Anda di halaman 1dari 3

Lawan Abadi Tawuran Pelajar Kota Blitar (STMK vs STMI) ETNOH...

1 of 6

http://etnohistori.org/lawan-abadi-tawuran-pelajar-kota-blitar-arifagusset...

ETNOHISTORI
/ Jumat, 21 November 2014

Depan
Kegiatan
Undangan
Kontak
Tentang Etnohistori

Lawan Abadi Tawuran Pelajar Kota Blitar (STMK vs


STMI)
oleh: Arif Agus Setiawan *

TAWURAN mirip dengan sebuah perang. Membicarakan permasalahan ini, kita akan membayangkan berapa banyak jumlah orang yang terlibat
dalam kejadian dan persenjataan apa saja yang dipergunakan. Dalam konsep tawuran, pemenang adalah mereka yang selalu memiliki jumlah
anggota lebih banyak dari musuh yang dihadapi. Penggunaan senjata pada tawuran bisa dikatakan masih tergolong tradisional; tongkat, ketapel,
pisau, batu dan lainnya.
Tradisi tawuran pelajar di Kota Blitar selalu melibatkan dua sekolah swasta favorit yaitu STMK (Sekolah Teknologi Menengah Katolik) Santo Yusup
Blitar dan STMI (Sekolah Teknologi Menengah Islam) Blitar yang sekarang berubah menjadi SMK. Kedua sekolah inilah yang mencatat kejadian
terbanyak dalam sejarah tawuran pelajar, dan tak pelak selalu menjadi pusat perha an ke ka terjadi tawuran pelajar di Kota Blitar. Dalam
sejarahnya, keduanya memang samasama menyandang sebagai sekolah kejuruan swasta favorit yang bersaing dalam segala bidang.
Tulisan berikut menggambarkan sisi perjalanan penulis ke ka masih duduk sebagai seorang murid dari salah satu sekolah tersebut (STMK) antara
tahun 1996 sampai 1999, dimana penulis juga sempat terlibat dalam beberapa kejadian tawuran sekolah. Pada tulisan ini, penyebutan nama
sekolah akan dipergunakan STM bukan SMK, dengan alasan nama tersebut sesuai dengan perjalanan sejarah ke ka itu dan lebih populer di
zamannya.

STMK versus STMI: Musuh Bebuyutan dalam Tawuran

11/21/2014 2:41 PM

Lawan Abadi Tawuran Pelajar Kota Blitar (STMK vs STMI) ETNOH...

2 of 6

http://etnohistori.org/lawan-abadi-tawuran-pelajar-kota-blitar-arifagusset...

swasta kejuruan favorit sampai saat ini, meski berstatus sebagai sekolah Katolik, hampir sebagian besar muridmuridnya beragama Islam. Penulis
juga sempat bertanya kepada salah satu murid perempuan, ternyata sekolah sudah memperbolehkan para murid perempuan untuk memakai
jilbab (kerudung) bagi pemeluk Islam. Perbedaan dalam beragama di sekolah bukan menjadi permasalahan yang besar, justru ke ka itu se ap
hari senin semua murid diwajibkan ke gereja bersamasama untuk mendapatkan siraman rohani[1]. Murid STMK ke ka itu sebagian berasal dari
daerah Kotamadya Blitar dan sebagian lagi dari daerah Kabupaten Blitar. Dalam persoalan kultur muridmuridnya memang lebih kelihatan
bergaya seper anak kota.
Sedangkan STMI merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan milik Lembaga Pendidikan MaarifNahdlatul Ulama (NU) cabang Blitar.
Dengan dilatarbelakangi adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap sekolah kejuruan, khususnya bagi kalangan warga Nahdliyin
Blitar, maka pada tanggal 14 Maret 1968 didirikan STM NU berlokasi di Jalan Musi Kota Blitar (tahun 1971 diubah menjadi STM Islam Blitar[ 2] .
Secara kultur, sangat ketara bahwa muridmuridnya cenderung ndeso[3], ini dimungkinkan karena kebanyakan berasal dari perdesaan sekitaran
Kota Blitar.
Sejarah tawuran antara kedua sekolah ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, jauh sebelum penulis menjadi murid STMK. Banyak senior atau
alumnus sekolah ini, kebingungan ke ka ditanyakan permasalahan tersebut. Namun pengalaman penulis, tawuran sering terjadi ke ka ada
sebuah kompe si ataupun lomba dalam wilayah kota, seper kompe si sepakbola antar pelajar (Walikota Cup), lomba baris memperinga hari
kemerdekaan dan harihari biasa ke ka antar murid kedua sekolah ini bertemu.
Turnamen paling bergengsi ke ka itu adalah kompe si memperebutkan piala sepakbola Walikota Cup, dan STMK merupakan sekolah yang
paling banyak menjuarai dalam kompe si ini. Satu hal yang tak ke nggalan adalah terjadinya tawuran antar supporter sekolah ke ka STMK
bertanding melawan STMI. Ke ka akan melihat pertandingan antar kedua sekolah tersebut, kami biasanya berkumpul dan berkoordinasi di
warung rokok milik Mbah Jie dan Bu RT depan sekolah[ 4] . Kedua warung inilah yang ap harinya dijadikan tempat nongkrong untuk sekedar
ngobrol, ngopi dan merokok. Di sepanjang jalan depan warung dapat ditemui gerombolangerombolan muridmurid STMK dengan jumlah yang
banyak. Setelah berkumpul kami pun berjalan menuju stadion Kota Blitar dengan melewa Jalan Cokroaminoto dan Jalan Dr. Wahidin, di
sepanjang perjalanan seakan memamerkan kekuatan, seper mengingatkan long march Mao Zedong ke ka memimpin kaum komunis Cina
menembus kepungan kaum nasionalis. Setelah sampai stadion, kami memasuki gerbang stadion sebelah mur dan melihat pertandingan tepat
berada di belakang gawang dari STMI selaku lawan. Kenapa kami memilih berada di situ?, karena dengan posisi tersebut kami dapat
mengganggu konsentrasi penjaga gawang lawan dan ke ka itu memang tempat duduk stadion hanya seperempat saja yang sudah terbangun.
Ke ka babak pertama berakhir, biasanya kami berjalan berputar untuk mencari posisi kembali tepat berada di belakang gawang lawan. Tetapi di
tengah perjalanan, yakni di area bawah tempat duduk utama stadion, kami selalu berhadapan dengan pihak supporter STMI dan di situlah
tawuran tak terelakkan. Hujan batu dan aksi saling lempar pun terjadi di antara kedua supporter, murid yang dak mampu lolos dari kejaran
lawan harus menghadapi keroyokan dan pukulan beramairamai. Kejadian itu akan terhen apabila pihak keamanan datang. Dari kejadian
tersebut, banyak penjual makanan dan penonton di dalam stadion terkena dampak dari lemparan batu yang dilakukan kedua supporter sekolah
ini, karena biasanya tawuran terus berlanjut hingga di luar stadion.
Tawuran yang lain terjadi ke ka lomba baris antar pelajar memperinga hari kemerdekaan. Seper sebelumnya kami selalu melakukan long
march di sepanjang jalan, seakan menjadi kekuatan yang mema kan bagi pihakpihak pelajar lain sekolah. Ke ka berada di persimpangan Jalan
Merdeka dan Jalan Lawu, jalanjalan utama di Kota Blitar. Kami melihat muridmurid STMI bergerombol, seke ka itu kami langsung mengejar
dan menyerangnya. Hujan batu dan pemukulan pun tak terelakkan, karena kalah dalam segi jumlah, muridmurid STMI pun berlari sepanjang
Jalan Lawu menuju ke utara mendeka area sekolahnya. Kemenangan tersebut, membuat kami bersoraksorai dan beris rahat sambil ngopi di
warungwarung sekitar alonalon kota, dengan keadaan yang sudah terpisah satu per satu antar teman. Tetapi sial, tanpa diduga pihak
muridmurid STMI melancarkan serangan balik dari sisi utara. Kami yang dak siap akhirnya berlari berhamburan meloloskan diri, waktu itu
penulis sedang berada di dalam warung pedagang kaki lima bersama beberapa teman. Karena gugup kami pun melepas atribut sekolah kami,
agar dak dikenali murid STMI. Untuk menghidari kecurigaan pihak lawan, kami pun berjalan berpencar menuju sekolah kembali. Di depan
sekolah sepanjang Jalan Panglima Besar Soedirman, kami mengumpulkan kekuatan yang tadinya tercerai berai lantas melakukan persiapan
persenjataan seper batu yang dimasukkan ke dalam tas masingmasing. Setelah berkumpul dengan jumlah banyak, kami kembali berjalan
mengelilingi jalanjalan protokol kota dengan tujuan mencari dan melakukan serangan balik terhadap muridmurid STMI. Akhirnya kami pun
bertemu di persimpangan Jalan Mastrip. Tawuran pun terjadi, namun dengan persiapan yang matang kami pun melakukan perlawanan dengan
gigih, hujan batu seakan menghen kan ak vitas di sepanjang jalan. Tawuran berhen ke ka satuan kepolisian datang dan menyemprotkan gas
air mata ke arah kejadian. Sebenarnya waktu itu kami sempat bersorak senang ke ka gas air mata disemprotkan, karena memang belum paham
efek dari gas tersebut. Setelah mengetahui efek yang di mbulkan menyebabkan mata pedas, akhirnya kami berlari berhamburan ke arah mur
dan ke pemukiman penduduk. Ke ka sampai di depan sekolah kami beris rahat, lalu kami pulang ke rumah masingmasing. Setelah tawuran
selesai biasanya kami melakukan sweeping muridmurid STMI yang kebanyakan anakanak yang berasal dari luar kota. Sweeping dilakukan di
haltehalte bus umum yang strategis seper halte Kawi, halte Cepaka dan persimpangan SPG[ 5] . Sebagian besar murid STMK berdomisili di Kota
Blitar dan mengenal premanpreman yang biasa mangkal di halte bus tersebut. Di halte Kawi, dengan bergaya santai kami biasanya selalu
melihat atribut pelajar yang berada di sekitar halte tersebut, sehingga dengan sangat mudah menemukan murid STMI, beberapa teman kami
pun langsung mengeroyok mereka.
Melihat uraian di atas, tawuran pelajar terjadi bukan dikarenakan atas dasar mo f agama, yang ke ka itu sering dihembuskan oleh masyarakat.
Ini merupakan tawuran yang benarbenar murni dari ha nurani demi membela iden tas nama sekolah. Muridmurid STMK ke ka itu sebagian
besar beragama Islam, jadi salah ke ka ada asumsiasumsi bahwa ini adalah tawuran antar agama. Tawuran terjadi demi membela gengsi nama
sekolah, kami dak peduli bahwasannya mereka saudarasaudara muslim, asalkan mereka bersekolah di STMI pas akan kami musuhi. Ke ka
berla h berbaris di sekolah, kami juga sering menyanyikan lagu mars STMK. Salah satu bait lagu mars tersebut berbunyi Hiduplah STM Katolik
Kita, menjadi inspirasi dan membakar semangat kami untuk terus membela iden tas serta gengsi nama sekolah. Perseteruan ini terus berlanjut
dari generasi ke generasi. [ ]

11/21/2014 2:41 PM

Lawan Abadi Tawuran Pelajar Kota Blitar (STMK vs STMI) ETNOH...

3 of 6

http://etnohistori.org/lawan-abadi-tawuran-pelajar-kota-blitar-arifagusset...

Catatan
[1] Gereja yang biasa dipergunakan adalah Gereja Santo Yusup di Jalan Diponegoro Blitar, sebagian murid-murid yang beragama Islam hanya sekedar
......mengikuti aktivitasnya walaupun kadang hanya bergurau dalam gereja.
[2] http://smkislam.com
[3] Kata 'ndeso' identik dengan sifat kampungan dan norak.
[4] Mbah Jie adalah kakek pemilik warung. Pada waktu itu beliau sudah sangat tua dan sangat ter-Jawa-kan, penulis pernah satu kali mendapatkan
......nasehat dari beliau tentang filosofi Jawa. Tetapi info terbaru mengatakan Mbah Jie sekarang sudah meninggal dunia. Sedangkan Bu RT adalah
......pemilik warung di sebelah utara STMK. Sering dipanggil Bu RT karena memang dahulu suaminya mantan ketua RT.
[5] Nama halte Kawi berawal ketika di daerah perempatan tersebut dahulunya terdapat gedung bioskop yang bernama Kawi, sampai sekarangpun
......masyarakat tetap menjulukinya sebagai perempatan Kawi. Halte Cepaka hanya diambil karena kebetulan berada di Jalan Cepaka. Sedangkan SPG
......(Sekolah Pendidikan Guru) di daerah perempatan tersebut dahulunya terdapat kampus keguruan yang sekarang menjadi Kampus III Universitas
......Negeri Malang, tetapi sampai sekarang masyarakat tetap menjulukinya sebagai perempatan SPG.

30 Juli 2011

* Penulis aktif di The Post-Institute Blitar, Jawa Timur.

Etnohistori edisional Jago, Preman & Negara

1329

Share

72

3 Tanggapan

Mi achul Chasbulloh

07/03/2014 10:57

anak Blitar gak butuh tawuran, Blitar cinta damai, Blitar kota proklamator
Tanggapi

Rendy Jaysmid

21/10/2013 22:30

hanya pemanas suasana


dari: ketua forum perdamaian stmk stmi
Tanggapi

11/21/2014 2:41 PM

Anda mungkin juga menyukai