Anda di halaman 1dari 7

Anak Agung Adhy Wardhana

Reguler 35
Tugas Financial Risk Management
Enterprise Risk Budgeting
-Bringing Risk Management into The Financial Planning Process-
Enterprise Risk Management adalah pendekatan yang bersifat holistik, integratif dalam
mengelola risiko yang dimiliki oleh perusahaan, serta dengan melakukan agregasi pada seluruh
informasi secara terpusat atas risiko-risiko yang dimiliki oleh perusahaan. ERM ini bertujuan
untuk menggambarkan dan membuat struktur lingkungan semesta risiko (risk universe), dan
menilai seberapa penting faktor-faktor risiko yang ada dalam hal kemungkinan serta dampak
yang mungkin diberikan, serta untuk dapat mendefinisikan tindakan mitigasi dan risiko pemilik
perusahaan.
Dengan menggunakan ERM, perusahaan berarti harus meninggalkan pendekatan silo,
yaitu pendekatan yang melakukan pengelolaan risiko secara terpisah. Pendekatan yang
digunakan dalam metode ERM dilakukan tidak secara terpisah, namun dengan melakukan
pendekatan risiko secara terintegrasi dalam keseluruhan perusahaan. Hal ini mirip dengan teori
portofolio yang dikembangkan oleh Markowitz, dimana risiko yang ada dilihat tidak satu persatu
namun secara portofolio. Agregasi terhadap risiko-risiko yang dimiliki oleh perusahaan dapat
membuat manajemen dapat menilai hubungan antar faktor risiko dan menggunakan informasi
tersebut dalam membuat kebijakan mitigasi risiko, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
nilai dari pemilik saham perusahaan.
Namun, ada pendekatan lain yang dilakukan oleh pembuat teori dalam melakukan
pendekatan risiko untuk program pengelolaan risiko perusahaan. Pendekatan ini dibuat dengan
melakukan financial distress pada komponen-komponen biaya yang dimiliki oleh perusahaan
untuk melihat dampaknya pada nilai dari perusahaan. Pendekatan ini biasa disebut dengan
Corporate Risk Theory (CRT). Pendekatan CRT ini membutuhkan penghitungan total risk untuk
mengetahui seberapa besar risiko perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan perusahaannya.
Kegiatan agregasi risiko yang diawasi dalam Risk Universe tidak dapat menggambarkan aspek
total risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Hal ini memberi gambaran pentingnya perusahaan
untuk melakukan pendekatan CRT dengaan melakukan financial distress untuk dapat
mengetahui total risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Pendekatan dalam mengelola risiko yang baik adalah pendekatan yang dapat dilakukan
secara terintegrasi pada keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, namun juga tetap
dapat memperhitungkan kemungkinan terjadinya financial distress. Pendekatan secara
terintegrasi yang terdapat pada pendekatan ERM saja belumlah cukup, sehingga harus dapat
ditambah dengan pendekatan yang dapat memasukkan proses perencanaan finansial yang selaras
dengan agenda yang dimiliki oleh pimpinan bagian keuangan, seperti perencanaan bisnis,
optimisasi neraca perusahaan, peramalan aliran kas, dan pengelolaan nilai tukar asing.
Pendekatan yang baik harus dapat memberikan transparansi dalam pengelolaan perencanaan
keuangan ini dapat membuat manajemen dapat bertindak lebih proaktif dibanding hanya bereaksi
atas risiko yang muncul. Pendekatan ini disebut dengan Enterprise Risk Budgeting (ER-B).
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ER-B adalah metode pendekatan kuantitatif
dalam mengelola risiko pada perusahaan non-financial yang tetap mempertahankan pendekatan
integratif dari ERM, namun juga diperkuat dengan kemampuan untuk mengevaluasi
kemungkinan financial distress dengan memasukkan ide dari konsep Economic Capital dari
suatu perusahaan. Tujuan utama dari ER-B adalah untuk menciptakan transparansi tentang
bagaimana kebijakan perusahan dapat mempengaruhi posisi finansial dan profil risiko total
perusahaan.
Secara praktek, ER-B menekankan pada penggunaan model risiko kuantitatif dalam
proses perencanaan keuangan pada level korporasi yang dilakukan oleh perusahaan. Langkah
pertama yang dibutuhkan adalah membuat model kuantitatif bagi aliran kas perusahaan, mirip
dengan metode Cash-Flow-at-Risk. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran seberapa besar
risiko dari bisnis yang dilakukan oleh perusahaan secara umum, dengan memperhitungkan
kombinasi dampak yang diberikan pada volatilitas aliran kas dari variabel-variabel yang terdapat
dalam risk universe. Secara konsep, langkah pertama ini dapat digambarkan dengan figure 1.

ER-B memasukkan konsolidasi analitis dari risiko perusahaan secara keseluruhan yang
sering tidak termasuk ke dalam proses perencanaan keuangan seperti aset dan kewajiban yang
sering tidak berkaitan langsung dengan perusahaan namun memberi dampaknya kepada
perusahaan (perencanaan dana pensiun). Er-B melakukan pemetaan pada risiko-risiko yang ada
secara komprehensif dan membuatnya sebagai bagian dalam analisis yang dilakukan untuk
melakukan perencanaan keuangan. Namun, penting untuk diketahui, tidak semua risiko-risiko
yang ada mudah dikuantifikasi. Risiko seperti risiko reputasi akan sangan sulit dinilai. Sehingga
pendekatan ini tidak berobsesi untuk melakukan kuantifikasi semua risiko yang ada (tambahan
keuntungan dari menambah informasi lebih sedikit dari tambahan biaya yang dibutuhkan)
sehingga perusahaan sebaiknya lebih berfokus pada distribusi hasil pada aliran dana penting di
masa yang akan datang saja.
Setelah perusahaan dapat meakukan pemetaan terhadap segala exposure yang ada dan
mengagregasikannya dalam satu portofolio, muncullah pertanyaan seberapa besar kapasitas
perusahaan dapat menanggung risiko-risiko yang ada. Kapasitas risiko (Risk Capacity) dapat
diartikan sebagai segala persenjataan yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat elakukan
manuver dalam masa-masa sulit tanpa harus melakukan penyesuaian yang mahal dalam aktivitas
bisnis yang dilakukan. Kapasitas risiko ini antara lain dapat berupa sumber daya keuangan,
kualitas dari aset dan manajemen, serta reputasi perusahaan dalam pasar modal.
Secara singkat, untuk dapat menggunakan kapasitas risiko dapat dioperasikan dalam
analisis keuangan yang dilakukan, ada tiga fungsi yang harus terdapat dalam kapasitas risiko
yang ada, yaitu:
1. Jumlah aset lancar yang dimiliki
2. Kapasitas cadangan utang yang tersedia
3. Posisi hedging perusahaan
Figure 2 memperlihatkan bagaimana urutan proses yang dilakukan dari mulai
menentukan Risk Universe, membuat distribusi aliran kas, membuat kapasitas risiko, sampai
pada akhirnya mengetahui bagaimana profil risiko total dari perusahaan. Kapasitas risiko yang
besar akan memberikan kemungkinan terjadinya underivesting, pelanggaran perjanjian,
penjualan aset secara terburu-buru menjadi lebih kecil. Sedangkan kebalikannya, kapasitas
risiko dari perusahaan yang kecil akan membuat peluang terjadinya underinvesting, pelanggaran
perjanjian, penjualan aset secara terburu-buru justru menjadi lebih besar.

Mungkin dari penjelasan di atas kita bisa mengatakan bahwa memiliki kapasitas risiko
yang besar akan lebih baik bagi perusahaan, namun kapasitas risiko yang besar ini juga akan
menimbulkan biaya yang besar bagi perusahaan. Contohnya adalah bagaimana terlalu
bergantung pada ekuitas akan membuat perusahaan mengorbankan keuntungan dari pajak yang
bisa didapat apabila perusahaan menggunakan pendanaan yang berasal dari hutang. Namun
apabila kapasitas risikonya terlalu kecil maka perusahaan akan lebih terekspos pada risiko-risiko
yang ada. Artinya perusahaan harus dapat mengoptimisasi risiko yang dimiliki oleh
perusahaannya. Hal ini disebut dengan Risk Optimization.
Optimisasi risiko ini akan bisa didapat ketika biaya sama dengan keuntungan yang
didapat. Perusahaan dengan kapasitas risiko yang berlebih harus dapat meningkatkan risikonya
untuk mendapatkan tambahan keuntungan, sedangkan perusahaan yang memiliki kapasitas risiko
yang lebih kecil justru harus dapat mengurangi risiko perusahaannya agar perusahaan bisa
mengurangi biaya yang dikeluarkan. Hal ini akan terus berlangsung sampai pada tahap
keuntungan dari risiko yang ada sama dengan kerugian dari risiko tersebut. Titik inilah yang
disebut dengan profil risiko optimal dari suatu perusahaan. Ilustrasinya akan digambarkan seperti
pada figure 3.

Klasifikasi Pendekatan Manajemen Risiko
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam mengelola risiko. Hal yang pertama adalah bagaimana risiko itu dilihat secara keseluruhan
(portfolio theory) dan yang kedua adalah bagaimana perusahaan harus dapat memperhatikan
kapasitas risiko yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (corporate risk theory).
Kedua hal ini dapat dijadikan matriks untuk bisa melihat klasifikasi pendekatan
pengelolaan risiko berdasarkan kedua hal tersebut. Seperti yang bisa dilihat dari figure 4,
pendekatan silo masih berdasarkan pendekatan yang terpisah-pisah dan tidak terintegrasi.
Sedangkan pendekatan yang terintegrasi bisa didapat melalui pendekatan ERM maupun ER-B.
Kedua pendekatan ini dibedakan oleh apakah perusahaan mempertimbangkan kapasitas
risikonya atau tidak. Hal inilah yang menjadi faktor pembeda utama dari ERM dengan ER-B.

Tantangan yang Dihadapi oleh Manajer
Penerapan ER-B akan memberikan tantangan tersendiri bagi manajer untuk dapat
menerapkannya. Perubahan dari pendekatan secara terpisah seperti yang ada pada pendekatan
silo. Agar pendekatan ER-B yang dilakukan bisa berlangsung dengan baik, maka ada beberapa
hal yang bisa dilakukan oleh manajer, antara lain:
Manajer harus ikut terlibat dalam mendefinisikan kerangka kerja baru yang
dibutuhkan untuk dapat menerapkan ER-B
Manajemen juga harus dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan agar
metode simulasi yang terdapat pada pendekatan ER-B, seperti analisis sensivitas
dan stress testing, dapat dilakukan
Manajemen juga sebaiknya berkomitmen untuk menyediakan sumber daya guna
mengembangkan alat yang pendukung keputusan yang dapat memperbaiki model
yang sebelumnya digunakan
Manajemen juga sebaiknya menentukan batas maksimal nilai dari tiap
pengukuran risiko yang dilakukan
Praktek Penerapan ER-B
Ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk dapat menerapkan ER-B, yaitu:
1. Mengembangkan Enterprise Financial Planning and Risk Model
Identifikasi paparan risiko yang relevan, menggabungkannya kedalam model
yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang memberikan dampak terbesar dari
ketidakpastian pada aliran dana perusahaan.
2. Mendefinisikan kapasitas risiko berdasarkan parameter keuangan kunci
Proses menentukan bagaimana kapasitas risiko yang dimiliki oleh perusahaan
dapat dimengerti dan dipraktikan dalam kegiatan di perusahaan.
3. Melakukan evaluasi dan pengelolaan risiko total
Pembuatan serangkaian pengukuran risiko, yang dapat memberikan umpan balik
kuantitatif pada profil risiko perusahaan dan bagaimana perusahaan menentukan
risiko yang optimal bagi perusahaan.
Hedging
Kegiatan hedging yang dilakukan oleh perusahaan dapat meningkatkan kapasitas risiko
yang dimiliki oleh perusahaan. Tentu hal ini akan baik digunakan apabila perusahaan memiliki
kapasitas risiko yang berada di bawa tingkat optimal, sehingga hedging yang dilakukan dapat
membawa kapasitas risiko ke titik yang optimal. Namun kegiatan hedging pada perusahaan yang
memiliki kapasitas risiko yang lebih besar dari titik yang optimal malah justru dapat menjauhkan
kapasitas risiko perusahaan dari titik yang optimal tersebut.
FX Risk Management
Perusahaan harus dapat melakukan pengelolaan nilai tukar asing secara keseluruhan. FX
dapat mempengaruhi perusahaan melalui pendapatan dan pengeluaran perusahaan, juga melalui
investasi dan pengeluaran modal yang dilakukan oleh perusahaan. Perubahan nilai tukar asing
dapat mempengaruhi perusahaan tidak hanya berdasarkan aliran dana operasi perusahaan juga
pada prediksi komitmen kas perusahaan. Pendapatan bersih yang rentan terhadap nilai tukar
asing serta penyesuaian penukaran mata uang akan dapat mengubah nilai dari aset dan kewajiban
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari risiko nilai tukar asing mempunyai
banyak cara untuk mempengaruhi perusahaan, sehingga harus dilihat secara keseluruhan, tidak
terpisah-pisah seperti metode pendekatan silo.

Anda mungkin juga menyukai