Anda di halaman 1dari 6

BUDIDAYA SATWA HARAPAN BURUNG WALET

(COLLACALIA FUCIPHAGA)
A. Sejarah Burung Walet

Burung walet merupakan burung berukuran kecil dengan warna tubuh


dominan hitam dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Kaki
burung walet sangat kecil dan lemah sehingga tidak sanggup untuk hinggap
ditanah maupun dipohon sehingga burung walet mencari makan dengan memakan
serangga yang sedang terbang diudara, burung walet menyukai tempat tinggal yang
cukup lembab dan gelap serta menggunakan atap rumah/gedung untuk
menempelkan sarang sebagat tempat istirahat dan berkembang biak.

B. Jenis Jenis Burung Walet


Diketahui terdapat 12 jenis burung walet di Indonesia, namun selama ini
yang dikenal sebagai burung walet penghasil sarang hanya terdapat enam jenis.
Keenam jenis burung walet tersebut dibedakan berdasarkan warna bulu, ukuran
tubuh, suara dan tipe sarangnya. Keenam jenis burung tersebut yaitu :

1. Walet Sarang Putih (Aerodramus fuchipagus)


Walet jenis ini sangat diburu manusia untuk diambil sarangnya. Walet jenis
ini membentuk sarangnya dengan menumpahkan liurnya hingga mengeras.
Karakteristik dari burung walet jenis ini meliputi ukuran tubuhnya sekitar 12 cm,
tubuh bagian atas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan kombinasi warna abu-
abu atau coklat, bagian bawahnya berwarna coklat dan belahan ekornya agak
dalam. Suaranya melengking tinggi. Sarang jenis walet sarang putih seluruhnya
terbuat dari air liur sehingga harganya mahal dan sering dicari pemetik sarang
burung. Ukuran sarang burung wallet putih adalah 6-10 cm, tinggi mangkukan ± 4-
5 cm. Walet jenis ini tersebar di wilayah Filipina, Kalimantan, sumatra, Jawa dan
Bali.

2. Walet Sarang Hitam (Aerodramus maximus)


Warna bulu walet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor cokelat kelabu.
Bulu ekor bercelah sedikit. Walet ini kakinya berbulu merata. Panjang tubuhnya
sekitar 12 cm. Tidak seperti walet lain, jenis ini suaranya terdengar mencicit. Walet
jenis ini lebih meyukai tinggal digua-gua kapur. Sarangnya disebut sarang hitam
karena air liur untuk membuat sarang bercampur dengan bulu-bulu tubuhnya yang
berwarna hitam. ukuran lebar sarang burung walet hitam 5-7 cm. Seperti halnya
walet putih, walet sarang hitam juga lebih mudah untuk dibudidayakan
dibandingkan dengan jenis walet lainnya.
3. Walet Sarang Lumut (Aerodramus vanikorensi)
Bulu burung walet jenis ini berwarna cokelat kehitam-hitaman, tetapi warna
ekor lebih gelap. Ekornya hanya sedikit bercelah. Dilihat dari jauh, penampilannya
mirip dengan walet putih. Suara melengking tinggi. Tubuhnya berukuran sedang.
Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Jenis walet ini jarang dikenal orang karena sulit
ditemui. Sarangnya dibangun pada bagian-bagian gua yang lebih dalam dan sangat
sukar untuk dicapai. Sarangnya bagus dengan permukaan yang halus dan
bentuknya lebih bundar. Lumut digunakan untuk tambahan sarang sehingga
sarangnya disebut sarang lumut.

4. Walet Gunung (Aerodramus brevirostris)


Warna burung ini hitam, tetapi warna ekornya abu-abu kehitaman. Bulu ekor
bercelah dalam. Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya
khas suara burung walet yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar. Panjang
tubuhnya sekitar 14 cm. burung ini terbang berkelompok dengan cepat di dekat
tebing atau puncak gunung. Serangga-serangga kecil makanannya disantap ketika
terbang. Sarang dibuat di celah-celah batu. Biasanya sarang dibangun pada bekas
kawah pegunungan. Karena terbuat dari rumput-rumputan dan hanya sedikit atau
tidak ada air liur pada bahan sarangnya, maka sarang walet gunung tidak dapat
dimakan

5. Walet Sapi (Collocalia esculenta)


Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna yang mengkilat. Bulu
bagian bawah kelabu gelap, bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah.
Merupakan jenis walet yang berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya
sekitar 10 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam.
Suaranya melengking tinggi. Sarangnya berbentuk tidak beraturan, terdiri dari
campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya. Pada celah gua
yang terang, celah batu walet sapi dapat bersarang.

6. Walet Besar (Hydrochous gigas)


Jenis walet ini berwarna hitam dengan bulu bagian bawah cokelat gelap.
Bulu ekor agak bercelah. Suaranya keras dan berderik. Merupakan jenis walet yang
berukuran paling besar dibandingkan dengan jenis walet lainnya. Panjang
tubuhnya sekitar 16 cm. Karena sayap dan badannya lebih besar, walet ini dapat
terbang lebih tinggi dan lebih cepat. Walet besar lebih suka bersarang pada lubang-
lubang batu (gua kecil), atau pada celah-celah batu dekat air terjun. Sarangnya
tidak dapat dimakan. Sarang ini berbentuk mangkok, terbuat dari campuran akar-
akaran, lumut, dan serat-serat. Dibandingkan dengan walet jenis lain, sarang walet
besar termasuk kotor dan berantakan.

PEDOMAN BUDIDAYA WALET

A. Pemilihan Lokasi Sarang


Pemilihan lokasi sangat penting supaya burung walet merasa aman dan
nyaman serta dapat memproduksi sarangnya dengan baik, syarat pemilihan lokasi
sebagai berikut :
1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 mdpl.
2. Lingkungan yang tenang
3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-
rawa merupakan daerah yang paling tepat karena terdapat banyak serangga
sebagai makanan burung walet.
5. Daerah yang terdapat burung sriti

B. Syarat Rumah/Gedung Walet


Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban &
penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 27-
290 C & kelembaban 80-90 %.

C. Pengaturan kondisi suhu & kelembaban dilakukan dengan:


a. Melapisi plafon dgn sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yg berjaraknya 5 m antara satu
lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela & lubang yang tidak terpakai.
e. Lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yg berbentuk corong dari goni
atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dlm gedung akan lebih gelap.
Suasana gelap lebih disukai walet.

D. Bentuk & Konstruksi Gedung


Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi
dari 10×15 m2 sampai 10×20 m2. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan
tinggi. Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari
campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat drari campuran pasir,
kapur & semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan
suhu & kelembaban udara. Kontruksi atap & sekat tempat melekatnya sarang-
sarang dibuat dari kayu- kayu yang kuat, tua & tahan lama sehingga tidak mudah
dimakan rengat.

E. Atapnya Terbuat Dari Genting


Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-
putar & resting room sebagai tempat untuk beristirahat & bersarang. Lubang
tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm2 dibuat di bagian
atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan & kondisi gedung. Letaknya
lubang jangan menghadap ke timur & dinding lubang dicat hitam.

F. Pembibitan
Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja dan
banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para
peternak tersebut. Memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah
menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang
melakukan penumpukan jerami yg menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai
bahan makanan burung walet.

G. Sumber Pakan
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yg ada di daerah pesawahan, tanah
terbuka, hutan & pantai/perairan. Mendapatkan sarang walet yg memuaskan,
pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk
musim kemarau. Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek & nyamuk.
c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

H. Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di
lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung
& disimpan di gedung atau bisa dijual karena kotoran walet digunakan untuk
melapisi tempok gedung walet yang baru.

I. Reproduksi
Musim kawin dan berkembang biak walet adalah menjelang musim hujan
sampai akhir musim hujan, dengan demikian ketika telurnya mulai menetas, alam
menyediakan cukup banyak serangga bagi walet dan anak-anaknya. Telur yang
dihasilkan sebanyak 2 butir dan dierami bergantian sekitar 3 minggu. Setelah
menetas anak-anak dirawat oleh induknya sampai mampu terbang dan berburu
serangga sendiri pada umur sekitar satu setengah bulan (45-47 hari). Sarang
burung walet dibuat secara berpasangan sebelum mereka bertelur. Pembuatannya
cukup makan waktu karena dibuat dengan air liurnya. Cepat lambatnya pembuatan
sarang ini tergantung pada musim. Pada musim kemarau, misalnya pada saat
makanan kurang, pada saat kondisi burung walet tidak menguntungkan karena
kurangnya makan dan lain-lain.

J. FASE PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah
memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan
ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet
yang baik. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui
teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan
oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
1. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu
jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang
burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian
burung walet karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk
terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas
sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak
mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2. Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua
butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai
keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu
sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun
kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan
sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai
rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung
walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung
dapat meningkat.

K. Perbedaan kualitas sarang wallet


1. Gua alam
a. Bentuk banyak rusak oleh hama
b. Warna jelek karena factor lingkungan
c. Besarnya tak seragam
d. Umur sarang tak seragam
e. Panen dilakukan sembarangan
f. Kadar air tak seragam
g. Banyak tercemar hama
2. Rumah
1. Bentuk seragam
2. Warna seragam dan bersih
3. Besarnya relative sama
4. Umur sarang relative sama
5. Pemanenan dilakukan dengan teliti
6. Kadar air seragam
7. Sarang bersih dari hama

L. Hama dan Penyakit :


1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh & kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan
suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang,
tidak menimbun barang bekas & kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang
tikus.
2) Semut
Semut api & semut gatal memakan anak walet & mengganggu burung walet
yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-
semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu, semut disiram dengan
air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga bentuk sarangnya cacat, kecil
& tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga
kebersihan & membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi
tempat persembunyian.
4) Cicak & Tokek
Binatang ini memakan telur & sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari ruangan & suhu yang ditimbulkan
mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir,
ditangkap sedangkan penanggulangan dgn membuat saluran air di sekitar pagar
untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat serta lubang-lubang
yang tidak digunakan ditutup.

Anda mungkin juga menyukai