Hasil Maksimal
10:19 AM Nia Distina Labels: Ternak Burung Walet
Cara Budidaya dan Ternak Burung Walet Hasil Maksimal - Ternak Burung Walet .
Komoditi Sarang walet memiliki nilai pasar yang tinggi, permintaan pasar terhadap
etersediaan sarang walet jika ditinjau dar segi bisnis sangat baik . Dikarenakan harganya
yang sangat mahal dipasaran , biasanya digunakan sebagai obat dan kosmetik . Jika sobat
tertarik untuk terjun ke bisnis ini , berikut ulasan selegkapnya mengenai Cara Budidaya dan
Ternak Burung Walet Hasil Maksimal .
Persyaratan Lokasi :
Gedung Walet :
Dalam merencanakan pembuatan gedung atau rumah walet, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar yang luasnya bervariasi dari
10 x 15 m2 - 10 x 20 m2. Ketinggian tembok rumah walet praktis sama dengan rumah
sriti, yaitu sekitar 56 m. Tinggi tembok tersebut belum termasuk wuwungan. Tinggi
rendahnya wuwungan sangat mempengaruhi kondisi suhu dan kelembaban gedung
walet. Makin tinggi wuwungannya, makin baik bagi rumah walet dan lebih disukai
oleh burung walet. Semakin besar jarak antara bubungan dengan plafon berarti rongga
antara bubungan dengan plafon bertambah besar. Dengan adanya jarak yang besar,
maka volume udara dalam ruangan tersebut juga semakin besar sehingga panas udara
tidak sepenuhnya menyinggung plafon.
Rumah setinggi itu tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi disekitarnya karena
burung walet hanya mau memasuki rumah yang lubang masuknya bebas dari
pepohonan. Apabila rumah tersebut tertutup oleh pepohonan di sekitarnya perlu
dibangun rumah yang lebih tinggi lagi.
Tembok dibuat dari plester, sedangkan bagian luarnya dari campuran semen. Bagian
dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur, dan semen dengan
perbandingan 3:2:1. Komposisi tersebut mirip komposisi gua-gua walet alam dan
sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara dalam ruangan gedung
walet. Untuk mengurangi bau semen dapat disiram dengan air setiap hari. Makin
sering tembok tersebut disiram dengan air, makin cepat hilang bau semennya.
Kerangka atap dan sekat-sekat untuk melekatnya sarang burung walet sebaiknya
dibuat dari kayu yang kuat dan cukup tua agar dapat bertahan dalam jangka panjang,
tidak mudah dimakan rengat dan tidak perlu cepat diganti. Penggantian yang terlalu
sering bisa megganggu ketenangan burung walet.
Lubang untuk keluar masuk burung dibuat di bagian atas, diperhitungkan agar
burung-burung dapat bebas keluar masuk tanpa terganggu pepohonan di sekitar
bangunan gedung. Ukuran dan bentuk lubang dapat bervariasi. Bila berbentuk bujur
Lubang keluar masuk burung jumlahnya tergantung pada kebutuhan dan kondisi
gedung. Yang jelas, semakin sedikit jumlah lubang tersebut semakin baik. Untuk satu
ruangan cukup satu lubang saja. Lubang yang terlalu banyak dapat mempengaruhi
suhu, kelembaban, dan cahaya dalam gedung yang akan mengakibatkan tidak
krasannya walet tinggal dalam gedung tersebut.
Letak lubang sebaiknya tidak menghadap ke timur, karena pada pagi hari saat burung
walet akan keluar, matanya silau terkena cahaya matahari pagi. Dinding lubang
sebaiknya dicat hitam agar mudah dilihat oleh burung dari jarak jauh dan akan
membantu burung walet cepat mengenal rumahnya. Di samping itu, pengecatan
dengan warna hitam dapat pula meredam sinar yang masuk dari luar gedung sehingga
ruangan menjadi lebih gelap.
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yg diusahakan agar mau bersarang di dlm
gedung baru. Cara utk memancing burung sriti agar masuk dlm gedung baru tersebut
dgn menggunakan kaset rekaman dr wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan
pd jam 16.0018.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dgn kelembaban 70%. Utk memperoleh
kelembaban tersebut dilakukan dgn menempatkan piring atau cawan berisi air di
bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didlm cawan tersebut tdk habis.
Telur-telur dimasukan ke dlm rak telur secara merata atau mendata & jangan tumpang
tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dgn hati-hati utk menghindr kerusakan
embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yg kosong & yg
embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dpt terlihat pd bagian tengah telur
terdpt lingkaran darah yg gelap. Sedangkan telur yg embrionya hidup akan terlihat
seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12.
Selama penetasan mesin tdk boleh dibuka kecuali utk keperluan pembalikan atau
mengisi cawan pengatur kelembaban. Stlh 1315 hari telur akan menetas.
Proses Panen :
Biasanya ketika panen, ada dua butir telur di dalam sarang. Kita bisa menetaskan
telur-telur tersebut. Cara memelihara anak burung walet yang baru menetas yakni
dengan disuapi kroto tiga kali sehari, diberikan penghangat yang stabil, dan mulai bisa
dilepaskan di dalam rumah walet kita pada malam hari setelah berumur sekitar 40
hari.
Demikian informasi seputar Cara Budidaya dan Ternak Burung Walet Hasil Maksimal
untuk sobat sekalian . kunjungi juga informasi kami yang lainya seperti Cara Budidaya dan
Ternak Lebah Madu Praktis sebagai tambahan referensi anda . Terimakasih
Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur
05 hari.
2. Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang
sedang bertelur.
Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar
sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3. Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna.
Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan
membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat
persembunyian.
4. Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung
walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu
ketenangan burung walet.
Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan
membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat
licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
8. PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan
untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang
diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen
akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung
walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para
pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang
burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
1. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet
itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen
cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih
banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak
ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat
sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi
kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu
untuk membuat sarang dan bertelur.
2. Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur
diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan
yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang
dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak
ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa
terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan
dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat
berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1. Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah
padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola
panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
2. Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk
panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
3. Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk
memperbanyak populasi burung walet.
9. PASCAPANEN
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari
hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun 1999:
1. Modal tetap
1. Gedung Rp. 13.000.000,2. Renovasi gedung Rp. 10.000.000,3. Perlengkapan Rp. 500.000,Jumlah modal tetap Rp. 23.500.000,Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th) Rp. 391.667,2. Modal Kerja
1. Biaya Pengadaan
2. Biaya Kerja
5. Biaya produksi
1. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan Rp. 391.667,2. Biaya tidak tetap Rp. 685.000,Total Biaya Produksi per bulan Rp. 1.076.667,Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet dan sriti) Rp. 67.292,6. Penjualan
1. sarang burung walet 1 kg Rp. 17.000.000,2. sarang burung sriti 15 kg Rp. 3.000.000,Untuk 1 kali produksi Rp. 20.000.000,-Untuk 5 tahun
Panen Sarang Burung Walet secara Serakah akan mengakibatkan halhal berikut ini terjadi, sebab didalam hidup di dunia ini pasti akan berlaku
hukum sebab akibat. Bila anda berlaku baik maka anda akan menuai kebaikan.
Bila anda berlaku buruk maka akan menuai penyesalan. Kita pernah mendengar
istilah hukum karma. Ini dimaksudkan bahwa dalam kehidupan ini ada hukum
pembalasan, akibat dari apa yang kita kerjakan sebelumnya.
Karena perbuatan itu merugikan orang lain, lambat atau cepat pasti pelakunya
akan ditimpa karma. Bentuk karmanya apa, admin tidak tahu. namun hukum
karma pasti akan berlaku.
Hukum sebab akibat ini juga berlaku dalam budidaya walet. Pada kasus ini,
akibat dari perlakuan panen sarang walet secara serakah, di kemudian hari,
akan timbul masalah yang tidak dikehendaki, yaitu problem yang merugikan
pemilik gedung tersebut. Awalnya pemilik tidak akan merasakan akibatnya,
sebab di awal rasanya manisakan tetapi belakangan, muncul penyesalan
rasanya menjadi pahit.
Ada suatu kasus dimana salah satu pemilik gedung walet yang produksi nya tiap
bulan menyusut. Padahal pada gedung walet tetangga, produksi sarangnya
justru meningkat.
Apa sebab terjadi penurunan produksi? Apakah karena kalah dalam perang
suara? Bukan ! Apakah karena kalah tinggi dan kalah posisi gedung? Bukan !
Apakah karena persaingan sudah sangat ketat? Juga bukan, sebab gedung lain di
lokasi tersebut ternyata tidak mengalami masalah penyusutan produksi. Lalu apa
masalahnya? Masalahnya adalah sebagai akibat pola panen yang serakah, yang
telah dilakukan sekian tahun yang lalu.
Pemilik gedung walet pasti telah salah dengan serakah dalam melakukan panen
sebab sejak 5 tahun lalu melakukan pola panen rampasan dan panen buang
telur. Tiap bulan mereka lakukan itu. Hasil panen semacam ini memang
memperoleh warna sarang yang putih bersih, dan harganya relatif tinggi.
Dan inilah alasan yang dikemukakan oleh pemilik gedung walet yang serakah.
Tanya : Kenapa melakukan panen dengan sistem panen rampasan?
Jawab : Karena jumlah panen yang saya peroleh lebih banyak, harga lumayan
tinggi, sebab sarangnya putih bersih.
Tanya : Kenapa melakukan panen buang telur?
Jawab : Tepatnya panen jual telur. Di Semarang pemilik gedung punya langganan
yang menampung telur walet.
Tanya : Kenapa tidak panen tetasan saja?
Jawab : Pemilik gedung tak merasa perlu panen tetasan, sebab nanti walet-walet
muda akan menempati gedung tetangga. Biar orang lain tidak punya walet.
Tanya : Namun kenapa juga panen buang piyik?
Jawab : Piyik walet tidak dibuang, melainkan buat pakan ternak ikan lele. Ikan
lelenya jadi cepat gemuk.
Tanya : Bukankah waletnya lama-lama bisa stress, bisa pindah ke gedung lain?
Jawab : Tidak juga. Buktinya sampai sekarang walet di gedung aman-aman saja.
Sampai sekarang hasil panen justru tambah banyak.
Dalam pikiran sipemilik gedung walet tadi, mungkin dipenuhi kalimat-kalimat
keserakahan. Biar hanya dia saja yang kaya raya dengan sarang walet,
tetangga tak perlu ikut-ikutan.
Jangan sampai gedung tetangga dihuni walet dari anak walet yang lahir dari
gedungnya.
Menurutnya, populasi walet dapat dimonopoli dan populasi walet di gedungnya
boleh terus buat di-eksploitasi. Tiap induk walet selesai bikin sarang, belum
sempat bertelur, sarang sudah dipanen. Bila induk walet terlanjur bertelur di
sarangnya, sarang tetap saja dipanen. Sarangnya tentu jadi uang, dan telurnya
juga jadi duit.
Yang lebih parah lagi, juga panen buang anak. Bila ternyata di sarangnya
terlanjur ada piyik walet, tanpa ampun, sarang tetap disikatnya. Anak walet yang
masih merah itu dikemanain? Jawabnya : dibuang di kolam untuk makanan ikan
lele. Sungguh sadis bukan? Saat itu pasti si pemilik gedung ini rupanya terlalu