Anda di halaman 1dari 35

Drs. SYAHRU SYARIF, MM.

STIE BANK BPD JATENG


SEMARANG
2023
Overview materi kuliah
1. Definisi ERM
2. Penerapan ERM dalam Pengambilan Keputusan
3. Fungsi ERM dalam meningkatkan kinerja Bisnis Bank
4. Definisi ERM menurut COSO
5. Filosofi ERM
6. Manajemen Modal Dalam ERM
7. Regulasi Permodalan
8. Pengawasan Risiko Bank
9. Prinsip Dasar Manajemen Risiko secara Keseluruhan
10. Penilaian Risiko secara Komprehensip
11. Basel III
12. Mengurangi Risiko Procyclicality
13. Implementasi Basel III di Indonesia
14. Jenis Buffer
1
Definisi ERM ( Enterprise Risk Management)

Enterprise Risik Management atau dikenal dengan


Manajemen Risiko Korporasi (MRK), adalah suatu
proses yang dipengaruhi oleh Dewan Direktur,
Manajemen dan Personel lain dalam perusahaan,
yang diterapkan pada tataran strategis dan
menyeluruh yang dirancang untuk mengidentifikasi
potensi peristiwa yang dapat mempengaruhi
perusahaan dan untuk memberikan jaminan yang
wajar terhadap pencapaian sasaran.
(Wikipedia)
Definisi ERM

Enterprise Risk Management adalah suatu proses yang


sistematis dan berkelanjutan. Proses ini dirancang dan
dijalankan oleh manajemen guna memberikan keyakinan
yang memadai bahwa semua risiko yang berpotensi
menghambat tujuan dan sasaran perusahaan telah
diidentifikasi dan dikelola sedemikian rupa sesuai dengan
tingkat risiko yang bersedia diambil perusahaan.

(Hery, SE., M.Si., CRP.,RSA) Manajemen Risiko Bisnis, GRASINDO 2015.


Definisi ERM (Enterprise Risk Management)

ERM merupakan pengintegrasian pengelolaan risiko


yang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

a. Pengintegrasian Organisasi Risiko


b. Pengintegrasian Strategi Tranfer Risiko
c. Pengintegrasian Manajemen Risiko ke Proses
Bisnis Perusahaan.

(Manajemen Risiko 3, Ikatan Bankir Indonesia).


Pengintegrasian Organisasi Risiko

Dengan konsep ERM ini, seluruh unit pengelola risiko


tersentralisasi dan bertanggung jawab langsung kepada
Dewan Direksi atau Chief Executif Officer (CEO), khususnya
dalam hal penyusunan kebijakan umum untuk setiap
aktivitas pengambilan keputusan terkait risiko.
Pengintegrasian Strategi Transfer Risiko.

Jika pada pendekatan silo ( sikap keengganan berbagi informasi )


maka strategi transfer risiko dilaksanakan pada tingkat transaksi atau
tingkat individual.
Tidak mempertimbangkan diversifikasi di dalam atau di seluruh jenis
risiko dalam portofolio, sehingga sering terdapat kecenderungan
kebijakan lindung nilai yang berlebihan.

Dengan pendekatan ERM ini, menggunakan sudut pandang


menyeluruh dalam portofolio seluruh jenis risiko dalam perusahaan.
Merasionalisasikan penggunaan alat lindung nilai seperti derivatif,
asuransi dan produk produk alternatif transfer risiko lainnya. Sehingga
yang tertinggal adalah risiko residual yang memang sudah
diperhitungkan.
Pengintegrasian Manajement Risiko ke Proses Bisnis
Perusahaan

Manajemen risiko bukan hanya sebagai alat yang bersifat defensif dan
control untuk mengendalikan risiko serta mengantisipasi volatilitas bisnis.
Melalui ERM maka manajemen risiko dipergunakan untuk mendukung
kinerja bisnis.
ERM menjadi senjata ofensif dalam mendukung dan mempengaruhi
keputusan bisnis, yaitu dalam wujud penetapan harga berbasis risiko
(Risk Based Pricing), dalam pengalokasian sumber daya berbasis risiko
(Risk Based Capital Allocation).

Catatan Penting :
Proses pengintegrasian tersebut tidaklah mudah, sehingga dalam
implementasi ERM membutuhkan inisiatif berkelanjutan yang didukung
oleh manajamen senior, investasi sumber daya manusia, teknologi yang
memadai.
2 Penerapan ERM Dalam Pengambilan Keputusan Penting Bank

Wujud ERM dalam mendukung perbaikan kinerja bisnis bank, ERM


digunakan dalam pengambilan keputusan penting yaitu :
• Pengalokasian modal berbasis risiko
• Pengembangan dan penetapan harga produk berbasis risiko
• Merger dan akuisisi berbasis risiko.
• Perbaikan yang dirasakan mencakup penurunan kerugian, volatilitas
pendapatan yang lebih rendah.
• Peningkatan nilai saham dengan mempertimbangkan risiko.

Keputusan-keputusan tersebut demi perbaikan dengan


mempertimbangkan sudut padang portofolio atas semua risiko melalui
hubungan antara risiko, modal, profitabilitas serta merasionalisasikan
strategi pengalihan risiko (risk transfer).
Peran Manajemen Risiko dalam Nilai Perusahaan
• Risk Management merupakan bagian
dari strategi keseluruhan bank dalam
mencapai tujuan.

• Ke empat elemen yaitu : unit bisnis,


manajemen risiko, kepatuhan dan audit
Business
Unit
intern mempunyai peran masing masing

• Jika unit bisnis berada di garda depan


(lapis pertama) sebagai pengambi risiko,
maka unit manajemen risiko dan
kepatuhan merupakan pertahanan di
Risk lapis kedua. Sedangkan audit internal
Management mrpk penjaga lapis ketiga untuk menjaga
Unit
agar risiko bank secara keseluruhan dpt
Unit dikendalikan dg baik.
kepatuhan

Perpaduan antara risk dan bisnis


10
dipelajari di dalam
Enterprise Risk Management (ERM)
3 Fungsi ERM Dalam Meningkatkan Kinerja Bank

Karena di dalam ERM terjadi integrasi dalam pengelolaan risiko,


memungkinkan dapat mengarahkan seluruh elemen organisasi bekerja sama
mendorong peningkatan efektivitas organisasi, perbaikan kualitas laporan pada
manajemen dan peningkatan kinerja bank.

a). Peningkatan efektifitas organisasi


ERM memungkinkan adanya koordinasi berbagai fungsi perusahaan agar
bekerja secara lebih efisien dan terintegrasi.
Misal integrasi fungsi manajemen risiko, fungsi pengawasan, fungsi
keuangan, fungsi audit dan fungsi kepatuhan.
ERM juga mengkoordinasi unit unit risiko spesialis, unit manajemen risiko
pasar, unit manajemen risiko kredit dan unit manajemen risiko operasional.
Sehingga dalam menangani berbagai risiko yang dihadapi perusahaan,
dengan memperhitungkan ketergantungan antar berbagai risiko tersebut.
b. Pelaporan Risiko
Salah satu persyaratan utama dalam manajemen risiko adalah penyampaian
laporan tepat waktu dan menghasilkan laporan yang relevan bagi
manajemen senior dan direksi.
Jika dalam kerangka kerja antar unit sangat mungkin terjadi tidak ada yang
bertanggung jawab atas laporan risiko secara keseluruhan, atau setidak
tidaknya sering terjadi laporan yang tidak konsisten dan saling bertentangan.
ERM mempunyai peran dalam penetapan prioritas tingkat dan isi laporan
risiko yang harus disampaikan kepada manajemen senior.

Contoh; :
Penyusunan perspektif perusahaan atas kerugian agregat.
• Pengecualian penerapan kebijakan tertentu.
• Adanya respon tertentu terhadap eksposur penting.
• Kebijakan indikator peringatan dini.
c. Kinerja Bisnis

Perusahaan yang telah menerapkan ERM dengan baik, mengalami


perbaikan dalam kinerja bisnis. Hal ini dikarenakan ERM mendukung
pengambilan keputusan penting perusahaan seperti :

• Pengalokasian modal
• Pengembangan produk
• Penetapan harga produk
• Keputusan Merger dan akuisisi
• Perbaikan perbaikan melalui kebijakan penurunan kerugian.
• Antisipasi adanya volatilitas sisi pendapatan yang lebih rendah.
1 Kerangka ERM COSO
(Committee of Sponsoring Organization Of Treadway Commission)

ERM menurut Coso adalah merupakan manajemen risiko dengan


serangkaian proses yang dipengaruhi oleh Dewan Direksi,
manajamen dan personel lainnya, yang diterapkan dalam lingkup
pengaturan strategi di perusahaan secara keseluruhan.

Serangkaian proses tersebut dirancang untuk mengidentifikasi


potensi kejadian yang dapat berdampak negative terhadap
perusahaan, serta mengelola risiko sesuai dengan risk appetite
perusahaan dalam rangka memberikan keyakinan dengan
pencapaian tujuan organisasi.
2 Filosofi ERM

• Risk, opportunity dan KPI (Key Performance Indicator) selama ini


terpisah maka di dalam ERM diperlakukan dalam hubungan yang
kuat.
• Manajemen Risiko tidak hanya terkait dengan Governance (Tata
Kelola) dan Compliance (Kepatuhan), maka dalam ERM dirancang
saling terkait dan focus pada Business Performance dan Business
Improvement).
• Manajemen Risiko membutuhkan bahasa yang sama dengan
membangun kebersamaan, dalam mengelola risiko demi tercapainya
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
• Manajemen risiko dlm ERM dirancang untuk mengidentifikasi
berbagai potensi kejadian yang berpengaruh terhadap perusahaan
dan mengelolanya ke tingkat risiko yang menjadi toleransi
perusahaan.
3 Manajemen Modal Dalam ERM

• Modal merupakan sumber daya terpenting untuk menjaga


solvabilitas bank.
• Modal merupakan sumber daya keuangan yang siap pakai untuk
menyerap kerugian.
• Modal merupakan factor untuk meningkatkan pertumbuhan dan
melakukan diversifikasi portofolio bank dengan memanfaatkan dana
pihak ketiga.
• Agar bernilai baik dimata pemegang saham, maka modal bank yang
digunakan dalam proses bisnis harus memberikan imbal hasil yang
sesuai harapan pemegang saham.
• Dengan ERM kebutuhan modal tersebut dihitung secara terintegrasi
sebagai modal bank secara keseluruhan.
4 Regulasi Permodalan

Basel II
Mengatur manajemen risiko khususnya kecukupan modal
menurut sistem tiga pilar .
Pilar 1
Mengatur kecukupan penyediaan modal minimum untuk
menutup risiko kredit, risiko pasar posisi trading book, dan risiko
operasional.
Pilar 2
Mengatur proses supervisi oleh otoritas, dimana bank wajib
menyediakan modal untuk menutup risiko yang belum dicover
oleh Pilar 1, seperti risiko suku bunga banking book, risiko
konsentrasi kredit, risiko likuiditas dan risiko lainnya.
Bank wajib melakukan stress testing untuk mengetahui
kemampuan bank pada saat krisis.
Pilar III
Bank wajib menyampaikan secara terbuka ;
• Eksposur risiko,
• Metode yang dipergunakan untuk mengelola risiko,
• Dan perhitungan modal

Agar masyarakat dapat mengambil kesimpulan untuk menilai


tentang seberapa besar tingkat prudential dari bank dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya.
5
Pengawasan Risiko Bank

Pengawasan risiko bank dimaksudkan untuk memastikan


bahwa :
• Bank memiliki modal yang cukup untuk menutup risiko di
atas limit minimal yang ditentukan.
• Bank telah melaksanakan proses risk manajemen dengan
baik.
• Bank telah memiliki sistem untuk memperkuat kecukupan
modal, menerapkan sistem limit internal, memperkuat
penyediaan CKPN, dan kualitas pengawasan internal yang
baik.
Tiga area yang menjadi focus pada pilar 2, yaitu :

1. Risiko pada pilar 1 yang belum sepenuhnya


diperhitungkan pada proses Basel1, misalnya risiko
konsentrasi kredit.
2. Risiko yang belum diperhitungkan pada pilar 1 misalnya
risiko suku bunga pada banking book, risiko strategis,
risiko kepatuhan dan risiko likuiditas.
3. Risiko eksternal bank seperti akibat siklus bisnis.
Pengawasan bank pada 4 area yaitu :

1. Memastikan bank mempunyai proses untuk memenuihi


kebutuhan modal sesuai profil risiko bank, mampu untuk
memelihara tingkat modal yang dibutuhkan.
2. Memastikan bank mempunyai kemampuan untuk
mengukur risiko dan kebutuhan modal sesuai dengan best
practices
3. Bank memelihara modal di atas ketentuan kecukupan
modal minimum
4. Regulator akan melakukan tindakan agar modal bank tidak
jatuh di bawah minimum.
6
Prinsip Dasar Manajemen Risiko Bank Secara
Keseluruhan

Penilaian proses kerja bank dilakukan pada beberapa area


yaitu :
1. Pengawasan aktif oleh Direksi dan Komisaris.
2. Perhitungan kecukupan modal secara best prsctices
3. Melakukan proses identifikasi, pengukuran, mitigasi,
proses control, monitoring, dan pelaporan risiko
4. Menyediakan monitoring, sistem informasi manajemen
pada level unit kerja dan unit pelaporan.
5. Melaksanakan sistem kontrol internal yang efektif.
7
Penilaian Risiko secara Komprehensif

1. Risiko kredit : mencakup pengendalian risiko krkedit


individual dan secara portofolio. Untuk memastikan
kecukupan modal memalui risk rating, analisis portofolio
dan agregasi eksposur dll.
2. Risiko Operasional ; bank mempunyai kerangka kerja untuk
mengendalikan risiko operasional, dan mengupayakan
mitigasi agar level risiko operasional tidak melampui
toleransi yang telah ditentukan bank. Bank mempunyai
metodologi untuk menentukan kecukupan modal untuk
menutup risiko operasional residual.
3) Risiko Pasar (Trading Book) : Mengukur trading book pada level
transaksi, level unit bisnis dan level bank wide. Kecukupan modal
dengan Value at Risk (Var) dan stress testing . Modal harus cukup
tidak saja pada saat normal, namun juga pada saat pasar dalam
kondisi stres. Pasar menjadi tidak likuid, muncul risiko konsentrasi,
peningkatan risiko yang saling berkolerasi dan karakteristik lainya
yang timbul oleh kondisi pasar strers
4) Risiko pasar banking book : Bank mempunyai sistem dalam
mengukur risiko pasar banking book yaitu risiko suku bunga,
missal dengan repricing gap, pada posisi dinamik maupun static.
5) Risiko Likuiditas : bank mempunyai sistem identifikasi,
pengukuran dan monitoring risiko likuiditas. Modal bank
menentukan bank memperoleh bantuan likuiditas pasar,
utamanya saat krisis.
8
Basel III
Latar Belakang :

 Setelah terjadi krisis global tahun 2008 -2009, Basel menilai


bahwa modal yang dipersyaratkan pada Basel II perlu
diperbaharui.
 Stress testing yang dilakukan oleh bank selama ini belum
memadai, terbukti masih banyak bank yang mengalami
permasalahan dalam menghadapi krisis.
 Oleh karena itu Basel memutuskan untuk memperbaharui
Basel II dalam sejumlah ketentuan baru dalam ketentuan Basel
III.
 Sistem tiga pilar pada Basel II masih berlaku ditambah dengan
sejumlah peraturan baru yang pada umumnya untuk
menghadapi kondisi krisis.
Basel III

 Indonesia merupakan anggota G20, dan menyatakan komitmen


untuk mengikuti keputusan mengenai penerapan Basel III pada
perbankan di Indonesia.
 Basel III berfokus pada kualitas modal, likuiditas, masalah sistemik
dan masalah procyclicality.
 Procyclicality adalah kejadian berulang dimana saat ekonomi
sedang tumbuh, bank cenderung terlalu longgar dalam ekspansi
kredit, sebaliknya saat kondisi ekonomi buruk maka bank terlalu
ketat dalam ekspansi kredit dan bank lupa cara mengendalikan
risiko.
 Masalah sistemik adalah permasalahan pada suatu bank dapat
dengan mudah merembet pada bank lain. Bahkan apabila bank
yang beroperasi diluar negeri menghadapi masalah, hal ini akan
merembet kepada bank nasional.
Tujuan Basel III

1. Meningkatkan kemampuan perbankan dalam menyerap


kerugian pada kondisi stress baik pada sistem keuangan,
maupun pada sistem ekonomi secaara keseluruhan.
2. Meningkatkan kemampuan bank dalam melaksanakan
manajemen risiko, tata kelola perusahaan yang baik, dan
meningkatkan transparansi dan keterbukaan bank dalam
menjalankan usaha perbankan.
3. Memperkuat ketahanan perbankan pada risiko sistemik
pada saat terjadi krisis sehingga dapat mencegah krisis
yang lebih meluas.
Definisi Modal dalam Basel III

1. Modal Tier 1, dikenal dengan “going concern capital”


yang terdiri atas modal disetor dan laba ditahan.
Termasuk didalamnya modal subdordinasi, fully
discretionary dan non cumulative dividen.
2. Modal yang tergolong inovatif seperti mengandung fitur
redeem (pemulihan) melalui klausul step-up, dibatasi
maksimal 15 % dari Tier 1.
3. Modal tier 2 akan dilakukan harmonisasi, dan modal tier
3 yang semula diperuntukkan untuk menutup risiko
pasar dihapus sebagi komponen modal.
9 Mengurangi Risiko Procyclicality dengan buffer

Dalam ekonomi stabil bank harus meningkatkan daya tahan terhadap


risiko, apabila terjadi counter cyclical. Tujuan dari melakukan langkah
ini adalah :
1. Membuat kebutuhan modal minimum relative stabil dalam
situasi ekonomi stabil maupun dalam keadaan counter cyclical.
Metode yang biasa digunakan :
• Proses estimasi Probability of Default (PD) dengan periode
perhitungan yang lebih panjang.
• Pengukuran LGD ( loss given default ) dilakukan dengan
menggunakan LGD krisis atau down turn LGD
• Mengharuskan bank melakukan stress testing yang
memperhitungkan migrasi kualitas kreditke arah negative saat
terjadi resesi.
2. Penyediaan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) lebih
bersifat orientasi ke depan dengan cara :
• Menggunakan Expected loss (EL) pada sistem akuntansi,
• Mengupayakan perubahan pada sistem pengawasan yang
konsisten dengan pendekatan EL
• Tidak mendorong ke arah kebijakan penyediaan CKPN yang
jauh lebih besar dari kebutuhan.
3. Memperkuat posisi modal bank dengan menyediakan cadangan
(buffer) pada masing masing bank dan seluruh sector perbankan
yang digunakan pada saat terjadi kondisi stress.
• Pada saat terjadi krisis , sejumlah bank masih membagikan
dividen, melakukan buy back saham, memberikan
konpensasi yang berlebih kpd manajemen bank, walaupun
kondisi keuangan negative, namun saat normal lupa dan
tidak membangun sistem buffer.
4. Melaksanakan prinsip praktek perbankan yang pruden
untuk melindungi sector perbankan khususnya pada
periode dimana terjadi pertumbuhan kredit yang
tinggi.

• Pertumbuhan kredit bank yang terlalu cepat


disebabkan Kerugian bank pada saat terjadi krisis
didahului oleh pertumbuhan kredit yang cepat pada
periode sebelumnya, sehingga sector perbankan
menjadi rentan dan tidak stabil yang kemudian
merembet pada sector lain.
10
Implementasi Basel III di Indonesia

PBI no 15/12/PBI/2013 menerapkan Basel III khusus terkait permohonan


KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum), maka Bank harus
menyediakan :

a) Capital Conservation Buffer sebesar 2,5 % dari ATMR yang harus ditutup
dengan CET-1 (Core Equey Tier 1). Ketentuan ini berlaku untuk bank
kategori BUKU 3 (Bank Umum Kegiatan Usaha) yaitu modal Rp. 5 Trilyun
s/d Rp.30 Trilyun).
b) Countercyclical Buffer sebesar 0-2,5 % ATMR dengan sumber modal dari
CET-1 (Common Equety Tier-1), berlaku untuk semua bank. Penetapan
oleh OJK dapat berbeda sesuai perkembangan.
c) Capital Surcharge untuk D-SIB sebesar 1 s/d 2,5 % ATMR. Besarnya
KPMM dapat lebih besar apabila diperlukan, sumber modal Common
Equety Tier-1. Hanya untuk bank yang dinilai sistemik oleh OJK.
.
11 Jenis Buffer

Capital Buffer dapat dijadikan cadangan modal pada saat terjadi


krisis.

Adapun jenis capital buffer yaitu :


• Capital Conservation buffer yaitu tambahan modal agar bank
dapat bertahan pada saat terjadi krisis.
• Countercyclical buffer atau dikenal macro variable buffer, yaitu
tambahan modal berdasarkan estimasi dan trend tingkat
pertumbuhan kredit.
• Capital Surcharge, yaitu tambahan modal untuk bank yang dinilai
mempunya risiko sistemik G-SIB ( Global Systemic Importan
Banks ). Atau D-SIB ( Domestic Sistemik Importan Bank ).
AKHIR KULIAH
KE – Tujuh

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai