Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan sumber atau landasan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Butir-butir
pancasila membantu dalam menegakkan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang sarat dengan
banyaknya ras, suku, budaya, dan agama tentu sangat peka terhadap adanya peretentangan dari
perbedaan-perbedaan yang ada. Karena hal itulah nilai-nilai pancasila mulai bertindak sebagai
penengah dalam perbedaan yang ada yakni sila ketiga Persatuan Indonesia. Sila persatuan
Indonesia ini mengatur segala macam hal yang berhubungan dengan kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia. Namun, pada saat sekarang ini sudah tidak heran lagi apabila dalam
pelaksanan nilai-nilai sila Persatuan Indonesia cenderung lebih sering mengalami kegagalan
artinya nilai-nilai dari sila Persatuan Indonesia itu sendiri sudah tidak dihargai, sudah tidak
dijadikan sebagai penengah dan pedoman dalam berbangsa dan bernegara.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.

Apa saja Nilai Sila Persatuan Indonesia ?

2.

Apa yang diharapkan dalam Nilai Sila Persatuan Indonesia ?

3.

Bagaimana kenyataan dari pelaksanaan Nilai Sila Persatuan Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila. Selain
itu guna menambah wawasan penulis dan pembaca untuk memahami dan menghayati setiap nilai
yang ada dalam pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN
Menjelang akhir tahun 1995 ini, BK mencoba bercerita mengenai Pancasila dan UUD
1945 sekaligus sebagai refleksi terhadap usia Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah
lebih dari setengah abad!
BK mulai dari Pembukaan UUD 1945 karena di dalamnya terdapat Dasar Negara
Pada Alinea Pertama dinyatakan bahwa Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan

di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan dari kalimat tersebut rasanya Negara kita adalah Negara
yang sangat baik karena tidak suka penjajahan, Indonesia merupakan bangsa yang tidak sadis,
bukan bangsa preman! dan Indonesia boleh juga dikatakan sebagai Robinhood karena
menganggap penjajahan itu harus dihapuskan di atas dunia, di muka bumi ini. Indonesia
menentang penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan rasa keadilan.
Setelah 50 tahun statemen itu dibuat dan diakui sebagai Landasan Negara, sudahkan hal
itu tercapai? Kalau diinok-inokkan bana jawabnya adalah belum! Alun lai, atau Not Yet kata
orang-orang barat. Saat ini penjajahan itu belum juga terhapus, belum juga hilang baik di
tanah air kita maupun di dunia! Kita masih melihat penjajahan terhadap babu, buruh dan rakyat
pinggiran hamper disetiap hari dan di setiap sisi dan sudut negeri ini. Kita masih menyaksikan
penjajahan terhadap Bosnia, Chehnya dan lain-lain.
Bagaimana mungkin menghapuskan penjajahan di muka bumi kalau di dalam negeri saja
tidak bisa! Atau mungkin kalimat dalam pembukaan UUD 1945 tersebut terlalu muluk, atau kita
sendiri yang tidak mampu.
Selanjutnya dari uraian kata-kata pada alinea kedua, BK menafsirkan bahwa : Para
pejuang kemerdekaan Indonesia telah berhasil mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang
yang menjanjikan Persatuan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan dan Kemakmuran. Tetapi sayang
beribu sayang, generasi sesudah pejuang kemerdekaan (termasuk kita) tidak dapat dan tidak
sanggup meneruskan cita-cita para pejuang tersebut. Kalau tidak boleh dikatakan gagal baru
sedikit cita-cita pejuang kemerdekaan itu yang tercapai.

Kemerdekaan? Ya rasanya kita benar-benar belum merdeka, masih ada di antara kita
yang terpasung, untuk bicara saja harus ada surat izin, untuk berkumpul harus ada rekomendasi
dan untuk bikin organisasi harus ada restu.
Persatuan? Bolehlah. Kita boleh berbangga dan menepuk dada karena Indonesia layak
masuk Guines Book Of Record pada bidang persatuan. Belasan ribu pulau, puluhan suku,
bermacama aliran Agam dan Kepercayaan terhadap TYME, beragam warna kulit, rambut, bentuk
mata bersatu di bawah Negara Kesatuan Republik Ibdonesia! Tidak ada Negara lain yang
seberaneka Negara kita, Hidup Indonesia! Tetapi apakah selamanya integrasi bangsa ini akan
begini, bukankah bibit disintegrasi itu masih ada Gerakan Aceh Merdeka, Gerakan Papua
Merdeka, Republik Maluku selatan dan juga Timornya Xanana Gusmao.
Kedaulatan? Sebagaimana ditegaskan pada Pasal 1 ayat (2) Kedaulatan adalah di tangan
rakyat, tetapi yang kita dapati sekarang? Tidak begitu, rakyat tidak berdaulat, MPR juga tidak
menjalankannya. Yang ada hanya kedaulatan pemegang kekuasaan.
Keadilan dan Kemakmuran? Wah ini boleh dibilang jauh sekali dari Gerbang Tempat
Berdiri Bangsa Indonesia, apalgi yang dinamakan dengan keadilan dan kemakmuran atau
kemakmuran didalam keadilan seakan-akan hal tersebut jinak-jinak merpati.
Kesimpulannya, setelah 50 tahun Proklamasi Bangsa Indonesia masih tetap di depan
pintu gerbang masih jalan ditempat, belum masuk atau ke luar, belum maju dari tempat
dimana telah diantarkan para pejuang kemerdekaan.
Alinea Ketiga. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Bangsa Indonesia
menginginkan dengan luhur suatu kehidupan kebangsaan yang bebas. Kata-kata ini memang
pantas diteriakkan setiap saat agar kita tidak lupa karena apa dan oleh siapa kita merdeka. Tetapi
menyatakan dengan ini kemerdekaan rasanya masih kita tunggu saat yang tepat. Saat ini cukup
dalam hati saja dulu.
Selanjutnya pada Alinea Keempat. Ditegaskan selagi lagi, tujuan dibentuknya Negara
Indonesia adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dstnya, maka Negara
Indonesia berdasarkan kepada Pancasila.
Dari kelima dasar Negara (Pancasila) menurut BK belum semuanya terwujud. Kalau
dikatakan Pancasila sebagai Tiang Negara dan sila-sila tersebut sebagai perwujudannya maka
Indonesia bisa dikatan sebuah rumah/bangunan yang mempunyai 5 tiang. Sudahkan
rumah/bangunan itu berdiri dan sudahkah kelima tiang itu terpasang?... jawabnya, baru 2 tiang

yang berdiri. Dan berarti juga bahwa rumah/bangunan itu belum dapat berdiri atau kalaupun bisa
berdiri maka rumah/bangunan itu tidak kokoh, suatu saat mudah roboh, ambruk!
Sila Ketuhana Yang Maha Esa, di Indonesia-lah (saat ini) kerukunan antar Agama itu
berjalan dengan baik. Agama Islam merupakan Agama yang mempunyai penganut terbanyak di
Indonesia bahkan di dunia, lebih dari 80% jumlah penduduk Indonesia. Islam tidak pernah
menggencet umat agama lain yang jumlahnya kecil Paus pun mengakui hal itu.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia (silakan baca uraian mengenai alinea kedua)
Tiga Sila lainnya memang perlu waktu yang lama untuk mengaplikasikannya, perlu waktu yang
panjang untuk mendirikannya. Tetapi waktu 50 tahun apa tidak cukup? Oke belum cukup karena
20 tahun pertama kita merdeka Indonesia masih puber, sering terjadi gejolak dan pemberontakan,
namun masihkan kita akan terus mengulur-ulur kesempatan, membuang-buang waktu?
Selanjutnya BK mengajaka untuk melihat-lihat Pasal demi Pasal UUD 1945
Selain yang BK ulas di bawah ini, mungkin sudah tepat dan benar
Pasal 1 ayat (2)

:lihat ulasan tentang kedaulatan..

Pasal 2 ayat (1)

: Em-Pe-Er terdiri atas Anggota De-Pe-Er, ditambah utusan daerah dan


golongan menurut pilihan dan aturan si Anu.voting di Sidang Em-Pe-Er
dan De-Pe-Er?

Pasal 6 ayat (2)

:Belum pernah ada pemilihan Presiden dan Wakilnya berdasarkan suara


terbanyak.

Pasal 7

:Baru untuk Presiden saja yang memegang jabatan selalam lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih lagi serta dipilih kembali. Untuk orang dan
masa jabatan Wakil Presiden, kayaknya ada penjatahan.

Apasl 23 ayat (2)

:Sepertinya pajak belum untuk kepentingan Negara, tetapi untuk


kepentingan Pejabat Negara.

Ayat (5)

:Be-Pe-Ka belum pernah memeriksa pertanggungjawaban keuangan


Negara, baru wartawan yang sedikit berani menginvestigasi dan
membocorkan rahasia keuangan Negara.

Pasal 27 ayat (1)

:Masih banyak yang belum menjunjung tinggi hokum. Sedangkan Pejabat


Penguasa Negara tidak bisa disentuh hokum.

Ayat (2)

:Sekali lagi belum semua Warga Negara berhak atas penghidupan yang
layak.

Pasal 28

:Belumada Undang-Undang yang menjamin kemerdekaan berserikat,


berkumpul, mengeluarkan pendapat dengan lisan maupun tulisan.

Pasal 31 ayat (1)

:Hak untuk mendapatkan pengajaran hanya untuk yang mampu bayar EsPe-Pe, karena beasiswa adalah hak anak pejabat.

Pasal 32 ayat (1)

:Kebudayaan

Nasional

Indonesia

memang

telah

maju

sehingga

Kebudayaan Daerah menjadi mundur. Contoh : dulu di Bali


perempuannya hanya membuka bagian lengan dan bahu tetapi kini
banyak wanita di Bali dan daerah-daerah lain yang telah membuka bagian
paha dan dada, yang telanjang bulatpun kabarnya banyak berjemur di
Pantai Kuta.
Pasal 33 ayat (1)

:Kekeluargaan yang dimaksud adalah keluargaan yang mempunyai


hubungan silsilah atau konco arek bana.

Ayat (2)

:Bukan dikuasai Negara, tetapi oleh para Menteri dan konglomerat.

Ayat (3)

:Dipergunakan sedikit-dikitnya untuk rakyat dan sebanyak-banyaknya


untuk keluarga kalangan atas.

Pasal 34

:Terselip makna kias bahwa kemiskina itu memang sulit dihapus bahkan
cenderung mengalami perkembangan karena ada pemeliharaan atau
pembudidayaan orang miskin.

A. Nilai Persatuan Indonesia


Pada setiap butir pancasila pasti memiliki nilai yang bermakna bagi bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, nilai dalam butir sila ketiga yakni Persatuan Indonesia yang sesuai dengan
pembahasan diantaranya yakni
a. Rasa Cinta Tanah Air
b. Rasa Rela Berkorban
c. Bangga terhadap bangsa Indonesia
d. Memiliki rasa patriotisme
e. Menghargai perbedaan/multikulturalisme
f.

Bersikap Membela bangsa


Nilai-nilai tersebut bukan hanya sekedar nilai yang mengatur segala aspek kehidupan
masyarakat Indonesia, akan tetapi sebagai pondasi berdirinya bangsa yang kokoh dengan

berbagai macam perbedaan suku, ras, dan agama yang dapat dianggap menarik dan juga indah.
Sehingga dari nilai tersebut dapat membawa masyarakat Indonesia untuk saling bersatu.
B. Harapan Berdasarkan Nilai Sila Persatuan Indonesia
Berdasar penjelasan sebelumnya, nilai yang terkandung dalam Persatuan Indonesia dapat
diketaui diantaranya sebagai berikut:
1. Rasa cinta tanah air Indonesia
2. Sikap rela berkorban
3. Bangga menjadi bangsa Indonesia
Ketiga nilai tersebut merupakan pokok dari nilai-nilai sila persatuan yang lainnya. Berdasarkan
nilai-nilai sila persatuan Indonesia yang disebutkan diatas sudah jelas bahwa apa yang
diharapkan bangsa Indonesia berlandaskan atas nila-nilai tersebut. Bangsa Indonesia
mengharapkan persatuan yang kukuh yang mampu mempersatukan perbedaan-perbedaan yang
ada. Mereka mampu menjadi jembatan bagi perbedaan tersebut. Karena memang bangsa
Indonesia sangat erat sekali dengan kekayaan budayanya yang antara daerah satu dan yang
lainnya berbeda. Bukan tidak mungkin jika hal itu menjadi faktor munculnya pertentangan anatar
anggota masyarakat.
Untuk menegakkan, memperkuat dan menghindari ancaman kegoyahan Persatuan Indonesia
diharapkan bahwa nilai-nilai dari sila persatuan Indonesia dapat dimaknai dan dihayati dalam
hati setiap individu Indonesia. Sehingga dapat tercipta kerukunan antarbangsa.
C. Kenyataan Dalam Pelaksanaan Sila Persatuan Indonesia
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh
rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan Agama, Suku, Bahasa dan lain-lainnya dapat
disatukan melalui sila ini. Sila ke-3 juga menempatkan masyarakat Indonesia pada persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Namun sayangnya masih banyak masyarakat indonesia yang belum paham betul akan
arti dari nilai persatuan tersebut sehingga sering menimbulkan pertingkaian antar masyarakat.
Contoh konflik yang sudah terjadi dimasyarakat karena kurangnya rasa kesadaran akan adanya
persatuan misalnya tragedi poso,palu sulawesi tengah yang disebabkan adanya perbedaan agama,

tragedi sampit(dayak vs madura) yang disebkan adanya perbedaan suku, pemberotakan GAM
(Gerakan Aceh Merdeka) yang disebabkan adanya kepentingan golongan dan masih banyak lagi
konflik yang sudah kita dengar/lihat diberbagai media massa. Sebenernya konflik yang terjadi
selama ini dapat diatasi atau dicegah bilamana semua masyarakat indonesia menanamkan nilai
persatuan dan kesatuan tanpa membedakan agama,suku,ras, dll dalam pergaulan dikehidupan
sehari-hari. Karena kita semua tinggal di Negara & Bangsa yang sama yaitu Indonesia. Selain itu
pemerintah & elemen-elemen penting negara lainnya harus ikut serta dalam menjaga keamanan
negara agar tercipta kerukunan seluruh rakyat indonesia. Paham kebangsaan Indonesia adalah
dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga
persatuan Indonesia itu tidak sempit tapi dapat diartikan menghargai seluruh perbedaan yang ada
baik dalam negeri maupun luar negeri . Maka dari itu tidaklah begitu sulit jika mulai dari
sekarang sebagai individu yang bertuhan dan berperi kemanusiaan untuk saling menghargai
perbedaan satu sama lain dengan menyelaraskan pada nilai Persatuan Indonesia.

BAB III
KESIMPULAN
Disini dapat saya simpulkan bahwa pada dasarnya kesadaran terhadap persatuan berda
pada hati nurani individu-individunya, kita tidak perlu menuding pihak mana pun yang menurut
kita menganggu kedamaian nmun berkaca pada diri sendiri apakah kita sudah dapat menghrgai
perbedaan satu sama lain.
Semakin tinggi kesadaran kita akan pentingnya nilai yang terkandung dari sila ke-3 yaitu
tentang persatuan berarti semakin kecil kemungkinan terjadi perselisihan antar golongan
masyarakat. Oleh karena itulah sila ke-3 harus dijadikan pedoman dalam berinteraksi
dikehidupan berbangsa & bernegara agar tercipta suasana yang damai bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai