Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM LINEAR

1. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)


A. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (PtLDV)
Bentuk umum :
ax + by < c
ax + by > c
ax + by  c
ax + by  c

x dan y adalah variabel


a dan b disebut koefisien
c disebut konstanta
B. Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
Langkah-langkah yang harus diambil untuk menggambarkan grafik
penyelesaian dari pertidaksamaan linear dua variabel, hampir sama dengan
langkah-langkah dalam menggambarkan grafik persamaan linear dua variabel.
Berikut ini langkah-langkah mencari daerah penyelesaian dari
pertidaksamaan linier dua variabel :
a. Ganti tanda ketidaksamaan >, <, ≥, atau ≤ dengan tanda “ = “.
b. Tentukan titik potong koordinat cartesius dari persamaan linear dua variabel
dengan kedua sumbu.
 Titik potong dengan sumbu x, jika y = 0 diapit titik (x,0)
 Titik potong dengan sumbu y, jika x = 0 diapit titik (0,y)
c. Gambarkan grafiknya berupa garis yang menghubungkan titik (x,0) dengan titik
(0,y). Jika pertidaksamaan memuat > atau <, gambarkan grafik tersebut dengan
garis putus-putus, dan jika pertidaksamaan memuat ≥ atau ≤, gambarkan grafik
tersebut dengan garis penuh.
d. Gunakanlah sebuah titik uji untuk menguji daerah penyelesaian
pertidaksamaan.
e. Berikanlah arsiran pada daerah yang memenuhi himpunan penyelesaian
pertidaksamaan.
Contoh :
Gambarlah daerah himpunan penyelesaian pertidaksamaan3x + 4y ≤ 12.

Jawab:
3x + 4y ≤12, ganti tanda ketidaksamaan sehingga diperoleh garis
3x + 4y =12.
 Titik potong dengan sumbu x, y = 0
3x + 4(0) = 12
3x = 12
x=4
 Titik potong dengan sumbu y, x = 0
3(0) + 4y = 12
3x = 12
y=3
 Titik potong dengan sumbu koordinat di (4, 0) dan (0, 3). Diperoleh grafi k
3x + 4y =12.
y

3 (0, 3)

1
(4, 0)
x
0
1 2 3 4
3x + 4y = 12

Ambil titik uji (0, 0) untuk mendapatkan daerah penyelesaian dari


pertidaksamaan 3x + 4y ≤12 , diperoleh 3(0) + 4(0) ≤ 12
0 ≤ 12 (Benar)
Dengan demikian, titik (0, 0) memenuhi pertidaksamaan 3x + 4y ≤ 12
Himpunan penyelesaian pertidaksamaan adalah daerah di bawah garis
batas(yang diarsir).
y

3 (0, 3)
Daerah himpunan
penyelesaian
3x + 4y < 12 2

1
(4, 0)
x
0
1 2 3 4

C. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)


Sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah gabungan dua atau lebih
pertidaksamaan linear dua variabel.

Contoh :
Tentukan daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear
x+y  5
x + 2y  6
x0
y0
Jawab :
x+y  5
X 0 5

Y 5 0

x + 2y  6
X 0 6

Y 3 0
y

DP
x
5 6

2. Menyelesaikan Permasalahan Program Linear


A. Model Matematika
Model matematika adalah rumusan matematika yang berupa persamaan,
pertidaksamaan, atau fungsi yang diperoleh dari hasil penafsiran atau terjemahan
suatu masalah ke dalam bahasa matematika.
Contoh :
Sebuah pesawat terbang mempunyai kapasitas 48 buah tempat duduk yang
terbagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Setiap penumpang kelas A diberi
hak yaitu membawa barang 60 kg, sedang penumpang kelas B diberi hak
membawa barang hanya 20 kg, tempat bagasi paling banyak dapat memuat 1440
kg. Bila banyaknya penumpang kelas A sebanyak x orang sedang kelas B sebanyak
y orang. Tentukan model matematikanya.
Jawab :

Kelas A Kelas B

Bagasi 60 kg 20 kg

Penumpang x orang y orang


Bagasi : 60x + 20y  1440 3x + y  72
Penumpang : x + y  48
Banyak penumpang tidak pernah negatif : x  0, y  0

Sehingga diperoleh model matematikanya adalah :

3x + y  72
x+y  48
x  0
y  0
B. Nilai Optimum Fungsi Objektif
1. Menentukan nilai optimum dari fungsi tujuan (fungsi ogjektif) dengan metode
uji titik pojok.
Fungsi tujuan atau objektif dapat dinotasikan f(x,y) = ax + by. Nilai
optimum dari bentuk f(x,y) = ax + by dilakukan dengan cara menghitung nilai
f(x,y) = ax + by untuk setiap titik pojok (titik sudut) dari daerah penyelesaian
(DP), kemudian dibandingkan yang selanjutnya ditetapkan nilai terbesar sebagai
nilai maksimum dan nilai terkecil sebagai nilai minimum.
2. Menentukan nilai optimum dari fungsi tujuan (fungsi ogjektif) dengan
metode garis selidik.
Untuk menentukan nilai optimum,selain dengan mencari titik-titik yang
koordinat-koordinatnya memenuhi syarat yang diberikan, dapat juga dilakukan
dengan menggunakan garis-garis sejajar itu mempunyai persamaan ax + by = k
,dengan k  R dan ax + by merupakan bentuk obyektif. Kerena garis-garis yang
sejajar itu di gunakan untuk menyelidiki nilai optimum, maka garis -garis itu
disebut garis selidik.
Contoh:
Tentukan nilai maksimum dari 3x + 2y yang memenuhi : x + y ≤ 5 ; x ≥ 0 ;y ≥ 0

Jawab ;

3x +2y = k2maka 3.0 + 2.5 = 10

3x +2y = k2maka 3.5 + 2.0 = 15

Jadi nilai maksimum adalah 15.


MATRIKS
A. Pengertian Matriks dan Ordo Matriks
Matriks merupakan susunan bilangan-bilangan yang berbentuk siku-empat
terdiri dari baris dan kolom dengan diapit oleh sepasang kurung siku. Sebagai
contoh :
2 2 5
3 3
a. [1 3 1] dan b. [ ]
1 2
5 12 9

Baris suatu matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang mendatar dalam


matriks. Kolom suatu matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang tegak
dalam matriks.
Bentuk umum :
𝑎11 … 𝑎1𝑛
Secara umum matriks Amxn = [ … … … ]m = baris dan n= kolom.
𝑎𝑚1 … 𝑎𝑚𝑛

Contoh:
21 17 18 6
A = [25 6 10 5]
16 18 7 11
Matriks A terdiri atas 3 baris dan 4 kolom. Ordo matriks A adalah 3×4 dan
ditulis A3×4.
Elemen pada baris ke-2 kolom ke-2 = a22 = 6
Elemen pada baris ke-3 kolom ke-4 = a34 = 11
B. Transpos Suatu Matriks
Matriks Transpose yaitu matriks yang diperoleh dari memindahkan elemen-
elemen baris menjadi elemen pada kolom atau sebaliknya. Transpose suatu
matriks dilambangkan dengan …T, misal transpose matriks B dilambangkan
dengan BT

1 0
1 2 3
Contoh: B2x3 = , maka BT = 2 3
0 3 4
3 4
Perhatikan bahwa ordo dari BT adalah 3x2. Sehingga pada matriks transpose
baris menjadi kolom dan sebaliknya, kolom menjadi baris.
C. Operasi Matriks
a. Operasi kesamaan
Dua buah matriks atau lebih dikatakan sama jika dan hanya jika mempunyai
ordo sama dan elemen-elemen yang seletak juga sama.
     
Contoh:
A  1 2 ,B  1 2 ,C  1 2
 3 1  3 1  3 1
     

A = B, A ≠ C, B ≠ C

b. Penjumlahan dan Pengurangan dua Matriks


Penjumlahan Matriks, Jika A + B = C, maka elemen-elemen C diperoleh
dari penjumlahan elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu cij = aij +bij
untuk C pada baris ke-i dan kolom ke-j. sehingga, matriks A dan B dapat
dijumlahkan apabila kedua matriks memiliki ordo yang sama.
2 1 3 1 2 1 3 1
Contoh A= [ ], B= [ ] maka A + B = [ ]+ [ ]
4 3 4 1 4 3 4 1
5 2
=[ ]=C
8 4
Pengurangan matriks, jika A – B = C, maka elemen-elemen C diperoleh dari
pengurangan elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu cij = aij-bij atau
pengurangan dua matriks dapat dipandang sebagai penjumlahan matriks
yaitu A + (-B)
1 2 2 3 1 2 2 3
Contoh: A=[ ], B= [ ], maka A-B = [ ]− [ ]
4 3 1 1 4 3 1 1
−1 −1
= [ ]
3 2
c. Perkalian matriks dengan skalar.
Perkalian sebuah matriks dengan skalar, maka setiap unsur matriks tersebut
terkalikan dengan skalar. Msalkan matriks A dikalikan dengan suatu
bilangan real k maka kA diperoleh dari hasil kali setiap elemen A dengan k.

−1 −1 −1 −1 −3 −3
Contoh: A = [ ] maka 3A = 3 [ ]= [ ]
3 2 3 2 9 6
Jika a dan b bilangan real (skalar) dan matriks A dan matriks B merupakan
dua matriks dengan ordo sama sehingga dapat dilakukan operasi hitung.

d. Perkalian Dua Matriks


Dua buah matriks atau lebih (misal matriks AB) dapat dikalikan jika dan
hanya jika jumlah kolom pada matriks A sama dengan jumlah baris pada
matriks B. jadi AmxnBnxr bias didefinisikan, tapi BnxrAmxn tidak dapat
didefinisikan.
A B AB
mxn nxr = mxr

sehingga hasil kali matriks AB berordo mxr.


Contoh perkalian matriks:
1. Perkalian matriks berordo 1xa dengan ax1
3
A = 1 2 3 dan B = 2 , A1x3B3x1 = [(1x3) + (2x2) + (3x1)]
1
= [10]
Hasil kalinya merupakan matriks berordo 1x1.
2. Perkalian matriks berordo ax1 dengan 1xa

1 1𝑥1 1𝑥2 1𝑥3


A= 2 dan B = 1 2 3 , A3x1B1x3 = [2𝑥1 2𝑥2 2𝑥3]
3 3𝑥1 3𝑥2 3𝑥3
1 2 3
= [2 4 6]
3 6 9
Hasil kalinya merupakan matriks berordo 3x3.

3. Perkalian matriks berordo mxn dengan matriks nxr


2 5 1 2 3
A=[ ], B =
1 3 3 1 2
2 5 1 2 3
A2x2B2x3 = [ ]
1 3 3 1 2
(2𝑥1) + (5𝑥3) (2𝑥2) + (5𝑥1) (2𝑥3) + (5𝑥2)
AB =
(1𝑥1) + (3𝑥3) (1𝑥2) + (3𝑥1) (1𝑥3) + (3𝑥2)
17 9 16
=
9 5 9

D. Determinan dan Invers Matriks


1. Determinan Matriks
Misalkan A adalah matriks kuadrat maka determinan matriks tersebut
dinyatakan dengan det(A) atau | A |. Determinan A dikatakan berordo n, jika
A merupakan matriks kuadrat berordo nxn.
Cara menghitung nilai determinan suatu matriks :
a. Determinan untuk ordo 2x2 maka bentuk matriks seperti ini :
𝑎11 𝑎12
[ ] permutasi dari bilangan bulat 1 dan 2 diambil bersama adalah
𝑎21 𝑎22
2! = 2 yaitu 1 2 dan 2 1 (untuk kolom) sedangkan baris menjadi patokan dan
selalu berurut. Sehingga determinan dari matriks berordo 2x2 adalah
𝑎 𝑏
+1(a11.a22)-1(a12.a21) = a11.a22 – a12.a21. jika matriks dalam bentuk [ ]
𝑐 𝑑
maka untuk mencari determinannya lebih dikenal dengan bentuk ad – bc.
Contoh:
2 1
Jika matriks A = [ ] maka det (A) = |A| = (2x3) – (1x4) = 6 – 4 = 2
4 3
b. Determinan untuk ordo 3x3
𝑎11 𝑎12 𝑎13
Maka bentuk matriks seperti [𝑎21 𝑎22 𝑎23], permutasi dari bilangan
𝑎31 𝑎32 𝑎33
bulat 1, 2 dan 3 diambil bersama adalah 3! = 6 yaitu 123, 132, 213, 231,
312, dan 321 (untuk kolom) sedangkan baris menjadi patokan dan selalu
berurut. Sehingga determinan dari matriks berordo 3x3 adalah
+1(a11.a22.a33)-1(a11.a23.a32)-1(a12.a21.a31)+1(a12.a23.a31)+1(a13.a21.a32)-
1(a13.a22.a31).
Untuk mempermudah dalam mencari determinan maka berlaku :
a) Metode Sarrus
𝑎 𝑏 𝑐 𝑎 𝑏
Misal matriks A = [𝑑 𝑒 𝑓] 𝑑 𝑒
𝑔 ℎ 𝑖 𝑔 ℎ
- - - + + +
Maka |A| = aei + bfg + cdh – ceg – afh – bdi.
Cara ini hanya berlaku pada matriks berordo 3x3.
1 2 2
Contoh: D = [3 1 2]
1 2 3
1 2 2 1 2
Maka det (D) = |D| adalah [3 1 2] 3 1
1 2 3 1 2

|D| = (1x1x3) + (2x2x1) + (2x3x2) – (2x1x1) – (1x2x2) – (2x3x3)


= 3 + 4 + 12 – 2 – 4 – 12 = 0
2. Invers Matriks
𝑎 𝑏
Misalkan matriks A = [ ] , maka invers dari matriks A adalah A-1, dengan
𝑐 𝑑
𝟏 𝑑 −𝑏
A-1= 𝒅𝒆𝒕 (𝑨) [ ]
−𝑐 𝑎

TRANSFORMASI GEOMETRI
1. Translasi
Translasi adalah suatu transformasi yang memindahkan setiap titik pada
bidang dengan jarak dan arah yang tetap.
Secara matematis, ditulis sebagai berikut.
𝑎
𝑇1 ( )
𝑏
P(x, y) , P ’(x+a, y+b)
Contoh soal:
Tentukanlah bayangan lingkaran (x - 3)2 + (y + 1)2 = 4, jika ditranslasikan oleh
−5
𝑇=( )
2
Jawab:
Ambil sebarang titik P(x, y) pada (x - 3)2 + (y + 1)2 = 4...(*)

Translasikan titik P dengan𝑇 = (−5)


2

−5
𝑇( )
P(x, y) 2 P ’(x+(-5), y+2)
,

P’(x-5, y+2)
x’ = x – 5  x = x’ + 5
y’ = y + 2  y = y’ – 2
substitusikan nilai x dan y ke persamaan (*)
(x - 3)2 + (y + 1)2 = 4
(x’+5 - 3)2 + (y’ - 2 + 1)2 = 4
(x’+2)2 + (y’ - 1)2 = 4
−5
Jadi, bayangan lingkaran (x - 3)2 + (y + 1)2 = 4 jika ditranslasikan oleh 𝑇 = ( )
2
adalah (x+2)2 + (y - 1)2 = 4(x’+2)2 + (y’ - 1)2 = 4
2. Refleksi (Pencerminan)
Pencerminan atau Refleksi adalah transformasi yang memindahkan setiap
titik pada bidang dengan menggunakan sifat bayangan cermin dari titik – titik yang
hendak dipindahkan itu.Tabel persamaan pencerminan titk P(x,y).

Pencerminan terhadap Persamaan Pencerminan


x
Sumbu x P( x, y) sumbu
   P' ( x, y)

y
Sumbu y P( x, y) sumbu
   P' ( x, y)

yx
Garis y = x P( x, y) 
 P' ( y , x )

y  x
Garis y = -x P( x, y)   P' ( y, x)

Titik O(0,0) 


P( x, y) titik  P' ( x, y)
O ( 0, 0 )

h
Garis x = h P( x, y) x  P' (2h  x, y)

y k
Garis y = k P( x, y) 
 P' ( x,2k  y)

3. Rotasi
Rotasi adalah transformasi yang memetakan setiap titik pada bidang ke titik
lainnya dengan cara memutar dengan pusat tertentu. Rotasi dengan arah berlawanan
jarum jam disebut rotasi positif dan searah jarum jam disebut rotasi negatif.

a. Rotasi dengan titik pusat O(0,0)


Rotasi sebesar 𝛼 dengan pusat titik O (0,0) dapat ditulis:

R(O,θ)
P(x,y) P’(x’,y’)

𝑥′ cos 𝛼 − sin 𝛼 𝑥
𝑃′ = ൬ ൰ = ( ) (𝑦)
𝑦′ sin 𝛼 cos 𝛼

b. Rotasi dengan titik pusat A(a,b)


Rotasi sebesar 𝛼 dengan pusat titik P(a, b) dapat ditulis:

R(A(a,b),θ)
P(x,y) P’(x’,y’)

𝑥′ cos 𝛼 − sin 𝛼 𝑥 − 𝑎 𝑎
𝑃′ = ൬ ൰ = ( ) (𝑦 − 𝑏 ) + ( )
𝑦′ sin 𝛼 cos 𝛼 𝑏

𝑥′ cos 𝛼 − sin 𝛼 𝑥 − 𝑎 𝑎
𝑃′ = ൬ ൰ = ( ) (𝑦 − 𝑏 ) + ( )
𝑦′ sin 𝛼 cos 𝛼 𝑏
Contoh soal:

Tentukan bayangan titik A(2, -5) oleh rotasi terhadap titik asal O (0,0) sebesar 900

𝑥′ cos 𝛼 − sin 𝛼 𝑥
𝐴′ = ൬ ൰ = ( ) (𝑦)
𝑦′ sin 𝛼 cos 𝛼
𝑥′ cos 90 − sin 90 2
𝐴′ = ൬ ൰ = ( )( )
𝑦′ sin 90 cos 90 −5
𝑥′ 0 −1 2
𝐴′ = ൬ ൰ = ( )( )
𝑦′ 1 0 −5
𝑥′ 5
𝐴′ = ൬ ൰ = ( )
𝑦′ −2

Jadi, bayangan titik A (2,-5) oleh rotasi tersebut adalah A’(5,-2)

4. Dilatasi

Dilatasi adalah perkalian ukuran suatu benda. Faktor yang menyebabkan


diperbesar atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut faktor dilatasi. Faktor
dilatasi ini dinotasikan dengan huruf kecil, misalnya k.

• Jika k>1 atau k < -1, maka hasil dilatasinya diperbesar


• Jika -1 <k <1, maka hasil dilatasinya diperkecil
• Jika k = 1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan

Dilatasi Rumus Matriks


Dilatasi dengan Ax, y  
 A' kx, ky
0, k 
 x'   k 0  x 
     
pusat (0,0) dan  y '   0 k  y 
faktor dilatasi k
Dilatasi dengan Ax, y   A' x' , y '
P ,k 
 x'   k 0  x  a   a 
        
pusat P(a,b) dan dengan x'a  k x  a   y '   0 k  y  b   b 
faktor dilatasi k y 'b  k  y  b 
BARISAN DAN DERET
1. Barisan Aritmatika
Barisan Aritmatika adalah suatu barisan bilangan yang suku selanjutnya
diperoleh dengan menambah atau mengurangi dengan suatu bilangan yang tetap
kepada suku sebelumnya. Bilangan yang tetap itu disebut selisih atau beda. Apabila
bedanya positif, maka barisan itu naik. Apabila bedanya negatif, maka barisan itu
turun.

Suatu barisan U1, U2, U3, U4...... Un, disebut barisan aritmatika jika untuk setiap nilai
n berlaku.
U2 - U1, U3 - U2 =...... Un- Un-1= b, dengan b suatu tetapan yang tidak tergantung pada
n
Menentukan Rumus Suku Ke-n Basisan Aritmatika
Jika suku pertama U1kita misalkan a, beda kita misalkan b, dan suku ke-n kita
misalkan Un maka barisan aritmatika ditulis sebagai berikut
U1, U2, U3, U4,. . . . . . . Un

a a+b a+2b a+3b a+(n-1)b


rumus suku ke-n suatu barisan aritmatika adalah
U= a+(n-1)b
Sifat-sifat suku ke-n
Un = a + (n - 1)b = a + bn – b = bn + (a - b)
Jadi suku ke-n suatu barisan aritmatika dalah fungsi linear dari n, dengan bilangan
asli.
Contoh
Suatu barisan aritmatika 2, 5, 8, 11. . . dan seterusnya.
Tentukanlah :
a. suku pertama
b. beda
c. suku ke-15
d. rumus suku ke-15
penyelesaian :
Barisan 2, 5, 8, 11. . . dan seterusnya.
a. suku pertama U1= a= 2
b. Beda b = 3
c. Suku ke-15
U15 = a + (n-1)b
= 2 + (n-1)b
= 2 + (14)3
=2 + 42
= 43
d. Rumus suku ke-n
Un = a + (n-1)b
= 2 + (n-1)3
= 2 + 3n-3
Un = 3n-1

2. Deret Aritmatika
Jika suku-suku barisan aritmatika kita jumlahkan, maka deret tersebut disebut deret
aritmatika. Jika U1, U2,U3.... Un adalah suku-suku barisan aritmatika, maka
U1+U2+U3....+Un disebut deret aritmatika.

Jika jumlah n suku pertama deret aritmatika itu kita lambangkan dengan Sn maka
Sn = U1+U2+U3....+Un
Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika.
n n
Sn= 2 ( a + Un ) atauSn= 2 [ 2a+(n – 1 )b ]

Ditentukan deret aritmatika 1 + 4 + 7 + 10 + ....


Carilah:
a. Rumus suku ke-n
b. Rumus jumlah n suku pertama Jumlah 20 suku pertama
Penyelesaian:
a. Diketahui: a = 1, dan b = 3
Un = a + ( n - 1)b
= 1 + ( n - 1)3
= 3n – 1
b. Jumlah n suku pertama
Sn= n ( 1 + 3n - 2)
2
Sn= n (3n - 1)
2
Sn= 3n2 – n
2 2
c. Jumlah 20 suku pertama
Sn= 3n2 – n
2 2
Sn= 3(20)2 – 20
2 2
= 600 – 10
= 590
Jadi, 20 jumlah suku pertama adalah 590.
3. Barisan Geometri
Barisan geometri adalah barisan bilangan yang tiap sukunya diperoleh dari
suku sebelumnya dengan mengalikan atau membagi dengan suatu bilangan tetap.
Bilangan tetap itu yang disebut pembanding atau rasio yang dilambangkan dengan
huruf r.

Suatu barisan UI, U2, U3...... Un disebut barisan geometri, jika untuk tiap nilai
n bilangan asli berlaku U2 = U3 = U4......= Un = r

UI U2 U3 Un-1

Jika r > 1, artinya r< - 1 atau r> 1 maka barisan suku-suku geometri itu semakin
besar. Barisan tersebut dinamakan barisan geometri naik. Jika Jika r < 1
artinya -1 <r< 1, maka dinamakan barisan deometri turun.
Rumus Suku Ke-n Barisan Geometri

Un=arn-1
Contoh:
1. Tentukan suku pertama, rasio, dan suku kedelapan dari barisan geometri
berikut ini 2, 6, 18, 54, …

Jawab :
6
Suku pertama (a)= 2 dan rasio (r) = =3
2

Un = a.rn-1

U8 = 2.(3)8-1

= 2. (3)7

= 2.2.187

= 4.374

4. Deret Geometri
Adalah jumlah suku-suku dari barisan geometri. Secara umum ditulis
sebagai berikut :a + ar + ar2 + ar3 + … + arn-1

Rumus umum jumlah n suku pertama deret geometri :

a.(1  r n )
1. Sn  untuk r < 1
(1  r )

a(r n  1)
2. Sn  untuk r> 1
(r  1)

Contoh :

1. Tentukan jumlah 7 suku pertama dari deret 1 + 2 + 4 + 8 + ….

Jawab :
Diketahui: a = 1 dan r = 2

a(r n  1) 1(2 7  1) 1(128  1)


Sn   S7   S7  = 127
(r  1) (2  1) (2  1)
5. Aplikasi Barisan dan Deret Bilangan
a. Pertumbuhan
Pada barisan dan deret dapat digunakan untk memudahkan penyelesaian
perhitungan pertumbuhan pertumbuhan selalu bertambah dengan persentase
yang tetap dalam jangka waktu tertentu.
Secara umum,pertambahan nilai setelah t tahun:
Ht = H × (1+r)t
b. Peluruhan
Pada barisan dan deret juga dapat digunakan untuk memudahkan
penyelesaian perhitungan peluruhan. Peluruhan yang dimaksud adalah
peluruhan eksponensial, yaitu peluruhan menurut deret ukur (geometri).
Peluruhan selalu berkurang dengan suatu persentase yang tetap dalam
jangka waktu tertentu.
Secara umum, penyusutan nilai setelah t tahun:
Ht = H × (1-r)t
c. Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung atas jumlah pinjaman pokok
ditambah bunga yang diperoleh sebelumnya.
Nilai uang setelah t periode dirumuskan:
Mt = M × (1+r)t
d. Anuitas
Anuitas adalah suatu pembayaran atau penerimaan uang setiap jangka
waktu tertentu dalam jumlah sama atau tetap. Jumlah pembayaran anuitas
terdiri atas dua bagian yaitu: angsuran dan bunga.
Nilai anuitas dari suatu pinjaman M dengan suku bunga i% per periode
selama t periode dirumuskan dengan:
𝑀×𝑖
A = 1−(1+𝑖) −𝑡

Keterangan:
A = anuitas
M = pinjaman/modal
i = suku bunga
t = periode

Anda mungkin juga menyukai