Anda di halaman 1dari 32

MATRIKS

A. Matriks

−1 0 1
[2 5 3 ]Definisi: Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi panjang yang
0 −1 4
disusun di dalam baris dan kolom.
Contoh:
A=
Bentuk umum: Elemen Baris Pertama

𝑎₁₁ 𝑎₁₂ 𝑎₁₃ 𝑎₁₄


𝑎₂₁ 𝑎₂₂ 𝑎₂₃ 𝑎₂₄
Amxn=[𝑎₃₁ 𝑎₃₂ 𝑎₃₃ 𝑎₃₄]
𝑎₄₁ 𝑎₄₂ 𝑎₄₃ 𝑎₄₄
Kolom Pertama

Aij adalah elemen baris ke-i kolom ke-j

Matriks yang terdiri dari m baris dan n kolom berordo mxn.


Matriks yang memiliki ordo yang sama yaitu mxm di sebut matrks persegi.
Contoh:
1 2
B=[ ]
0 5

Elemen diagonal utama matriks : B= (1,5)


1 2 3
C=[4 5 6]
7 8 9
Elemen diagonal utama matriks : C= (1,5,9)
B. Kesamaan Dua Matriks
Dua matriks disebut sama jika ordonya sama dan elemen-elemen yang seletak sama.
Contoh :
1 0 1 0
F=[ ] G=[ ]
0 1 0 1

C. Penjumlahan dua matriks


Definisi: Jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama, maka jumlah
A+B adalah matriks C yang ordonya sama dengan ordo matriks A maupun B sedangkan elemen-
elemen yang seletak dijumlahkan. Contoh :
1 2 −1 5 6 0 6 8 −1
A=[ ] C=[ ] A+C=[ ]
2 1 4 0 −1 −2 2 0 2
5 4 −4 4 1 8
B=[ ] D=[ ] B+D=[ ]
2 −1 −1 1 1 0
D. Perkalian Matriks dengan Skalar
Definisi: Jik A adalah suatu matriks dan C adalah suatu skalar maka hasil kali CA
matriks yang diperoleh dengan mengalikan setiap elemen dari A dengan C

2 1 2
Contoh: C=2 CA=2[1 −1 0]
5 4 3

2 1 2 4 2 4
A=[1 −1 0] =[ 2 −2 0]
5 4 3 10 8 6

E. Perkalian Dua Matriks


Definisi: JIka A adalah matriks berukuran mxn dan B adalah matriks berukuran nxp
𝑛
didefinisikan sebagai matriks C yang berordo mxp dengan Cij=∑𝑘=1 𝑎𝑖𝑗 𝑏𝑘𝑗
Contoh:
1 2 1
A=[1 2] AB=[ ][
2 −1
]
2 1 2 1 0 4 3
1 2 −1 (1 × 1) + (2 × 0) (1 × 2) + (2 × 4) (1 × −1) + (2 × 3)
B=[ ] =[ ]
0 4 3 (2 × 1) + (1 × 0) (2 × 2) + (1 × 4) (2 × −1) + (1 × 3)
1 10 5
=[ ]
2 8 1
Contoh kesamaan 2 matriks
A=[1 2] B=[
1 2
]
0 1 0 1
1 2 3 1 2 3
C=[6 5 4] D=[6 5 4]
7 8 9 7 8 9
Penjumlahan 2 martiks
1 𝟐 2 𝟐
E=[𝟑 𝟒] F=[𝟑 𝟒]
𝟓 𝟔 𝟏 𝟐
1+2 𝟐+𝟐 3 𝟒
E+F=[𝟑 + 𝟑 𝟒 + 𝟒] =[𝟔 𝟖]
𝟓+𝟏 𝟔+𝟐 𝟔 𝟖
Perkalian matriks dengan scalar
3 0 2
a =3 I=[2 4 5]
1 1 7
3 0 2 9 0 6
aI =3[2 4 5] =[6 12 15]
1 1 7 3 3 21
F. Transpose matriks
Definisi: Jika A adalah matriks berordo mxn maka Tanspose A dinyatakan
oleh At didefinisikan dengan matriks yang kolom pertamanya
adalah baris pertama dari A, kolom keduanya adalah baris kedua
dari A dan seterusnya.
1 𝟐 1 3 5
Contoh: A=[𝟑 𝟒] A=[ ]
𝟓 𝟔 2 4 6

G. Sifat-sifat Matriks
Misal ordo matriks berikut memenuhi syarat agar operasi-operasi berikut terdefinisi
maka berlaku:
1. A + B =B + A (Hukum Komutatif penjumlahan)
2. A + (B + C) =(A + B) + C (Hukum Asosiatif penjumlahan)
3. K(A + B) =KA + KB dengan K skalar, K ϵ R
4. (K + ℓ)A =KA + ℓA dengan K, ℓ skalar, K, ℓ ϵ R
5. (Kℓ)A =K(ℓA) dengan K, ℓ skalar, K, ℓ ϵ R
6. K(AB) =(KA)B dengan K skalar, K ϵ R
7. A(BC) =(AB)C (Hukum asosiatif perkalian)
8. A(B + C) =(AB + AC) (Hukum distributif)
9. (A +B)C =(AB + AC) (Hukum distributif)
F. Sifat-sifat Matriks Transpose
1. (𝑨𝒕 )ᵗ =A
2. (A+B)ᵗ =Aᵗ + Bᵗ
3. (KA) ᵗ =KAᵗ
4. (AB) ᵗ =Bᵗ +Aᵗ
SOAL:
Diketahui Matriks-Matriks berikut:
1 2 6 7 1 0 0 2
A =[ ] B =[ ] C =[ ]
−3 4 8 5 2 3 4 5
Carilah:
a. 5(AB) f. At +Bt
b. (5A)B g. (3B)t
c. At h. 3Bt
d. (At)t i. (AC)t
e. (A+B)t j. CtAt
Jawaban:
1 2 6 7 1 2
a. =5[ ][ ] =[ ]
−3 4 8 5 −3 4
22 17 1 2 6 7 t
=5[ ] e. =([ ]+[ ])
14 −1 −3 4 8 5
110 85 7 9t
=[ ] =[ ]
70 −5 11 9
5 10 6 7 7 11
b. =[ ][ ] =[ ]
−15 20 8 5 9 9
110 85 1 2t 6 7t
=[ ] f. =[ ] +[ ]
70 −5 −3 4 8 5
1 2t 1 −3 6 8
c. =[ ] =[ ]+[ ]
−3 4 2 4 7 5
1 −3 7 5
=[ ] =[ ]
2 4 9 9
1 −3 t
d. =[ ]
2 4
6 7 t 5 5
g. =(3 [ ]) 6 12
8 5 =[ ]
18 21 t 8 16
=[ ]
24 15 12 14
18 24 1 0 0 2t 1 2t
=[ ] j. =[ ] [ ]
21 15 2 3 4 5 −3 4
6 8 1 2
h. =3[ ]\
7 5 0 3 1 −3
18 24 =[ ][ ]
=[ ] 0 4 2 4
21 15 2 5
1 2 1 0 0 2 t 5 5
i. =([ ][ ])
−3 4 2 3 4 5 6 12
5 6 8 12 ]t =[ ]
=[ 8 16
5 12 16 14 12 14
I. Macam-macam Matriks
1. Matriks Nol: Matriks yang semua elemenya nol (0).
Contoh:
0 0 0
0 0
A=[ ] B=[0 0 0]
0 0
0 0 0
2. Matriks Satuan/ Identitas: Matriks persegi yang semua elemen diagonal
pertamanya bernilai satu (1), sedangkan elemen lainnya nol (0). Matriks identitas
dinyatakan dengan I.
Contoh :
1 0 0
1 0
I₂=[ ] I₃=[0 1 0]
0 1
0 0 1
3. Matriks Diagonal: Matriks persegi yang semua elemen diluar diagonal pertama
bernilai nol (0), sedangkan elemen-elemen diagonal pertamanya tidak semua nol.
Contoh:
3 0 0
2 0
A=[ ] B=[0 −1 0]
0 5
0 0 7

4. Matriks Segitiga Atas: Matriks persegi yang semua elemen-elemen dibawah


diagonal utama bernilai nol (0).
Contoh:
1 2 3
C=[0 4 5]
0 0 6
5. Matriks Segitiga Bawah: Matriks persegi yang semua elemen-elemen diatas
diagonal utama bernilai nol (0).
Contoh:
1 0 0
D=[−2 5 0 ]
3 4 −6
6. Matriks Simetri: Matriks persegi yang berlaku A = At.
Contoh:

1 2 1 2 1 2 3 1 2 3
A=[ ] At.= [ ] B=[2 4 5] Bt =[2 4 5]
2 1 2 1 3 5 6 3 5 6
t t
A=A B=B
7. Matriks Eselon: Matriks yang memenuhi sifat-sifat berikut:
a. Jika ada baris nol (0) maka letaknya dibawah,
b. Jika suatu baris tak nol (0) maka elemen tak nol (0) pertama = 1 (satu ini
disebut dengan satu utama/satu pembuka/leading entry)
c. Satu utama pada baris yang lebih awal terletak pada kolom yang lebih awal
pula.
Contoh:
1 −1 2 3
0 1 4 5
A=[ ] bukan 1 utama
0 0 1 1
0 0 0 0
1 −1 5
A=[0 1 3 ] 1 utama
0 0 1
8. Matriks Eselon Tereduksi: Matriks eselon tereduksi yang pada setiap kolom yang
menurut satu utama, maka elemen yang lainnya nol (0).
Contoh:
1 0 0 0
0 1 0 0
A=[ ]
0 0 1 1
0 0 0 0
Operasi Baris Elementer (OBE)
Misalkan pada suatu matriks dilakukan operasi-operasi sebagai berikut :
a. Saling menukar dua baris (misal, menukar baris ke-dengan baris ke-j)
b. Mengalikan suatu baris dengan bilangan real tak nol (misal, mengalikan baris ke- i
dengan K, K≠O)
c. Menambah suatu baris dengan kelipatan baris lainnya (misal, baris ke-i ditambah
dikali baris ke-j)
Setiap operasi diatas, disebut OBE dan berturut-turut dinyatakan dengan:
1. 𝑅𝑖𝑗
2. 𝑅𝑖(𝑘)
3. 𝑅𝑖𝑗(𝑘)
Contoh OBE:
1 2 0 0 0 1 0 0 1
A=[−1 2 2]R13[−1 2 2]R2(-2) [2 −4 −4]R31(-1)
0 0 1 1 2 0 1 2 0
0 0 1 𝑅12(−3) −6 12 13 𝑅23(−2)
[2 −4 −4] [ 2 −4 −4] yang di pakai baris ke-3 yang lama
𝑅32(1) 𝑅
1 2 0 3 −2 −5 31(1)
−6 12 13 −6 12 13
[ 3 −21 −5] 𝑅23(−2) [ 9 −22 −2]
−3 10 8 −3 10 8

3 −2 −5
6 −20 −16+
9 −22 −21
Matriks Elementer
Matriks elementer yaitu matriks identitas yang dikenai satu kali OBE.
Contoh:
1 0 0 1 0 0
I3=[0 1 0] E23=[0 0 1]
0 0 1 0 0 1
Jika suatu matriks elementer berordo mxm dan A suatu matriks berorodo mxn maka EA
hasilnya akan sama dengan matriks yang diperoleh dari A dengan melakukan OBE yang
sesuai.
1 −2 1 0 0
Contoh: Diketahui A=[0 1 ] E23=[0 0 1]
3 2 0 1 0
1 −2 1 −2
[0 1 ] 𝑅23 [3 2 ]
3 2 0 1
1 0 0 1 −2 1 −2
EA=[0 0 1] [0 1 ] =[3 2 ]
0 1 0 3 2 0 1
Invers Martiks dengan menggunakan OBE
Definisi : Matriks persegi A disebut invers B jika AB = BA = I, A disebut invers B, B
Disebut invers A, Invers A ditulis A-1.
Invers Matriks Elementer merupakan matriks elementer juga.
a. (Iij)-1 =Iij
b. (Ii(k)) -1
=Ii(𝑘1)
c. (Iij(k))-1 =Iij(-k)
Contoh:
1.
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
E23=[0 0 1] Maka, E23.E23=[0 0 1] [0 0 1] =[0 1 0]
0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1
2.
1 0 0 1 0 0
1 1
I2(2)= [0 2 0] I = [0 2 0 ]
1(2)
0 0 1 0 0 1
1 0 0 1 0 0
1
1 0 0
1
I I
2(2). 2(2) = [0 2 0] [0
2
0 ] = [0 1 0]
0 0 1 0 0 1 0 0 1
3.
1 2 0 1 −2 0
I12(2)= [0 1 0] I12(-2)= [0
1 0]
0 0 1 0 0 1
1 2 0 1 −2 0 1 0 0
I12(2).I12(-2)= [0 1 0] [0 1 0 ] =[0 1 0]
0 0 1 0 0 1 0 0 1

Soal :
1. Yang manakah matriks yang mempunyai bentuk matriks eselon tereduksi?
1 0 0 0 1 0
a. [0 0 0] b. [1 0 0]
0 0 1 0 0 0

0 1 0 1 1 0
c. [1 0 0] d. [0 1 0]
0 0 0 0 0 0
1 2 0 3 0
1 1 0
e. [0 1 0] f. [0 0 1 1 0]
0 0 0 0 1
0 0 0
0 0 0 0 0
1 0 0 5
1 0 3 1
g. [0 0 1 3] h. [ ]
0 1 2 4
0 1 0 4
2. Yang manakah matriks berikut yang merupakan matriks eselon baris?
1 2 3
1 −7 5 5
a.[0 0 0] b. [ ]
0 1 3 2
0 0 1
1 3 0 2 0
1 1 0
1 0 2 2 0
c. [0 1 0] d. [ ]
0 0 0 0 1
0 0 0
0 0 0 0 0
2 3 4 0 0 0
e. [0 1 2] f. [0 0 0]
0 0 3 0 0 0
3. Yang manakah matriks berikut yang merupakan matriks eselon baris?
2 2 −1 0 1 0
2 1 3
−1 −1 2 −3 1 0
a. [0 −2 7] b. [ ]
1 1 −2 0 −1 0
3 4 5
0 0 1 1 1 0
4. Pecahkan persamaan berikut !
𝑎−𝑏 𝑏+𝑐 8 1
[ ]=[ ]
3𝑑 + 𝑐 2𝑎 − 4𝑑 7 6
3 −2 7 6 −2 4
5. Misalkan 𝐴 = [6 5 4] 𝐵 = [ 0 1 3]
0 4 9 7 7 5
Carilah : a) baris pertama 𝐴𝐵
b) kolom pertama 𝐴𝐵
6. Yang manakah diantara matriks berikut yang merupakan matriks elementer
2 0 1 0
a. [ ] b. [ ]
0 1 3 1

0 1 0
2 0
c. [ ] d. [1 0 0]
0 2
0 0 1

0 1 0 1 0 3
e. [0 0 1] f. [0 1 −3]
0 0 1 0 0 1

1 0 0 0
0 1 0 0
g. [ ]
0 1 1 0
0 0 0 1
7. Carilah invers matriks tersebut dengan OBE
3 4 −1
1 2
a. [ ] b. [1 0 3 ]
3 5
2 5 −4

Jawab
1. Yang merupakan matriks eselon tereduksi adalah matriks D dan F karena,
a. Matriks A tidak termasuk matriks eselon tereduksi karena ada baris 0 yang tidak terletak
pada baris terakhir
b. Matriks B tidak termasuk matriks eselon tereduksi karena ada 1 utama yang terletak di
sebelah kiri 1 utama baris atasnya
c. Matriks C tidak termasuk matriks eselon tereduksi karena pada kolom dua ada elemen
selain 0 selain 1 utama
d. Matriks D merupakan matriks eselon tereduksi karena setiap kolom yang memuat satu
utama elemen lainnya 0
e. Matriks E tidak merupakan matriks eselon tereduksi karena ada satu utama pada baris
yang lebih awal tidak terletak pada kolom yang lebih awal pula
f. Matriks f merupakan matriks eselon tereduksi kareena setiap kolom yang memuat satu
utama elemen lainnya 0

2. Yang merupakan matriks eselon adalah matriks B, matriks C, dan matriks F


a. Matriks A tidak merupakan matriks eselon karena ada baris elemen 0 yang tidak terletak
di baris terakhir
b. Matriks B termasuk matriks eselon karena terdapat satu utama di baris 1 kolom 1 dan
baris 2 kolom 2
c. Matriks C merupakan matriks eselon karena terdapat satu utama di baris 1 dan 2, dan juga
terdapat baris yang elemennya 0 pada baris terakhir
d. Matriks D tidak termasuk matriks eselon tereduksi karena terdapat dua 1 utama pada
kolom yang sama
e. Matriks E tidak termasuk matriks eselon karena pada baris pertama tidak terdapat 1 utama
f. Matriks F termasuk matkris eselon karena semua elemennya bernilai 0

3. Ubahlah menjadi matriks eselon tereduksi


2 1 3 𝑅₁₍₋₁₎ −2 −1 −3 𝑅₁₃₍₁₎ 1 3 2 1 3 2
1
a. [0 −2 7] ̃ [ 0 −2 7 ] ̃ [0 −2 7] [0 −2 7 ] 𝑅₂ (− 2)
𝑅₃₁₍₋₃₎
3 4 5 3 4 5 3 4 5 0 −5 −1 ̃
̃
1 32 𝑅₁₂₍₋₃₎ 1 0 23⁄ 25⁄ 25
7 1 0 2 𝑅₁₃ (₋ 2 )
[0 1 −7⁄2] ̃ 0 1 −7⁄2 [0 1 − 7⁄2] 𝑅₂₃
̃7
2 (2)
𝑅₃ (₋ )
0 −5 −1 𝑅₃₂₍₅₎ [0 0 −37⁄2] 37 0 0 1 ̃
̃ ̃
1 0 0
[ 0 1 0]
0 0 1

2 2 −1 0 1 0 𝑅₁₂₍₁₎ 1 1 1 −3 0 0
̃ 0
−1 −1 2 −3 1 0 𝑅₂₃₍₁₎ 0 0 −3 0 0 𝑅₂₃₍₋₁₎
b. [ ] [ ]
1 1 −2 0 −1 0 𝑅₃₂₍₁₎
̃ 0 0 0 −3 0 ̃
0 𝑅₃₂₍₋₁₎
0 0 2 1 1 0 ̃ 0 0 1 1 1 0 ̃
1 1 1 −3 0 0 1 1 1 −3 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
[ ] [ ]
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
𝑅₄₂
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
̃

𝑎−𝑏 𝑏+𝑐 8 1
4. [ ]=[ ]
3𝑑 + 𝑐 2𝑎 − 4𝑑 7 6

𝑎−𝑏 =8 3𝑑 + 𝑐 = 7 𝑥4 12𝑑 + 4𝑐 = 28
| |
𝑏+𝑐 =1+ 2𝑎 − 4𝑑 = 6 𝑥3 6𝑎 − 12𝑑 = 18 +
6𝑎 + 4𝑐 = 46 : 2
𝒂+𝒄=𝟗
𝟑𝒂 + 𝟐𝒄 = 𝟐𝟑

3𝑎 + 2𝑐 = 23 𝑥1 3𝑎 + 2𝑐 = 23
| |
𝑎 + 𝑐 = 9 𝑥2 2𝑎 + 2𝑐 = 18 −
𝒂=𝟓

𝑎−𝑏 =8
5−𝑏 =8
𝒃 = −𝟑

5+𝑐 = 9
𝒄=𝟒
3𝑑 + 4 = 7
3𝑑 = 3
𝒅=𝟏

3 −2 7 6 −2 4
5. 𝐴𝐵 = [6 5 4] [0 1 3]
0 4 9 7 7 5
67 41 41
𝐴𝐵 = [64 21 59]
63 67 57
a. Baris pertama matriks AB adalah 67 41 41
b. Kolom kedua matriks AB adalah 41 21 67

6. Semuanya merupakan matriks elementer dengan operasi :


a. R₁₍₂₎
b. R₂₁₍₃₎
c. R₁₂
d. R₃₁₍₁₎

1 2
7. a. 𝐴 = [ ]
3 5
1 2 1 0 1 2 1 0 1 2 1 0 𝑅12(−2)
𝐴−1 = [ | ]𝑅 [ | ]𝑅 [ | ]
3 5 0 1 21(−3) 0 −1 −3 1 2(−1) 0 1 3 −1 ̃
̃ ̃
1 0 −5 2
[ | ]
0 1 3 −1
−5 2
𝐴−1 =[ ]
3 −1

3 4 −1
b. 𝐵 = [1 0 3]
2 5 −4

3 4 −1 1 0 0 𝑅13(−1) 1 −1 3 1 0 −1
𝐵 −1
= [1 0 3 | 0 1 0] ̃ [1 0 3 |0 1 0 ] 𝑅21(−1)
2 5 −4 0 0 1 𝑅32(−2) 0 5 −10 0 −2 1 ̃
̃

1 −1 3 1 0 −1 𝑅12(1) 1 0 3 0 1 0
[0 0 3 | −1 1 1 ] ̃ [0 0 3 | −1 1 1]
0 5 −10 0 −21 𝑅32(−5) 0 0 −10 5 −7 −4 𝑅3(−101
)
̃ ̃
0 𝑅13(−3) 1 0 0 3⁄ −11⁄ −6⁄
1 0 3 0 1 2 10 5
[0 1 0| −1 1 1 ] ̃ [0 1 0| −1 1 1 ]
0 0 1 7
1 − ⁄2 ⁄10 ⁄5 2 1 7⁄ 2⁄
0 0 1 − ⁄2 10 5
3⁄ −11⁄ −6⁄
2 10 5
𝐵−1 = [ −1 1 1 ]
− 1⁄2 7⁄
10
2⁄
5
DETERMINAN
A. PERMUTASI
A. Permutasi
Definisi: Permutasi himpunan bilangan-bilangan bulat {1,2,3,…,n} adalah susunan bilangan-
bilangan bulat menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau mengulangi
bilangan-bilangan tersebut.
Banyak permutasi dari n elemen yang berlainan adalah n! Ditulis Pn= n!
Contoh :
Untuk n = 3, misalnya diketahui bilangan-bilangan bulat {1,2,3}. Maka permutasinya adalah
P3=3!
(1,2,3),(1,3,2),(2,1,3),(2,3,1),(3,1,2),(3,2,1)
Suatu invers terjadi jadi dalam suatu permutasi terdapat bilangan yang lebih besar
mendahului yang lebih kecil.
Contoh:
Invers dari {2,3,1} = 2, yaitu 2 mendahului 1
3 mendahului 1
Invers dari {1,2,3,4,5} = 0 yaitu tidak ada bilangan yang lebih besar mendahului
yang lebih kecil.
Invers dari {5,6,4,3,2,1} adalah 15.
B. Permutasi Genap dan Permutasi Ganjil
 Permutasi genap adalah permutasi yang banyak inversinya genap.
 Permutasi ganjil adalah permutasi yang banyak inversinya ganjil.

Permutasi Banyak invers Jenis Permutasi

(1,2,3) 0 Genap
(1,3,2) 1 Ganjil
(2,1,3) 1 Ganjil
(2,3,1) 2 Genap
(3,1,2) 2 Genap
(3,2,1) 3 Ganjil
C. Perkalian Elementer
a. Perkalian elementer dari Anxn ialah hasil kali n-elemen dari A yang tidak
sebaris dan tidak sekolom.
Contoh :
𝑎11 𝑎12 𝑎13
Misalkan A=[ 21 𝑎22 𝑎23 ]
𝑎
𝑎31 𝑎32 𝑎33

𝑎11 𝑎22 𝑎33 𝑎13 𝑎22 𝑎31


𝑎12 𝑎23 𝑎31 𝑎12 𝑎21 𝑎33
𝑎13 𝑎21 𝑎32 𝑎11 𝑎23 𝑎32
Hasil kali Permutasi Jenis permutasi Hasil kali
elementer terasosiasi elementer
berganda
a11 a22 a33 {1,2,3} Genap a11 a22 a33
a12 a23 a31 {2,3,1} Genap a12 a23 a31
a13 a21 a32 {3,1,2} Genap a13 a21 a32
a13 a22 a31 {3,2,1} Ganjil - a13 a22 a31
a12 a21 a33 {2,1,3} Ganjil - a12 a21 a33
a11 a23 a32 {1,3,2} Ganjil - a11 a23 a32
Jadi determinan A di narasikan dengan del(A) atau ǀAǀ adalah:
ǀAǀ = a11 a22 a33 + a12 a23 a31 + a13 a21 a32 + a13 a22 a31 + a12 a21 a33 + a11 a23 a32

Determinan A adalah jumlah hasil kali elementer berbeda.


Khusus untuk matriks ukuran 3x3 dapat pula di cari dengan aturan sorus.
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎21
ǀAǀ= [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ] 𝑎12 𝑎22
𝑎31 𝑎23 𝑎33 𝑎13 𝑎23
+ + +

SOAL!!!
1. Carilah determinan matriks berikut:
2 3 1
3 1
1) A =[1 2 3] 3) C =[ ]
4 −2
3 1 2
3 5 6 1 2 3
2) B =[0 1 9] 4) D =[−4 5 6 ]
3 2 1 7 −8 9
2. Carilah nilai ℓ sehingga ǀAǀ = 0
ℓ − 1 −2
5) E =[ ]
1 ℓ−4
ℓ−6 0 0
6) F =[ 0 ℓ −1 ]
6 4 ℓ−4
JAWAB!!!
2 3 1 2 3
1) ǀAǀ= [1 2 3] 1 2
3 1 2 3 1
ǀAǀ = 8 + 27 +1 -6 -6 -6
=36 – 18
= 18
3 5 6 3 5
2) ǀBǀ =[0 1 9] 0 1
3 2 1 3 2
ǀBǀ =3 +135+ 0 -0 -54 -18
=138 -72
=66
3 1
3) ǀCǀ =[ ]
4 −2
ǀCǀ =-6 -4
=-10
1 2 3 1 2
4) ǀDǀ =[−4 5 6 ] −4 5
7 −8 9 7 −8
ǀDǀ =45 +84 +96 +72 +48 -105
= 240
ℓ − 1 −2
5) ǀEǀ = [ ]
1 ℓ−4
ǀEǀ = 0 = (ℓ-1)(ℓ-4) +2
=ℓ2 - 5ℓ +4 +2
= ℓ2 - 5ℓ +6
=(ℓ-2)(ℓ-3)
ℓ=2 Ⅴ ℓ=3
ℓ−6 0 0 ℓ−6 0
6) ǀFǀ =[ 0 ℓ −1 ] 0 ℓ
6 4 ℓ−4 6 4
((ℓ – 6) . ℓ . (ℓ − 4) + 0 + 0 – 0) – ((ℓ − 6) . (−1).4 − 0 ) = 0
↔ (ℓ – 6) (ℓ 2 – 4 ℓ) + 4 ℓ - 2 ℓ = 0
↔ ℓ 3 - 4 ℓ 2 - 6 ℓ 2 + 24 ℓ + 4 ℓ – 24 = 0
↔ ℓ 3 - 10 ℓ 2 + 28 ℓ – 24 = 0
↔ (ℓ – 6) (ℓ – 2) (ℓ – 2) = 0
↔ℓ=6 ᴠ ℓ=2

Mencari Determinan dengan Ekspansi Kofaktor


Determinan yang terjadi jika baris ke-I dan kolom ke-j dihilangkan disebut minor
unsur aij ditulis Mij.
2 −1 3
Contoh: A= [3 2 0]
1 1 5
2 0
M11=| | =10
1 5
3 0
M12=| | =15-0 =15
1 5
2 −1
M23=| | =2+1 =3
1 1
3 2
M13=| | =3-2 =1
1 1
2 3
M32=| | =-9
3 0
2 −1
M33=| | =4+3 =7
3 2

Kofaktor elemen a ij ditulis 𝐾𝑖𝑗 = (−1)𝑖+𝑗 . 𝑀𝑖𝑗


Contoh:
2 −1 3
A =[3 2 0 ]
1 1 5
K11 = (-1)1+1 .M11 =(-1)4 .7 = 7
=(-1)2 .10 = 10 K23 = (-1)2+3 .M11
K12 = (-1)1+2 .M11 =(-1)5 .3 = -3
=(-1)3 .15 = -15 K31 = (-1)3+1 .M11
K13 = (-1)1+3 .M11 =(-1)4 .-6 = -6
=(-1)4 .1 = 1 K32 = (-1)3+2 .M11
K21 = (-1)2+1 .M11 =(-1)5 .-9 = 9
=(-1)3 .-8 = 8 K33 = (-1)3+3 .M11
K22 = (-1)2+2 .M11 =(-1)6 .7 = 7

Perhatikan bahwa kofaktor dan minor a ij hanya berbeda dalam tanda


yakni Kij = ±Mij
Cara menentukan tandanya sbb:
+ − + − + ⋯
[− + − + − ⋯
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋯]
+ − + − + ⋯
Determinan matriks A yang berukuran nxn dapat dihitung dengan
mengalikan element-elementnya, dan menambahkan hasil-hasil kas
yang dihasilkan yakni untuk setiap l ≤ I ≤ n , i≤ j ≤ n
Maka ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j

ǀAǀ = a1j K1j + a 2j K2j + ………. + a nj Knj


Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i

ǀAǀ = ai1 Ki1 + a i2 Ki2 + ………. + a in Kin


Contoh :
2 −1 3
Misalkan A =[3 2 0 ]
1 1 6
Carilah ekspansi kofaktor ǀAǀ
a. Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-3
ǀAǀ = a 13 K13 + a23 K23 + a 33 K33
= 3x1 +0x(-3) + 5x7
= 3 +0 +35
= 38
b. Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke- 2

ǀAǀ = a 21 K21 + a22 K22 + a 23 K23


= 3x8 +2x7 + 0x(-3)
= 24 +14 +0
= 38

SOAL!!!
Carilah determinan matriks berikut dengan ekspan kofaktor
2 −5 7 0
1 0 0 −1 2 6 −1
1. A =[0 2 −1] 2. B =[
4 7 3 1
]
1 3 2
0 2 1 −3
1. Ekspansi kofaktor baris ke- 1
M11 =4+3 =7
K11 =(-1)2 .7 = 7
M12 =0+1 =1
K12 =(-1)3 .1 = -1
M13 =0 +(-2) = -2
K13 =(-1)4 .-2 = -2

ǀAǀ = a 11 K11 + a 21 K21 + a 21 K21


= 1x7 + 0x(-1) + 0x2
=7
Ekspansi kofaktor kolom ke-1

ǀAǀ = a 11 K11 + a12 K12 + a 13 K13


= 1x7 + 0x6 + 1x0
=7
2. Ekspansi kofaktor kolom ke-1
2 6 −1 2 6
M11 =|7 3 1 | 7 3
2 1 −3 2 1
= -18 +12 -7 +126 -2 +6
= 117
K11 =117
−5 −7 0 −5 −7
M12 =| 7 3 1| 7 3
2 1 −3 2 1
= 45 +14 +0 +147 +5 -0
= 211
K21 = -211
−5 7 0 −5 7
M31 =| 2 6 −1| 2 6
2 1 −3 2 1
= 90 -14 +0 +42 -5 -0
= 113
K31 = 113
−5 7 0 −5 7
M41 =| 2 6 −1| 2 6
7 −3 1 7 3
= -30 -29 +0 -14 -15 -0
= -108
K41 =108
ǀBǀ =2x117 + (-1)x(-211) + 4x113 + 0x108
=234 + 211 + 452 + 0
=897
INVERS DENGAN MATRIKS ADJOINT
Matrik kofaktor dari A ialah matriks yang berbentuk
𝐾11 𝐾12 𝐾13 . . . 𝐾1𝑛
𝐾21 𝐾22 𝐾23 . . . 𝐾2𝑛
K(A) = 𝐾31 𝐾32 𝐾33 … 𝐾3𝑛
: : :
[𝐾 𝑛1 𝐾 𝑛2 𝐾 𝑛3 … 𝐾 𝑛𝑛 ]
Transpose dari matriks kofaktor disebut matriks adjoint dinyatakan

𝐾11 𝐾21 𝐾31 ⋯ 𝐾𝑛1


𝐾12 𝐾22 𝐾32 ⋯ 𝐾𝑛2
Adj (A) = 𝐾13 𝐾23 𝐾33 ⋯ 𝐾𝑛3
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
[𝐾1𝑛 𝐾2𝑛 𝐾3𝑛 ⋯ 𝐾𝑛𝑛]
Invers matriks A dihitung dengan menggunakan matriks Adjoint adalah sebagai berikut
1
A-1 = | 𝐴 | . 𝐴𝑑𝑗 (𝐴)
Contoh :
−7 −2 −2
K(A) =[ 3 −1 −1]
5 −6 7
−7 3 5
Adj(A) =[−2 −1 −6]
−2 −1 7
Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-3
ǀAǀ =0X5 + 1X(-6) + (-1)X7
=0 -6 -7
= -13
−7 3 5
-1 1
A =− [−2 −1 −6]
13
−2 −1 7
7⁄ −3⁄ −5⁄
13 13 13
2
= ⁄13 1⁄13 6⁄13
2 1⁄ −7⁄
[ ⁄13 13 13]

SOAL !!

1. Carilah A-1 dengan menggunakan matriks adjoint !


0 1 2 2 −4 6
a.) A = [2 4 3] c.) A = [0 1 −1]
3 7 6 0 0 2
1 0 1 3 0 0
b.) A =[−1 3 0] d.) A = [ 9 1 0]
1 0 2 −4 2 4
Jawab :
0 1 2
a.) A = [2 4 3]
3 7 6
4 3 1 2 1 2
K11 = (-1)2. | |=3 K21 = (-1)3. | |= 8 K31 = (-1)4 . | | = -5
7 6 7 6 4 3

2 3 0 2 0 2
K12 = (-1)3. | | = -3 K22 = (-1)4. | | = -6 K32 = (-1)5. | |= 4
3 6 3 6 2 3
2 4 0 1 0 1
K13 = (-1)4. | |= 2 K23 = (-1)5. | |= 3 K33 = (-1)6. | | = -2
3 7 3 7 2 4
3 −3 2 3 8 −5
K (A) = [ 8 −6 3 ] Adj (A) = [−3 −6 4 ]
−5 4 −2 −2 3 −2
Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – 1
1
| A | = ɑ11k11 + ɑ21k21 + ɑ31k31 A-1 = | 𝐴 | . 𝐴𝑑𝑗 (𝐴)

3 8 −5 3 8 −5
1
= 0 . 3 + 2 . 8 + 3 . (-5) = 1 = 1 . [−3 −6 4 ] = [−3 −6 4 ]
−2 3 −2 −2 3 −2

1 0 1
b.) A =[−1 3 0]
1 0 2
3 0 0 1 0 1
K11 = (-1)2. | |=6 K21 = (-1)3. | |= 0 K31 = (-1)4 . | | = -3
0 2 0 2 3 0

−1 0 1 1 1 1
K12 = (-1)3. | |= 2 K22 = (-1)4. | |= 1 K32 = (-1)5. | | = -1
1 2 1 2 −1 0
−1 3 1 0 1 0
K13 = (-1)4. | | = -3 K23 = (-1)5. | |= 0 K33 = (-1)6. | |= 3
1 0 1 0 −1 3
6 2 −3 6 0 −3
K (A) = [ 0 1 0] Adj (A) = [ 2 1 −1]
−3 −1 3 −3 0 3
Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – 3
1
| A | = ɑ13k13 + ɑ23k23 + ɑ33k33 A-1 = | 𝐴 | . 𝐴𝑑𝑗 (𝐴)

6 0 −3
1
= (1 . -3) + (0 . 0) + (2 . 3) = 3 . [ 2 1 −1]
−3 0 3
2 0 −1
= -3 + 0 + 6 = 3 = [2⁄3 1⁄3 −1⁄3]
−1 0 1
2 −4 6
c.) A = [0 1 −1]
0 0 2
1 −1 −4 6 −4 6
K11 = (-1)2. | |=2 K21 = (-1)3. | |= 8 K31 = (-1)4 . | | = -2
0 2 0 2 1 −1
0 −1 2 6 2 6
K12 = (-1)3. | |= 0 K22 = (-1)4. | |= 4 K32 = (-1)5. | |= 2
0 2 0 2 0 −1
0 1 2 −4 2 −4
K13 = (-1)4. | |= 0 K23 = (-1)5. | |= 0 K33 = (-1)6. | |= 2
0 0 0 0 0 1
2 0 0 2 8 −2
K (A) = [ 8 4 0] Adj (A) = [0 4 2]
−2 2 2 0 0 2
Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – 1
1
| A | = ɑ11k11 + ɑ21k21 + ɑ31k31 A-1 = | 𝐴 | . 𝐴𝑑𝑗 (𝐴)

2 8 −2
1
= (2. 2) + 0 + 0 = 4 = 4
. [0 4 2]
0 0 2
1⁄ 2 −1⁄
2 2
= 0 1 1⁄
2
1⁄
[ 0 0 2]

3 0 0
d.) A = [ 9 1 0]
−4 2 4
1 0 0 0 0 0
K11 = (-1)2. | |=4 K21 = (-1)3. | |= 0 K31 = (-1)4 . | |= 0
2 4 2 4 1 0
9 0 3 0 3 0
K12 = (-1)3. | | = -36 K22 = (-1)4. | | = 12 K32 = (-1)5. | |= 0
−4 4 −4 4 9 0
9 1 3 0 3 0
K13 = (-1)4. | | = 22 K23 = (-1)5. | | = -6 K33 = (-1)6. | |= 3
−4 2 −4 2 9 1
4 −36 22 4 0 0
K (A) = [0 12 −6] Adj (A) = [−36 12 0]
0 0 3 22 −6 3

Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – 1


1
| A | = ɑ11k11 + ɑ21k21 + ɑ31k31 A-1 = . 𝐴𝑑𝑗 (𝐴)
|𝐴|

4 0 0
1
= 3 . 4 + 9 . 0 + (-4) . 0 = 12 . [−36 12 0]
22 −6 3
1⁄ 0 0
3
= 12 + 0 + 0 = 12 = [ −3 1 0 ]
22⁄ −1⁄ 1⁄
12 2 4
Invers Matriks dan Aturan Cramer

1. Invers Matriks
Invers dengan matriks adjoint
Matriks kofaktor dari A ialah matriks yang berbentuk
𝐾11 𝐾12 𝐾13 𝐾14
𝐾 𝐾22 𝐾23 𝐾24
K(A)= [ 21 ]
𝐾31 𝐾32 𝐾33 𝐾34
𝐾41 𝐾42 𝐾43 𝐾44
Transpose dari matriks kofaktor di sebut matriks adjoint di nyatakan dengan
𝐾11 𝐾12 𝐾13 − 𝐾𝑛4
𝐾 𝐾22 𝐾23 − 𝐾𝑛4
Adj (A) =[ 21 ]
𝐾31 𝐾32 𝐾33 − 𝐾𝑛4
𝐾41 𝐾42 𝐾43 − 𝐾𝑛4
Invers matriks A dihitung dengan matriks Adjoint adalah sebagai berikut
1
A-1=|𝐴| Adj (A)
Contoh :
Carilah invers dari matriks
1 2 1
A =[−2 3 4 ]
0 1 −1
Penyelesaian :
3 4 −2 3
K11 =(-1)2| |= -7 K13 =(-1)4| |= -2-0 =-2
1 −1 0 1
−2 4 2 1
K12 =(-1)3| |= -1 (2) =-2 K21 =(-1)3| |= -1 (-3) =3
0 −1 1 −1
1 1 1 2
K22 =(-1)4| |= -1 -0 =-1 K23 =(-1)5| |= -1 (1-0) =-1
0 −1 0 1
2 1 1 1
K31 =(-1)4| |= 1 (8-3) =5 K32 =(-1)5| |= -1 (4+1) =-6
3 4 −2 4
1 2
K11 =(-1)6| |= 1 (3+4) =7
−2 3
|A| dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke -3

|A| = a 31X31 + a 32X32 + a 33X33

=0.5 + 1.(-6) + (-1).7


= 0 -6 -7
= -13
1
A-1=|𝐴| Adj (A)
−7 3 5
1
=−13 [−2 −1 −6]
−2 −1 7
7⁄ −3⁄ −5⁄
13 13 13
2
= ⁄13 1⁄ 6⁄
13 13
2 1⁄ −7⁄
[ ⁄13 13 13]

Soal
1) Carilah A-1 dengan menggunakan matriks Adjoint
0 1 2 2 −4 6
a. A =[2 4 3] c. A =[0 1 −1]
3 7 6 0 0 2
1 0 1 3 0 0
b. A =[−1 3 0] d. A =[ 9 1 0]
1 0 4 −4 2 4
Jawab:
0 1 2
a. A =[2 4 3]
3 7 6
4 3 2 3
K11 =(-1)2| |= 3 K12 =(-1)3| |= -3
6 7 3 6
2 4 1 2
K13 =(-1)4| |= 2 K21 =(-1)3| |= 8
3 7 7 6
0 2 0 1
K22 =(-1)4| |= -6 K23 =(-1)5| |= 3
7 6 3 7
1 2 0 2
K31 =(-1)4| |= -5 K32 =(-1)5| |= 4
4 3 2 3
0 1
K33 =(-1)6| |= -2
2 4
3 −3 2 3 8 −5
K(A) =[ 8 6 3] Adj (A) =[−3 −6 4 ]
−5 4 −2 2 3 −2
|A| dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke – 1

|A| = a 12X12 + a 12X12 + a 13X13

=0.3 + 1.-3 + 2.2


= 3-3+4
=1
1
A-1=|𝐴| Adj (A)
3 8 −5
1
=1 [−3 −6 4 ]
2 3 −2
3 8 −5
=[−3 −6 4 ]
2 3 −2
1 0 1
b. A =[−1 3 0]
1 0 4
3 0 −1 0
K11 =(-1)2| |= 6 K12 =(-1)3| |= 2
0 2 1 2
−1 3 1 1
K13 =(-1)4| |= -3 K21 =(-1)3| |= 0
1 0 1 2
1 1 1 0
K22 =(-1)4| |= 1 K23 =(-1)5| |= 0
1 2 1 0
0 1 1 1
K31 =(-1)4| |= -3 K32 =(-1)5| |= -1
3 0 −1 0
1 0
K33 =(-1)6| |= 3
−1 3
6 2 −3 6 0 −3
K(A) =[ 0 1 0] Adj (A) =[ 2 1 −1]
−3 −1 3 −3 0 3
|A| dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke – 2

|A| = a 12X12 + a 12X12 + a 13X13

=0.2 + 3.1 + 0.-1


= 0+3+0
=3
1
A-1=|𝐴| Adj (A)
6 0 −3
1
=3 [ 2 1 −1]
−3 0 3
2 0 −1
=[2⁄3 1⁄ −1⁄ ]
3 3
−1 0 1

2. Aturan Cramer
Untuk mencari solusi dari SPL dapat menggunakan Aturan Cramer untuk penyusunan
SPL Ax =b maka :
𝑑𝑒𝑡 (𝐴𝐾 )
𝑋𝐾 =
𝑑𝑒𝑡 (𝐴)
a 11X1 + a 12X2a + 13X3 aX
+ ..... + n n = b1

a 11 1X +a X +a
12 2 X + ..... + a X
13 3 n n = b1

: :
a 11X1 + a 12X2 + a 13X3 + ..... + aX
n n = b1
untuk mencari det (AK) kita tulis matriksnya dengan mengganti b
ɑ11 ɑ12 ɑ13 𝑏1 ɑ1𝑛
ɑ
maka det (AK) = | 21
ɑ22 ɑ23 𝑏2 ɑ2𝑛
|
: : : : :
ɑ𝑛1 ɑ𝑛2 ɑ𝑛3 𝑏𝑛 ɑ𝑛𝑛

syarat : 1). |A1| = det (A) ≠ 0

2). Banyaknya persamaan = banyaknya variabel

Contoh :

Cek apakah SPL berikut di selesaikan dan aturan cramer :


3𝑥 + 2𝑦 = 5
{
𝑥+𝑦 =2
3 2
(i). Det (A) =| | (ii). Jumlah persamaan = jumlah variabel
1 1
= 3 -2 =1 kedua syarat memenuhi -> aturan
5 2
Det (Ax) =| | Cramer bisa di pakai
2 1
= 5-4 =1
3 5
Det (Ay) =| |
1 2
=6-5 =1
1 1
X12= = 1 Yx = = 1
1 1

Contoh :

Carilah x, y, t dengan aturan cramer dari SPL berikut :


3𝑥 + 𝑦 + 𝑧 = 7
a). {2𝑥 − 𝑦 + 2𝑧 = 7
𝑥 + 4𝑦 − 𝑧 = 0
3 1 1 3 1
Det (A) = |2 −1 2 | 2 −1
1 2 −1 1 2
=3 + 2 +4 –(-2 +12 -1)

=9 – 9

=0

*Tidak memenuhi syarat


2𝑥 + 𝑦 + 𝑧 = 4
b). {𝑥 − 𝑦 − 𝑧 = −1
𝑥 + 𝑦 + 2𝑧 = 4
2 1 1 2 1
Det (A) = |1 −1 −1| 1 −1
1 1 2 1 1
=-4 +(-1)+1 – (-1)-(-2)-2

=-4 -1 +1 +1 +2 -2

=-3
4 1 1
|−1 −1 −1|
det( 𝐴𝑋 ) 4 1 2 −3
X= det(𝐴)
= −3
= −3
=1

4 1 1 4 1
|−1 −1 −1| −1 −1
4 1 2 4 1
=-8 +(-4) + (-1) – (-4) – (-4) – (-2)

=-8 -4 +4 +4 +2

= -3
2 4 1 2 4
|1 −1 −1| 1 −1
1 4 2 1 4
=-4 +(-4) +4 – (-1) – (-8) -8

=-3
det(𝐴𝑦 ) −3
Y= = =1
det( 𝐴) −3

2 1 4 2 1
|1 −1 −1| 1 −1
1 1 4 1 1
det(𝐴 )𝑧 −3
=-8 +(-1) + 4 – (-4) – (-2) – 4 Z = det( 𝐴) = −3 =1

=-3
VEKTOR

Vektor ialah ruas garis berarah, jadi setiap vector mempunyai panjang dan arah.
Setiap vector memiliki titik awal (iritial point) dan memiliki titik akhir (terminal point).

Vektor di Ruangan 2 (R2)


 Dua vector yang panjangnya sama dan arahnya sama disebut ekuivalen,
 Jumlah dua vector ū dan v̅ di tulis ū +v̅ didedinisikan sebagai vector yang titik awalnya
sama dengan titik awal ū dan mempunyai titik akhir v̅ di himpit dengan titik akhir.
Vector ū

 Vektor yang panjangnya 0 (nol) dinamakan vector nol ( zero vector) dan dinyatakan
dengan o̅, serta di definisikan
o̅ + v̅ = v̅ + o̅ = v̅
 Jika sebarang vector v̅ yang merupakan vector tak nol maka vector yang jika di
tambahkan dengan v̅ hasilnya sama dengan vector nol merupakan vector yang
besarnya sama dengan v̅ tetapi arahnya berlawanan dengan v̅. vector ini disebut
dengan negative v̅ di tulis -v̅ dan -v̅ + v̅= 0

 Jika vector ū dan v̅ adalah sebarang 2 vektor, pengurangan v̅ dan ū di devinisikan


ū -v̅ =ū +(-v̅)

cara langsung tanpa mengunakan -v̅

 Jika v̅ adalah vector tak nol dan k bilangan real tak nol (sekalar), maka hasil kali dari
k. v̅ yang panjangnya |k| tak panjang (v̅) dan arahnya sama dengan arah v̅. jika k<0,
dapat didefinisikan k. v̅=0. Jika k=0 atau v̅=0
Pada koordinat kortesius suatu vector v̅ yang memiliki titik awal 0 dan titik akhir (v1,v2)
ditulis vr(v1,v2). (v1,v2) disebut komponen-komponen vector v̅.

Dua vector v̅ =(v1,v2) dan ω


̅ =(w1,w2) di sebut ekuivalen jika v1=w2 dan v2=w1.
Penjumlahan vector v̅ + 𝜔 ̅ = (v1+w1.v2+w2) dan perkalian kv =(kv1.kv2)

Vektor Di Ruang Tiga (R3)


Vector di ruang R3 dapat digambarkan oleh tripel bilangan real.
v̅ =(v1,v2,v3) dan ω
̅ = (w1,w2,w3)
v̅ + ω
̅ =(v1 + w1, v2 +w2, v3+w3)
Kv̅ = (kv1, kv2,kv3)
Contoh :
Gambarkan Vektor v̅ = (2,3,5)
Kadang-kadang vector ditempatkan sedemikian rupa
sebagai titik awalnya tidak memiliki titik asal jika p1p2
mempunyai titik awal p1 (x1,y1,z1)

Maka P1P2 =(x2-x1,y2-y1,z2-z1)

P1P2 = OP1 –OP2


=(x2-o,y2-o,z2-o)-(x1-o,y1-o,z1-o)
=(x2,y2,z2)-(x1,y1,z1)
=(x2-x1,y2-y1,z2-z1)

Contoh Soal!
Komponen- komponen vector v̅ =P1P2 dengan titik awal P1 (2,-1,4) dan titik terminal
P2 (7,5,-8) adalah…
v̅ =(7-2,5+1,-8-4) = (5,6,-12)
Analog dengan itu maka di R2 dengan titik awal P1(x1y1) dan titik awal terminal P2(x2y2)
adalah P1P2 = (x2-x1, y2-y1)

Norm Vaktor

 ̅ adalah vaktor vaktor dari R2 dan R3 dan k,l adalah skater maka berlaku
Jika ū ,v̅, ω
sifat-sifat berikut:
a. ū +v̅ =v̅+ ū
b. (ū +v̅) +ω ̅ = ū +(v̅+ ω
̅)
c. Ū +o̅ = o̅ + ū + ū
d. Ū+ (-ū) = o̅
e. K (l ū) =(kl) ū
f. K(ū +v̅) =k ū +kv̅
g. (k+l) ū =kū +l ū
h. L. v̅ = ū
 Panjang sebuah vector v̅ disebut norm v̅ dinotasikan dengan ǁvǁ
 Norm vector v̅ =(v1,v2) d1 R3 adalah ǁvǁ =√𝑣12 +𝑣22
 Norm cektor v̅ =(v1,v2,v3) di R3 adalah ǁvǁ =√𝑣12 +𝑣22 +𝑣32

Jika P1(x1,y1,z1) danP2 (x2,y2,z2,) adalah dua titik diR2 maka jarak (d) diantara 2 titik
tersebut adalah norm P1P2 dengan :

𝑑 = √(𝑥2 +𝑥1 )2 −(𝑢2 +𝑢1 )2 −(𝑧2 +𝑧1 )2

Demikian juga jika P1(x1,y1,z1) danP2 (x2,y2,z2,) adalah titik di R3 maka jarak antera ke-2
tersebut adalah :

𝑑 = √(𝑥2 − 𝑥1 )2 + (𝑦2 − 𝑦1 )

Contoh:
1. Norm vector (-3,2,1) adalah
ǁvǁ =√(−3)2 + 22 + 12
=√9 + 4 + 1
=√14
2. Jarak antara titik P1 (2,-1,-5) dan P2 (4,-3,1) adalah
D= √(4 − 2)2 + (−3 + 1)2 + (1 + 5)2
=√(2)2 + (−2)2 + (6)2
=√4 + 4 + 36
=√44
=2√11

Hasil Kali Titik & Proyeksi


Jika ū dan v̅ adalah vector-vektor di R2 dan R3 dan θ adalah sudut diantara ū dan v̅. maka hasil
kali titik (dot product) atau hasil kali dalam eutlidean (eutlidean inner product) ū ,v̅
didefinisikan oleh :
ǁūǁ. ǁv̅ǁ cos θ; jika ū ≠ 0 dan v̅ ≠ 0
Ū.v̅ = {
0 ; ū. v̅. 0
Contoh Soal : Diketahui 2 buah vektor 𝑢̅ = (0,0,1)𝑑𝑎𝑛 𝑣̅= (0, 2, 2) sudut diantara 2 vektor 𝑢̅ dan 𝑣̅ adalah
45° tentukan hasil kali titik dikedua vektor tersebut ?
Jawab :

𝑢̅ . 𝑣̅= ‖𝑢̅‖. ‖𝑣̅‖ cos θ

= √02 + 02 + 12 x √02 + 22 + 22 𝑥 cos 45°


1
= 1√8 𝑥 √2
2
=2
Misalkan diketahui gambar di bawah ini

Maka diketahui panjang vactor ⃗⃗⃗⃗⃗


𝑃𝑄 digunakan hukum cosinus yaitu :
⃗⃗⃗⃗⃗ ‖ = √‖u̅ ‖2 + ‖𝑣̅ ‖2 − 2‖𝑢̅‖‖𝑣̅ ‖ cos θ
‖𝑃𝑄

⃗⃗⃗⃗⃗ ‖2 = ‖𝑢̅‖2 + ‖𝑣̅‖2 − 2‖𝑢̅‖‖𝑣̅ ‖ cos θ


‖𝑃𝑄
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑣̅ − 𝑢̅ 𝑚𝑎𝑘𝑎 ‖𝑃𝑄
Karena 𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗⃗ ‖2 = ‖𝑣̅ − 𝑢̅‖2

⃗⃗⃗⃗⃗ ‖2 = ‖𝑣̅ − 𝑢̅‖2


Jadi ‖𝑃𝑄

⟺ ‖𝑢̅‖ 2 + ‖𝑣̅‖2 − 2‖𝑢̅‖‖𝑣̅‖ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = ‖𝑣̅ − 𝑢̅‖2


1
⟺ ‖𝑢̅‖‖𝑣̅‖ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = (‖𝑢̅‖2 + ‖𝑣̅‖2 − ‖𝑣̅ − 𝑢̅‖2 )
2

1 𝑢12 + 𝑢22 + 𝑢32 + 𝑣12 + 𝑣22 + 𝑣 23


⟺ ‖𝑢̅‖‖𝑣̅‖ 𝑐𝑜𝑠 𝜃 = (−(𝑣 2 2 2)
2 1 𝑢1 ) − (𝑣2 − 𝑢2 ) − (𝑣3 − 𝑢3 )

1 𝑢2 + 𝑢2 + 𝑢2 + 𝑣12 + 𝑣22 + 𝑣32 − 𝑣12 + 2𝑢1 𝑣1


= ( −1𝑢2 −2 𝑣2 +32𝑢 2 2 2)
2 1 2 2 𝑣2 − 𝑢2 − 𝑣3 + 2𝑢3 𝑣 3 − 𝑢3

1
= 2
(2𝑢1 𝑣1 + 2𝑢2 𝑣2 + 2𝑢3 𝑣3 )

= 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣 2 + 𝑢3 𝑣3
Tadi dipunyai 𝑢̅ . 𝑣̅= ‖𝑢̅‖. ‖𝑣̅‖ cos 𝜃 maka 𝑢̅ × 𝑣̅= 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2 + 𝑢3 𝑣3

Jika 𝑢̅ = (𝑢1, 𝑢1 ) dan 𝑣̅= (𝑣1, 𝑣1 ) adalah vektor vektor di 𝑅2 maka rumus yang bersesuaian adalah:

𝑢̅ × 𝑣̅= 𝑢1 𝑣1 + 𝑢2 𝑣2

Jika 𝑢̅ dan 𝑣̅ adalah vektor tak nol maka kita menentukan sudut diantara 2 vektor tersebut dengan
rumus
u̅v̅
𝑐𝑜𝑠 𝜃 = ‖u̅‖‖v̅‖
Contoh soal :

Diketahui vektor 𝑢̅ = (2, −1, 1), 𝑣̅= (1, 1, 2). Carilah 𝑢̅𝑣̅dan tentukan sudut 𝜃 diantara 𝑢̅ 𝑑𝑎𝑛 𝑣̅

Penyelesaian :
2 × 1 + (−1) × 1 + 1 × 2
𝑐𝑜𝑠 𝜃 =
√22 + (−1)2 + 12 𝑥 √1 2 + 12 + 22
2−1+2
=
√6 𝑥 √6
3 1
= =2
6
1
𝑐𝑜𝑠 𝜃 = 2
1
𝜃 = cos −1 ( 2)

= 60

Misalkan 𝑢̅dan 𝑣̅ adalah vektor di 𝑅2 atau 𝑅3 , maka berlaku sifat berikut :


(i) 𝑣̅. 𝑣̅ = ||𝑣||2 ↔ ||𝑣̅|| = √𝑣̅. 𝑣̅
(ii) Jika 𝑢̅ dan 𝑣̅ adalah vektor tak nol dan 𝜃 adalah sudut diantara dua vektor tersebut
maka :
o 𝜃 lancip ↔ 𝑢̅. 𝑣̅ > 0
o 𝜃 tumpul ↔ 𝑢̅. 𝑣 < 0
o 𝜃 siku-siku ↔ 𝑢̅. 𝑣 = 0
Vektor yang tegak lurus disebut dengan Vektor Orthegonal
Dua vektor tak nol adalah tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali titiknya adalah nol
Jika 𝑢̅, 𝑣̅, dan 𝑤̅ adalah vektor-vektor di 𝑅2 atau 𝑅3 , dan k adalah skalar, maka berlaku sifat-
sifat berikut :
i. 𝑢̅ . 𝑣̅= 𝑣̅. 𝑢̅ ( 𝑢̅ x 𝑣̅orthogonal ke-𝑢̅ )
ii. 𝑢̅ ( 𝑣̅+ 𝑤̅ ) = 𝑢̅ . 𝑣̅+ 𝑢̅ . 𝑤̅ ( 𝑢̅ . 𝑣̅orthogonal ke-𝑣̅)
iii. k ( 𝑢̅ . 𝑣̅) = ( k 𝑢̅ ) . 𝑣̅( identitas logrange )
iv. 𝑣̅. 𝑣̅> 0 jika 𝑣̅≠ 0 dan 𝑣̅. 𝑣̅= 0 jika 𝑣̅= 0
Hasil Kali Silang
 Jika 𝑢̅ = ( 𝑢1, 𝑢2, 𝑢3 ) dan 𝑣̅= ( 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3 ) adalah vektor di 𝑅3 , maka kali silang 𝑢̅ x 𝑣̅adalah vektor
yang didefinisikan oleh :
𝑢̅ x 𝑣̅= ( 𝑢2 𝑣3 – 𝑢3 𝑣2, 𝑢3 𝑣1 – 𝑢1 𝑣3, 𝑢1 𝑣2 – 𝑢2 𝑣1 )
Atau
𝑢2 𝑢3 𝑢1 𝑢3 𝑢1 𝑢2
u̅xv̅ = |𝑣 𝑣 | , − |𝑣 𝑣 | , |𝑣 𝑣 |
2 3 1 3 1 2

Contoh :
1. Carilah 𝑢̅ x 𝑣̅ dimana 𝑢̅ = ( 1, 2, -2 ), dan 𝑣̅= ( 3, 0, 1 ) !?
Penyelesaian :
1 2 −2
Bentuk matriks ( )
3 0 1
2 −2 1 −2 1 2
u̅xv̅ = | |,−| |,| |
0 1 3 1 3 0
= (2,-7,-6)
 Jika 𝑢̅ dan 𝑣̅ adalah sebarang vektor di 𝑅3 dan k adalah skalar, maka berlaku sifat-sifat sebagai
berikut :
1. 𝑢̅ (𝑢̅ x 𝑣̅) = 0 (𝑢̅ x 𝑣̅ Orthogonal ke 𝑢̅)
2. 𝑣̅(𝑢̅ x 𝑣̅) = 0 (𝑢̅ x 𝑣̅ Orthogonal ke 𝑣̅)
3. ||𝑢̅ x 𝑣̅||²= ||𝑢̅||². ||𝑣̅||² - (𝑢̅ x 𝑣̅) 2 (Identitas Lagrange)

Contoh Soal !!

Jika 𝑢̅ = ( 1, 2, -2 ), 𝑣̅= ( 3, 0, 1 ), Carilah!

a. 𝑢̅ ( 𝑢̅ x 𝑣̅)
b. 𝑣̅( 𝑢̅ x 𝑣̅)

Penyelesaian :
2 −2 1 −2 1 2
a. 𝑢̅ ( 𝑢̅ x 𝑣̅) = ( 1, 2, -2 ) | |,−| |,| |
0 1 3 1 3 0
= ( 1, 2, -2 ) ( 2, -7, -6 )
= 2 - 14 + 12
=0
𝑢̅ x 𝑣̅ orthogonal ke- 𝑢̅
b. 𝑣̅( 𝑢̅ x 𝑣̅) = ( 3, 0, 1 ) ( 2, -7, -6 )
=6+0–6
=0
𝑢̅ x 𝑣̅ orthogonal ke-𝑣̅
 Jika 𝑢̅ dan 𝑣̅ adalah sebarang vektor di 𝑅3 dan k adalah skalar, maka berlaku sifat-sifat sebagai
berikut :
1. 𝑢̅ x 𝑣̅= - ( 𝑣̅x 𝑢̅ )
2. 𝑢̅ x ( 𝑣̅+ 𝑤̅ ) = ( 𝑢̅ x 𝑣̅) + ( 𝑢̅ x 𝑤̅ )
3. ( 𝑢̅ + 𝑣̅) x 𝑤̅ = ( 𝑢̅ x 𝑤̅ ) + ( 𝑣̅x 𝑤̅ )
4. k ( 𝑢̅ x 𝑣̅) = ( k 𝑢̅ ) x 𝑣̅= 𝑢̅ x ( k 𝑣̅)
5. 𝑢̅ + 𝑜̅= 𝑜̅+ 𝑢̅ = 𝑢̅
6. 𝑢̅ x 𝑢̅ = 0

Proyeksi

Perhatikan gambar berikut !

Vektor 𝑤̅ , sejajar dengan 𝑎̅ . Vektor 𝑤̅2 tegak lurus dengan 𝑎̅ dan


̅1 + 𝑤̅2 = 𝑤̅1 + ( U- 𝑤̅1 ) = 𝑈̅
Vektor 𝑤̅ , dinamakan proyeksi ortagonal 𝑈̅ pada 𝑎̅ atau komponen vector 𝑈̅
sepanjang 𝑎̅ dan dinotasikan dengan
𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅
Vektor 𝑤̅1 dinamakan komponen vector 𝑈̅ yang ortagonal terhadap 𝑎̅
𝑤̅2 = 𝑈̅ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅
Jika 𝑈̅ dan 𝑎̅ adalah vector-vector di 𝑅 2 atau 𝑅 3 dan jika a ≠ 0 maka 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ =
𝑈̅̅.𝑎̅
‖𝑎‖²
. 𝑎̅ ( komponen vector 𝑈̅ sepanjang 𝑎̅ )
𝑈̅. 𝑎̅
𝑈̅ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ = 𝑈̅ − . 𝑎̅
‖𝑎‖²
( komponen vector 𝑈̅ yang ortigonal dengan 𝑎̅)

Contoh

Misalkan 𝑈̅ = (2,-1,3) dan 𝑎̅ = (4,-1,2) . Carilah komponen vector 𝑈̅ sepanjang 𝑎̅ dan


komponen vector 𝑈̅ yang orthogonal dengan 𝑎̅ .

Penyelesaian :

𝑈̅ . 𝑎̅ = (2,-1,3) (4,-1,2)

=8+1+6

= 15

‖𝑎‖² = 4² + (-1)² + 2²

= 16 + 1 + 4

= 21

(i) Komponen Vektor 𝑈̅ sepanjang 𝑎̅


𝑈̅. 𝑎̅ 15 16 −4 10
𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ = . 𝑎̅ = ( 4, −1,2) = ( , , )
‖𝑎‖² 21 7 7 7
(ii) Komponen Vektor 𝑈̅ yang orthogonal dengan 𝑎̅
16 −4 10
𝑈̅ − 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ = 𝑈̅ − ( , , )
7 7 7
16 −4 10
= (2, −1,3) − ( , , )
7 7 7
16 −4 10
= ( , , )
7 7 7
Panjang komponen vector 𝑈̅ sepanjang 𝑎̅
𝑈̅. 𝑎̅
‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ ‖ = ‖ . 𝑎̅‖
‖𝑎‖²
𝑈̅̅.𝑎̅
= |‖𝑎‖²| . ‖𝑎̅‖
|𝑈̅̅ × 𝑎̅|
= ‖𝑎̅‖
|𝑈̅̅× 𝑎̅|
Jadi ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ ‖ = ‖𝑎̅‖
karena 𝑈̅ × 𝑎̅ = ‖𝑈̅‖‖𝑎̅‖ 𝑐𝑜𝑠 𝜃
maka ‖𝑝𝑟𝑜𝑦𝑎 𝑈̅ ‖ = ‖𝑈̅‖ 𝑐𝑜𝑠 𝜃

Anda mungkin juga menyukai