.10
100 200 2 23.04

Pada tabel 6 terlihat jelas bahwa kadar abu
paling tinggi dan paling rendah adalah briket
dengan rasio 2 dan 0,5 , hal ini berarti untuk
setiap peningkatan variabel penambahan Black
Liquor pada campuran batubara dan Black
Liquor maka kadar abu pada briket batubara
akan semakin meningkat.
Dari literatur didapatkan informasi
bahwa tingginya kadar abu dapat disebabkan
karena terdapatnya kandungan komponen
anorganik yang cukup tinggi yang terkandung di
dalam Black liquor yaitu sebesar 22% (Lontar
Papirus Pulp and Paper, Jambi), sehingga
kadar abu yang dihasilkan dari Black Liquor
cenderung tinggi karena komponen komponen
tersebut tidak terbakar secara sempurna . Selain
itu tingginya kadar abu juga dapat disebabkan
karena adanya pengotor (impurities). Pengotor
dapat berupa pengotor bawaan yang memang
terkandung dalam Black Liquor. Bahan
pengotor ini dapat berupa mineral yang tidak
dapat dibakar atau dioksidasi oleh oksigen,
seperti Sulfur (S), Sodium (Na), Potasium (K).
Setelah pembakaran, bahan ini akan tersisa
dalam wujud padat. Selain itu, tingginya kadar
abu dapat pula disebabkan karena adanya
pengotor eksternal yang berasal dari lingkungan
pada saat proses pembuatan briket. Tingginya
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0,5 1 1,5 2
I
n
h
e
r
e
n
t

M
o
i
s
t
u
r
e

(
%

a
d
b
)

R
Page 46 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012

kadar abu briket batubara maka dapat
menurunkan nilai kalor briket batubara tersebut.
Hubungan antara rasio batu bara
Subituminus dan Black Liquor dapat
digambarkan dalam gambar 7 :



Gambar 7. Kadar Abu Briket Batubara pada
Berbagai Nilai R

Kadar Zat Terbang (Volatile Matter)
Kecenderungan besarnya kadar zat
terbang (volatile matter) yang dihasilkan dari
penelitian untuk briket batubara pada masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel 7 dan
gambar 8

Tabel 7. Hasil Analisa Volatile Matter Briket
Batubara
Batubara
(gr)
Black
Liquor
(gr)
R VM
(% abd)
100 50 0,5 45.44
100 100 1 49.67
100 150 1,5 50.99
100 200 2 51.58




Gambar 8. Kadar Zat Terbang Briket Batubara
pada Berbagai Nilai R

Dari tabel 4.6 dan gambar 4.4 dapat
dilihat bahwa dari variasi penambahan batubara,
didapatkan kadar zat terbang tertinggi pada
variasi penambahan black liquor tertinggi, yaitu
sebanyak 51,58 %. Nilai VM pada briket
terbilang cukup tinggi karena berdasarkan
analisa bahan baku,nilai VM baik pada batubara
maupun Black Liquor cukup tinggi yaitu 40,8%
dan 48,9%. Namun Kandunagn VM pada Black
Liquor tetap lebih tinggi di banding batubara
sehingga nilai VM briket akan terus meningkat
seiring penambahan komposisi Black Liquor
pada komposisi briket, dikarenakan kadar zat
terbang dari black liquor lebih tinggi
dibandingkan batubara.

Nilai Karbon Padat (Fixed Carbon)
Pada tabel 8 dan gambar 9 menunjukkan nilai
karbon padat dari penelitian untuk briket
batubara pada masing-masing variabel :

Tabel 8. Hasil Analisa Fixed Carbon Briket
Batubara (Berat Batubara = 100 gram)
Black
Liquor
(gr)
R
IM
rata-
rata
%
(adb)
Ash
rata-
rata
%
(adb)
VM
rata-
rata
%
(adb)
Karbon
padat
(FC)
%
(adb)
50 0,5 5.05 13.25 45.44 36.26
100 1 10.49 18.61 49.67 21.23
150 1,5 12.39 20.10 50.99 16.52
200 2 14.51 23.04 51.58 10.87

Dari tabel 8 dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai karbon padat dari briket batubara yang
0
5
10
15
20
25
0,5 1 1,5 2
A
s
h

(
%
a
d
b
)

R
42
44
46
48
50
52
54
0,5 1 1,5 2
V
o
l
a
t
i
l
e

M
a
t
t
e
r

(
%
a
b
d
)

R
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 47

dihasilkan cenderung mengalami penurunan
seiring dengan besarnya penambahan black
liquor. Hal ini disebabkan karena ukuran
partikel batubara subituminus yang di pakai
hanya sebesar 120 mesh, selain itu berdasarkan
analisa bahan baku komposisi black liquor yang
digunakan sebagai campuran / perekat masih
mengandung air sebanyak 16,4%. Nilai karbon
padat tertinggi adalah pada komposisi
perbandingan batubara : black liquor sebesar
100 gr : 50 gr yaitu sebesar 36,26 %.
Dari persaman untuk menentukan nilai
karbon padat seperti yang telah dijelaskan pada
bagian sebelumnya, bahwa nilai karbon padat
akan berbanding terbalik dengan kadar air
lembab, kadar abu, dan kadar zat terbang. Jadi,
semakin tinggi ketiga nilai tersebut maka akan
semakin rendah nilai karbon padat yang
dihasilkan. Sebaliknya, nilai karbon padat akan
mencapai nilai maksimum saat kadar air
lembab, kadar abu, dan kadar zat terbang
mencapai nilai minimum
Hubungan antara rasio batu bara
Subituminus dan Black Liquor dapat
digambarkan dalam gambar di bawah ini:



Gambar 9. Nilai Karbon Padat Briket Batubara
pada Berbagai Nilai R












4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Black Liquor mempunyai kandungan resin
yang tinggi sehingga dapat memungkinkan
menjadi perekat dan agglomerator dalam
proses briquetting.
2. Hasil briket batubara dengan perekat Black
Liquor paling baik adalah briket dengan
perbandingan komposisi 100 gr : 50 gr yang
dapat menghasilkan kualitas briket dengan
nilai kalor sebesar 6032 cal/gr, nilai IM
sebesar 5,05 %, kandungan abu sebesar
14,51 %, nilai VM sebesar 45,55 %, dan
nilai FC sebesar 36,26 %.



DAFTAR PUSTAKA

Adan, I. U. 1998. Membuat Briket Batubara.
Yogyakarta : Kanisius.
Anonim. 2007. (http;//www.ptba.co.id, diakses
15 Desember 2010)

Anonim. 2008. Briket Batubara Wikipedia
Indonesia, (http://www.Batubara
Wikipedia .htm, diakses 13 Januari 2010)

Anonim. 2010. Potensi Batubara di Sumatera
Selatan, (http://www.aspindo-imsa.or.id,
diakses 13 Januari 2010)

Budiono, C. 2003. Penentuan Kualitas Briket
Batubara, diakses 7 Januari 2011)

Dinas Perindustrian, Standar Nasional
Indonesia. SNI No. 047 Tahun 2006.

Lusia. 2008. Pembuatan Briket Dengan
Komposisi Limbah Cair CPO (Crude
Palm Oil) Dan Arang Tandan Kosong
Kelapa Sawit. Penelitan Jurusan
Teknologi Industri Pertanian
Universitas Bengkulu.









0
5
10
15
20
25
30
35
40
0,5 1 1,5 2
K
a
r
b
o
n

P
a
d
a
t

(
%
a
b
d
)

R
Nilai Karbon Padat
Page 48 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012

Maulana, Rudi. 2008. Pembuatan Briket
Batubara. Palembang : Jurusan Teknik
Kimia Polsri.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
2006. Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 047/Tahun
2006, (http://www. permen.co.id, diakses
21 September 2010)

Ningsih, R. Y. & Ria S. F. 2006. Laporan Kerja
Praktek di Perusahaan Briket Unit
Tanjung Enim PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (PERSERO), Tbk.
Indralaya: Jurusan Teknik Kimia
UNSRI.

Rajimah AS. 2008. Studi Analisis Simulasi
Pengaruh Waktu Nyala Terhadap
Variasi Komposisi Lempung
DanBatubara Pada Briket Batubara
Terhadap Sifat Mekanik Dan Sifat
Thermal. Laporan Tesis Program Studi
Ilmu Fisika USU.

Sartono. 1980. Parameter Mutu dan Kualitas
Batubara dalam Analisa Proximate dan
Ultimate. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada.

Suh et. al. 1981. Sintering of Coated Briquette.
hemical and Process Design Handbook.
US Patent and Trademark Office.

Yusuf Andi A. 2007. Kegunaan Briket
Batubara. Artkel Ilmiah pada
FAkultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai