PENGARUH PENAMBAHAN BLACK LI QUOR TERHADAP SIFAT FISIK BRIKET BATUBARA
Rizky Ayu Pratiwi, Riezky Nugraha Utama, Muhammad Said *
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662 Email: ms_lemlit@yahoo.com, mozanto19@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat fisik briket batubara agar dapat digunakan oleh masyarakat, terutama industri yang menggunakan briket sebagai bahan bakar. Briket batubara terbuat dari bahan baku batubara sub-bituminus dan black liquor dari proses digester pulp limbah yang jarang digunakan oleh masyarakat sebagai perekat. Bahan akan diproses untuk menghasilkan briket batubara dengan karakteristik pembakaran yang baik. Analisis dilakukan untuk menghitung nilai kalor, kadar air lembab, kadar abu, kadar zat terbang, dan jumlah karbon padat. Black Liquor memiliki kandungan resin yang tinggi sehingga dapat menjadi perekat dan agglomerator pada proses briquetting. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rasio yang bervariasi,yaitu 0,5;1;1,5;2. Hasil analisa yang didapat memperlihatkan bahwa sifat fisik briket batubara yang memenuhi standar briket (SNI) adalah briket dengan rasio 0,5 dan 1. Briket batubara dengan rasio 0,5 memiliki nilai kalor 6032 cal/gr, kadar air lembab 5,05% adb, kadar abu 13.25% adb, kadar zat terbang 45,44% adb, dan fixed carbon 36,26 % adb. Briket batubara dengan rasio 1 memiliki nilai kalor 4720 cal/gr, kadar air lembab 10,49% adb, kadar abu 18,61 % adb, kadar zat terbang 49,67 % adb, dan fixed carbon 21,23 % adb.
Kata Kunci: Batubara Sub-bituminus, Black Liquor, Pembriketan, Analisa Briket Batubara
Abstract
Purpose of this research is to analyze the physical properties of coal briquettes for use by the public, especially industries that use briquettes as fuel. Coal briquettes are made from raw materials of sub bituminous coal and black liquor from pulp waste digester process for this is rarely used by the society as an adhesive. Materials will be processed so as to produce briquettes with good combustion characteristics. Analysis carried out is to calculate the calorific value, content of inherent moisture, ash content, flying substances, and the amount of solid carbon. Black liquor has high resin content so it can be adhesive and agglomerate the briquetting process. The research was carried out using various ratios, namely 0.5, 1, 1.5, 2. The Results showed that the physical properties of coal briquettes that accordance with the requirements of the standards (SNI) is a briquette with a ratio of 0.5 and 1. Coal briquette with the ratio 0.5 has a calorific value = 6032 cal / g, inherent moisture content = 5.05% adb, ash content = 13.25 % adb, flying substances = 45.44% adb and fixed carbon 36.26% adb. Coal briquettes with the ratio 1 has a calorific value = 4720 cal / g, inherent moisture = 10.49% adb, ash content = 18.61% adb, flying substance = 49.67% adb, and fixed carbon = 21.23% adb.
Keyword: Sub-bituminous Coal, Black Liquor, Briquetting, Coal Briquettes Analysis
1. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini pemakaian bahan bakar minyak (minyak tanah) semakin dibatasi dengan adanya konversi dari minyak tanah ke gas oleh pemerintah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan tambang batubara yang melimpah namun pemanfaatan batubara yang untuk sumber energi skala rumah tangga masih belum maksimal. Dalam pembuatan briket batubara diperlukan bahan-bahan tambahan sebagai bahan campuran karena batubara mentah akan sangat sulit dibakar tanpa bahan campuran. Bahan yang dapat dijadikan bahan campuran seperti biomassa yang sebagian besar berasal Page 40 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
dari limbah organik yang selama ini menjadi permasalahan yang umum. (Arifin, 2010) Di sisi lain perkembangan industri pengolahan kayu yang semakin maju juga turut ambil bagian dalam peningkatan jumlah sampah dan polusi. Limbah industri pengolahan kayu di Indonesia, terutama yang banyak terdapat di Pulau Sumatera perlu lebih diperhatikan, walaupun sebagian limbah biomassa dari industri pengolahan kayu tersebut telah dimanfaatkan kembali dalam proses produksi sebagai bahan bakar dalam industri kayu lapis dan industri kertas. Permasalahan di atas melatar belakangi untuk meneliti sumber energi alternatif dengan bahan baku batubara dan menambahkan bahan campuran berupa Tall Oil (Black Liquor) dari limbah proses digester pulp yang selama ini masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mempelajari proses pembuatan briket batubara dengan penambahan Tall Oil (Black Liquor) limbah dari sisa proses digester pulp. 2. Mengetahui perubahan sifat fisik pada briket batubara dengan penambahan komposisi Tall Oil (Black Liquor). Penelitian ini untuk memanfaatkan limbah tall oil (Black Liquor) limbah dari sisa proses digester pulp yang ramah lingkungan
Batubara Batubara merupakan mineral bahan bakar yang berasal dari sisa tumbuhan yang telah tertimbun dalam tanah pada jangka waktu yang lama bahkan sampai ratusan tahun dan telah mengalami proses kimia dan proses fisika karena perubahan suhu, waktu, tekanan dan adanya bakteri pembusuk. Batubara merupakan endapan batuan berlapis-lapis yang bersifat kompak dan dapat dibakar. Batubara dibagi dalam peringkat kelas yaitu lignit, subbituminus, bituminus dan antrasit, klasifikasi didasarkan atas peringkat umur dan komposisi serta tipe mineralnya.
Komponen-Komponen dalam Batubara - Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. - Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. - Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. - Resin merupakan material yang muncul apabila tumbuhan mengalami luka pada batangnya. - Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada bagian batangnya. - Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul dalam bentuk rantai. - Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang terdiri atas empat cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan methin. - Hidrokarbon; Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpenting, dan pigmen kartenoid. - Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral) Secara umum mineral ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral inheren dan unsur mineral eksternal. - Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free moisture) dan air lembab (moisture in airdried). - Abu yang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-mineral yang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan oksida alkali. Abu yang terbentuk ini diharapkan akan keluar sebagai sisa pembakaran batubara tersebut.
Batubara Sub-bituminus Batubara sub-bituminus atau batubara hitam, merupakan batubara peringkat menengah antara lignit dan bituminous. Batubara ini memiliki kandungan air lebih sedikit daripada lignit yaitu sebesar 15-30 %, sehingga lebih mudah dibawa, disimpan, dan digunakan. Kandungan karbon batubara sub-bituminus berkisar 35 45 % dan dengan nilai kalor antara 8.300 13.000 Btu/pon. Meskipun nilai kalor nya lebih rendah dari batubara bituminous, namun batubara jenis ini memiliki kandungan sulfur yang lebih rendah juga daripada jenis batubara yang lainnya, sehingga lebih banyak digunakan karena lebih bersih. Penggunaan utama nya adalah dalam pembangkit listrik.
Briket Batubara Briket batubara adalah bahan bakar pada yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti jerami, ampas tebu, dan molases. Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 41
mengalami proses penempatan dengan daya tekan tertentu agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
Proses Pembuatan Briket Batubara A. Non Karbonisasi (biasa)
Gambar 1. Flow chart pembuatan briket batubara non karbonisasi (biasa)
B. Karbonisasi (super)
Gambar 2. Flow chart pembuatan briket batubara berkarbonisasi (super) Black Liquor Limbah Sisa Proses Digesting Pulp Kraft Process Black Liquor juga dikenal sebagai Tall Oil, adalah cairan berminyak resin kuning-hitam terdiri dari campuran rosins, asam lemak, sterol, alkohol molekul tinggi, dan bahan rantai alkil lain. Black Liquor diperoleh sebagai produk sampingan dalam pengolahan pulp pinus pada proses Digesting Pulp Kraft Process .
Gambar 3. Black Liquor
Tabel 1. Komposisi Black Liquor Komponen Organik Komposisi (% berat)
Lignin Total 78 37.5 Asam Sakarin (hemiselulosa) 22.6 Asam Alifatik (Lignin, Karbohidrat) 14.4 Lemak dan Asam Resin (Ekstraktif) 0.5 Polisakarida( selulosa dan hemiselulosa) 3.0
Komponen Anorganik Total 22 NaOH 2.4 NaHS 3.6 Na 2 CO 3 + K 2 CO 3 9.2 Na 2 SO 4 4.8 Na 2 S 2 O + N 2 S 0.5 NaCl 0.5 Lainnya (Si,Ca,Mn,Mg) 0.2 Sumber : Analisa Laboratorium PT. Lontar Papirus Pulp and Paper, 2010
Batubara Penggerusan dan Pengayakan Tall Oil atau Black Liquor Pencampuran Pencetakan Pengeringan Uji Kualitas Pengemasan,Penyimpanan, Pemasaran Batubara Peremukan dan Pengayakan Pemanasan Proses Karbonisas i Semikokas Pencampuran: Tanah Liat
Page 42 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
2. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan analisa dengan perlakuan penambahan Tall Oil (Black Liquor) dari limbah proses digester pulp terhadap perubahan nilai kalor pada briket batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Batubara Departemen Pertambangan dan Energi Palembang.
Alat yang digunakan Alat yang digunakan pada penelitian yang berjudul Pengaruh Penambahan Black Liquor Terhadap Sifat Fisik Briket Batubara adalah ayakan dengan ukuran 120 mesh, ayakan ini digunakan agar didapat serbuk batubara berukuran 120 mesh. Alat pencetak briket Specimen Mount Press, alat ini digunakan untuk mencetak briket agar berbentuk silinder sesuai dengan ukuran. Oven, digunakan untuk analisa kadar air lembab. Furnace, digunakan untuk analisa nilai kadar abu. Neraca analitik, digunakan untuk menimbang bahan bahan yang akan digunakan. Cawan porselen, digunakan untuk menggerus briket batubara menjadi ukuran yang lebih kecil untuk di analisa. Dessicator, alat ini digunakan untuk menjaga hasil analisa sifat fisik briket agar tidak terkontaminasi sebelum ditimbang. Spatula, digunakan untuk mengambil bahan bahan. Beker gelas, digunakan untuk mencampur bahan bahan briket. Batang pengaduk, digunakan untuk mencampurkan bahan bahan. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu saat analisa. Kalorimeter Bomb, digunakan untuk analisa nilai kalor. Bahan yang digunakan 1. Batubara Batubara yang digunakan adalah batubara jenis subbituminus yang diambil dari PT. Bukit Asam, Tbk , Muara Enim. Batubara yang digunakan sebanyak 5 Kg. 2. Black Liquor Black Liquor yang digunakan adalah sisa proses digester pulp yang diambil dari PT. Lontar Papirus Pulp and Paper, Jambi. Black Liquor yang digunakan adalah Black Liquor 86 %, artinya Black Liquor tersebut memiliki kandungan air sebanyak 14 %. Black Liquor yang digunakan sebanyak 1 Kg.
Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku 1. Bongkahan batubara subbituminus dihaluskan dengan penggiling sehingga terbentuk bongkahan bongkahan yang lebih kecil. 2. Batubara yang sudah kecil kemudian disaring dengan ayakan ukuran 120 mesh sampai berbentuk serbuk (powder). 3. Black Liquor (Tall Oil) dijemur di bawah matahari agar bentuk nya lebih keras tetapi masih berbentuk liquid sehingga saat dicampurkan dengan batubara dapat merata sempurna. Pencampuran Bahan Pencampuran dilakukan dengan komposisi (% berat) sebagai berikut :
Tabel 3.1 Komposisi Batubara dan Black Liquor Batubara (gr) 100 100 100 100 Black Liquor (gr) 50 100 150 200 R 0,5 1 1,5 2 R = Rasio Black Liquor terhadap batubara
Pencetakan 1. Bahan- bahan seperti batubara dan Black Liquor ( Tall Oil ) dicampurkan di dalam beker gelas sesuai dengan rasio komposisi. Aduk sampai benar - benar homogen. 2. Bahan-bahan yang sudah tercampur dicetak dengan proses hydrolik. Cetakan briket ini adalah berbentuk selinder, tekanan yang diberikan pada cetakan adalah sebesar 4.000 Kpa. Lama penekanan selama 30 detik.
Pengeringan 1. Hasil cetakan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 80 o C selama 7 jam. Suhu dijaga agar tidak terlalu tinggi karena suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hasil cetakan menjadi retak. 2. Keluarkan briket dari dalam oven dan biarkan sampai dingin.
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 43
Prosedur Uji Kualitas Briket Batubara Nilai Kalor Cara Kerja : Hidupkan power di Printer , Water Handling dan Main Controller Pilih Calorimeter Operation Jika alat tidak dipakai dalam jangka waktu lama, maka biarkan sirkulasi air pada Water Handling bekerja terlebih dahulu selama 10 menit, Heater dan Pump dalam kondisi off, setelah 10 menit nyalakan Heater dan Pump (ON). Masukkan sample ke dalam Bomb Setelah sample masuk ke dalam bomb, pilih Determination pada operation menu untuk sample batubara atau standarisation untuk Benzoic Acid. Jika suhu pada heater telah stabil 30 0 C, maka kondisi start akan tampil pada monitor, menandakan siap diproses. Tekan start, lalu tekan continue masukkan nama ID sample, kemudian Enter, Lihat ID Bomb sesuai dengan jenis Bomb Head yang dipakai Bomb 1 atau Bomb 2 (jika telah benar jangan diubah) lalu di Enter masukkan berat sample, Enter. Tunggu selama 15 menit, tanda bunyi beef 3 x menandakan proses pembakaran sedang berlangsung. Setelah pembakaran selesai tekan Report Tekan Run Data Type (Determination, Standard, Solution, All) Tekan Select From List Melihat data hasil analisa tekan display Untuk koreksi sulfur masukkan data % sulfur, maka gross heat akan terkoreksi Kadar Air Lembab (I nherent Moisture) Cara kerja : Timbang 1 gram contoh briket ke dalam botol timbangan/cawan silika yang telah diketahui beratnya. Panaskan dalam oven pengering pada suhu 105 o C selama 1 jam. Dinginkan dalam dessicator dan timbang berat akhir.
Kadar Abu (Ash) Cara Kerja : Timbang 1 gram contoh ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya. Panaskan dalam furnace pada suhu rendah, kemudian perlahan-lahan suhu dinaikkan sampai 815 o C. Pemanasan diteruskan sampai contoh sempurna menjadi abu (berat konstan) Dinginkan dalam dessicator dan timbang berat akhir. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter) Cara Kerja : Timbang 1 gram contoh ke dalam cawan silika yang telah diketahui beratnya. Pasangkan pada kaitan kawat nichhrom Panaskan di dalam muffle furnace dengan suhu 900 o C selama 10 menit. Dinginkan di dalam dessicator dan timbang berat akhir.
Kadar Carbon Padat (Fixed Carbon) Kadar karbon padat ditentukan dengan persamaan berikut:
Fixed Carbon (%) = 100- (IM + Ash + VM)
Di agram Al i r Penel i ti an
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Briket batubara memiliki komposisi campuran batubara subbituminous sebagai bahan baku utama yang diambil dari PT. Bukut Asam Tbk, Tanjung enim, Tall Oil (Black Liquor) sebagai bahan baku tambahan yang diambil dari PT. Lontar Papirus Pulp and Paper, Jambi yang juga digunakan sebagai perekat . Variabel bebas dalam proses pembuatan briket batubara ini adalah komposisi dari Tall Oil (Black Liquor). Sedangkan batubara Batubara Dihaluskan Diayak Black Liquor Ditimbang Serbuk batubara Dikeringkan Ditimbang Black Liquor kering kering Dicampur Dicetak Dikeringkan Briket Batubara Analisa Page 44 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
subbituminous merupakan variabel terikat, yaitu dengan komposisi 100 gr dari tiap campuran briket batubara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan mulai dari proses penghalusan, pengayakan sampai perncetakan lalu melakukan analisa proksimat yaitu nilai Inherent Moisture (IM), Ash, Volatile Matter (VM), Fixed Carbon (FC), dan Calorific Value (CV).
Analisa Bahan Baku
Tabel 2. Hasil Analisa Bahan Baku Batubara Sub-bituminus
Parameter Nilai Nilai Kalor (cal/gr) 6709.25 Kadar Air Lembab (% adb) 10.5 Kadar Abu (% adb) 1.89 Kadar Zat Terbang (% adb) 40.8 Kadar Karbon Padat (% adb) 46.81
Tabel 3. Hasil Analisa Bahan Baku Black Liquor Parameter Nilai Nilai Kalor (cal/gr) 2791 Kadar Air Lembab (% adb) 15.75 Kadar Abu (% adb) 27.04 Kadar Zat Terbang (% adb) 408.9 Kadar Karbon Padat (% adb) 7.66
Analisa Briket Batubara dengan Perekat Black Liquor Nilai Kalor (Calorific Value) Nilai kalor yang dihasilkan dari penelitian untuk briket batubara dapat dilihat pada tabel 4.3 : Tabel 4. Hasil Analisa Nilai Kalor Briket Batubara Batubara (gr) Black Liquor (gr) R Nilai Kalor (cal/gr) 100 50 0.5 6032 100 100 1 4720 100 150 1,5 4253 100 200 2 4031 Dari data hasil analisa pada tabel 4.3, terdapat hubungan antara rasio komposisi batu bara subbituminous dan Tall Oil (Black Liquor), dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Nilai Kalor Briket Batubara pada Berbagai Nilai R
Dari tabel 4 dan gambar 5 dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan nilai kalor yang dihasilkan terhadap rasio komposisi variasi batubara dan Black Liquor, dimana nilai kalor tertinggi didapat pada rasio perbandingan 0,5 . Hal ini dikarenakan kadar kelembaban air, kadar abu, dan kadar zat terbang pada briket dengan rasio 0,5 paling rendah dibandingkan komposisi lainnya. Hal ini semakin diperkuat dengan penjelasan dari gambar, dimana nilai kalor dengan perbandingan komposisi 0,5 lebih tinggi untuk setiap variasi penambahan Black Liquor, karena berdasaran analisa bahan baku bahwa kandungan kadar air lembab, kadar abu, dan kadar zat terbang yang terdapat pada Black Liquor selalu memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding batubara, sehingga setiap komposisi dengan variabel Black Liquor yang semakin tinggi akan cenderung menurunkan nilai kalor dari briket. Nilai Kalor untuk briket batubara tanpa karbonisasi Minimal 4400 cal/gr (Badan Standarisasi Nasional 1998). Briket dengan campuran batubara dan Black Liquor, dengan rasio perbandingan 0,5 merupakan campuran dengan nilai kalor tertinggi yaitu 6032 cal/gr. Nilai ini tergolong tinggi untuk briket tanpa karbonisasi, dengan kata lain briket dengan campuran batubara dan Black Liquor merupakan briket tanpa karbonisasi dengan nilai kalor setara kualitas briket super, dimana nilai kalor briket super berkisar antara 5500 cal/gr 6000 cal/gr (Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam,2009). Berdasarkan analisa bahan baku bahwa Black Liquor yang berfungsi 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 0,5 1 1,5 2 C a l o r i f i c
V a l u e
( c a l / g r )
R Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 45
sebagai binder atau perekat juga memilki nilai kalor sebsar 2791cal/gr sehingga penurunan nilai kalor yang di alami dalam setiap penambahan perekat tidak terlalu signifikan. Nilai kalor batubara merupakan syarat pemilihan yang utama bila batubara digunakan sebagai bahan bakar.
Kadar Air Lembab (I nherent Moisture) Kadar air lembab yang dihasilkan dari penelitian untuk briket batubara pada masing- masing variabel dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Analisa Inherent Moisture Briket Batubara Batubara (gr) Black Liquor (gr) R IM (% adb) 100 50 0,5 5.05 100 100 1 10.49 100 150 1,5 12.39 100 200 2 14.51
Hubungan antara rasio batu bara Subituminus dan Black Liquor dapat digambarkan dalam gambar 6 :
Gambar 6. Kadar Air Lembab Briket Batubara pada Berbagai Nilai R
Pada tabel 5 nilai kadar air berkisar antara 5 - 15 %, dimana nilai kadar air tertinggi terdapat pada rasio penambahan Black Liquor terbesar dengan komposisi batubara : Black Liquor yaitu 100 gr : 200 gr dengan nilai 14,51 %, Sedangkan nilai kadar air terendah terdapat pada rasio penambahan Black Liquor terendah dengan komposisi batubara : Black Liquor yaitu 100 gr : 50 gr dengan nilai 5,05% ,dengan kata lain nilai inherent moisture terus meningkat seiring penambahan Black liquor pada briket batubara. berdasarkan hasil analisa bahan baku bahwa kandungan air yang terdapat dalam Black Liquor terbilang tinggi yaitu sebesar 15.75% sehingga setiap meningkat komposisi Black Liquor akan menaikkan nilai dari kadar air lembab. Standar kadar air lembab untuk briket batubara tanpa karbonisasi maksimal 12% (Badan Standarisasi Nasional 1998). Sehingga dapat diketahui bahwa kadar air lembab pada briket batubara yang memenuhi standar adalah briket dengan rasio 0.5 dan 1. Adanya kadar air lembab dalam batubara akan menurunkan nilai kalor.
Kadar Abu (Ash) Kadar abu yang dihasilkan dari penelitian untuk briket batubara pada masing- masing variabel dapat dilihat pada tabel 6 :
Tabel 6. Hasil Analisa Kadar Abu Briket Batubara Batubara (gr) Black Liquor (gr) R Kadar Abu (% adb) 100 50 0,5 13.25 100 100 1 18.61 100 150 1,5 20.10 100 200 2 23.04
Pada tabel 6 terlihat jelas bahwa kadar abu paling tinggi dan paling rendah adalah briket dengan rasio 2 dan 0,5 , hal ini berarti untuk setiap peningkatan variabel penambahan Black Liquor pada campuran batubara dan Black Liquor maka kadar abu pada briket batubara akan semakin meningkat. Dari literatur didapatkan informasi bahwa tingginya kadar abu dapat disebabkan karena terdapatnya kandungan komponen anorganik yang cukup tinggi yang terkandung di dalam Black liquor yaitu sebesar 22% (Lontar Papirus Pulp and Paper, Jambi), sehingga kadar abu yang dihasilkan dari Black Liquor cenderung tinggi karena komponen komponen tersebut tidak terbakar secara sempurna . Selain itu tingginya kadar abu juga dapat disebabkan karena adanya pengotor (impurities). Pengotor dapat berupa pengotor bawaan yang memang terkandung dalam Black Liquor. Bahan pengotor ini dapat berupa mineral yang tidak dapat dibakar atau dioksidasi oleh oksigen, seperti Sulfur (S), Sodium (Na), Potasium (K). Setelah pembakaran, bahan ini akan tersisa dalam wujud padat. Selain itu, tingginya kadar abu dapat pula disebabkan karena adanya pengotor eksternal yang berasal dari lingkungan pada saat proses pembuatan briket. Tingginya 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0,5 1 1,5 2 I n h e r e n t
M o i s t u r e
( %
a d b )
R Page 46 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
kadar abu briket batubara maka dapat menurunkan nilai kalor briket batubara tersebut. Hubungan antara rasio batu bara Subituminus dan Black Liquor dapat digambarkan dalam gambar 7 :
Gambar 7. Kadar Abu Briket Batubara pada Berbagai Nilai R
Kadar Zat Terbang (Volatile Matter) Kecenderungan besarnya kadar zat terbang (volatile matter) yang dihasilkan dari penelitian untuk briket batubara pada masing- masing variabel dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 8
Tabel 7. Hasil Analisa Volatile Matter Briket Batubara Batubara (gr) Black Liquor (gr) R VM (% abd) 100 50 0,5 45.44 100 100 1 49.67 100 150 1,5 50.99 100 200 2 51.58
Gambar 8. Kadar Zat Terbang Briket Batubara pada Berbagai Nilai R
Dari tabel 4.6 dan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa dari variasi penambahan batubara, didapatkan kadar zat terbang tertinggi pada variasi penambahan black liquor tertinggi, yaitu sebanyak 51,58 %. Nilai VM pada briket terbilang cukup tinggi karena berdasarkan analisa bahan baku,nilai VM baik pada batubara maupun Black Liquor cukup tinggi yaitu 40,8% dan 48,9%. Namun Kandunagn VM pada Black Liquor tetap lebih tinggi di banding batubara sehingga nilai VM briket akan terus meningkat seiring penambahan komposisi Black Liquor pada komposisi briket, dikarenakan kadar zat terbang dari black liquor lebih tinggi dibandingkan batubara.
Nilai Karbon Padat (Fixed Carbon) Pada tabel 8 dan gambar 9 menunjukkan nilai karbon padat dari penelitian untuk briket batubara pada masing-masing variabel :
Tabel 8. Hasil Analisa Fixed Carbon Briket Batubara (Berat Batubara = 100 gram) Black Liquor (gr) R IM rata- rata % (adb) Ash rata- rata % (adb) VM rata- rata % (adb) Karbon padat (FC) % (adb) 50 0,5 5.05 13.25 45.44 36.26 100 1 10.49 18.61 49.67 21.23 150 1,5 12.39 20.10 50.99 16.52 200 2 14.51 23.04 51.58 10.87
Dari tabel 8 dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai karbon padat dari briket batubara yang 0 5 10 15 20 25 0,5 1 1,5 2 A s h
( % a d b )
R 42 44 46 48 50 52 54 0,5 1 1,5 2 V o l a t i l e
M a t t e r
( % a b d )
R Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 47
dihasilkan cenderung mengalami penurunan seiring dengan besarnya penambahan black liquor. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel batubara subituminus yang di pakai hanya sebesar 120 mesh, selain itu berdasarkan analisa bahan baku komposisi black liquor yang digunakan sebagai campuran / perekat masih mengandung air sebanyak 16,4%. Nilai karbon padat tertinggi adalah pada komposisi perbandingan batubara : black liquor sebesar 100 gr : 50 gr yaitu sebesar 36,26 %. Dari persaman untuk menentukan nilai karbon padat seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa nilai karbon padat akan berbanding terbalik dengan kadar air lembab, kadar abu, dan kadar zat terbang. Jadi, semakin tinggi ketiga nilai tersebut maka akan semakin rendah nilai karbon padat yang dihasilkan. Sebaliknya, nilai karbon padat akan mencapai nilai maksimum saat kadar air lembab, kadar abu, dan kadar zat terbang mencapai nilai minimum Hubungan antara rasio batu bara Subituminus dan Black Liquor dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 9. Nilai Karbon Padat Briket Batubara pada Berbagai Nilai R
4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Black Liquor mempunyai kandungan resin yang tinggi sehingga dapat memungkinkan menjadi perekat dan agglomerator dalam proses briquetting. 2. Hasil briket batubara dengan perekat Black Liquor paling baik adalah briket dengan perbandingan komposisi 100 gr : 50 gr yang dapat menghasilkan kualitas briket dengan nilai kalor sebesar 6032 cal/gr, nilai IM sebesar 5,05 %, kandungan abu sebesar 14,51 %, nilai VM sebesar 45,55 %, dan nilai FC sebesar 36,26 %.
DAFTAR PUSTAKA
Adan, I. U. 1998. Membuat Briket Batubara. Yogyakarta : Kanisius. Anonim. 2007. (http;//www.ptba.co.id, diakses 15 Desember 2010)
Anonim. 2008. Briket Batubara Wikipedia Indonesia, (http://www.Batubara Wikipedia .htm, diakses 13 Januari 2010)
Anonim. 2010. Potensi Batubara di Sumatera Selatan, (http://www.aspindo-imsa.or.id, diakses 13 Januari 2010)
Budiono, C. 2003. Penentuan Kualitas Briket Batubara, diakses 7 Januari 2011)
Dinas Perindustrian, Standar Nasional Indonesia. SNI No. 047 Tahun 2006.
Lusia. 2008. Pembuatan Briket Dengan Komposisi Limbah Cair CPO (Crude Palm Oil) Dan Arang Tandan Kosong Kelapa Sawit. Penelitan Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Bengkulu.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 0,5 1 1,5 2 K a r b o n
P a d a t
( % a b d )
R Nilai Karbon Padat Page 48 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
Maulana, Rudi. 2008. Pembuatan Briket Batubara. Palembang : Jurusan Teknik Kimia Polsri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2006. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 047/Tahun 2006, (http://www. permen.co.id, diakses 21 September 2010)
Ningsih, R. Y. & Ria S. F. 2006. Laporan Kerja Praktek di Perusahaan Briket Unit Tanjung Enim PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PERSERO), Tbk. Indralaya: Jurusan Teknik Kimia UNSRI.
Rajimah AS. 2008. Studi Analisis Simulasi Pengaruh Waktu Nyala Terhadap Variasi Komposisi Lempung DanBatubara Pada Briket Batubara Terhadap Sifat Mekanik Dan Sifat Thermal. Laporan Tesis Program Studi Ilmu Fisika USU.
Sartono. 1980. Parameter Mutu dan Kualitas Batubara dalam Analisa Proximate dan Ultimate. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Suh et. al. 1981. Sintering of Coated Briquette. hemical and Process Design Handbook. US Patent and Trademark Office.
Yusuf Andi A. 2007. Kegunaan Briket Batubara. Artkel Ilmiah pada FAkultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.