Disusun Oleh :
ALJABAR MATRIX
I PENDAHULUAN
I.1 MATRIX
Bila kita mempunyai suatu sistem persamaan linier
2x +3y +2z = 0
x + y + 3z = 0
-x + 2y – z =0
maka koefisien dari persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
2 3 2
1 1 3
-1 2 -1
jajaran bilangan tersebut diatas disebut MATRIX, dan secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut :
1 0 0 0
0 1 0 0 = [I]
0 0 1 0
0 0 0 1
I. 3 OPERASI MATRIK
1. Kesamaan Matrik
Dua matrik [ A ] dan [ B ] dikatakan sama bila aij = bij
Maka [ A ] dan [ B ] harus mempunyai orde yang sama.
2. Penjumlahan Matrik
Bila [ A ] dan [ B ] punya orde yang sama, maka kedua matrik tersebut bisa
dijumlahkan menjadi matrik [ C ]
[C]= [A]+[B] ; cij = aij + bij
[A]= 1 2 3
4 5 6
[C]= 1+0 2+3 3+2 = 1 5 5
[B]= 0 3 2 4+1 5+2 6+3 5 7 9
1 2 3
Sifat – sifat penjumlahan matrik :
* [A] + [B] = [B] + [A] → Commutatif
* [A] + [B] + [C] = ([A] + [ B ] ) + [ C ] → Associatif
4. Perkalian Matrik
P i = 1, 2, ... , m
eij = ∑ aik . bkj : j = 1, 2, ... , n
k=i k = 1, 2, ... , p
Contoh :
[A]= 2 1 5 ; [B]= 3 4
1 3 2 -1 2
2 1
→ [B] = b11 . ( b22 . b33 – b23 . b32 ) – b12 . ( b21 . b33 – b23 . b31 ) +
Minor b13
[ A ]3x3 = 6 -2 -3 [ A ]-1 = 1 2 3
;
-1 1 0 1 3 3
-1 0 -1 1 2 4
[ A ] [ A ]-1 = 1 0 0
0 1 0 = [I]
0 0 1
Untuk mencari inverse suatu matrix dapat dipakai beberapa metode, antara lain :
metode adjoint, metode pemisahan, Gauss-Jordan, Cholesky, dsb.
Methode Gauss-Jordan.
Akan dicari inverse dari matrik [A]nxn
Langka – langkah :
1. Ambil matrik satuan [ I ]nxn
2. Dengan cara operasi baris, ubahlah matrik [A] menjadi matrik satuan
3. Proses 2 juga sekaligus dilakukan pada matrik [ I ], sehingga setelah proses
selesai matrik [ I ] telah berubah menjadi matrik [ A ]-1.
Contoh :
[A] = 1 3 3
1 4 3
1 3 4
1 3 3 1 0 0 1 3 3 1 0 0 1 3 3 1 0 0
1 4 3 0 1 0 0 1 0 -1 1 0 0 1 0 -1 1 0
1 3 4 0 0 1 1 3 4 0 0 1 0 0 1 -1 0 1
1 0 3 4 -3 0 1 0 0 7 -3 -3
0 1 0 -1 1 0 0 1 0 -1 1 0
0 0 1 -1 0 1 0 0 1 -1 0 1
[ A ]-1 = 7 -3 -3
-1 1 0
-1 0 1
I. 6 MATRIK ORTOGONAL
Suatu matrik bujur sangkar [A] disebut matrik ortogonal
Bila : [A]-1 = [A]T
[A] [A]T = [A] [A]-1 = [I]
Contoh :
[A] = cos e sin e
-sin e cos e
[ A ]T = cos e -sin e ; [ A ]-1 = cos e -sin e
sin e cos e sin e cos e
Contoh :
26 27 -63 9 0 0 4 3 -7
20 25 -39 = 5 2 0 0 5 -2
12 14 33 3 1 7 0 0 8
[A] = [L] [U]
Aplikasi pada solusi persamaan linier simultan :
[ A ] { X }= { B }
[L] [U]{X} = {B} [U]{X} = {Y}
[L] {Y} = {B} { X } = [ U ]-1 {Y}
{Y} = [ L ]-1 { B }
Dapat diperoleh tanpa inverse ! → { X } = [ U ]-1 ( [L]-1 {B} )
Dengan cara ini , {X} bisa diperoleh dengan cepat/mudah tanpa harus menghitung
inverse matrik [A]. (*menghemat memori dan running time komputer*).
Prinsip diatas dipakai pada :
- Metode Eliminasi Gauss
- Metode Cholesky
- Dengan cara “Operasi Baris” , buatlah matrik [A] menjadi “Upper Triangle
Singular”, ( suatu matrik bujur sangkar dimana semua elemen dibawah
diagonal utama sama dengan 0 ).
- Dengan cara eliminasi / “Back Subtitution”, bilangan – bilangan tak diketahui
dapat diperoleh.
Contoh :
4x + 3y + z = 13
x + 2y + 3z = 14
3x + 2y + 5z = 22
4 31 x 13
1 23 y = 14
3 25 z 22
1 3/4 1 13/4
0 1 3 43/5
0 0 5 72/5
z = 72/5 x 5/24 = 3
y = 43/5 - 11/5 x 3 = 2
x = 13/4 - ¾ x 2 - ¼ x 3 = 1
I. 9 PARTITIONING OF MATRICES
Suatu matrik bisa dipartisikan menjadi sub Matrik, dengan cara hanya
mengikutkan beberapa baris atau kolom dari matrik aslinya. Masing – masing
garis partisi harus memotong semua baris / kolom dari matrik aslinya.
Contoh :
[A] = a11 a12 a13 a14 a15 a16 A11 A12 A13
Dimana :
[ A11 ] = a11 : [ A12 ] = a12 a13 a14
a21 a22 a23 a24
[ A21 ] = { a31 } : [ A22 ] = [ a32 a33 a34 ]
Aturan – aturan yang dipakai untuk mengoperasikan matrik partisi persis sama
dengan mengoperasikan matrik biasa.
Contoh :
[A] = 5 3 1 : [B] = 1 5 = B1
4 6 2 2 4 B2
10 3 4 3x3 3 2 3x2
= A11 A12
= [ A12 ] [ B2 ] = 1 [ 3 2 ] = 3 2
2 6 4
= [ A21 ] [ B1 ] = [10 2] 1 5 = [ 16 62 ]
2 4
= [ A22 ] [ B2 ] = { 4 } [ 3 2 ] = [ 12 8 ]
[A] [B] = 14 39
22 48
28 70 3x3
atau sebaliknya,
Bila : ∂ = [A] {X} : Maka = ½ {X}T [A] {X}
∂ {X}
Contoh :
[A] = 1 2 3 ; {X} = x1
2 4 5 x2
3 5 6 x3
x1 + 2 x2 + 3 x3
= ½ [ x1 x2 x3 ] 2 x1 + 4 x2 + 5 x3
3 x1 + 5 x2 + 6 x3
2 2 2
= ½ ( x 1 + 4x 2 + 6x 3 + 4x1x2 + 6x1x3 + 10x2x3 )
Atau
∂ 1 2 3 x1
∂ x1
∂ = 2 4 5 x2 →∂ = [A]{X}
∂ x2 ∂ {X}
∂ 3 5 6 x3
∂ x3
T
b. Bila : ψ = {X} 1xn [ B ]nxm { Y }mx1
Contoh :
1 2 3 4 x1 y1
[ B ]3x4 = 5 6 7 8 ; { X }3x1 = x2 ; { Y }4x1 = y2
9 10 11 12 x3 y3
y4
1 2 3 4 y1
ψ = { X }T [ B ] { Y } = [ x1 x2 x3 ] 5 6 7 8 y2
9 10 11 12 y3
y4
∂ ψ = [B] {Y}
∂ {X}
II ANALISIS STRUKTUR DENGAN METODA MATRIX
Δx dx dΔx
A = luas tampang
L ΔL prismatis
E = mod elastis
σx (P/A) P
εx = ------ = ---------- = -------
E E EA
P
D(Δx) = εx . dx = ------ . dx
EA
P PL
L
ΔL = ∫ d(Δx) = ∫0 , ------ . dx = ------
EA EA
……… (prismatis member)
dθ M.y M.C1
σx = - ------- C1 σc = - --------
Iz G.N Iz
σx M.y M.C2
M εx = ------ = - ------- C2 σt = --------
y
s.n M E EIZ IZ
dx
εx . dx M
dθ = - --------- = ---- . dx
y Iz
M
L
θ = ∫ dθ = 0∫ , ------ . dx
E Iz
θ M
d∆ = (L-x) . dz = (L-x) ----- . dx
EIz
M
dθ ∆ L
∆ = ∫ d∆ = 0∫ , (L-x) ----- . dx
d∆ EIz
2
M.L
= ---------
x dx 2EIz
II.2.3 TORSIONAL DEFORMATION ( TAMPANG LINGKARAN ).
y
τ
T
T x R
γ
T dØ
z T
Ø
x dx
dx
L
τ T.r γ max T
γ = ---- = -------- dØ = -------- . dx = ------ . dx
G G.J R G.J
τ max T.R T T.L
L
γ max = ------- = ------ Ø = ∫ d Ø = 0∫ , ------ . dx = ------
G G.J G.J G.J
II.2.4 SHEARING DEFORMATION.
y
P v τ
x
dλ
∆ v
x dx
dx b
L
RA RB (reaction)
a b Δ
L (displacement)
(translation)
Mx
BMD
+
P.a.b
------
L
External action
Vx ACTION
SFD
RA + Internal action
- RB (flexural ;
DEFORMATION axial ;
shearing ;
torsion)
Translation
DISPLACEMENTS
rotation
x P M
Mx Mx
RA RB Ø
Vx Vx Δ
Δx
θ
“displacements”
uD
RAH
A B
RB
RAV uB
uC uD
DISPLACEMENTS :
θC θD
RAH MB RBV
MA B
A
RAV RBV
DISPLACEMENTS :
y
- translasi vertical (v)
A - translasi horizontal (u,w)
- rotasi (θ,Ø)
Z B
P VB
x
C ØB
ØB
Kondisi balok yang prismatis, hubungan antara “action” atau “deformation”
( yang dalam hal ini dinyatakan sebagai “displacement” )untuk berbagai macam
pembebanan diberikan sbb :
II.4 METODA-METODA YANG DIPAKAI. :
1). Integrasi persamaan balok
2). Moment area methode
3). Unit load methode
Dengan cara usaha virtual ( Integrasi pers. Diferensial ) :
L
M .m
∆ = dx
0
E .I
Mm = PX2
M = - PX
M = -1X
L L
M .m PX 2 P.L3
∆B= dx = =
0
E .I EI 0 3.EI
L
M .m
θ = dx
0
E . I
L
Px
M = - PX θ = E.I dx
0
M = -1
L
PX 2 P.L2
θ = =
2 E.I 0 2 E.I
P.L2
θB =
2 E.I
Adapun keterangan gambar seperti dibawah :
P
3
P .L
3 EI P.L2
` ; B
2 E.I
B P
P.L
AE
M .L
M ; B
M .L
2 E .I
2 EI
θB
q ;
4 q . L3
q .L B
8 EI 6 E .I
θB
P
P .L3
1
θA ∆ θB 2
L 48 E . I
A B
P .L 2
A B
L 16 E . I
q 5 q .L 4
1
2
L 384 E . I
∆ q .L3
A θA θB A B
24 E . I
M .L 2
M 1
L
2
16 E . I
θA ΘB M .L
A
1 6 E.I
L
2 M .L
B
3 E .I
P
P .a 2 b 2
D C D
3 E .I .L
∆D ∆C
A
θA θB
B A
B
a b
L
12 EI . 12 EI .
L3 L3
6 EI .
6 EI .
L2
L2
L
6 EI . 6 EI .
L2 L2
2 EI . 4 EI .
L L
Y G.J
G.J
L
L
X
P .b 2 P .a 2
3 a b P a 3b
L3 L3
∆
2 P . a 3 .b 3 P . a 2 .b
P . a .b
3 EI . L 3 L2
L2
a b
L
q.L q.L
2 q 2
∆
q .L 4
384 EI
q .L2 q .L2
(Pada ½ L)
12 12
Note :
Pada rumus – rumus di atas, terdapat 2 anggapan dasar yang dipakai, yaitu :
1. material berprilaku Linier-Elastis :
( Sehingga berlaku hukum HOOKE ) → Prinsip – prinsip Superposisi
2. “Displcement” yang terjadi relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan
dimensi strukturnya.
( Sehingga pers. Kesetimbangan dapat didasarkan pada Geometri
struktur sebelum terdeformasi ).
( Sehingga pengaruh interaksi antara aksial dan lentur, bisa diabaikan ).
Salah satu tujuan dari analisis struktur adalah mengetahui berbagai macam
“reaction” yang timbul pada dukungan dan “Internal Stress Resultants” (
momen lentur, gaya lintang, gaya normal dan torsi ) yang terjadi di setiap titik
pada struktur tersebut, akibat “applied force” .
Solusi yang benar dari reaksi dukungan dan “Internal Stress Resultants” tersebut
haruslah memenuhi kondisi – kondisi kesetimbangan statis ( “Static
Equilibrium” ), baik pada :
o Struktur secara keseluruhan, amupun pada
o Setiap bagian dari struktur ( yang diambil sebagai “Free Body” )
Secara umum, kondisi kesetimbangan statis tersebut dapat dinyatakan sebagai :
∑ FX = 0 ; ∑ FY = 0 ; ∑ FZ = 0
∑ MX = 0 ; ∑ MY = 0 ; ∑ MZ = 0
dan persamaan tersebut akan memberikan hubungan antara :
Ilustrasi :
Applied Force
x P
P .b P .a
L a b L
L
Mx P . a .b
L
P .b Vx
P .a
L
L
Internal Actions
x
P .b
Mx .X
L
P .b
Vx
P .b L
L
Terpenuhi
∑ FY = 0
∑M =0 ( “Equilibrium” )
A B C
P P
MA MA MB
θB
RB
RA RB RA
(a) (b)
- Bila gaya merupakan bilangan utama yang tak diketahui dalam analisa,
maka harus diperhitungkan : “static indeterminancy” dalam hal ini struktur
dibuat menjadi statis tertentu ( agar bisa diselesaikan hanya dengan persamaan
kesetimbangan) kemudian banyaknya gaya-gaya kelebihan (“redundants”) nya
merupakan derajat ketidak tentuan statisnya!
Contoh :
Gambar (a) derajat ketidak tentuan statis = 1
Gambar (b) derajat ketidak tentuan statis = 2
- Bila “ Displacements” merupakan bilangan utama yang tidak diketahui
dalam analisis, maka yang harus diperhatikan adalah : “Kinematic
indeterminancy”
- Dalam hal ini banyaknya “displacement” (translasi atau rotasi ) diujung-
ujung batang yang belum diketahui besarnya , merupakan derajat ketidak
tentuan kinematisnya.
Contoh :
Gambar (a) Derajat ketidak tentuan Kinematis
Gambar (b) Derajat ketidak tentuan Kinematis ( Kinematically
Determinate”)
P1
MA MB
RA = RA1 + RA2
A B RB = RB1 + RB2
θA
D MB = MB1 + MB2
RB
RA
P1
MB1
D = D1 + D2
θA1 θA = θA1 + θA2
D1
RB1
RA1
MA MB2
θA2
D2
RB2
RA2
Prinsip ini juga berlaku untuk
hitungan “ interen stress resultants”
A A
( A, E, L )
D D
D = F . A …………(1) A = S . D …………(2)
F = “ Flexibility “ S = “ Stiffness “
( “ displacement” yang ( “ aksi yang diperlukan
dihasilkan oleh “unit untuk menghasilkan “unit
action”) displacement”)
panjang L gaya AE
Satuan : ( ) Satuan : ( )
gaya AE panjang L
Flexibility Stiffness
(F) (S)
E E
P EF
P L E P( )
E ( )F F L L
F L EF
F
D S
Stiffness
(S) 1
A1 A2
A3
D2
D3
D1
F21 F31
F11
F22 F32
F12
1
F23 F33
F13
A1 A2
A3
D2
D3
D1
S11 S21
S31
F31
F11
S22
S32
1
F22 F32
S12
S33
1
S23
S13
FLEXIBILITY STIFFNESS
Contoh :
A1
A2
D2 D1
S S12
atau memberikan matrix kekakuan 11 bila dinyatakan dalam :
S 21 S 22
Flexiblity Stifness
1 6 EI
S21
E, I, L L
E, I, L 1
L2
L3
F21 F11
2 EI 3 EI
12 EI
S11
L3
1
4 EI
L L2 1 S22
F22 F12 L
EI 2 EI
6 EI
S12
L
L3 L2 12 EI 6 EI
D1 A1 A2 A1 3
D1 2 D 2
3EI 2 EI L L
L2 L 6 EI 4 EI
D2 A1 A2 A2 2 D1 D2
2 EI EI L L
L3 L2 12 EI 6 EI
A
D1 3EI 2 EI A1 1 3
2 EI D1
2 6LEI 4 EI D 2
D 2 L L A2 A2
L2 L
2 EI EI
D F A A S D
L3 L2 12 EI 6 EI
L3
F S 3EI2 2 EI 2 EI
6 EI 4 EI
L L 2
2 EI EI L L
4 3 2 L 2 L 1 0
6 6
3 4 0 1
L L
Pada metode matriks penaruh beban luar yang tidak bekerja pada titik
nodal (joint) yang lazim dikenal sebagai beban batang (member load) di
ekivalensikan dengan beban pada titik nodal yang mempunyai penaruh sama
seperti beban aslinya.
Konsep tersebut dikenal sebagai “equivalent joint load” dan dijelaskan
sebagai berikut :
W M1 P1 P2
A B C
L L/2 L/2
a. Joint load
M1 P2
A B C
b. Member load
0 0 0
D O F struktur
0 1 2
Mba-Mbc-M1 Mcb
A B C
II. 11 FORMULASI ANALISIS STRUKTUR DENGAN METODA
MATRIK
KONSEP DASAR
Secara umum analsis struktur didasarkan atas 3 hal :
1. Menetukan hubunan antara “actioan” dan “deformation” (constitutive
laws)
2. Pertimbanan kinematik dari struktur yan berdeformasi (compability)
3. Kesetmbanan antara “appled force” dan internal action” (equilibrium).
Dikenal 2 cara :
1. Metoda kekakuan ( stifness methoda atau displacement method )
Displacement merupakan bilangan yang tidak diketahui dan dicari lebih
dahulu.
Tegangan /gaya dapat diperoleh dari “displacement”.
2. Metoda flexibilitas (“Flexiblity method” / ”force method”).
Gaya merupakan bilangan utama yang tidak diketahui dan dicari lebih
dahulu.
Displacement dapat diperoleh dari gaya yang di ketahui dari Gaya yang
telah stesebelumnya.
Perbandingan kedua konsep atau metoda tersebut (contoh sederhana).
q
E, I, L
Metode kekakuan Metode flexibilitas
Struktur dasar
Langkah
Q= - qL2/12EI
1.
D’
D’ = qL4/8EI
Q’
KD
K=4EI/L
2. D FQ’
F= L3/3EI
4.
Q’
II. 12 DIRECT STIFNESS METHOD
Salah satu metode matrik (kekakuan) yang amat cocok untuk program
computer karena : manipulasi matematiknya yang sangat sistematik.
Prosedur analitiknya dapat diringkas sebagai berikut :
1. Semua kekakuan element di evaluasi sesuai dengan hubungan antara
“action” dan “deformation” (koordinat local).
2. Matrik kekakuan element di transformasikan ke koordinat global.
3. Matrik kekakuan elemen-elemen ( dalam koordinat global) digabung
(dengan mempertimbangkan kompatibilitas menjadi matrik kekakuan
seluruh struktur.
4. Berdasarkan pembebanan yang ada di susun vector gaya.
5. Kondisi batas pada dukungan-dukungan diperhitungkan dan dilakukan
“static condensation” untuk memperoleh stiffness matrix struktur
tereduksi.
6. Matrix kekakuan yang tereduksi tersebut memberikan persamaan
kesetimbangan struktur, yang solusinya akan menghasilkan
“displecement” setiap titik nodal. Kemudian gaya-gaya reaksi dapat
diperoleh.
7. Gaya-gaya dalam dan tekanan dapat di hitung untuk setiap elemen.
UMUM.
Disini akan dibahas perilaku struktur terhadap beban yang bekerja, dimana
pengaruh waktu sama sekali tidak akan ditinjau. Hal ini tidak berarti bahwa
perilaku struktur tersebut tidak berubah pada waktu.
Pada kenyataannya bahwa hamper setiap struktur selalu dipengarui oleh
parameter waktu misalnya turunnya pondasi, gejala susut, gejala rangkak, gejala
relaksasi dan sebagainya. Ini semua merupakan gejala-gejala yang merupakan
fungsi waktu. Apapun pengaruhnya struktur selalu dapat dianalisa dengan statika.
Pemecahan statika dengan menggunakan komputer adalah pemecaha yang bersifat
angka-angka (numeric). Perumusan angka-angka ini akan sangat mudah jika
disusun dalam baris dan kolom, hal ini dikenal dengan nama matrik.
Apabila seluruh perhitungan statika dilakukan dengan susunan matrik,
maka hal ini disebut dengan Analisa Statika menggunakan metoda matrik. Untuk
dapat memahami metoda kekakuan langsung, akan lebih mudah jika kita mengerti
lebih dulu seluk beluk dari metoda kekakuan.
METODA KEKAKUAN
Metoda matrik adalah suatu keluarga dimana metoda flexibilitas dan
metoda kekakuan adalah anggotanya.
Metoda flexibilitas sering juga disebut Force Method karena dalam
persamaan matriknya melibatkan gaya-gaya sebagai bilangan yang tidak
diketahui. Sedangkan metoda kekakuan disebut juga Displacement Method karena
dalam persamaan matriknya melibatkan displacement (perpindahan) sebagai
bilangan yang tidak diketahui.
Dalam perkembangannya hingga saat ini,metode kekakuan lebih disukai
daripada saudaranya.
Hal ini disebabkan karena lebih mudah dan lebih praktis dalam
merumuskannya sehubungan dengan alat yang dipakai (komputer), selain
kepraktisannya akan dinyatakan 2 hasil yang sangat diperlukan bagi perencana
yaitu perpindahan (dapat putaran sudut atau simpangan) dan gaya dalam (M,N
dan D)
Dibandingkan dengan metode lainnya yaitu metode konvensional yang
dikomputerisasikan (seperti Cross, Slope Deplection, Kani Takabeya dan lain-
lain)
Nampaknya metode kekakuan adalah metode yang memerlukan usaha
minimum dan memberikan hasil yang sangat memuaskan namun demikian masih
mempunyai keterbatasan dalam penggunaannya. Pengembangan lebih lanjut dari
metode ini dapat membawa kita ke Finite Element Method, suatu metode yang
sangat ampus yang sangat ampuh untuk penyelesaian analisa tegangan dimana
metode matematis analisa sudah tidak mampu menjangkaunya.
Dari uraian dimuka bahwa hubungan antara displacement X dengan gaya
luar P akan merupakan hubungan tetap (selama konstruksi masih bersifat elastis )
yaitu P = K.X.
Karena Displacement merupakan perubahan bentuk luar dari konstruksi,
dan gaya-gaya juga merupakan gaya-gaya luar., maka kekakuan konstriksi (K)
akan merupakan kekakuan luar (External Stiffness). Oleh sebab itu matrik
kekakuan luar dari konstruksi akan merupakan matrik pokok yang harus
ditentukan. Untuk menentukan matrik kekakuan luar ini dapat dipakai dua cara
yaitu :
a. Cara tidak langsung
b. Cara langsung.
Ad. a. Cara Tidak Langsung
(ASAT)-1
P X P = (ASAT).X
P = K.X
B = AT Sehingga K = ASAT
A
SAT
F ℮
Ad . b. Cara Langsung
Adalah dalam menentukan K disini dilakukan secara langsung yaitu dengan
mentranformasikan kekakuan elemen kedalam bentuk struktur.
Derajat Bebas adalah suatu simbol untuk mengatakan bagaimana sifat kebebasan
dari suatu hal yang ditinjau.
Balok Sederhana
A 1
1
C 2
B B
I-a A
I-b
- Rotasi ( 3 & 6 )
A D
Disebut struktur berderajat bebas
enam
Titik Nodal adalah setiap titik yang ditinjau perilakunya akibat beban luar yang
bekerja pada struktur.
Kekakuan adalah gaya-gaya yang timbul pada tiap derajat bebas akibat adanya
sebuah derajat bebas yang disimpangkan satu satuan dan derajat bebas yang lain
dalam struktur itu diletakkan pada posisi semula.
5 1 1
5
4 2
2 4
6 3 3
6
1 satuan
II - a II - b
Gambar II
Untuk satu kali penyimpangan akan timbul enam buah gaya, jadi untuk enam kali
penyimpangan akan timbul 6 x 6 buah gaya. Susunan gaya-gaya tersebut dalam
bentuk matrik disebut matrik kekakuan struktur. Pada gambar II akan terdapat
matrik kekakuan struktur 6 x 6.
Secara umum kekakuan ke ij adalah gaya yang timbul pada derajat bebas i akibat
satu satuan simpangan pada derajat j saja.
Lihat Gambar II – b,
Dikerjakan satu satuan simpangan ditik 2, maka timbul gaya K12, K22, K32, K42,
K52, K62
Jika dalam struktur terdapat n derajat bebas, maka ukuran matrik kekakuan
struktur tersebut adalah n x n.
Asumsi
- Bidang rata tetap rata selama terjadinya deformasi, disini dimaksudkan
deformasinya cukup kecil dan dimensi tingginya tidak terlalu besar
dibandingkan dengan dimensi panjangnya.
- Deformasi Struktur yang kecil
Apabila deformasi yang terjadi besar maka akan terjadi distribusi tegangan
akibat gaya luar.
P Timbul gaya tarik
A B
Deformasi besar
Akibat timbulnya gaya tarik hal ini akan merubah distribusi tegangan
akibat P. Timbulnya gaya tarik tersebut disebut gejala “second order”
- Hubungan diagram Tegangan – Regangan yang linier elastis.
ε ε
Linier elastis Non-Linier
Hukum Superposisi Tidak berlaku Hukum Superposisi
TEORI METODA KEKAKUAN LANGSUNG
E, A, I
4
3 1
6
L
Kekakuan batang prismatis yang kedua ujungnya terjepit
Pengaruh Deformasi Axial
AE
k11 = + X1
k11 k14 L
X1 = satu satuan AE
k41 = - X1
L
P
A
p AE AE
E. E P p
a L L L
dimana = x = 1 satuan sehingga k11=P
L
AE
k14 k44 k11 X4
L
AE
X4 = satu satuan K 44 X4
L
AE
X4 = 1 satuan k14
L
AE
K 44
L
Vb 2EI
Ma = ------ (2θa + θb – 3ψab)
L
Va θb 2EI
M Mb = ------ (2θb + θa – 3ψab)
θa b Yb L …(1)
Dimana :
Ya M Yb - Ya
a ψab = ------------ …(2)
L
A B
Agar terpenuhi syarat
keseimbangan, maka :
Ma + Mb
Va = -------------
L
Vb = - Va ….(3)
Substitusikan persamaan (4) ke persamaan (3)
2EI 3Yb – 3Ya
Ma = ------- (2θa + θb - ---------------)
L L
2EI
= ------- (2θa . L + θb . L - 3Yb + 3Ya)
L2
EI
= ----- (4θa . L + 2θb . L - 6Yb + 6Ya)
L2
2EI 3Yb – 3Ya
Mb = ------- (2θb + θa - ---------------)
L L
2EI
= ------- (2θb . L + θa . L - 3Yb + 3Ya)
L2
EI
= ----- (4θb . L + 2θa . L - 6Yb + 6Ya)
L2 ….(4)
Jadi kesimpulannya
EI
Va = ----- (12Ya + 6Lθa - 12Yb + 6Lθb)
L3
12EI 6EI 12EI 6EI
Va = ------ Ya + ----- θa - ------- Yb + ----- θb
L3 L2 L3 L2
12EI 6EI 12EI 6EI
Vb = - ------ Ya - ----- θa + ------- Yb - ----- θb
L3 L2 L3 L2 …(6)
6EI 4EI 6EI 2EI
Ma = ----- Ya + ----- θa - ------ Yb + ----- θb
L2 L L2 L
6EI 2EI 6EI 4EI
Mb = ----- Ya + ----- θa - ------ Yb + ----- θb
L2 L L2 L
Dimana : Ya = X2 Yb = X5
θa = X3 θb = X6
x Ya θa Yb θb
kij
12EI 6EI 12EI 6EI
Va ------ ------ - ------ ------
L3 L2 L3 L2
6EI 4EI 6EI 2EI
K batang = Ma ------ ------ - ------ ------
L2 L L2 L
12EI 6EI 12EI 6EI
Vb - ------ - ------ ------ - ------
L3 L2 L3 L2
6EI 2EI 6EI 4EI
Mb ------ ------ - ------ ------
L2 L L2 L
ΔH
A
B
E, A, L
θ
12 EI
k55 k25 X5
k35 L2
12 EI
k55 3 X 5
L
X5 6 EI
k35 2 X 5
k25 L
k65 6 EI
k65 X5
L
Deformasi Geser
2 5
Pada titik 1 diberi perpindahan x2 .
1 4
Berapakah gaya di titik nodal 1 (Q2)x2 dan
A, E, L ( M3)x2
6
3
Dan gaya dititik nodal 2 (Q5)x2 dan (M6)x2
yang diperlukan untuk menimbulkan
perpindahan x2 tersebut ?
(M3)x2
(M6)x2
x2
(Q2)x2
(Q5)x2
Jawab : Statis tak tertentu diatas dianggap sebagai superposisi dari 2 keadaan
dibawah ini
θQ
+
= θ
ΔQ
γ
Q ΔM
M
Keadaan 1 θM Δ = ΔQ + ΔM
Keadaan 2 θ = θQ + θM
1
x M
1 L
M .I
M= M M dx
R
EI
M mx = 1
ML
θM 1 EI
Q M ……………………(1)
Q M …………………… ..(2)
QL2 ML2
(1) → →karena berlawanan arah
2 EI 2 EI
QL2 M .L
(2)→ karena dalam keadaan tetap maka
2 EI EI
=0
QL2 ML QL
sehingga 0 M .................3
2 EI EI 2 EI
QL QL L2
persamaan (3)→(1)→ .
2 EI 2 2 EI
QL3 QL3
3EI 4 EI
QL3 12 EI
Q 3 .........................4
12 EI L
12 EI
dimana : x2 k22 X2
L3
Q k22
12 EI L 6 EI 6 EI
persamaan (4) →(3)→ M . 2 k22 Y2
L3 2 L L2
dimana M= k32
DEFORMASI LENTUR
(M3)X3
(M6)X3 MX = Q.X
X3
mx = 1.x
(Q2)X3
(Q5)X3
L
(I) 1 x Q. X . X QL3
1 Q 0 EI dx Q
3EI
ΔQ
Q Q
Mx = Q.x
1 θQ Mx = 1
1
L
Q Q.x.1 QL3
Q Q dx Q .....................1
0
EI 2EI
(II)
M L 2
MX = - M M .X .dx ML
ΔM mx = x.x M 0 EI m
2EL
M 1 1
θM M 1
Mx = M L
M1 ML
mx = 1 M dx M
0 EI EI
M
1
QL2 ML
Jadi Q M .............................4
2 EI EI
QL2 ML2 QL2 ML2
Q M
3EI 2 EI 3EI 2 EI
2
M QL................................3
3
(3) (4)
QL2 2 L
θ = - ------ + --- Q . L . ----
2EI 3 EI
QL2 2 QL2
= - ------ + ---------
2EI 3EI
2
QL 6EI
θ = --------- Q = ------ θ ……(4)
6EI L2
Dimana :
Q = k23
θ = X3
maka :
6EI
k23 = ------- x
L2
Gambar (b)
Lihat gambar (b)
Na Nb
AE
Na = - ------- d2 …(2)
L
d2
AE AE
Nb = - ------- d1 + ------- d2 … (3)
L L
Persamaan (3) dapat dirubah menjadi bentuk matrik sebagai berikut :
AE AE
Na + ------- d1 - ------- d2 d1
= L L
AE AE
Nb - ------- d1 + ------- d2 d2 ….(4)
L L
Atau
N = k d … (5)
dimana :
Contoh
Diketahui :
2.
A3E3 Konstruksi seperti pada
P1 P3
A1E1 L3 A2E2 gambar disamping.
L1 L2 (1), (2) & (3) titik buhul
P2
1 3 P1, P2 & P3 gaya luar
2
d1, d2 & d3 deformasi titik
d1 d2 d3 buhul (1) & (3)
Solusi
Simpangan d1 Diminta :
A2E3
P3 Disusun persamaannya
P1 L3
dalam bentuk matrik
d1 A1E1
P1 L1 P2
d1
A1E1 A3E3
P1 = + -------- d1 + -------- d1
L1 L3
A1E1
P2 = - -------- d1
L1
A3E3
P3 = - -------- d1 … (a)
L3
Simpangan d2
A1E1
P1 L1 P2
d2
A2E2
P2 P3
L2
d2
A1E1
P1 = - -------- d2
L1
A1E1 A2E2
P2 = + -------- d2 + -------- d2
L1 L2
A2E2
P3 = - -------- d2 …(b)
L2
Simpangan d3
A3E3
P1 L3 P3
d3
A2E2
P2 P3
L2
d3
A3E3
P1 = - -------- d3
L3
A2E2
P2 = - -------- d3
L2
A2E2 A3E3
P3 = + -------- d3 + -------- d3 …(c)
L2 L3
Jika :
A1E1 A2E2 A3E3
k1 = -------- ; k2 = --------- ; k3 = --------- …(e)
L1 L2 L3
Atau
P1 k1 + k3 -k1 -k3 d1
P2 = -k1 k1 + k2 -k2 d2
d2
P1 k1 + k3 -k1 -k3 0
P2 = -k1 k1 + k2 -k2 d2
Karena d1 = 0, maka bagian yang diarsir pada persamaan (h) dapat dihilangkan
sehingga persamaan menjadi
P2 k1 + k2 -k2 d2
=
P3 -k2 k2 + k3 d3 …(i)
Contoh 3
A3E3L3
Diminta
A1E1L1 A2E2L2 Susun matrik kekakuan
3
1 1 2
struktur
2 3
Solusi
1,2 & 3 d o f struktur sehingga
matriks kekakuan struktur
3x3
Batang 1
Matriks kekakuan elemen (lokal) matriks kekakuan struktur
(global)
1 2
1 2 1 2 3
A1E1 A1E1 A1E1 A1E1
+ ------- - ------- 1 + -------- - ------- 0
1
k1 = L1 L1 k1 = L1 L1
A1E1 A1E1 A1E1 A1E1
- --------- + ------- 2 - -------- + ------- 0
2
L1 L1 L1 L1
0 0 0 3
Batang 2
2 3
Matrik kekakuan elemen (lokal) matriks kekakuan struktur
(global)
2 3 1 2 3
A2E2 A2E2
+ ------- - ------- 2 0 0 0 1
k2 = L2 L2 k2 = A2E2
A2E2
A2E2 A2E2 0 + ------- - ------- 2
- --------- + ------- 3 L2 L2
L2 L2 A2E2 A2E2
0 - -------- + ------- 3
L2 L2
Batang 3
1 3
Matrik kekakuan struktur (lokal) matrik kekakuan struktur
(global)
1 3 1 2 3
A3E3 A3E3 A3E3
A3E3
+ ------- - ------- 1 + -------- 0 - -
------- 1
k3 = L3 L3 k3 = L3
L3
A3E3 A3E3 0 0 0 2
- --------- + ------- 3
L3 L3 A3E3 A3E3
- -------- 0 + ------- 3
L3 L3
Kekakuan struktur
K = k1 + k2 + k3
1 2 3 1 2 3 1 2
3
A1E1 A1E1
A3E3 A3E3
+ -------- - ------ 0 1 0 0 0 1 + ------ 0 - ------
1
L1 L1 A2E2 A2E2 L3
L3
= A1E1 A1E1 + 0 + ------- - ------- 2 + 0 0 0 2
- -------- + ------- 0 2 L2 L2
L1 L1 A2E2 A2E2 A3E3
A3E3
0 0 0 3 0 - -------- + ------- 3 - ------- 0 + --
---- 3
L2 L2
L3 L3
Jika :
A1E1 A2E2 A3E3
k1 = -------- ; k2 = --------- ; k3 = ---------
L1 L2 L3
k1 + k3 -k1 -k3
K = -k1 k1 + k2 -k2
-k3 -k2 k2 + k3
Batang 1
Matrik kekakuan elemen matrik kekakuan struktur (global)
0 1 1 2
k1 -k1 0 k1 0 1
k1 = k1 =
-k1 k1 1 0 0 2
Batang 2
Matrik kekakuan elemen matrik kekakuan struktur (global)
1 2 1 2
k2 -k2 1 k2 -k2 1
k2 = k2 =
-k2 k2 2 -k2 k2 2
Batang 3
Matrik kekakuan elemen matrik kekakuan struktur (global)
0 2 1 2
k3 -k3 0 0 0 1
k3 = k3 =
-k3 k3 2 0 k3 2
k1 + k2 -k2
=
-k2 k2 + k3
BAB III
TRANFORMASI MATRIKS KEKAKUAN BATANG
Suatu struktur, tidak harus dibatasi oleh batang yang horizontal saja. Ia dapat saja
dibentuk oleh batang yang miring dan vertikal.
Untuk mendapatkan matriks kekuan batang yang miring dan vertikal, salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah dengan menstranformasikan matrik kekakuan batang
horisontal ke arah yang diinginkan.
Tinjau gambar dibawah ini :
sumbu 1 // sb batang
sumbu 2 sb batang
sumbu 1 & 2 disebut sumbu lokal
sumbu x berarah horisontal
sumbu y berarah vertikal
sumbu x 2 y disebut sumbu global
Perjanjian sudut adalah sedemikian rupa, sehingga kalau ia ditunjukkan oleh panah
yang dibuat mulai sumbu horizontal (tanda tidak perlu diperhatikan) ke sumbu batang
dan belawanan arah dengan putaran jarum jam adalah positip, sebaliknya adalah
negatif
Hubungan antara sumbu lokal dengan sumbu global
d1 = d11 d 11
1
= D1 cos + D2 sin
d 211 d 21
sin = d 21 D1 sin
D1
d 211
cos = d 211 D2 cos
D2
d 21
d2 = d 21 d 11
2
= - D1 sin + D2 cos
d3 = D3
Analog untuk tk B
D4 = D4 cos + D5 sin
D5 = - D4 sin + D5 cos
D6 = D6
Atau dapat ditulis
d 1 cos sin 0 0 0 0 D1
d D
2 sin cos 0 0 0 0 2
d 3 0 0 1 0 0 0 D3
d 4 0 0 0 cos sin 0 D4
d 5 0 0 0 - sin cos 0 D5
d 6 0 0 0 0 0 1 D6
Ini disebut Hubungan Displacement lokal dengan Global
Analog Hubungan Gaya Lokal dengan Global
f 1 cos sin 0 0 0 0 F1
f F
2 sin cos 0 0 0 0 2
f 3 0 0 1 0 0 0 F3
f4 0 0 0 cos sin 0 F4
f5 0 0 0 - sin cos 0 F5
f 6 0 0 0 0 0 1 F6
Atau dalam bentuk yang lebih praktis
d i TR Di dan f i TR Fi
dimana :
{ di } = matriks displacement dalam sumbu lokal
{ fi } = matriks gaya modal dalam sumbu lokal
[ TR ] = matriks transformasi
{ Di } = matriks displacement dalam sumbu global
{ Fi } = matriks gaya modal dalam sumbu global
Matriks transformasi ( [TR] ) merupakan fungsi geometri barang dan bersifat
orthogonal. Dari matematika telah diketahui, jika suatu matrik bersifat orthogonal
maka harga inversnya = harga transposenya jadi [TR]-1 = [TR]T
Seperti telah dijelaskan di depan, bahwa gaya yang timbul pada suatu batang dengan
kekakuan batang itu dikalikan dengan diformasi yang timbul pada batang tersebut,
atau dapat ditulis
{ fi } = [ k ] { di }
dari { fi } = [ TR ] { Fi }
Dimasukkan dalam persamaan dasar
dan { di } = [ TR ] { Di }
Cara menghitung matriks transformasi
Sehingga [TR] {Fi} = [ k ] [ TR ]
{Fi} = [ TR ]-1[ k ][ TR ]{ Di }
atau { Fi } = [ K ] { Di }
dimana
[ K ] = [ TR]-1[ k ] [ TR ]
[ K ] = matriks kekakuan global dari batang
[ TR] = matriks transformasi sebagai fungsi dari geometri batang saja
[ k ] = matriks kekakuan lokal dari batang
Kita baru membahas masalah batang saja. Hal ini tidak ada gunanya kalau kita tidak
membahas struktur yang menjadi permasalahannya.
Andaikata derajat bebas yang dicari harganya diberi nama { Da } dan derajat bebas
yang telah ditetapkan harganya diberi nama { Dd } (umumnya derajat bebas pada
tumpuan), maka persamaan matrik struktur yang semula adalah :
{ F } = [ K ] { D } …….. (1)
Berubah menjadi
Fa Kaa Kad Da
…….. (2)
Fd Kda Kdd Dd
Jika harga derajat bebas Dd = 0, maka derajat bebas yang dicari
{ Fa } = [ Kaa ] { Da } …… (3)
Hal ini perlu dijelaskan sehubungan dengan rencana penawaran derajat bebas dari
struktur tersebut.
Jadi untuk tumpuan, derajat bebasnya dapat dinomori berapa saja, dalam matriks
kekuan [ Kaa ] tidak boleh ada unsur darajat bebas tumpuan.
Dengan alasan ini, maka derajat bebas tumpuan, diberi nomor yang paling besar dan
semua derajat bebas tumpuan bernomor sama.
Hal ini tidak mengapa, asalkan matriks kekakuan struktur [ Ka ] dalam persamaan (2)
tidak terganggu.
Sedang penomoran derajat bebas yang lain dalam struktur tersebut dapat dilakukan
secara sembarang.
Seperti halnya penomoran derajat bebas { Da } dalam struktur, maka penomoran
batang juga daapt dilakukan secara sembarang.
Setelah semua penomoran selesai dilakukan, sekarang mencari matriks kekakuan
strukturnya.
Tinjau batang 1
a) Lokal b) Global
Dimana :
[ K’ ] adalah matrix kekakuan lokal dari batang 1)
Karena = ’ = 0 maka matrix transformasi [ TR ] = 1
Sedangkan matrik kekakuan global dapat dicari dengan
rumus [ K ] = [ TR ] [ K’ ] [ TR ]T
Jadi matrik kekakuan global batang 1 adalah
a) lokal b) global
Matrik kekuan lokal
a) Lokal b) global
Matriks kekakuan lokal
k11 k12 ... k16
k k 22 k 23 k 26
21
k 31 ...
k 3 lokal
k 41
k 51
k 61 k 62 ... k 66
Dimana : [ K3 ] = matriks kekakuan lokal dari batang
3
Matrik transformasi dari batang dicari dengan = sehingga matriks kekauan
global dapat dihitung dengan
[ K3 ] = [ TR ] [ k3 ] [ TR ] T
dengan demikian diperoleh matriks kekakuan global batang sebagai berikut :
k 77 k 77 k 77 k 72 k 73 k 76
k k 77 k 77 k 72 k 73 k 76
77
k 77 k 77 k 77 k 72 k 73 k 76
K 3
global
k 27 k 27 k 27 k 22 k 23 k 28
k 37 k 37 k 37 k 32 k 33 k 36
k 67 k 67 k 67 k 62 k 63 k 66
n
K12 = K 12
…
n
Kij = K ij
Dimana =
Kij = elemen dari matriks kekakuan struktur
K ijn = elemen dari matriks kekakuan global
n = nomor batang
Sehingga matriks kekakuan struktur [ Kaa ] untuk struktur dapat ditulis
k11 k12 k13 k14 k15 k16
k k 22 k 23 k 24 k 25 k 26
21
k 31 k 32 k 33 k 34 k 35 k 36
Kaa struktur
k 41 k 42 k 43 k 44 k 45 k 46
k 51 k 52 k 53 k 54 k 55 k 56
k 61 k 62 k 63 k 64 k 65 k 66
P2
3 5
4
P1
2
1 6
n n T
n T
Qi s Qi 0
TR Qij
m m
m0
dimana
[ Qi ] = beban ekivalen di tk buhul (diskrit)
[ Qi0] = beban luar yang memang bekerja pada tk buhul
[ Qij ]s = [ Qij ] yang sesuai dengan sistem koordinat struktur
[ Qij ]m= [ Qij ] yang sesuai dengan sistem koordinat lokal
[ TR ]s = matriks transformasi elemen – m
n = jumlah elemen yang bertemu di tk i
khusus untuk contoh diatas
Q2 = 0 + [ TR1 ]T [0] + [ TR2 ] T [ -Q23 ]
Beban luar pengaruh beban p pengaruh beban P
Di tk 2 pada elemen 1 pada elemen 2
Jadi Q2 = [ TR2 ]T [ Q23 ]
Analog Q3 = - [ TR3 ]T [ Q32 ]
Jadi jelas untuk contoh diatas, untuk mendapatkan beban-beban nohul ekuivalen
cukup dihitung reaksi-reaksi ujung elemen sesuai dengan jenis hubungan ujung
elemen-elemen yang bersangkutan.
Dibawah ini akan disajikan rumus “fixed and forces” yang paling banyak digunakan :
beban terpusat
1 a 2 (2a 3)
La (1 a ) 2
Qij P 2
a (2a 3)
2
La (1 a )
Beban terbagi rata
12 (1 a 4 2a 3 2a )
L
Qij QL
12 1 3a 4 8a 3 6a
12 (1 a 4 2a 3 )
L 4 3
12 (1 3a 4a )
misal a = ½ beban terpusat
1 12 2 (2 12 3) 1 1 14 (1 3) 12 P
L 12 (1 12 ) 2 L 12 14 1
8 LP
Qij P
12 2 (2 12 3) 14 (1 3) 12 P
1
L 12 (1 12 ) L 14 12
2
8 LP
jadi
Q1 Q11 12 P
Q 2 Q12 18 PL
Q 3 Q 23 12 P
Q 4 Q 24 18 PL
d o f tk A = { 0 1 }
d o f tk B = { 0 1 }
d o f btg (1) = { 0 1 0 1 }
d o f tk A = { 0 0 }
d o f tk B = { 0 1 }
d o f btg (1) = { 0 0 0 1 }
d o f tk A = { 0 0 }
d o f tk B = { 1 2 }
d o f btg (1) = { 0 0 1 2 }
d o f tk A = { 0 1 }
d o f tk B = { 0 2 }
d o f tk C = { 0 3 }
d o f btg (1) = { 0 1 0 2 }
d o f btg (2) = { 0 2 0 3 }
3
0 0
1 2
C
A B 0
1 2
d o f tk A = { 0 1 }
d o f tk B = { 0 2 }
d o f tk C = { 3 0 }
d o f btg (1) = { 0 1 0 2 }
d o f btg (2) = { 0 2 3 0 }
2
0 0
1 2
C
A B 0
0 1
d o f tk A = { 0 0 }
d o f tk B = { 0 1 }
d o f tk C = { 2 0 }
d o f btg (1) = { 0 0 0 1 }
d o f btg (2) = { 0 1 2 0 }
0 2
0
1 2
C
A B 3
0 1
d o f tk A = { 0 0 }
d o f tk B = { 0 1 }
d o f tk C = { 2 3 }
d o f btg (1) = { 0 0 0 1 }
d o f btg (2) = { 0 1 2 3 }
2
0 0
B
A C
1 3 4
d o f tk A = { 0 1 }
d o f tk B = { 2 3 }
d o f tk C = { 0 4 }
d o f btg (1) = { 0 1 2 3 }
d o f btg (2) = { 2 3 0 4 }
2
0 0 0
1 4 2 3
sendi
A C D
1 3 B 5 6
d o f tk A = { 0 1 }
d o f tk Bkiri = { 2 3 }
d o f tk Bkanan = { 2 4 }
d o f tk C = { 0 5 }
d o f tk D = { 0 6 }
d o f btg (1) = { 0 1 2 3 }
d o f btg (2) = { 2 4 0 5 }
d o f btg (3) = { 0 5 0 6 }
BALOK MENERUS
Langkah-langkah penyelesaiannya :
1. Tentukan d o f tk simpul dan nomor d o f batang
2. Menyusun matriks kekakuan struktur sistem struktur
3. Menyusun matriks beban luar
4. Menentukan persamaan F = K D dan menyelesaikannya
5. Menyusun matriks displacemen masing-masing batang
6. Menghitung gaya-gaya batang
7. Menghitung gaya pada tk simpul
8. Menggambar “ Free Body ”
9. Menggambar bidang M, D dan N
Persamaan Dasar
d1f1 2 d3f3
d2f2 d4f4
f1 12 6 L 12 6 L d1
f 6 L 4 L2 6 L 2 L2 d
2 EI 2
3
f 3 L 12 6 L 12 6 L d 3
f 4 6 L 2 L2 6L 4 L2 d 4
sumbu lokal { f } = [ k ] { d }
sumbu global { F } = [ K ] { D }
14
1 1 2
C
A B C
L L
d o f tk A = { 0 0 }
d o f tk B = { 0 1 }
d o f tk C = { 0 2 }
d o f btg (1) = { 0 0 0 1 }
d o f btg (2) = { 0 1 0 2 }
F 0 F 1 1 14
- titik B = F2 = 12 F 2 1
F2 1 0 2 0
F13 0 0 1 0
- titik C = F = 3 F 3 3
3
F2 2 F2 2 0
F = matriks beban luar (beban pada tk simpul)
F = F1 + F2 + F3
0 14 0 14
=
0 0 0 0
4. Menentukan persamaan F = K . D
14 EI 8 L2 2 L2 D1
3 2
0 L 2 L 4 L2 D2
14 8L2 2 L2 D1 2 1
2 2 D1 2 ; D 2 2
0 2 L 4 L D2 L L
D1
D2
AE AE
f1 L
L d1
AE AE d 2
f 2
L L
1 1 d1 AE
=j dimana j
1 1 d 2 L
1 1 k k ab
jadi k = j [k] aa
1 1 k ba k bb
Pada sistem koordinat global
- Matriks Trasformasi
Transformasi tk a Transformasi tk b
Tk a
d a D 1 Cos D 2 Sin
D
Cos Sin 1
1
d D 1 Cos
a D2
2
d D 1 Sin Cos Sin Da Jika Cos Sin
a
d da 1 da 2
a d a D a
Tk b
d D 3 Cos D 4 Sin
b
3
D
d
b
D 3 Cos Cos Sin 3
4
D4
d D 4 Sin Cos Sin D b
b
d d 3 d 4
b b b d b D b
T
0 kaa k
ab 0
K k 0
0 T kba bb
AE
dimana
L
atau
c 2 cs c 2 cs
2
s2 AL
K cs 2 s cs
2 L
s cs c cs
cs s 2 cs s 2
d a 0 D a
d b 0 Db
Fa T 0 fa T
T Fa= . fa
Fb 0 fb
Fb= T . fb
c.s
Diketahui : konst rangka bidang spt pada gambar dibawah ini
A1 = 10 cm2
A2 = 50 cm2
A3 = 25 cm2
E = 21 . 106 kg/cm
Xb =5m
Yb = 5 m = Ya
Diminta
Hitung gaya – gaya batang
Hitung reaksi perletakan
Gambar “Free Body Diagram”
Penyelesaian
1. Menentukan nomor d.f.k simpul & nomor d.o.f batang
d.o.f.tk a={0 0}
d.o.f.tk b={1 2}
d.o.f.tk c={0 3}
d.o.f.tk btg1={0 0 1 2}
d.o.f.tk btg2={1 2 0 3}
d.o.f.tk btg2={0 0 0 3}
2. Menghitung matriks trasformasi masing batang
Batang 1 1 C S
0
2
1
xb x a 5 0
C Cos 1
L1 5 1
1 0
xb x a 5 5
S Sin 1
L1 5
Batang 2 2 C S
x c xb 5 0
C Cos 0.707
L2 7.07 2
0,707 0,707
x c xb 5 5
S Sin 0.707 225
L2 7.07
Batang 3 3 C S
xc x a 5 0
C Cos 3
L3 5 3
0 - 1 0
xc x a 5 5
S Sin 1
L3 5
1 0 1 0
0 42000 0 0
0 0 0
K global 0 0 0
1
K1=42000
1 0 1 0
0 0 0
0 0 0 0
Batang 2 C=-0,707 , C=0,707
A2 E 0,05.2,1.10 7
2 148514,85
L2 7,07
K2=148514,85
0,5 0,5 0,5 0,5
0,5 0,5 0,5 0,5
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
2
K global 148514,85 0,5
0,5 0,5 0,5 0,5
0,5 0,5 0,5
0,5 0,5 0,5 0,5
Batang 3 C=0 , S=-1
A3 E 0,025.2,1.10 7
3 10500
L3 5
0 0 0 0
0 1 0 0 0
0 1
K global 10500 0 0 0
1
K = 10500
3
0 0 0 0
0 0 1
0 1 0 1
K = K(1) + K (2) + K(3)
116257,4 74257,4 74257,4
K= 74257,4 74257,4 74257,4
74257,4 74257,4 179257,4
b
F1 b 0
F1 b b
F = b F
b F2 5
F2 0 0
Tk simpul c: tidak ada beban
c 0 0
F
Fc= 1 c F c 0 0
F2 F c 0
2
Jadi
F = F (a)+F(b)+F(c)
0 0 0
F= 0 5 0
0 0 0
0
F= 5
0
D 11
d 11 1 0 D 21
d = 1
1
d 2 0 1 D 3 1
D 1
4
0
1 0 0 0 0 0
=
0 0 1 0 0,00012 0,00012
0,000236
D1 2
2
d 2 2 0 D2
d 2 = 12 2 2
d 2 0 D3
D 2
4
0,00012
0.707 0.707 0 0 0,000236 5 8, 2
= 10
0 0 0.707 0.707 0 3,4
0,000048
Batang 1 f 1 = k 1 d 1
1 F11 1 1 0
f 1 42000
F2 1 1 0,00012
F 1
1,04 a1
F
5,04 b
Batang 2 f =
2
k 2 d 2
2 F 2 1 1 5 8,2 7,13
f 1 2 148514.85 10 3,4 7,13
F
2 1 1
Batang 3 f =
3
k 3 d 3
F13 1 1 0 5.04
f
3
3 10500
1 1 0.00048 5.04
F
2
9. Menghitung gaya – gaya pada titik simpul
Titik a Pa Fa 1 Fa 3
= 1
T
fa 1 3
T
fa 3
1 0
= 5,04 5,04
0 1
5.04
=
5.04
Titik b Pb Fb1 Fb 2
= 1
T
fa 1 3
T
fa 3 a
1 0,307
= 5,04 7,13
0 0,307
0
=
5.04
Titik c Pc Fc 2 Fc 3
= 2
T
fc 2 3
T
fc 3
1 0
= 5,04 5,04
0 1
0,707 0
= 7,13 5,04
0,707 1
5.04
=
0
d2-f2 d5-f5
d1-f1
d4-f4
d3-f3 d6-f6 b
a
atau :
Matriks Trasformasi
Tinjau tk a
y global
x global
z lokal z global
Dari gambar diatas dapat dituliskan hud sab lokal dengan sambungan global
d1=d11+d12=D1Cos +D2Sin
d2=d21+d22= -D1Cos +D2Sin
d3=d3
Jadi dapat ditulis dalam bentuk matriks
d1 Cos Sin 0 D1
d 2 Sin Cos 0 D2
d 0 0 1 D3
3
atau d a Tr Da
C S 0
Tr = S C 0
0 0 1
Tinjau Tk b
Analog dengan diatas
d 3 Cos Sin 0 D3
d 4 Sin Cos 0 D4 atau d b Tr Db
d 0 0 1 D5
5
Dengan menggabungkan tk a &Tk b, maka akan diperoleh matriks transformasi
batang.
d a Tr 0 Da
d b 0 Tr Db
atau d a i Tr i Da i
c s 0
s c 0 0
0 0 1
K = Dimana C=Cos
c s 0
0 s c 0 C=Sin
0 0 0
Untuk memperoleh matriks kekakun dalm sistem struktur
Dengan rumus : Dengan rumus : K TR K lokal TR
T
AE AE
L 0 0 0 0
L
12 EI 6 EI 12 EI 6 El
c s 0 0 0
s c 0 L3 L2 L3 L2
0 0 6 EI 4 EI 6 EI 2 EI
0
0 0 1 L2 L L2 L
K = c s 0 AE AE
0 0 0 0
0 s c 0 L L
0 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI
0 0 0 0 2
L3 L2 L3 L
6 EI 2 EI 6 EI 4 EI
0 0 2
L2 L L L
c s 0
s c 0 0
0 0 1
c s 0
0 s c 0
0 0 0
EA 2 12 EI 2
L C 3 S
EA L
12 EI EA 2 12 ET 2
CS 3 CS S 3 C
L L L L
6 EI 6 EI 4 EF
2 S C Jika
K str 4 L L2 L
EA C 2 12 EI S 2
EA 12 EI
Cs 3 CS
6 EI
S
EA 2 12 EI 2
C 3 S
L L3 L L L2 L L
EA 12 EI EA 12 EI 6 EI EA 12 EI EA 2 12 EI 2
Cs 3 CS Cs 3 C 2 2 C Cs 3 CS S 3 C
L L L L L L L L L
6 ET 6 EI 2 EI 6 EI 6 EI 4 EF
2 s C s 2 C
L L2 L L2 L L
EI AL2
;
L3 I
maka
EA 2 12 EI 2
m1 =
L
C 3 S βc 2 12 S 2
L
EA 12 EI
m2 = Cs 3 CS CSβ 12
L L
EA 2 12 EI 2
m3 =
L
S 3 C βS 2 12C 2
L
6 EI
m4 = 6LS
L2
6 EI
m5 = C 6LC
L2
4 EI
m6 = 4L2
L
2 EI
m7 = 2L2
L
m1
m m3
2
m4 m5 m6
K STR
- m1 - m2 - m4 m1
- m 2 - m3 - m5 m2 m3
m 4 m5 m7 - m4 - m5 m 6
BEBAN EKIVALEN
Fek=Ftk-Fbtg
Dimana
Fek=Beban Ekivalen
Ftk=Beban pada titik buhul
Fbtg=Beban pada titik buhul tetap, akibat beban pada batang sehingga
menimbulkan gaya – gaya dalam primer
F TR f
btg
T
PORTAL BIDANG
Langkah penyelesaian :
1. Tentukan penomoran d.o.f titik simpul dan penomoran d.o.f batang.
2. Menghitung matriks tranformasi tiap-tiap batang ( TR ).
3. Menyusun matriks kekakuan sistem struktur TK .
4. Menyusun matriks beban luar F .
Jika ada beban pada batadng miring atau tegak, maka perlu dilakukan
tranformasi terlebih dahulu terhadap beban tersebut. ( Fi TR Ti f i ).
1. Bilangan Anu.
D
( n= 1 )
F= K D
4. Solution.
Di Str
D
di =
Elemen model :
fi = gaya dalam.
ki = matriks kekakuan batang pada koordinat lokal.
di = displacement ujung tiap-tiap batang.
f̂ i = gaya primer, momen primer.
System struktur
Menyusun matriks kekakuan struktur.
T
ki lokal Kiglobal = TR k TR Kistruktur
NE
Ktotal str = Kstr (i )
i j
F̂istruktur
NE
F̂total str F̂(i )global NE = jumlah elemen
i I
- Beban ekuivalen
CONTOH
B C
3m
A
3m 5m
Diketahui :
A = 50 cm2
E = 2,1 x 10 kg/cm2
I = 2100 cm4
Diminta :
- Hitung gaya-gaya batang
- Hitung reaksi perletakan
- Gambarkan free body diagram.
Penyelesaian :
A = 50 cm2 = 0,005 m2
EI = 4.410.000.000 kgcm2 = 441 tm2
1. Menentukan nomor d.of titik simpul dan d.o.f batang.
2 0
1 (2) 0
(1) B C
0
0
A
2 0
1 (2) 0
3 B C
0 (2)
0
0 A
d.o.f tk A = 0 0 0
d.o.f tk B = 1 2 3
d.o.f tk C = 0 0 4
d.o.f btg 1 = 0 0 0 1 2 3
d.o.f btg 2 = 1 2 3 0 0 4
2. Menghitung matriks tranformasi TR masing – masing batang
Batang 1
Xb - Xa 3 - 0 - 0,707 0,707 0
c cos 0,707
L1 4,243
Yb - Ya 3 - 0 Tr i - 0,707 0,707 0
c cos 0,707 0 0 1
L1 4,243
Batang 2
Xc - Xb 8 - 3 1 0 0
c cos 1
L2 5 i
Tr 0 1 0
Yc - Yb 3 - 3
c cos 0 0 0 1
L2 5
0
0 m1 m2 m4 0 1
m2
I 0 m3 m5 0 2
K K (I)
m1 m2 - m4 1 m4 m5 m6 0 3
m2 m3 - m5 2 0 0 0 0 4
- m4 - m5 m6 3
EI 441
5,773
L1 4,2433
3
2
AL21 0,0054,243
4286,44
I 0,000021
m1 C 2 1252 5,773 4286,44.0,707 2 12.0,707 2 12403,7
m2 cs 12) 5,773.0,707.0,7074286,44 12 12334,445
m3 S 2 12C 2 5,773 4286,44.0,707 2 12.0,707 2 12403,7
m4 6 LS 5,773.6.4,243.0,707 103,907
m5 6 LC 5,773.6.4,243.0,707 103,907
m6 4 L2 5,773.4.4,2432 415,726
Jadi :
Titik B
F1 B 1 0
F1 B 1 B
B F2 2 5
FB ( B)
F2 2 F B
F B 3 F3 3 0
3 0 4 0
Titik C
0 1 0
F1C 0 0 2 0
C
FC (C )
F2 0 F
F C 4 0 3 0
3
F3C 4 0
0 0 0 0
0 5 0 5
F F ( A) F ( B ) F ( C )
0 0 0 0
0 0 0 0
Beban pada batang
Batang 1
Pada batang 1 tidak terdapat beban luar
fˆ 1 0 Fˆ 1 TR . fˆ 1 0 Fˆ (1) 0
T
Batang 2
f 22 f 42
L =5
0
6 , 25 0
6, 25
ˆ 2 5, 208 ˆ 2
F F
0
5, 208
6 , 25 5, 208
5, 208
0 0
6,25 6,25
Fˆ Fˆ (1) Fˆ ( 2 ) 0
5,208 5,208
5,208 5,208
Jadi beban ekivalen.
0 0 0
5 6,25 11,25
ˆ
Fek F ( F )
0 5,208 5,208
0 5,208 5,208
d a Tr 0 Da
d
d b 0 Tr Db
Batang 2
d 2 TR D ( 2)
2
d 2 Tr 2 0 Db2
d 2 b2 2 2
dc 0 Tr D c
d1 1 0 0 0 0 0 0,00073 0,00073
d 0 1 0 0 0 0 0,0018 0,0018
2
d 0 0 1 0 0 0 0,0118 0,0118
d 3
d
4 0 0 0 1 0 0 0 0
d5 0 0 0 0 1 0 0 0
d 6 0 0 0 0 0 1 0,0211 0,0211
f1 4286,46 0 0 0 0 0
f 0 12 25,46 0 0 0
2
f 0 25,46 72,01 0 0 0
f 3 5,773
f 4 4286,46 0 0 4286,46 0 0
f 5 0 12 25,46 0 12 25,46
f 6 0 25,46 36,0 0 25,46 32,01
0
0
0
0,001
0,002
0,05
18,8
1,58
2,19 f a
f
18,8 f b
1,58
4,64
Batang 2
3,528
f 2 k 2 d 2 fˆ 2 ;
5952,381
f12 5952,381 0 0 5952,381 0 0,00073
2
f2 0 12 30 0 12 30
2 f 32 0 30 100 0 30 50
f 2 3,538
f4 5952,381 0 0 5952,381 0 0
f 52 0 12 30 0 12 30
2
f 6 0 30 50 0 30 100
15,33
0,00073
0,0018 7,26
4,58 f 2b
0,0118
0 15,33 f 2c
0
5,34
0,0211
0
9. Mengitung gaya-gaya pada titik simpul
Titik simpul A
0,707 0,707 0 18,8 14,41
Pa F a 0,707 0,707 0 1,58 12,27 Pa F a Tr f a
T
18,8
1,58 7,156 5,34
4,64 B C 15,33
1,58
2,19
A
18,8
5 15,33
2,19 5,34
14,41
12,17