Catatan Harian Seorang Amnesia

;Kenangan yang pecah

AF Denar Daniar
***
Aku tak tau harus kumulai dari mana cerita ini, sebab aku juga tak tau
kapan kisah ini bermula dan entah kapan ini terjadi. Hanya sebagian-sebagian saja
yang masih bisa kuingat. Namun, penggalan-penggalan itulah yang telah
memaksaku pada sebuah kegelisahan-kegelisahan yang takkan pernah selesai.
Keterpenggalan inilah yang telah membuat segalanya nampak begtiu
semu. Hanya saja, aku merasa bahwa kau pernah datang, kemudian pergi,
menghilang entah kemana. Seperti malam, datang dan hilang. Aku hanya bisa
mengenangnya melalui dingin yang tersisa di pojok kamar, juga pada embun yang
masih bergelantungan di pucuk-pucuk daun. Aku yakin bahwa malam tak habis
segalanya.
!egitu juga dengan apa yang kurasa tentang dirimu. "eski pikiranku tak
lagi bisa mengingatmu, namun jiwaku bisa merasakan sesuatu yang masih tersisa
setelah kepergianmu. #api aku tak tahu cara menggambarkannya. $a serupa
gumpalan bayang-bayang, datang dan kemudian hilang menjelma sebuah
kenangan. %a.. Sebuah kenangan yang tak mampu menampung kisah seutuhnya,
sebuah kenangan yang kabur tentang dirimu, sebuah kenangan yang telah
mengantarku jauh ke dalam rimba tanya, kenapa kau pergi& 'ntah......
***
!iasanya, kau akan selalu bangun pagi-pagi. "enyediakan secangkir kopi
dan berapa batang rokok (jarum )ilter untukku. Kau sudah tahu kebiasaanku. %a,
sebuah kebiasaan yang buruk menurutmu, tapi kau tak pernah pedulikan hal itu.
!ahkan sedikitpun kau tak pernah mengeluh. *agi demi pagi kau habiskan dengan
kesabaran dan pengabdian sebagai seorang istri. Seakan-akan sikapmu
menunjukkan bahwa kau terlahir hanya untuk mengabdi pada suami.
#api, pagi itu tak seperti pagi yang sebelumnya. Aku merasa ada sesuatu
yang ganjil. (i meja, tak ada kopi juga tak ada rokok. Sungguh tak seperti
biasanya. Apa yang terjadi& adalah satu-satunya tanya yang kini bersarang di
benakku.
Aku mulai menerka-nerka kenapa pagi ini istriku tidak menyediakan kopi
untukku. !erkali-kali, kuulang-ulang pertanyaan itu. #ak terasa darahku kian
mendidih hingga keringat hangat menguap di setiap pori-pori yang meradang.
#api, tetap saja aku tak bisa menjawabnya. Aku terdiam, kebingungan. Kutatap
kosong meja itu kembali, tempat dimana kau biasanya menaruh secangkir kopi
dan rokok.
+"engapa hari ini meja itu kosong&+
+#idak, meja itu tidak kosong. Sesuatu yang lain telah mengisi
kekosongannya+ Kudekati meja itu, dan kutemukan lipatan kertas seperti surat
yang sengaja ditaruh disitu. "engapa& %a Aku tahu, surat itu di taruh di meja
agar aku mudah menemukannya. Sepertinya surat itu memang sengaja ditujukan
untukku. #api untuk apa& "engapa baru kali ini surat misterius itu berada di
mejaku& 'ntah, aku hanya bisa bertanya dan bertanya tentang keganjilan ini.
*elan-pelan kubuka surat itu dengan sangat hati-hati, dan masih dengan
pikiran kosong. Seperti meja itu, hanya ada sebuah lipatan kecil yang mampu
mengisi kekosongannya
Surat itu kini telah terbuka, di dalamnya ada tulisan tangan yang sudah
bisa kukenali bahwa itu tulisanmu. Aku ha,al betul tulisanmu. #api kali ini,
sungguh tulisanmu berbeda dari yang aku tahu. $a meliuk-liuk tak beraturan,
mungkin kau gemetaran saat menulisnya. Atau..memang seperti inilah model
terbaru dari gaya tulisanmu. 'ntah, aku tak tahu. -agi pula aku tak mau
membahas hal itu. aku ingin cepat-capat mengetahui apa yag ingin kau sampaikan
dalam surat itu.
Kubaca suratmu pelan-pelan.
Tak perlu kau repot-repot mencari kemana aku dan anak-anak pergi,
maka biarkanlah kami mencari hidup yang lebih tenang, tentunya setelah jauh
darimu+
Seketika darahku seakan-akan berhenti berdenyut. Segalanya terdiam.
Namun, itu hanya sebentar. Kemudian, disusul detak jantung yang makin lama
makin kencang, bagai genderang perang, dimana pergulatan antara pikiran dan
perasaan pun di mulai, untuk menentukan siapa menguasai siapa dan siapa di
kuasai siapa.
(arahku makin mendidih, seperti air di atas perapian yang menyala,
dengan gelembung-gelembung uap asap panas sebagai pengaduannya. #api aku
berusaha untuk tetap tenang, meski itu cukup sulit kulakukan. Kutarik na,as
pelan-pelan, dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya perlahan-lahan. Sambil
berharap dalam hati, agar segala kekacauan yang telah menjadi beban, sedikit
demi sedikit terlepas bersamaan dengan setiap na,as yang kuhembuskan.
Kulakukan itu hingga beberapa kali, sampai diriku benar-benar tenang, hingga
tubuhku rileks dari segala ketegangan.
*ikiranku mulai melayang lebih jauh, memasuki ruang-ruang kecil yang
yang sebelumnya tak bisa kujangkau. "emutar kembali rekaman-rekaman sejarah
tentang kita yang masih bisa kuingat. *elan-pelan aku buka satu persatu
lembarannya, takut ada yang terlewatkan. Sampai aku bisa menemukan apa yang
telah membuatmu sebegitu marahnya kepadaku dan kemudian pergi
meninggalkanku.
Namun usahaku sia-sia. #ak satupun kutemukan dari lembaran-lembaran
sejarah itu, yang bisa di jadikan alasan mengapa kamu pergi meninggalkan rumah.
Akupun mulai kebingungan, pikiranku kembali tak karuan. Segalanya menjadi
lebih suram dari sebelumnya. !egitu pekat, melebihi gumpalan kabut di seebuah
musim penghujan.
Kuputuskan untuk mengulanginya kembali, mungkin ada yang
terlewatkan. "encoba untuk lebih ,okus. %ang ada di pikiranku saat itu hanya
menemukan sesuatu yang bisa di jadikan alasan atas kepergianmu. Sebab hanya
hal itulah yang bisa menjawab semua dari kegelisahanku saat ini.
Namun semua itu sia-sia, lagi-lagi tak sesuai dengan harapan. (an yang
kudapatkan hanyalah sebuah narasi kosong yang tak memberiku penjelasan apa-
apa. (an kegelisahan pun makin sempurna menampakkan dirinya.
Akhirnya kubaca kembali surat yang kau tinggalkan untukku, mungkin
aku telah salah membacanya atau barang kali aku salah memahami maksudnya.
Kubaca surat iu berulang kali, kuperhatikan tiap-tiap huru,nya, susunan
kalimatnya dan peletakan tanda bacanya. #ak ada kesalahan dalam kalimat itu,
dan tetap saja surat itu mengatakan bahwa kau memang benar-benar telah pergi.
Aku pun malai putus asa. Sungguh, kau meninggalkan penderitaan yang begitu
sempurna.
+#idak.....................+
+"engapa kau buat aku seperti ini& "engapa kau secara tiba-tiba
mengambil keputusan ini tanpa memberi tahu aku sebelumnya& "engapa
kau tak pernah bilang bahwa ada sesuatu dari diriku yang telah
membuatmu sakit hati& "engapa kau bungkam atas penderitanmu sendiri&
"engapa kau pergi begitu saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi
padaku setelah kepergianmu& Atau memang kau tak pernah peduli
padaku& Sekarang, sudah cukup bagiku untuk kau buat pusing. !egitu
sempurna penderitaan yang kau tinggalkan, hingga akupun tak tahu apa
yang harus kulakukan+.
Aku terdiam. #ubuhku terbujur kaku dengan mata menatap sesuatu tanpa
tahu apa yang kutatap, kosong.
Sungguh, *agi ini tak seperti pagi yang sebelumnya. Angin begitu panas
bercampur kabut. !unga-bunga di taman pun layu, mungkin kau lupa
menyiramnya atau barang kali kau sengaja tidak menyiramnya& 'ntah, tapi
mengapa&
Kegelisahan kembali memintaku untuk mengorek segala yang bisa ku
tanyai, pepohon, bunga-bunga dan semuanya dan semuanya yang terjangkau
pandangku. Kutatap segalanya dengan penuh tanda tanya. #api rupanya, tatapanku
malah membuat mereka takut. "ereka kelihatan mulai gelisah, seakan-akan
mereka sudah tak sabar menunggu kedatangan malam, yang kemudian
bersembunyi dalam dekap gelap kelam. #ak ada yang peduli dengan keadaanku.
*ikiranku kembali tak karuan, bagai malam tanpa bulan dan bintang.
(engan suara-suara yang tak tahu entah darimana. (imana ketakutan bisa
dibilang lebih sempurna, dan lebih mencekam dari malam-malam yang
sebelumnya.
(engan pelan aku mencoba mengingat-ingat kembali apa saja yang bisa
ku ingat, hingga tak ada yang tersisa. Namun seakan ada yang terlupa, sesuatau
yang harus kuingat, tapi aku tak tahu itu apa. #iba-tiba segalanya jadi terdiam,
angin di luar sana makin kering, begitu sunyi, sepi. *elan-pelan segalanya seakan
menjauh dariku, seakan mereka tahu sesuatu dan takut terungkapkan.
Aku sudah mulai tidak tahan dengan keadaan saat itu, aku merasa berada
di sebuah dunia yang sesak dengan tanda tanya, seperti celurit yang tergantung di
sebuah dinding tua. "enganga. Ada haus yang tak pernah terlunaskan.
Hari masih jam tujuh, kira-kira begitu. "eski aku kurang yakin apakah
jarum jam masih selalu tepat menunjukkan waktu. -angit di luar bercampur
kabut, makin keruh. "ungkin ia sengaja mewakili pikiranku&, menggapai-gapai
sesuatu yang entah dimana. Atau ia hanya sebagai pertanda bagi turunnya hujan&.
'ntah, aku hanya diam, menunggu sebuah jawaban yang entah dimana dan entah
kapan ia akan datang. Hanya aku yakin bahwa suatu saat ia pasti akan datang bagi
sebuah keraguan. "eski keraguan takkan pernah habis oleh sebuah jawaban. (an
begitulah seterusnya, akan selalu bergantian selayaknya musim kering dan
penghujan. Semuanya datang dari serba ketidak jelasan, menuju ketidak jelas
yang lain.
+Selamat jalan ketidak jelasan dan selamat datang ketidakjelasan yang lain+
AF Denar Daniar, -ahir di Sumenep "adura. Selain menulis cerpen ia juga
menulis puisi. #ulisan-tulisannya telah tersebar di berbagai media baik koran
maupun majalah. *uisi-puisinya terkumpul dalam sebuah antologi tunggalnya
yang berjudul Di Ladang Usia ./0012. Sekarang ia beregiat di Komunitas
3K4S4N5+ %ogyakarta.
Alamat : Minggiran Mj II/1487-B 55141 !gy"arta#
$!#re" : %1&%557881 B$I 'a( )*M !gya"arta
+p : %817%&,&877%
Kutahu setiap orang punya hidup sendiri, juga punya aturannya sendiri.
#api salahkah bila aku hanya ingin melewati hari demi hari yang tak mungkin
kembali. !ersamamu, merajut cinta hinga melampaui waktu. Aku tidak akan
mengekangmu, dengan segenap peraturan-peraturan atas nama ke-egoisanku.
Sebab aku tahu, bahwa cinta adalah kedamaian, akan selalu hadir bagi siapa saja
dan dimana saja.
#api sudahlah, sekarang segalanya telah berahir. #iada lagi kehangatan dan
kasih sayang. 'ngkau telah pergi entah kemana, hingga yang tersisa tak lebih dari
sekedar bayang-bayang. %a sebuah bayang-bayang yang menyembul dari barisan
sepi kamarku.

/////
*agi itu aku berniat minum kopi dan menyulut sebatang rokok seperti
yang biasa kulakukan setiap pagi. Saat itu kau akan bangun pagi-pagi untuk
menyediakannya untukku. Sepertinya kau sudah tahu kebiasaanku. %a, sebuah
kebiasaan yang buruk, tapi kau tak pernah pedulikan itu. Seakan tak pernah terjadi
apa-apa. #iap pagi kau selalu sediakan aku secangkir kopi dan sebatang rokok,
sedikitpun kau tak pernah mengeluh. *agi demi pagi kau habiskan dengan
kesabaran dan pengabdian sebagai seorang istri.