Anda di halaman 1dari 24

FAZLUR RAHMAN; BIOGRAFI

DAN PEMIKIRANNYA

Oleh: ABDUR RAHMAN


Dosen Pengampu
Dr. H. Shofiyullah MZ, M. Ag

A. PENDAHULUAN
Menurut Fazlur Rahman, dalam mengkaji

Islam itu menyangkut dua hal: pertama, Islam


Normatif (doktriner) dan kedua, Islam sejarah
(ilmiah).
Pendekatan doktriner dalam studi Islam
adalah pendekatan dengan melihat Islam
sebagai sebuah doktrin agama yang harus
dipraktikkan secara ideal.
Sedangkan pendekatan ilmiah adalah
pendekatan dengan melihat Islam sebagai
sebuah ilmu.

Fazlur Rahman merupakan tokoh intelektual

Muslim yang mempunyai latar belakang


keilmuan Islam yang mapan dan tradisi
pemikiran Barat yang kritis.
Ia adalah tokoh utama neo-modernisme, yaitu
aliran pemikiran dalam Islam yang mencoba
melihat secara kritis tradisi pemikiran Islam
dan wacana keilmuan Barat, namun sekaligus
tetap apresiatif terhadap warisan pemikiran
Islam sendiri.

Pemikiran Rahman dimulai dari hasil riset historisnya

bahwa sejak penghujung abad pertama hijriyah,


kaum muslimin telah mengembangkan suatu sikap
yang kaku dengan pendekatan-pendekatan ahistoris, literalis, dan atomistis dalam memahami
kedua sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran
dan Sunnah Nabi. Menurut Rahman , masalahmasalah mendasar mengenai metode penafsiran
terhadap kedua sumber tersebut dan upaya
kontekstualisasi ajaran Islam bagi masyarakat
Muslim kontemporer belum mendapatkan perhatian
yang proporsional. Untuk menjawab krisis dan
problematika tersebut, Rahman menawarkan suatu
metode yang sistematisndan komprehensif, yang
disebutnya double movement.

Fazlur Rahman (1332 H./1919 M. 1408 H./1988 M.),

dikenal sebagai salah seorang tokoh intelektual Islam


modern yang tergolong briliant. Kecerdasannya
tercermin dari berbagai gagasan yang dia tuangkan
dalam sejumlah buku dan artikel, mulai dari
persoalan filsafat, teologi, tasawuf, hukum, sampai
pada perkembangan Islam kontemporer.
Sehubungan dengan tantangan kehidupan modern,
rupa-rupanya membuat Fazlur Rahman berpikir keras
dalam menemukan resep yang mampu mengatasi
problem yang muncul, dan menyadarkannya untuk
mengkaji ulang beberapa pandangan yang
mentradisi di kalangan umat Islam, tetapi terkesan
kurang akomodatif bahkan sulit ketika berhadapan
dengan perkembangan kehidupan modern.

Dalam konteks ini, Fazlur Rahman hadir

dengan tawaran pemikiran dan rumusan


metodologi bagaimana al-Quran sebaiknya
dipahami sehingga nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya selalu aktual dan relevan dengan
isu-isu dan problem yang dihadapi umat
Islam.

B. BIOGRAFI
Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September

1919 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua IndoPakistan yang sekarang terletak di Barat laut Pakistan.
Fazlur Rahman dilahirkan dalam suatu keluarga Muslim
yang sangat religius. Kereligiusan ini dinyatakan oleh
Fazlur Rahman sendiri yang mengatakan bahwa ia
melaksanakan ibadah-ibadah seperti shalat, puasa,
dan lainnya, tanpa pernah meninggalkannya sekalipun.
Dengan latar belakang kehidupan keagamaan yang
demikian, maka menjadi wajar ketika berumur sepuluh
tahun ia sudah dapat menghafal Al-Quran.

Adapun mazhab yang dianut oleh keluarganya ialah

mazhab Hanafi. Walaupun hidup ditengah-tengah


keluarga yang menganut mazhab Sunni, Fazlur
Rahman mampu melepaskan diri dari sekat-sekat
yang membatasi perkembangan intelektual dan
keyakinankeyakinannya.
Orang tua Fazlur Rahman sangat mempengaruhi
pembentukan watak dan keyakinan awal
keagamaannya. Ayah Fazlur Rahman merupakan
penganut mazhab Hanafi yang sangat kuat, namun
beliau tidak menutup diri dari pendidikan modern.

Pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan

pendidikannya di sebuah sekolah modern di Lahore.


Selain menempuh pendidikan formal, Fazlur Rahman
juga mendapatkan pendidikan atau pengajaran
tradisional dalam kajian-kajian keislaman dari
ayahnya sendiri, Maulana Syahab al-Din.
Materi pengajaran yang diberikan ayahnya ini
merupakan materi yang ia dapat ketika menempuh
pendidikan di Darul Ulum Deoband, di wilayah utara
India. Ketika berumur empat belas tahun, Fazlur
Rahman sudah mulai mempelajari filsafat, bahasa
Arab, Teologi atau Kalam, Hadis dan Tafsir.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya,

Fazlur Rahman kemudian melanjutkan pendidikannya


dengan mengambil kosentrasi studi bahasa Arab dan
pada tahun 1940 ia berhasil mendapatkan gelar
Bachelor of Art. Dua tahun kemudian, dia berhasil
menyelesaikan studi S2 nya dan mendapatkan gelar
Master dalam bahasa Arab.
Pada tahun1946, Fazlur Rahman berangkat ke Inggris
untuk melanjutkan studi di Oxford University. Di
bawah bimbingan Profesor Simon Van den Berg dan
H.A.R Gibb, Fazlur Rahman berhasil menyelesaikan
studinya tersebut dan memperoleh gelar Ph.D.
pada tahun 1949 dengan disertasi tentang Ibnu Sina.
Disertasi Fazlur Rahman ini kemudian diterbitkan oleh
Oxford University Press dengan judul Avicennas
Psychology.

Selama menempuh pendidikan di Barat,

Fazlur Rahman menyempatkan diri untuk


belajar pelbagai bahasa asing. Bahasa-bahasa
yang dikuasai Fazlur Rahman di antaranya
ialah Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab
dan Urdu.
Penguasaan pelbagai bahasa ini membantu
Fazlur Rahman dalam memperdalam dan
memperluas cakrawala keilmuannya
(khususnya studi keislaman) melalui
penelusuran pelbagai literatur.

Setelah menyelesaikan studinya di Oxford University,

Fazlur Rahman tidak langsung ke negeri asalnya Pakistan


(ketika itu sudah melepaskan diri dari India),ia
memutuskan untuk tinggal beberapa saat di sana. Ketika
tinggal di Inggris, Fazlur Rahman sempat mengajar di
Durham University. Kemudian pindah mengajar ke
Institute of Islamic Studies, McGill University, Kanada, dan
menjabat sebagai Associate Professor of Philosophy
sampai awal tahun 1960.
Setelah tiga tahun mengajar di McGill University, akhirnya
pada awal tahun 1960 Fazlur Rahman kembali ke Pakistan
atas permintaan Ayyub Khan (Presiden Pakistan, 19581969) untuk membangun negeri asalnya, Pakistan.

Permintaan Ayyub Khan kepada Fazlur Rahman

bertujuan untuk merumuskan ideology Islam bagi


Negara Pakistan. Selanjutnya pada tahun 1962,
Fazlur Rahman diminta oleh Ayyub Khan untuk
memimpin Lembaga Riset Islam (Islamic Research
Institute) dan menjadi anggota Dewan Penasihat
Ideologi Islam (TheAdvisory Council of Islamic
Ideology).
Sementara itu motivasi pribadi Fazlur Rahman
menerima tawaran dari Ayyub Khan adalah
karena keinginannya untuk membangkitkan
kembali visi Al-Quran yang dinilainya telah
terkubur dalam puing-puing sejarah sebagaimana
yang terjadi di negeri asalnya tersebut.

Jabatan yang diduduki oleh Fazlur Rahman akhirnya

menuai pelbagai reaksi. Para ulama tradisional


menolak jika Fazlur Rahman mendudukinya, ini
disebabkan oleh latar belakang pendidikannya yang
ditempuh di Barat. Penentangan atas Fazlur Rahman
akhirnya mencapai klimaksnya ketika jurnal Fikr-oNazar menerbitkan tulisannya yang kemudian
menjadi dua bab pertama bukunya yang berjudul
Islam.
Pada tulisan tersebut, Fazlur Rahman mengemukakan
pikiran kontroversialnya mengenai hakikat wahyu dan
hubungannya dengan Muhammad. Menurut Fazlur
Rahman, Al-Quran sepenuhnya adalah kalam atau
perkataan Allah swt, namun dalam arti biasa, AlQuran juga merupakan perkataan Muhammad s.a.w.

Akibat pernyataan-pernyataannya tersebut, Fazlur

Rahman dinyatakan sebagai munkir-i-Quran (orang


yang tidak percaya Al-Quran). Kontroversi dalam
media masa Pakistan mengenai pemikiran Fazlur
Rahman tersebut berlalu hingga kurang lebih satu
tahun, yang pada akhirnya kontroversi ini membawa
pada gelombang demonstrasi massa dan mogok total
di beberapa daerah Pakistan pada September 1968.
Menurut hampir seluruh pengkaji pemikiran Fazlur
Rahman berpendapat bahwa penolakan atasnya
bukanlah ditujukan kepada Fazlur Rahman tetapi
untuk menentang Ayyub Khan. Hingga akhirya pada 5
September 1968 permintaan Fazlur Rahman untuk
mengundurkan diri dari pimpinan Lembaga Riset
Islam dikabulkan oleh Ayyub Khan.

Pada akhir tahun 1969 Fazlur Rahaman meninggalkan Pakistan


untuk memenuhi tawaran Universitas California, Los Angeles, dan
langsung diangkat menjadi Guru Besar Pemikiran Islam. Mata
kuliah yang dia ajarkan meliputi pemahaman Al-Quran, filsafat
Islam, tasawuf, hukum Islam, pemikiran politik Islam, modernisme
Islam, kajian tentang pemikiran tokoh-tokoh Islam seperti alGhazali, Shah Wali Allah, Muhammad Iqbal, dan lain-lain. Salah
satu alasan yang menjadikan Fazlur Rahman memutuskan untuk
menetap dan mengajar di Barat disebabkan oleh keyakinan
bahwa gagasan-gagasan yang ditawarkannya tidak akan diterima
dan berkembang di Pakistan.
selain itu, Fazlur Rahman menginginkan adanya keterbukaan atas
pelbagai gagasan dan suasana perdebatan yang sehat, yang
tidak ia temukan di Pakistan.

Selama di Chicago, Fazlur Rahman mencurahkan

seluruh kehidupannya pada dunia keilmuan,


khususnya studi Islam. Kehidupannya banyak
dihabiskan di perpustakaan pribadinya di basement
rumahnya, yang terletak di Naperville, kurang lebih 70
kilometer dari Universitas Chicago. Fazlur Rahman
sendiri menggambarkan aktitivitas dirinya tersebut
layaknya ikan yang naik ke atas hanya untuk
mendapatkan udara.
ari konsistensinya dan kesungguhannya terhadap
dunia keilmuan akhirnya Fazlur Rahman mendapatkan
pengakuan lembaga keilmuan berskala internasional.
Pengakuan tersebut salah satunya ialah pada tahun
1983 ia menerima Giorgio Levi Della Vida dari Gustave
E von Grunebaum Center for Near Eastern Studies,
Universitas California, Los Angeles.

Pada pertengahan dekade 80-an, tokoh utama neo-

modernisme Islam ini mengalami gangguan


kesehatan, di antaranya kencing manis dan jantung.
Meski demikian, komitmen Fazlur Rahman untuk
terus berkarya akhirnya terwujud dalam karyanya
yang berjudul Revival and Reform in Islam: A Study
of Islamic Fundamentalism (terbit tahun 2000).
Walaupun baru diterbitkan setelah beliau wafat,
namun pengerjaannya dilakukan ketika sakit beliau
makin parah dengan dibantu oleh puteranya.
Akhirnya, setelah beberapa lama sebelumnya
dirawat di rumah sakit Chicago, pada 26 Juli 1988
profesor pemikiran Islam di Univesitas Chicago itu
pun tutup usia pada usia 69 tahun.

Secara singkat, perkembangan pemikiran

Fazlur Rahman dapat dipetakan ke dalam tiga


periode: (I) periode awal (dekade 50-an);
periode Pakistan (dekade 60-an); dan periode
Chicago (dekade 70-an dan seterusnya).
Setidaknya ada tiga karya besar yang disusun
Fazlur Rahman pada periode awal:
1. Avicennas Psychology (1952)
2. Avicennas De Anima (1959)
3. Prophecy in Islam: Philosophy and
Orthodoxy (1958).

Dua yang pertama, Avicennas Psychology (1952);

Avicennas De Anima (1959), merupakan


terjemahan dan suntingan karya Ibn Sina (Avisena).
Sementara yang terakhir, Prophecy in Islam:
Philosophy and Orthodoxy (1958), mengupas
perbedaan doktrin ke-Nabi-an antara yang dianut
oleh para filsuf dengan yang dianut oleh ortodoksi.
Untuk melacak akar pemikiran filsafat Islam, Fazlur
Rahman mengambil sampel dua filsuf ternama, AlFarabi (870-950) dan Ibn Sina (980-1037).
dia mengulas pandangan kedua filsuf tersebut
tentang wahyu ke-Nabi-an pada tingkat intelektual,
proses psikologis wahyu tehnis atau imajinatif,
doktrin mukjizat dan konsep dakwah dan syariah.

Untuk mewakili pandangan ortodoksi, Fazlur

Rahman menyimak pemikiran Ibn Hazm, AlGhazali, Al-Syahrastani, Ibn Taymiyah dan Ibn
Khaldun. Dari pelacakannya ini, Fazlur Rahman
menyimpulkan bahwa ada kesepakatan aliran
ortodoks dalam menolak pendekatan intelektualismurni para filsuf terhadap fenomena ke-Nabi-an.
Hasil dari penelusurannya ini mengantarkan Fazlur
Rahman sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan mendasar antara posisi filsuf Muslim
dan ortodoksi.

Pada periode kedua (Pakistan), ia menulis buku yang

berjudul: Islamic Methodologyin History (1965). Dalam


buku ini Fazlur Rahman memperlihatkan:
1. evolusi historis perkembangan empat prinsip dasar
(sumber pokok) pemikiran Islam: AlQuran, Sunnah, Ijtihad
dan Ijma,
2. Peran aktual prinsip-prinsip ini dalam perkembangan
sejarah Islam itu sendiri.
Buku kedua yang ditulis Fazlur Rahman pada periode
kedua ini adalah Islam, yang menyuguhkan rekonstruksi
sistemik terhadap perkembangan Islam selama empat
belas abad.

Pada periode Chicago, Fazlur Rahman menyusun:


1. The Philosophy of Mulla Sadra (1975),
2. Major Theme of the Quran (1980); dan
3. Islam and Modernity: Transformation of an

intellectual tradition (1982).


Kalau karya-karya Fazlur Rahman pada periode
pertama bersifat kajian historis, dan pada periode
kedua bersifat hitoris sekaligus interpretatif
(normatif), maka karya-karya pada periode ketiga
lebih bersifat normatif murni.
Pada periode awal dan kedua, Fazlur Rahman belum
secara terang-terangan menyatakan diri terlibat
langsung dalam arus pembaharuan pemikiran Islam,
maka pada periode ketiga ini dia mendeklarasikan
dirinya sebagai juru bicara neo-modernis.

Anda mungkin juga menyukai