Manajemen risiko bukan hanya sebagai alat yang bersifat defensif dan
control untuk mengendalikan risiko serta mengantisipasi volatilitas bisnis.
Melalui ERM maka manajemen risiko dipergunakan untuk mendukung
kinerja bisnis.
ERM menjadi senjata ofensif dalam mendukung dan mempengaruhi
keputusan bisnis, yaitu dalam wujud penetapan harga berbasis risiko
(Risk Based Pricing), dalam pengalokasian sumber daya berbasis risiko
(Risk Based Capital Allocation).
Catatan Penting :
Proses pengintegrasian tersebut tidaklah mudah, sehingga dalam
implementasi ERM membutuhkan inisiatif berkelanjutan yang didukung
oleh manajamen senior, investasi sumber daya manusia, teknologi yang
memadai.
2 Penerapan ERM Dalam Pengambilan Keputusan Penting Bank
Contoh; :
Penyusunan perspektif perusahaan atas kerugian agregat.
• Pengecualian penerapan kebijakan tertentu.
• Adanya respon tertentu terhadap eksposur penting.
• Kebijakan indikator peringatan dini.
c. Kinerja Bisnis
• Pengalokasian modal
• Pengembangan produk
• Penetapan harga produk
• Keputusan Merger dan akuisisi
• Perbaikan perbaikan melalui kebijakan penurunan kerugian.
• Antisipasi adanya volatilitas sisi pendapatan yang lebih rendah.
1 Kerangka ERM COSO
(Committee of Sponsoring Organization Of Treadway Commission)
Basel II
Mengatur manajemen risiko khususnya kecukupan modal
menurut sistem tiga pilar .
Pilar 1
Mengatur kecukupan penyediaan modal minimum untuk
menutup risiko kredit, risiko pasar posisi trading book, dan risiko
operasional.
Pilar 2
Mengatur proses supervisi oleh otoritas, dimana bank wajib
menyediakan modal untuk menutup risiko yang belum dicover
oleh Pilar 1, seperti risiko suku bunga banking book, risiko
konsentrasi kredit, risiko likuiditas dan risiko lainnya.
Bank wajib melakukan stress testing untuk mengetahui
kemampuan bank pada saat krisis.
Pilar III
Bank wajib menyampaikan secara terbuka ;
• Eksposur risiko,
• Metode yang dipergunakan untuk mengelola risiko,
• Dan perhitungan modal
a) Capital Conservation Buffer sebesar 2,5 % dari ATMR yang harus ditutup
dengan CET-1 (Core Equey Tier 1). Ketentuan ini berlaku untuk bank
kategori BUKU 3 (Bank Umum Kegiatan Usaha) yaitu modal Rp. 5 Trilyun
s/d Rp.30 Trilyun).
b) Countercyclical Buffer sebesar 0-2,5 % ATMR dengan sumber modal dari
CET-1 (Common Equety Tier-1), berlaku untuk semua bank. Penetapan
oleh OJK dapat berbeda sesuai perkembangan.
c) Capital Surcharge untuk D-SIB sebesar 1 s/d 2,5 % ATMR. Besarnya
KPMM dapat lebih besar apabila diperlukan, sumber modal Common
Equety Tier-1. Hanya untuk bank yang dinilai sistemik oleh OJK.
.
11 Jenis Buffer
SELAMAT BELAJAR