Anda di halaman 1dari 19

Superposisi Getaran Harmonik

TT10B :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Syarahbil Pawellang (111130400)


Maulida Yumnisari (111130404)
Nasya Ayudina Darsono (111130405)
Dewanto Meilano Ega Utama (111130407)
Ardella Stephanie Putri (111130408)
Mohamad Azka Rijalfaris (111130409)

Tujuan
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik dengan osiloskop
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus
melalui osiloskop

Alat-alat Percobaan
1. Osiloskop GOS 622 (Dual trace ; 20 MHz)
2. Generator audio (10 KHz ; 2 vpp)
3. Kabel Probe

Teori Dasar
Superposisi Getaran Harmonik
Saling
Tegak Lurus

Sejajar

Pelayangan

Kompleks

Teori Dasar
Superposisi Getaran Harmonik yang sejajar :

Dapat terjadi jika terdapat 2 getaran harmonik dengan arah getar


berada dalam satu sumbu getar yang sama.
Persamaannya adalah :
Getaran harmonik 1 : 1 = 1 cos 2 +
Getaran harmonik 2: 2 = 2 cos 2 +

Teori Dasar
Resultan getaran harmonik searah sebagai berikut :
1. Jika amplitudo berbeda, frekuensi dan fasa awal sama
Getaran harmonik 1 : 1 = 1 cos 2 +
Getaran harmonik 2: 2 = 2 cos 2 +
Getaran harmonik resultan :
= cos
dengan
= 1 + 2
= 2 +
2. Jika amplitudo dan fasa awal berbeda, frekuensi sama
Getaran harmonik 1 : 1 = 1 cos 2 + 1
Getaran harmonik 2: 2 = 2 cos 2 + 2
Getaran harmonik resultan :
= cos
dengan
= 12 + 22 + 21 2 cos 2 1
= tan

1 sin 1 +2 sin 2
1 cos 1 +2 cos 2

Teori Dasar
3. Jika amplitudo dan frekuensi berbeda, fasa awal sama
Getaran harmonik 1 : 1 = 1 cos 21 +
Getaran harmonik 2 : 2 = 2 cos 22 +
Ambil = 0 sehingga kedua getaran harmonik menjadi :
1 = 1 cos 21
2 = 2 cos 22
Getaran harmonik resultan : = cos
dengan
=

12 + 22 + 21 2 cos 2 2 1

1 sin 21 + 2 sin 22
= tan
1 cos 21 + 2 cos 22

Teori Dasar
Superposisi Getaran Harmonik yang saling tegak lurus

Jika terdapat 2 getaran harmonik dengan arah getar yang saling tegak lurus, misalkan
sebagai berikut :
Getaran harmonik 1 : x = 1 sin 21 + 1
Getaran harmonik 2 : y = 2 sin 22 + 2
Getaran harmonik resultannya jika diplot dalam dua sumbu yang saling tegak lurus akan
diperoleh gambar Lissajous ( li-sa-ju ).
Amplitudo, frekuensi dan beda fasa kedua getaran harmonik yang saling bersuerposisi
akan menentukan bentuk gambar lissajous yang diperoleh.

Teori Dasar
1. Jika frekuensi kedua getaran harmonik sama
Kedua getaran harmonik tersebut misalkan :
x = 1 sin 21 + 1
y = 2 sin 22 + 2
Lintasan diperoleh dengan mengeliminasi t antara x (t) dan y (t)
Adapun hasilnya :
2
2

+
2
cos = sin2
1
2
1 1
Dimana = 1 2 disebut beda fase awal
Jadi : Bentuk lintasan ditentukan oleh amplitudo masing-masing getaran dan oleh
beda fase awalnya , dan dapat berbentuk garis lurus , elips bahkan lingkaran .
(irisan kerucut )

Teori Dasar
Kalau = 0 ( kedua getaran sefase ) diperoleh
garis lurus :

= 2
1

Kalau = radian , =

keduanya dengan
1

kemiringan A2/A1

3
Kalau = radian atau = radian Diperoleh :
2
1

2
2

= 1 yaitu elips tegak (gambar 3)

Untuk yang lain diperoleh elips miring

Gambar 2

Gambar 3

Teori Dasar
2. Jika
frekuensi
kedua
getaran
harmonik berbeda
Kalau 1 2 diperoleh gambar
yang sangat rumit , kecuali
apabila
1 / 2 berupa perbandingan sederhana
seperti 1/2, 1/3, 2/2, 2/3, dll.
Gambar - gambar yang diperoleh
adalah :

Teori Dasar
1

Layar display

10

Input ch. 1

Tombol on/off

11

Input ch. 2

Pengatur iluminasi
layar

12

Penggeser gambar horizontal

Pengatur fokus

13

Pengatur nilai skala


horizontal(TIME/DIV)

Pengatur intensitgas

14

Tombol kalibrasi sweep

Getaran 2 Vpp

15

Pengatur triggen, kedua knop ini harus


selalu habis terputar ke kiri

Penggeser gambar
vertikal

16

Tombol auto harus dalam keadaan


tertekan

Selektor ch. 1 & 2

17

Pemilih channel dan modus kerja


osiloskop

Pengatur nilai skala


vertikal

Data yang diperoleh


Kalibrasi
Percobaan

Amplitudo (A)

Frekuensi (F)

Osilator

Osiloskop

Osilator

Osiloskop

1V

0,8 V

500 Hz

500 Hz

1,2 V

0,9 V

600 Hz

588,2 Hz

1,4 V

1,1 V

700 Hz

666,67 Hz

1,6V

1,2 V

800 Hz

769,2 Hz

1,8 V

1,45 V

900 Hz

833,3 Hz

Pengolahan data
Amplitudo
= .

No

XY

0.8

0.64

0.8

0.9 1.2 0.81 1.44 1.08

1.1 1.4 1.21 1.96 1.54

1.2 1.6 1.44 2.56 1.92

1.45 1.8 2.1025 3.24 2.61

5.45 7 6.2025 10.2 7.95

Pengolahan data
Amplitudo
= .

No

XY

500

500

250000

250000 250000

345979.24

360000 352920

588.2 600

666.67 700 444448.8889 490000 466669

769.2 800

591668.64

640000 615360

833.3 900

694388.89

810000 749970

3357.4 3500 2326485.659 2550000 2434919

Pengolahan data
() .
=
2 ()2
= 1,2213740
= 1,175605837
2
1

2
2
=

2

= 0,055256975

= 10,88805503

2 + ( )2
2 ()2

Pengolahan data

=
2 ()2

= 0,09729
= 0,03627

= 1
100%

= 92,03 %
= 96,92 %

Analisis
Generator Audio dapat menghasilkan bermacam-macam frekuensi dan
amplitudo gelombang. Amplitudo pada audio generator menunjukan
amplitudo output gelombang yang dapat terlihat pada osiloskop. Sedangkan
frekuensi pada audio generator menunjukan frekuensi output gelombang yang
terlihat pada osiloskop.
Jika frekuensi dibuat tetap, sedangkan amplitudonya berbeda maka akan
menghasilkan superposisi yang amplitudonya bertambah tinggi
Superposisi getaran harmonik dibagi menjadi 2 yaitu: superposisi getaran
harmonik sejajar dan tegak lurus.
Pada SGH sejajar dibagi lagi menjadi 2, yaitu gelombang pelayangan dan
gelombang kompleks. Pada gelombang kompleks, semakin besar selisih
frekuensi (beda orde) maka superposisi yang dihasilkan semakin rapat.
Pada SGH tegak lurus contohnya adalah gelombang lissajous. Gelombang ini
terjadi karena adanya perbedaan perbandingan gelombang di fx dan fy.

Kesimpulan
Keterbatasan pengamat, keterbatasan alat dapat
berpengaruh terhadap hasil praktikum
Pada SGH kompleks, semakin besar beda ordenya
maka gambar gelombang yang dihasilkan semakin
rapat

Anda mungkin juga menyukai