Anda di halaman 1dari 39

Produk hewan

Sarang burung walet dihasilkan dari saliva burungWalet sarang-putih


Produk hewan adalah segala macan bahan yang didapatkan dari tubuh hewan,
seperti daging, lemak, darah, susu, telur,enzim, dan sebagainya.[1] Daging dan produk hewan
yang didapatkan sebagai hewan buruan dikategorikan sebagai hasil hutan non-kayu.
Produk sampingan hewan dari sisa rumah pemotongan hewan biasanya tidak dimanfaatkan
sebagai bahan pangan manusia, dan jenisnya bervariasi tergantung budaya dan kebutuhan
masyarakat. Di negara dengan penduduk mayoritas muslim,darah hewan tidak dikonsumsi
sehingga menjadi produk samping RPH. Sedangkan di negara maju, organ tubuh hewan (jeroan)
tertentu umumnya tidak dikonsumsi, kecuali jika diekspor. Produk sampingan tersebut umumnya
diolah kembali untuk menjadi berbagai produk lain seperti makanan hewan dan produk
komersial seperti kosmetik, lem, cat, sabun, dan lain-lain. Namun ada beberapa produk hewan
sampingan yang diolah kembali menjadi makanan manusia melalu serangkaian proses industri,
seperti kolagen dari tulang yang diolah menjadi gelatin, biasanya untuk pengisi permen empuk;
serta daging yang masih menempel pada tulang yang dikikis untuk menjadi bubur daging (meat
slurry).[2]
Minyak bumi yang merupakan tubuh hewan yang telah terdekomposisi tidak dikategorikan
sebagai produk hewan. Tanaman pertanian yang tumbuh dengan bantuan pupuk yang terbuat dari
tulang, kotoran, dan darah hewan juga tidak dikategorikan sebagai produk hewan.

Beberapa budaya dan kebiasaan seperti halal dalam Islam, kosher dalam Yahudi,
dan vegetarianism melarang penggunaan produk hewan tertentu.[3]
Bahan pangan

Carmine, pewarna makanan dari serangga Dactylopius coccus

Daging

Darah, terutama dalam bentuk sosis darah

Gelatin

Isinglass

Kaldu

Kasein

Kopi Luwak

L-cysteine

Lemak babi

Madu

Madu serangga (honeydew)

Minyak musang sebagai penambah rasa (flavouring) dan bahan parfum

Produk susu

Rennet

Sarang burung walet

Shellac

Tallow, lemak dari sapi dan kambing

Telur

Tulang

Whey

Bahan non-pangan

Ambergris

Batu empedu untuk obat tradisional Cina

Bulu

Cangkang kura-kura

Castoreum, sekresi berang-berang, digunakan sebagai bahan campuran parfum dan pemberi
aroma raspberry dan strawberry pada es krim dan permen

Darah digunakan sebagai pupuk dan pembuatan darah tiruan

Ejakulat untuk inseminasi buatan

Kasein (used in plastics, clothing, cosmetics, adhesives and paint)

Keratin berupa tanduk, gading, taring dan sebagainya

Koral

Kotoran hewan

Kulit

Lanolin

Lilin lebah

Minyak mink, minyak dari hewan genus Neovison dan Mustela

Musk

Mutiara

Rambut hewan

Serat

Sisik

Spons laut

Sutra

Tallow

Urin

Venom

Wool

1. Unklesbay, Nan. World Food and You. Routledge, 1992, p. 179ff.

2. Ockerman, Herbert and Hansen, Conly L. Animal by-product processing & utilization.
Technomic Publishing Company Inc., 2000, p. 1.
3. Stepaniak, Joanne. Being Vegan: Living with Conscience, Conviction, and Compassion.
McGraw-Hill Professional, 2000, p. 7.

1. BURUNG WALET

Burung walet
?

Swifts

Burung walet, Apus apus


Sayapnya berbeda dengan burung layanglayang.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas:
Aves

Ordo:
Famili:

Apodiformes
Apodidae
Ernst Hartert, 1897

Burung walet adalah burung dari keluarga Apodidae. Burung ini mirip dengan burung layanglayang, namun sebenarnya sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatannya
dengan spesies burung pengicau. Burung walet lebih masuk dalam ordo Apodiformes, satu ordo
dengan burung kolibri.
Kemiripan antara burung walet dengan burung layang-layang merupakan akibat dari evolusi
konvergen, dimana kedua jenis burung memiliki gaya hidup yang sama, yakni
menangkap serangga pada saat terbang.
Nama keluarga Apodidae diambil dari bahasa Yunani kuno , apous, yang berarti "tanpa
kaki". Hal ini disebapkan burung walet memiliki kaki yang sangat pendek, dan sangat jarang
berdiri di tanah, melainkan lebih suka menggantung di permukaan yang tegak lurus.
Referensi

Chantler, Phil & Driessens, Gerald (2000): Swifts : a guide to the swifts and treeswifts of
the world. Pica Press, Mountfield, East Sussex. ISBN 1-873403-83-6

Thomassen, Henri A.; Tex, Robert-Jan; de Bakker, Merijn A.G. & Povel, G. David E.
(2005): Phylogenetic relationships amongst swifts and swiftlets: A multi locus
approach. Molecular Phylogenetics and Evolution 37(1): 264277. doi:10.1016/j.ympev.2005.05.010(HTML abstract)

A. SEJARAH SINGKAT

Burung

Walet

merupakan

burung

pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini
berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya
sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah
hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di
gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang
sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan
sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.

B.

MANFAAT.

Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air
liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi,
juga dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan. Sarang walet berguna
untuk

menyembuhkan

paru-paru,

panas

peredaran darah dan penambah tenaga.

C.

PERSYARATAN LOKASI.

Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:

dalam,

melancarkan

1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.


2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi
dan perkembangan masyarakat.
3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan
daging.
4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai,
danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.

D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA.


1.

Penyiapan

a.

Suhu,

Sarana
Kelembaban

dan
dan

Peralatan
Penerangan

Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan


penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami
berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
1. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
2. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
3. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk L yang berjaraknya 5m
satu lubang, berdiameter 4 cm.
4. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
5. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang
berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga
keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih
disenangi walet.

b.Bentuk

dan

Konstruksi

Gedung

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya


bervariasi dari 4x5 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan
(bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon,
makin baik rumah wallet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak
boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung dibuat dari
dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen.
Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur
dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk
mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau
semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat
melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayukayu yang kuat, tua dan
tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari
genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai
tempat berputarputar dan resting room sebagai tempat untuk
beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung
berukuran 20x20 atau 20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang
tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang
jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
2.

Pembibitan

Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak


sengaja. Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah
dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Untuk memancing burung
agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang
berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan
penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil

sebagai

bahan

a.Pemilihan

makanan

Bibit

dan

burung

walet.

Calon

Induk

Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau
bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti
agar masuk dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset
rekaman dari suara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam
16.0018.00,

yaitu

b.Perawatan

waktu
Bibit

burung

kembali

dan

mencari

Calon

makan.
Induk

Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk


ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik
gedung wallet yang sedang melakukan panen cara buang telur.
Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan
bertelur dua butir. Telur wallet diambil dan dibuang kemudian
sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat
dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung wallet dengan
menetaskannya

di

1).Memilih
Telur

yang

dalam

sarang

Telur
dipanen

terdiri

dari

sriti.
Walet

macam

warna,

yaitu

- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 05
hari.
-

Putih

kemerahan,

berumur

610

hari.

- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 1015


hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan
berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak

boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik
mempunyai kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser
dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak
bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur
di

atas

dilakukan

dengan

2).Membawa

peneropongan.

Telur

Walet

Telur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa
telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak
jauh, sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas. Telur
disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter

1cm. Spon

dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.


Guncangan

kendaraan

dan

AC

yang

terlalu

dingin

dapat

mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki angka kematian


hampir

80%

sedangkan

c.Penetasan
1).Cara

telur

tua

lebih

Telur

menetaskan

telur

rendah.
Walet

walet

pada

sarang

sriti.

Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan
telur walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas
tissue untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat
menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian
telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung
mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami
oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung
walet

dapat

2).Menetaskan

terbang
telur

walet

serta
pada

mencari

makan.

mesin

penetas

Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk

memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan


piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar
air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke
dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang
tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk
menghindari

kerusakan

embrio.

Di

hari

ketiga

dilakukan

peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya


mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian
tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur
yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba.
Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan
mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau
mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 1315hari telur akan
menetas.
3.Pemeliharaan
a.Perawatan

Ternak

Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat
lemah. Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi
dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 23 hari anak
walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif
sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu,
temperatur boleh diturunkan 12 derajat/hari dengan cara membuka
lubang udara mesin. Setelah berumur 10 hari saat bulu-bulu sudah
tumbuh anak wallet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini
dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok
kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap
terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian diletakan

dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan
ketinggian ini, anak wallet akan dapat terbang pada keesokan harinya
dan

mengikuti

cara

terbang

wallet

dewasa.

b.Sumber

Pakan

Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.


Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan,

tanah

terbuka,

hutan

dan

pantai/perairan.

Untuk

mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet


harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim
kemarau. Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a.
b.

menanam
budidaya

c.

membuat

d.

menumpuk

tanaman

serangga

dengan

yaitu

kolam

kutu

gaplek

dipekarangan

buah-buah

c.Pemeliharaan

busuk

tumpang

di

sari.

dan

nyamuk.

rumah

walet.

pekarangan

rumah.
Kandang

Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang


menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang
tetapi dimasukan dalam karung dan di jual untuk pupuk tanaman.

E. HAMA DAN PENYAKIT


1.Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus
dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan

kayu-kayu

yang

akan

digunakan

untuk

sarang

tikus.

2.Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu
burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan
memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang
mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3.Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil
dan tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot
insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak
diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4.Cicak

dan

Tokek

Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan
anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari ruangan dan suhu
yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara
pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan
dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang,
tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang
tidak digunakan ditutup.

F. PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya
sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan
perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa
memenuhi mutu sarang wallet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam

memanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu
sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan
pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik
gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung
wallet

dengan

beberapa

cara,

1.Panen

yaitu:
rampasan

Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai
keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung
bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak.
Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung wallet karena
tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus
menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas
sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur
tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang
dan

bertelur.

2.Panen

Buang

Telur

Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur


dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil.
Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan
panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena
sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada
kesempatan
3.Panen

bagi

walet

untuk

menetaskan

telurnya.
Penetasan

Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas
dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah
karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan
keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan
tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun

waktu

a.Panen

panen

adalah:

kali

setahun

Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang
dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen
pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk
panen

selanjutnya

b.Panen

dengan
3

pola

buang

kali

telur.
setahun

Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah
berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang
dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya
dengan

pola

c.Panen

rampasan
2

dan
kali

buang

telur.
setahun

Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya


untuk memperbanyak populasi burung walet.

E. PASCA PANEN
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan
dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari

kotoran - kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan


pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.

DAFTAR PUSTAKA
1) Chantler, P. & G. Driessens. Swift : A guide to the Swift an Treeswift of the
World. Pica Press, the Banks. East Sussex, 1995.
2) Mackinnon, John. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa
dan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.
3) Nazaruddin & A. Widodo. Sukses Merumahkan Walet. Cet. 2. Jakarta:
Penebar Swadaya, 1998.
4) Tim Penulis PS. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet. Cet. 4. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994.

2. SERANGGA SISIK

Serangga sisik

(Icerya purchasi betina, Monophlebidae)


dengan perangkak muda

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:
Arthropoda
Kelas:
Insecta
Ordo:
Hemiptera
Upaordo: Sternorrhyncha
Superfamili: Coccoidea
Handlirsch, 1903 [2]

Famili
Aclerdidae
Asterolecaniidae
Beesoniidae
Carayonemidae
Cerococcidae
Coccidae
Conchaspididae
Dactylopiidae
Diaspididae
Eriococcidae
Halimococcidae
Kermesidae
Kerriidae
Lecanodiaspididae
Margarodidae
Micrococcidae

Monophlebidae
Ortheziidae
Phenacoleachiidae
Phoenicococcidae
Pseudococcidae
Putoidae
Stictococcidae
Serangga sisik atau serangga teritip, (bahasa Inggris: scale insect) ialah serangga berukuran
kecil dalam ordo Hemiptera, biasanya digolongkan sebagai superfamilia Coccoidea. Terdapat
kira-kira 8,000 spesies serangga sisik.
Kadang-kadang serangga sisik dijumpai hidup secara simbiosis dengan semut.[3]
Familia
Familia utama serangga sisik antara lain:

Margarodidae cottony cushion scales, giant coccids and ground pearls

Diaspididae armored scales

Dactylopiidae Kocineal (cochineal), penghasil warna merah bibir (carmine)

Kermesidae - Kermes, penghasil warna merah kirmizi (crimson atau scarlet)

Kerriidae lac scales

Coccidae soft scales

Asterolecaniidae pit scales

Pseudococcidae mealybugs

Eriococcidae felted scales

Sejumlah familia hanya dikenali dari fosil,


termasuk Arnoldidae, Electrococcidae, Grimaldiellidae, Grohnidae, Hammanococcidae, Inkaidae
,Jersicoccidae, Kukaspididae, Labiococcidae, Lebanococcidae, Lithuanicoccidae, Pennygullaniid
ae, Serafinidae dan Weitschatidae.

Kocineal
Pewarna kirmizi (merah tua keungu-unguan) yang terdapat dalam beberapa produk perona pipi
dan pemulas bibir, berasal dari Kocineal(Dactylopius coccus), semacam kutu sisik pemakan
kaktus tak berduri. Majalah internasional, Sedarlah, mengungkapkan, kocineal betina dewasa
panjangnya sekitar 3 milimeter, atau kira-kira seukuran pentol korek api. Kocineal jantan
ukurannya hanya kira-kira setengahnya betina. Sebuah karya referensi mengatakan, Hewan ini
merupakan salah satu serangga yang paling merusak. Akan tetapi sejumlah petani justru
mengembangbiakkan serangga ini, karena mereka ingin memperoleh carmine, bahan pewarna
merah indah yang diambil dari tubuh Kocineal betina, setelah binatang itu dikeringkan dan
diremukkan terlebih dahulu. Sejak zaman Mikstek purba, yang hidup di negara bagian Oaxaca,
Meksiko, kocineal telah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna. Para penakluk asal Spanyol
terpesona oleh warna kirmizi kocineal ini, dan tak lama kemudian banyak orang Eropa
memuaskan selera mereka dengan warna-warna cerah dari pewarna alami ini. Dulu Inggris
menggunakan kocineal untuk warna tradisional merah marak seragam militer. Pemanfaatan
kocineal begitu meluas sehingga sejak kira-kira tahun 1650 sampai 1860, hanya emas dan perak
yang mengunggulinya sebagai komoditas ekspor Meksiko yang paling bernilai. Pada
pertengahan abad ke-19, bahan pewarna sintetis mulai menggantikan pewarna alami, karena
pewarna sintetis kimia jauh lebih mudah diproduksi, lebih murah, dan lebih unggul kualitas
pewarnaannya. Maka, dalam waktu singkat, warna-warna sintetis mengambil alih pewarna alami
sebagai pewarna aditif dalam makanan, obat-obatan dan kosmetik. Namun, penelitian-penelitian
pada tahun 1970-an memperlihatkan bahwa pewarna sintetis tertentu dapat menyebabkan kanker.
Sejak itu, pewarna alami mulai popular kembali. Peru misalnya, sekarang memproduksi sekitar
85 persen pasokan Kocineal dunia. Kepulauan Canary juga terkenal karena hasil panen Kocineal,
sebagaimana Spanyol Selatan, Aljazair, dan Negara-negara Amerika Tengah dan Selatan Tetapi,
permintaan terhadap carmine dewasa ini melebihi pasokan, sehingga pemerintah Meksiko terus
berupaya untuk meningkatkan produksinya. [4]
Produksi Carmine
Serangga kocineal menghabiskan seluruh hidupnya di atas bantalan kaktus tak berduri. Hewan
ini melindungi dirinya dari para predator dengan mengeluarkan senyawa semacam lilin
berbentuk bubuk. Bahan yang halus ini menyelimuti serangga itu dan berfungsi sebagai

rumahnya. Dan, hal itu juga membuat si serangga mudah dikenali pada musim panen. Hanya
kocineal betina yang mengandung pigmen merah, "asam carmine". Kocineal yang hamil
mengandung konsentrasi asam carmine tertinggi. Jadi untuk memperoleh pewarna berkualitas
terbaik, para pekerja memberi perhatian khusus kepada kocineal yang hamil persis sebelum
mereka bertelur. Di Pegunungan Andes, Peru, panen dilakukan sebanyak tiga kali dalam waktu
tujuh bulan. Kocineal diambil dari tanaman kaktus dengan menggunakan kuas yang kaku atau
dikeruk dengan pisau tumpul. Setelah dikeringkan, dibersihkan dan dilumatkan, tubuh-tubuih
serangga yang berbubuk ini diproses dalam amonia atau larutan natrium karbonat. Bagian yang
padat dari serangga ini kemudian disaring, sehingga tinggal cairan yang murni. Kapur dapat juga
ditambahkan untuk menghasilkan gradasi warna ungu.

Kocineal [Dactylopius coccus


]
Serangga yangSangat Istime
wa
OLEH PENULIS SEDARLAH! DI MEKSIKO DAN
PERU
BAGAIMANA kita memperoleh warna merah menyala
dalam beberapa produk pemulas bibir dan kosmetik
lainnya? Mungkin Anda terkejut sewaktu mengetahui
bahwa pewarna kirmizi (merah tua keungu-unguan)
yang terdapat dalam beberapa produk perona pipi dan
pemulas bibir berasal dari kocineal
(Dactylopius coccus), semacam kutu sisik pemakan
kaktus tak berduri [Opuntia]. Mari kita amati lebih
dekat serangga yang sangat istimewa ini.

Merusak atau Berguna?


Kocineal betina dewasa panjangnya sekitar
3 milimeter, kira-kira seukuran pentol korek api.
Kocineal jantan ukurannya hanya kira-kira setengahnya
betina. Tetapi, jangan terkecoh oleh ukuran kocineal
ini. Sebuah karya referensi mengatakan, Mereka
adalah salah satu serangga yang paling merusak.
Akan tetapi, terlepas dari reputasi ini, beberapa petani
justru membiakkan mereka. Mengapa? Agar dapat
memperoleh carmine, bahan pewarna merah indah
yang diambil dari tubuh kocineal betina yang
dikeringkan dan diremukkan.
Sejak zaman populasi Mikstek purba, yang hidup di
negara bagian Oaxaca yang sekarang di Meksiko,
kocineal telah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna.
Para penakluk asal Spanyol terpesona oleh warna
kirmizi kocineal ini, dan tak lama kemudian banyak
orang Eropa memuaskan selera mereka akan warnawarna cerah dengan pewarna alami ini. Dahulu Inggris
menggunakan kocineal untuk warna tradisional merah
marak seragam militer. Pemanfaatan kocineal begitu
meluas sehingga sejak kira-kira tahun 1650 sampai
1860, hanya emas dan perak yang mengunggulinya
sebagai komoditas ekspor Meksiko yang paling
bernilai.

Lenyap dan Muncul Lagi


Pada pertengahan abad ke-19, bahan pewarna
sintetis mulai menggantikan pewarna alami. Banyak

faktor yang turut menyebabkan hal ini. John Henkel


dari majalah FDAConsumer menjelaskan, Pewarna
sintetis kimia jauh lebih mudah diproduksi, lebih murah,
dan lebih unggul kualitas pewarnaannya. Jadi, dalam
jangka waktu singkat, warna-warna sintetis mengambil
alih pewarna alami sebagai pewarna aditif dalam
makanan, obat-obatan, dan kosmetik. Tetapi, kata
Henkel, seraya pemakaiannya meningkat, meningkat
pula kepedulian terhadap keamanannya.
Penelitian-penelitian pada tahun 1970-an
memperlihatkan bahwa pewarna sintetis tertentu dapat
menyebabkan kanker. Seraya bahaya laten terhadap
kesehatan ini diketahui, pewarna alami mulai populer
kembali. Misalnya, negara Peru sekarang
memproduksi sekitar 85 persen pasokan kocineal
sedunia. Kepulauan Canary juga terkenal akan panen
kocineal mereka, sebagaimana halnya Spanyol bagian
selatan, Aljazair, dan negara-negara di Amerika
Tengah dan Selatan. Akan tetapi, permintaan
akan carmine dewasa ini melebihi ketersediaannya,
sehingga pemerintah Meksiko sedang berupaya
meningkatkan produksinya.

Cara Pewarna Carmine Diproduksi


Kocineal menghabiskan seluruh hidupnya di atas
bantalan kaktus tak berduri. Kocineal melindungi
dirinya dari para predator dengan mengeluarkan
senyawa semacam lilin berbentuk bubuk. Bahan yang
halus ini menyelimuti serangga itu dan berfungsi

sebagai rumahnya. Tetapi, hal itu juga membuat si


serangga mudah ditemukan pada musim panen.
Hanya kocineal betina yang mengandung pigmen
merah, asam carmine. Kocineal yang hamil
mengandung konsentrasi asam carmine yang tertinggi.
Jadi, untuk memperoleh pewarna berkualitas terbaik,
para pekerja memberi perhatian khusus untuk
memanen kocineal yang hamil persis sebelum mereka
bertelur. Di Pegunungan Andes, Peru, panen dilakukan
sekitar tiga kali dalam periode tujuh bulan. Kocineal
disingkirkan dari tanaman menggunakan kuas kaku
atau dikeruk dengan pisau tumpul. Setelah mereka
dikeringkan, dibersihkan, dan dilumatkan, tubuh-tubuh
serangga yang berbubuk ini diproses dalam amonia
atau larutan natrium karbonat. Bagian yang padat dari
serangga ini disingkirkan melalui penyaringan,
sehingga tinggal cairan yang sudah murni. Kapur dapat
juga ditambahkan untuk menghasilkan gradasi warna
ungu.
Meskipun Anda mungkin merasa enggan untuk
menggunakan produk tata rias yang terbuat dari
serangga, yakinlah bahwa pewarna aditif [alami]
merupakan salah satu zat yang paling cermat diteliti,
kata Henkel. Warna-warna itu telah diteliti, diteliti, dan
diteliti lagi, kadang-kadang sampai belasan kali. Jadi,
jika Anda menerima pujian tentang alangkah berseriserinya penampilan Anda, kemungkinan itu ada
kaitannya dengan kocineal, serangga yang sangat
istimewa!

DAFTAR PUSTAKA

1. Johnson, M.S.; et al (2001). "Acropyga and Azteca Ants


(Hymenoptera: Formicidae) with Scale Insects
(Sternorrhyncha: Coccoidea): 20 Million Years of Intimate
Symbiosis". American Museum Novitates 3335: 1
18. doi:10.1206/00030082(2001)335<0001:AAAAHF>2.0.CO;2.
2. Coccoidea Handlirsch, 1903 (TSN {{{ID}}}). Integrated
Taxonomic Information System.
3. Scale insects living symbiotically with ants Protea Atlas
4. a b Kocineal: Serangga Pemerah Bibir

3.Musang luwak

Musang luwak

Musang luwak, Paradoxurus


hermaphroditus.
Lukisan oleh Gustav Mtzel, 1927.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Carnivora
Famili:
Viverridae
Upafamili: Paradoxurinae
Genus:
Paradoxurus
F. Cuvier, 1821

Spesies:

P. hermaphroditus

Nama binomial
Paradoxurus hermaphroditus
(Pallas, 1777).

Musang luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang termasuk suku musang dan
garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalahParadoxurus hermaphroditus dan di
Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai
sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh
bulan (Sunda), luak atau luwak (Jawa), serta common palm civet, common
musang,house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris.
Pemerian
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar
40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah
tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima
garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-

bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar
di sebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di
bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samarsamar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
Kebiasaan

Musang luwak yang masih muda


Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar
pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan
bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula
untuk turun ke tanah. Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari
makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya.
Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap rumah,
meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan
juga turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan
sekunder.
Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering
memakan aneka buah-buahan di kebun danpekarangan. Termasuk di

antaranya pepaya, pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa
yang lain adalah anekaserangga, moluska, cacing tanah, kadal serta bermacammacam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil sepertitikus.
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras, seringkali
didapati tumpukan kotoran musang dengan anekabiji-bijian yang tidak tercerna di
dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu singkat dan sederhana, sehingga
biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu pulalah, konon musang luwak memilih
buah yang betul-betul masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi
luwak dari Jawa, yang menurut cerita dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil
pilihan musang luwak, dan telah mengalami proses melalui pencernaannya!

Musang luwak, menurut lukisan dalam buku William Marsden (1811), The History of
Sumatra.
Akan tetapi sesungguhnya ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan musang
tersebut. Jenis-jenis musang lalu dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan sangat
penting peranannya dalam ekosistem hutan.
Pada siang hari musang luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di perkotaan, di
ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak, yang diasuh induk
betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Sebagaimana aneka kerabatnya dari Viverridae, musang luwak mengeluarkan
semacam bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum
daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini

digunakan untuk menandai batas-batas teritorinya, dan pada pihak lain untuk
mengetahui kehadiran hewan sejenisnya di wilayah jelajahnya.
Jenis yang berkerabat dan penyebaran
Ada empat spesies musang dari marga Paradoxurus, yalah:
1. Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai
dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri
Lanka,Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung
Malaya hingga ke Filipina. Di Indonesia didapati
di Sumatra,Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan,
serta Taliabu dan Seram di Maluku.
2. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
3. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
4. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
Jenis yang serupa

Musang akar (Arctogalidia trivirgata), dengan ekor yang umumnya lebih panjang
dari kepala dan tubuhnya, tiga garis punggung yang tanpa atau hampir tidak
terputus, dan tidak memiliki bintik-bintik di sisi tubuhnya. Musang akar hidup
di hutan.

Musang galing (Paguma larvata), biasanya lebih kemerahan (tengguli), tanpa bintikbintik di sisi tubuh, wajah putih kekuningan dengan topeng gelap kehitaman di
sekitar mata.

Musang rase (Viverricula indica), ekor berbelang-belang sempurna, hitam putih, 6-9
buah.

Kopi luwak

Secangkir Kopi Luwak Gayo, Takengon, Aceh, Indonesia

Salah satu produk kopi luwak


Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari
sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda
setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di
kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di
peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah
yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di
Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial
di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya
adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa"

atau Cultuurstelsel (18301870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi


memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba
minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan
bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging
buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi
dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian
diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.[1] Kabar mengenai kenikmatan
kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka
kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya
serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal
sejak zaman kolonial.

Gambar Kopi luwak asli


Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang
cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera
penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang
optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras
dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak
memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji
kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu
para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan
secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang
terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh
dunia.

Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang


Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal
Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut
Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers
menjulukinya dung diplomacy. [2]
Daerah penghasil

Gayo, Aceh

Sidikalang

Desa Janji Maria, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, 40


kilometer dari Laguboti.[3]

Kota Pagaralam

Semende, Kabupaten Muara Enim

Liwa, Kabupaten Lampung Barat

Kotabumi, Lampung[4]

Jawa Barat

Jawa Timur

Kontroversi

Luwak dalam sangkar


Suatu investigasi di Takengon, Aceh oleh PETA yang bekerja sama
dengan BBC mengungkapkan tentang sebuah penangkaran yang berisi luwak yang
ditangkap dari alam, dimasukkan ke dalam kandang kecil, dan hanya diberi makan biji
kopi setiap harinya hanya untuk diambil kotorannya yang kemudian di. Tak hanya itu,

luwak-luwak itu juga menjadi berperilaku tidak normal seperti terus bergerak mondarmandir, berputar-putar, dan menggigit kerangkeng.[5]
Gerakan untuk memboikot kopi luwak pun bermunculan.[6] Bantahan mengenai hal
tersebutpun bermunculan terutama dari kalangan produsen kopi luwak. [7]

Manfaat dan Khasiat Kopi Luwak


May 22, 2013GakPerluLeave a commentGo to comments

Kopi luwak yaitu buah kopi matang pohon yang dimakan oleh
luwak (sejenis musang), kemudian dikeluarkan sebagai
kotoran luwak tetapi biji-biji kopi tersebut tidak tercerna
sehingga bentuknya masih dalam bentuk biji kopi. Jadi di
dalam perut musang biji kopi mengalami proses fermentasi
dan dikeluarkan lagi dalam bentuk biji bersama dengan
kotoran Luwak. Selanjutnya biji kopi luwak dibersihkan dan
diproses seperti kopi biasa.
Kopi luwak merupakan salah satu upaya meningkatkan nilai
tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa
seperti kopi reguler Arabika (Java coffee) dan kopi reguler
Robusta. yang membedakan kopi luwak dengan biji kopi
biasa adalah dimakan oleh Luwak (sejenis musang) dan di
keluarkan dalam bentuk biji kopi, Sehingga aromanya lebih
harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang lebih khas
dan special.
Kopi luwak merupakan jenis biji kopi yang termahal di dunia,
sehingga sampai masuk ke Guiness Book of Records. 4 tahun
belakangan ini harga kopi luwak di pasar internasional
semakin meningkat, bahkan mencapai US$ 500/kg bentuk

biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan dengan harga kopi


biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg.
Kemasyhuran
kopi
luwak
telah
terkenal
sampai
kemancanegara, bahkan di Luar Negeri, terdapat kafe yang
menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang mahal.
sejak dahulu, sewaktu penjajahan Belanda kopi luwak sudah
menempati posisi pasar paling atas, baik dilihat dari sisi rasa
maupun harga. Hanya saja, karena dulu kualitas produk
belum terjaga secara kontinyu, harganya meskipun berada di
posisi tertinggi tidak bisa dikerek lebih tinggi lagi. Penyebab
utamanya, kopi luwak 100% masih tergantung pada alam.
Penelitian yang dilakukan terhadap kopi ternyata masih
berlangsung. Hal ini dianggap perlu karena kopi ternyata
masih menyimpan banyak manfaat yang belum terekspos.
Bagi Anda yang menggemari kopi, inilah beberapa manfaat
kopi yang mungkin belum Anda ketahui.
1.
MENCEGAH
PENYAKIT
SARAF
Peminum
kopi
berkafein
cenderung
tidak
akan
mengembangkan
penyakit
Alzheimer
dan
Parkinson.
Kandungan antioksidan di dalam kopi akan mencegah
kerusakan sel yang dihubungkan dengan Parkinson.
Sedangkan kafein akan menghambat peradangan di dalam
otak,
yang
kerap
dikaitkan
dengan
Alzheimer.
Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan
sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat
yang hampir bersamaan,[1] sehingga otak tampak mengerut
dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit
yang sinonim dengan orang tua.

2.
MELINDUNGI
GIGI
Kopi yang mengandung kafein memiliki kemampuan anti
bakteri dan anti lengket sehingga dapat menjaga bakteri
penyebab
lubang
menggerogoti
lapisan
gigi.
Minum kopi secangkir setiap hari terbukti dapat mencegah
risiko
kanker
mulut
hingga
separuhnya.
Senyawa yang ditemukan di dalam kopi juga dapat
membatasi pertumbuhan sel kanker dan kerusakan DNA.
3. MENURUNKAN RESIKO KANKER PAYUDARA
Menjelang masa menopause, wanita yang mengonsumsi 4
(empat) cangkir kopi sehari mengalami penurunan risiko
kanker payudara sebesar 38 persen, demikian menurut
sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Nutrition.
Kopi melepaskan phytoestrogen dan flavonoid yang dapat
menahan pertumbuhan tumor. Namun konsumsi kurang dari
4 (empat) cangkir tidak akan mendapatkan manfaat ini.
4. MELINDUNGI KULIT
Konsumsi 2 5 cangkir kopi setiap hari dapat membantu
menurunkan risiko kanker kulit nonmelanoma hingga 17
persen.
Kafein dapat memacu kulit untuk membunuh sel sel
prakanker, dan juga menghentikan pertumbuhan tumor.
5.
MENCEGAH
DIABETES
MELITUS
Orang yang mengonsumsi 3 4 cangkir kopi reguler atau
kopi decaf (dengan kadar kafein yang dikurangi) akan
menurunkan risiko mengembangkan diabetes tipe II hingga
30
persen.
Asam klorogenik dapat membantu mencegah resistensi
insulin, yang merupakan pertanda adanya penyakit ini.

6.
KANDUNGAN
ANTIOKSIDAN
YANG
TINGGI
Dari satu gelas kopi (8 gram kopi) hampir setara dengan 4
buah jeruk.
7.
MENCEGAH
BATU
EMPEDU
Batu empedu tumbuh ketika lendir di dalam kantong empedu
memerangkap
kristal

kristal
kolesterol.
Xanthine, yang ditemukan di dalam kafein, akan mengurangi
lendir
dan
risiko
penyimpanannya.
Dua cangkir kopi atau lebih setiap hari akan membantu
proses ini.

Lebah

Seekor lebah yang hinggap di kaca


Lebah merupakan sekelompok besar serangga yang dikenal karena hidupnya berkelompok
meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Semua lebah masuk dalam suku
atau familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat kira-kira
20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat
sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari propolis

(perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar-kelelenjar lebah betina yang
masih muda terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari.

Cara hidup

Lebah madu
Serangga betina memiliki peran penting dalam kelompok serangga ini. Perilaku dari lebah sangat
ditentukan oleh perilaku dari lebah betina. Beberapa lebah betina dari spesies tertentu hidup sendiri
(soliter) dan sebagian lainnya dikenal memiliki perilaku sosial. Lebah soliter membangun sendiri
sarangnya dan mencari makan untuk keturunnya tanpa bantuan lebah lain dan biasanya mati atau
meninggalkan sarang pada saat keturunnya belum menjadi lebah dewasa. Kadang kala beberapa
spesies lebah soliter memberi makan dan merawat anaknya tanpa memberikan cadangan makanan
bagi anaknya, bentuk hubungan seperti ini dikenal dengan istilah subsosial. Sementara pada tahap
lebih tinggi, lebah hidup berkelompok dan saling berbagi tugas sesuai dengan bentuk fisik masingmasing.

Koloni
Dalam suatu kelompok (disebut "koloni") terdapat tiga "kasta", yaitu:
1. lebah ratu, berjenis kelamin betina merupakan induk semua lebah dalam satu koloni dalam
satu koloni hanya satu ekor lebah ratu.
2. lebah betina, dikenal sebagai lebah pekerja jumlah lebah pekerja bisa mencapai puluhan
ribu, 30.000 ekor lebah dan yang bibit unggul bisa mencapai sampai 60.000 ekor lebah.
3. lebah jantan, jumlahnya hanya ratusan ekor lebah.

Seekor lebah yang mengumpulkan serbuk sari.

Setiap kasta lebah mempunyai tugas masing-masing. Lebah ratu hanya satu ekor dalam
setiap koloni dan mengawal semua kegiatan lebah betina dan lebah jantan.
Komposisi kromosomnya diploid sehingga dapat menghasilkan keturunan. Badannya lebih besar
karena sejak masih dalam bentuk larva ia diberi makan royal jelly yang kaya akan vitamin dan gizi.

Pembagian tugas[sunting | sunting sumber]


Tugas utama ratu lebah adalah bertelur selama hidupya, berjenis kelamin betina, perkawinan ratu
lebah ini hanya sekali seumur hidup, perkawinan dilakukan dengan cara terbang tinggi diangkasa
pada cuaca cerah dan pejantan yang bisa mengejarnya akan dapat mengawini sang ratu lebah,
pejantan yang berbahagia itu tidak lama akan mati karena testisnya lepas dan tertanam pada
ovarium ratu lebah. Lebah ratu yang aktif mampu bertelur kira-kira 2.000 butir telur sehari. Makanan
ratu merupakan sari madu (royal jelly), harapan hidup lebah ratu ialah tiga tahun.
Tugas lebah pekerja berjenis kelamin betina tugasnya mengumpulkan serbuk
sari dan nektar. Madu merupakan produk hasil pengolahan makanan nektar yang dimuntahkan
kembali dari dalam tubuhnya dan disimpan dalam sarang lebah untuk makanan cadangan, makanan
madu ini juga untuk larvadan pupa. Ada juga lebah betina yang bertugas membersihkan sarang dan
merawat telur dan anak-anak lebah. Harapan hidup lebah pekerja ialah tiga bulan atau lebih sedikit
makanan utama lebah pekerja ini adalah madu.
Lebah pekerja terbentuk dari telur yang terbuahi dari sperma yang tersimpan dalam ovarium yang
jumlahnya mencapai jutaan sperma, jenis kelaminnya sama dengan ratu lebah bedanya lebah
pekerja ini dari mulai telur menetes menjadi larva dan setererusnya makanannya madu biasa
sedangkan ratu lebah mulai dari telur menetas menjadi larva sampai akhir hayat makanannya sari
madu (royal jelly).
Apabila kesuburan reproduksi telur sudah berkurang atau usia ratu sudah tua maka secara naluri
lebah pekerja mengadakan regenerasi pembentukan koloni baru dan mencari telur-telur yang
terbaik, jika sudah menetas menjadi larva diberi makan sari madu (royal jelly) atau ada yang
menyebutnya susu ratu kerena warnanya putih seperti warna susu jumlahnya biasanya lebih dari
satu calon ratu, sarangnya paling besar dan paling menonjol lebih panjang dari sarang lebah
pekerja, terletak paling bawah sarang.
Lebah pekerja bisa bertelur dan telurnya dapat menetas jika koloni lebah kehilangan ratunya maka
secara alami sesuai naluri lebah betina akan bertelur dan yang lahir dari telur lebah pekerja ini
semuanya berjenis kelamin jantan karena dari telur yang tak terbuahi, lebah pekerja tidak pernah
dikawini oleh lebah jantan.
Lebah jantan bertugas mengawini lebah ratu muda yang masih perawan jika akan membentuk
koloni baru dan akan mati setelah kawin. Lebah jantan merupakan lebah dari telur tak terbuahi yang
diberi makanan nektar dan madu biasa (bukan "royal jelly"). Jumlah lebah jantan ini jumlahnya
hanya ratusan.
Seringkali dalam film-film animasi, jika lebah-lebah diambil madu yang mereka produksi mereka
diambil, mereka akan marah. Kemarahan lebah bisa disebabkan karena terganggu dan terkejutnya
koloni itu, bisa juga karena sifat agresif kelompok lebah itu. Untuk budidaya peternakan lebah madu
dipilih dari koloni yang jinak dan tidak agresif. Madu dari hasil peternakan lebah ini biasanya untuk
komersil bisa juga untuk kebutuhan sendiri.
Terdapat pula lebah yang hidup menyendiri, tidak dalam kelompok. Jenis lebah yang demikian
disebut lebah soliter.

Siklus hidup
Lebah menjalani metamorfosis lengkap ("holometabola") sehingga terdapat empat tahap bentuk
kehidupan:

1. telur;
2. larva (bentuk ulat)
3. pupa (kepompong);
4. imago (lebah dewasa).
Telur yang menetas akan menjadi larva. Pada tahapan ini, lebah pekerja akan memberi larva
makanan berupa serbuk sari, nektar, serta madu. Sebagian nektar yang dikumpulkan oleh lebah
pekerja disimpan sebagai madu. Setelah beberapa hari, larva berganti menjadi pupa dan seterusnya
menjadi anak lebah.

Pemanfaatan lebah

Botok tawon, botok yang menggunakan larva lebah.


Lebah di alam berfungsi penting sebagai serangga penyerbuk utama. Kesukaannya akan nektar dan
serbuk sari membantu tumbuhan untuk terjadinya penyerbukan silang dan penyebaran serbuk sari.
Dalam penyerbukan buatan tanaman tertentu, lebah dipelihara dalam kurungan berisi tumbuhan
yang akan disilangkan.
Madu yang dihasilkan lebah disukai oleh banyak hewan, khususnya beruang.
Manusia juga memanfaatkan madu sebagai makanan serta obat. Pemeliharaan lebah untuk diambil
madunya telah dilakukan manusia sejak lama. Ilmu tentang lebah dan pemeliharaannya dikenal
sebagai apiari. Usaha peternakan lebah juga disebut dengan nama tersebut.
Beberapa jenis lebah memiliki sengat yang sebetulnya bersifat fatal bagi dirinya jika digunakan
untuk menyengat yang berakibat kematiannya karena sengat dan kantong kelenjarnya akan terlepas
dan tertancap pada sasaran. Sengat ini dimanfaatkan manusia dalam pengobatan
serupa akupunktur yang dinamakan terapi lebah (apitherapy).
Peternakan lebah modern bisa menghasilkan racun lebah yang keluar dari sengat lebah pekerja
tanpa akibat matinya lebah, caranya dengan memasang jebakan dipintu masuk sarang lebah yaitu
dipasang arus listrik yang cukup untuk membuat terkejut lebah, dari terkejutnya lebah itu secara tak
disadari racun lebah keluar dari sengatnya dan hasilnya ditampung untuk ramuan obat-obatan.
Di beberapa tempat di Indonesia larva dan pupa lebah dijadikan makanan (misalnya
sebagai botok lebah).

Sengatan Lebah
Lebah sering menggunakan sengatan ekornya saat merasa terganggu (terusik). Lebah menusukkan
sengatan ekornya berkali-kali ke epidermis musuhnya sehingga merasa sakit. Namun, apa yang
dilakukan lebah ini ternyata malah membuat sengatnya lepas (tertinggal) di kulit seseorang dan
menarik alat sengat dan kantung sengat (yang memang menempel pada sengatnya), dan dalam
beberapa menit kemudian lebah pun mati.

Anda mungkin juga menyukai