Di susun oleh
3 5 4
A= 2 3 1 B= b11 b12
1 4 2 b21 b22
2) Identity matrix
Ialah suatu matrix dimana elemen-elemennya mempunyai nilai 1 pada
diagonal pokok dan 0 pada tempat-tempat lain di liar diagonal pokok
( diagonal dari kiri atas ke kanan – bawah). Matrix A disebut identity matrix
dan biasanya diberi sibol In.
Contoh:
1. n=2 2. n=3
1 0 0
1 0 0 1 0
I2 = 0 1 I3 =
0 0 1
3) Diagonal Matrix
Ialah suatu matrix dimana semua elemen di luar diaogonal pokok mempunyai
nilai 0 dan paling tidak satu elemen pada diagonal pokok == 0,biasanya diberi
simbol D.
Contoh:
1 0 0
D= 0 2 0
0 5 0
4) Scalar matrix
Ialah suatu bilangan konstan. Kalau k, suatu bilangan konstan, maka hasil k.I
dinamakan scalar matrix.
1 0 0 k 0 0
k.I3 = k 0 1 0 = 0 k 0
0 0 1 0 0 k
Contoh:
K=4
1 0 0 4 0 0
4.I3 = 4 0 1 0 = 0 4 0
0 0 1 0 0 4
5) Nol Matrix
Ialah suatu matrix dimana semua elemennya mempunyai niali = 0 (nol)
biasanya diberi simbol 0 dibaca matrix nol.
Contoh:
0 0 0
0= 0 0 0
0 0 0
C. Operasi matrix
Dua buah matrix A dan B dikatakan sama yaitu A=B, apabila A dan B
mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama dan disamping itu elemen-elemen
pada baris dan kolom yang bersangkutan harus sama artinya aij = bij untuk semua
nilai I dan j, dimana:
aij = elemen matrix A dari baris i dan kolom j
bij= elemen matrix B dari baris i dan kolom j
contoh:
1.
2 4 2 4
A= 3 5 dan B = 3 5
A =B
2. 1 0 0 1 0
A= 0 1 0 dan B= 0 1
a11…a12...a1j…a1n b11…b12…b1j…b1n
a21…a22…a2j…a2n b21…b22…b2j…b2n
A+B= ai1…..ai2…aij….ain + bi1….bi2….bij….bin =
am1…am2..amj...amn bm1..bm2..bmj…bmn
c11…c12…c1j…c1n
C= c21…c22…c2j….c2n
ci1….c12…cij…..cin
cm1…cm2..cmj..cmn
A= 4 2 5 dan B = 1 3 2 A+B=C 5 5 7
3 1 6 3 1 4 6 2 10
2) Pengurangan matrix
A – B = A + (-1) B
Contoh:
4 3 4 2
A= 2 5 dan B = 1 3
4 3 -4 -2 0 1
A – B = A + (-1) B = 2 5 + -1 -3 = 1 2
3 2 5 12 8 20
4x =
6 1 7 24 4 28
b1
A = (a11) = a11 a12 a13 B = (bij) = b2
a21 a22 a23
b3
b1
a11 a12 a13 b2 a11b1 + a12b2 + a13b3
Maka A B = . a21 a22 a23 . b3
= a21b1 + a22b2 + a23b3
Contoh:
1. 8
4 7 6 5
A= 2 3 1 B= 9
4.8 + 7.5 + 6.9 32 35 54 121
.
A B = 2.8 + 3.5 + 1.9 = 16 15 9 = 40
2.
5 8 4 3 1
A= 7 B= 2 5 8 6
4
1 5
2 7 8 4 3 1
A . B= 3 4 . 2 5 8 6
D. Matrik Transpos
Matriks A transpose didapatkan dari matriks A dengan memindahkan elemen
baris menjadi elemen kolom atau dengan memindahkan elemen kolom menjadi
elemen baris.
Jika kita memiliki matriks A, maka matriks transpose dari A biasa ditulis sebagai AT,
misalnya :
a d
a b c T T e
A
d maka matriks transpose A adalah : A = b
d f
c f
5 2
Penyelesaian A 3 1 ,
a b
Misalkan A-1= c
d
Gunakan persamaan
AB-1=A-1A=I
Metode matrik kofaktor
1
A-1= KT
det A
Dengan K adalah matrik kofaktor dari matrik A
Contoh
5 2
Hitunglah invers dari matrik A 3 1
Penyelesaian
5 2
det A 3 1 =5+6=11
5 2
KT 3 1
Catatan
1. jika matrik A adalah matrik ber ordo n x n dan det A 0 maka matrik tersebut
mempuyai matrik invers A-1 matrik A disebut matrik nonsingular
2. jika det A=0 maka matriks A disebut matriks singular matriks singular tidak
mempunyai matrik invers
VEKTOR
Pengertian Vektor
Besaran Vektor dapat disajikan dengan menggunakan suatu bilangan real,
kemudian diikuti dengan sistem suatu yang sesuai. Secara geometri, besaran
vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis
menyatakan panjang atau besar vaktor, sedangkan arah anak panah
menunjukan arah vaktor.
Kesamaan Vektor
Dua vektor a dan b dikatakan sama (ekuivalent), jika dan hanya jika kedua vektor
itu mempunyai panjang dan arah yang sama. Dua vektor yang sama, ditulis a = b
(perhatikan gambar a). Sebagai contoh, perhatikan kubus ABCD.EFGH pada
gambar b. Misalnya AH wakil dari vektor a dan BG wakil dari vektor b, maka a
= b (a sama dengan atau ekivalen b) sebab AH dan BG mempunyai arah dan
panjang yang sama.
H
G
E F
a
b
D
C
(a) A B
(b)
Penjumlahan Vektor A
Misalkan jumlah dari vektor u dengan v adalah w, maka penjumlahan vektor u
dengan vektor v itu dituliskan sebagai w = u + v. Vektor w disebut vektor
resultan dari vektor u dengan vektor v. Secara geometri, vektor w = u + v dapat
ditentukan dengan dua cara, yaitu aturan segitiga dan aturan jajargenjang.
Aturan Segitiga
Definisi:
Jumlah vektor u dengan vektor v atau w = u + v dapat ditentukan dengan cara
memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik
pangkal vektor v berimpit dengan titik ujung dari vektor u. Vektor w = u + v
yang dimaksud diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor u
dengan titik ujung atau titik terminal vektor v yang telah dipindahkan tadi. (lihat
gambar di bawah ini). Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal
sebagai aturan segitiga.
Aturan Jajargenjang
Cara lain untuk menentukan jumlah vektor u dan vektor v adalah dengan
memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik
pangkal vektor v berimpit dengan titk pangkal vektor u. Vektor w = u + v yang
dimaksud adalah vektor yang titik pangkalnya di titik pangkal persekutuan
vektor u dan v serta vektor itu berimpit dengan diagonal jajargenjang yang
dibentuk oleh vektor u dan vektor v tadi. Menjumlahkan vektor dengan cara
seperti ini dikenal sebagai aturan jajargenjang (paralelogram).
Pengurangan Vektor
Definisi:
Jika u dan v sebarang dua vektor, pengurangan v dari u didefinisikan oleh
u - v = u + (-v)
Panjang Vektor
Misalkan R adalah sebuah titik pada bidang dengan koordinat (x, y) dan r, maka r
x
dapat disajikan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = . Panjang atau besar
y
dari ruas garis berarah OR dilambangkan dengan
Dari gambar di samping, didapat hubungan:
OR2 = OA2 + OB2
OR2 = x2 + y2 R(x,y)
OR = x2 y2 y r
Dengan demikian, panjang OR adalah:
||OR|| = x2 + y 2 X
x
x
Jadi, besar atau panjang vektor r = dapat ditentukan dengan rumus:
y
||r|| = x2 y2
Misalkan titik R mempunyai koordinat (x, y, z) dan OR mewakili vektor r,
x
maka vektor r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = y .
z
Panjang atau besar ruas garis berarah OR ditulis sebagai || OR || atau OR.
Berdasarkan gambar di
Z
samping diperoleh hubungan:
OR2 = OD2 + C
2
DR ...................... (1)
Sedangkan OD2 = OA2 +
OB2 R
OD2 = x2 + y2 r
dan DR2 = z2
Substitusi OD2 dan DR2 ke O Y
B
persamaan (1) diperoleh
OR2 = x2 + y2 + z2
Dengan demikian
A D
|| OR || = OR = x 2 y 2 z2 X
x
Jadi, besar atau panjang vektor r = y dapat ditentukan dengan rumus
z
||r|| = x 2 + y 2 + z2
Contoh:
1 3 2
Diketahui vektor-vektor a = 2 , b = -2 dan c = 5 . Hitunglah||2a - b +
-2 1 4
c||
Jawab:
1 3 2 1
2a – b + c = 2 2 - -2 + 5 = 11 ||2a - b + c|| =
-2 1 4 -1
(1)2 + (11)2 + (-1)2 = 123 . Jadi, panjang vektor a + b + c adalah ||2a - b
+ c|| = 123 satuan panjang
Rumus Jarak
Misalkan dua titik di R-3, yaitu titik P dengan koordinat (x 1,y1,z1) dan titik Q
dengan koordinat (x2,y2,z2). Ruas garis berarah PQ mewakili suatu vektor
dengan komponen-komponen (x2 – x1), (y2 – y1), dan (z2 – z1). Oleh karena itu,
panjang ruas garis berarah PQ dapat ditentukan dengan rumus berikut.
|| PQ || = (x 2 - x1 )2 + (y 2 - y1 )2 + (z 2 - z1 )2
Vektor Satuan
Dalam bentuk vektor kolom, vektor-vektor satuan di R-2 dapat dinyatakan
sebagai berikut.
1 0
î = dan ĵ =
0 1
Untuk satuan vektor a yang bukan vektor nol, kita dapat menentukan vektor
satuan dari vektor a. Vektor satuan dari a (dilambangkan dengan ê , dibaca:
e topi) searah dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu satuan.
x
Jika, vektor a = , maka vektor satuan dari a ditentukan dengan rumus:
y
a 1 x
ê = =
a x2 y2 y
Dengan sifat yang sama untuk vektor-vektor di R-3, vektor satuan dari vektor
a(x,y,z) ditentukan dengan rumus:
x
a 1
ê = = y
a 2
x y z z
2 2
Rumus Pembagian Ruang Garis di R-3 (Bentuk Vektor dan Bentuk Koordinat)
Pembagian Ruas Garis dalam Perbandingan Bagian
Misalkan titik C terletak pada ruas garis AB, sehingga titik C membagi ruas garis
AB dengan perbandingan m : n, maka AC : CB = m : n atau AC : AB = m : (m +
n) (lihat gambar di bawah ini)
• m
• n •
A C B
Contoh:
Vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah a dan b. Pada ruas garis
AB, tandailah titik C sehingga AC : CB = 1 : 3, tentukan vektor posisi titik C,
Jawab :
1b 3a 1
Misalkan vektor posisi titik C adalah c, maka c = b 3a
1 3 4
x1 x 2
ab= = x1x2 + y1y2
y1 y 2
perhatikan bahwa nilai atau hasil perkalian skalar vektor a dan b adalah
jumlah perkalian komponen yang seletak pada vektor a dan b.
x1 x2
Misalkan a = y1 dan b = y 2 adalah vektor-vektor di R-3 yang
z z
1 2
dinyatakan dalam bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan
vektor b ditentukan oleh rumus:
x1 x 2
a•b = y1 y 2 x1x 2 y1y 2 z1z2
z z
1 2
Teorema Ortogonalitas
Dua vektor yang tidak nol dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan
hanya jika perkalian skalar kedua vektor itu sama dengan nol.
Jadi, vektor a dan b (||a|| 0 dan ||b|| 0) dikatakan saling tegak lurus
(ortogonal) jika dan hanya jika a b = 0
negatif
c b
0 C B 0 C B
(a)
(b)
A A A
a
a
a
b b b
0 C B 0 B C 0 B
Perhatikan bahwa ruas garis berarah OC mewakili vektor c, sehingga vektor c
merupakan proyeksi vektor a pada arah vektor b. Vektor c ini dinamakan proyeksi
vektor ortogonal (biasanya disingkat dengan proyeksi vektor saja). Dengan
menggunakan definisi perkalian skalar, selanjutnya dapat ditentukan bahwa :
(1) Proyeksi skalar orrtogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah l c l, dengan ||
a b
c|| dirumuskan oleh : c
b
(2) Proyeksi vektor ortogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah c dirumuskan
a b
oleh : c 2
b
b
Proyeksi vektor b pada arah vektor a dapat ditentukan dengan menggunakan
analisis yang sama. Misalkan proyeksi vektor b pada arah vektor a adalah vektor d
(perhatikan Gambar), maka dapat disimpulkan bahwa
(1) Proyeksi skalar ortogonal vektor b
pada arah vektor a adalah
a b
||d|| =
a
0 b B
DIFERENSIAL VEKTOR
Suatu besaran (termasuk vektor) biasanya merupakan fungsi besaran yang lain,
sehingga besaran tersebut dapat dideferensialkan ataupun diintegralkan terhadap
variabelnya.
Jika vektor V dalam ruang merupakan fungsi waktu t, maka dituliskan
V (t ) Vx (t )iˆ V y (t ) ˆj Vz (t ) kˆ
Operator ini dapat dioperasikan pada fungsi skalar maupun fungsi vektor.
Pengoperasian operator nabla pada fungsi skalar S(x,y,z):
S ( x, y , z ) ˆ S ( x, y , z ) ˆ S ( x, y, z )
S ( x, y, z ) grad S ( x, y, z ) iˆ j k
x y z
iˆ ˆj kˆ
V ( x, y , z ) rot V ( x, y , z )
x y z
Vx ( x , y , z ) V y ( x, y , z ) Vz ( x , y , z )