Disusun Oleh:
Feronika Srikusmini
Wiwis Sudarsono
Edy Permadi
Aswin Kurniawan
Fery Oagay
Risky Suluh K
Amin Nuryanto
Arpisel Kalikit Ndatang
DAFTAR ISI
Daftar Isi...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................................1
2. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah Burung Walet..............................................................................................2
2. Karakteristik Burung Walet......................................................................................2
A. Perkembangbiakan.............................................................................................2
B. Jenis-jenis Burung Walet....................................................................................3
C. Habitat Burung Walet.........................................................................................3
D. Ekolasi.................................................................................................................3
3. Potensi Produk..........................................................................................................3
4. Cara Budidaya Burung Walet...................................................................................3
A. Persyaratan Lokasi..............................................................................................3
B. Penyiapan Ssarana yang diperlukan...................................................................3
5. Pembibitan Burung Walet........................................................................................4
6. Hama dan Penyakit..................................................................................................6
7. Panen Budidaya Walet.............................................................................................7
8. Tahapan Panen.........................................................................................................7
9. Pasca Panen..............................................................................................................8
10. Pemberian Pakan......................................................................................................8
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan...............................................................................................................9
Daftar Pustaka.....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian. Sebagian
besar masyarakat dunia mengakui bahwa produk-produk peternakan memegang peranan
yang sangat penting di masa yang akan datang. Walet merupakan salah satu hewan ternak
yang sangat potensial untuk di budidayakan karena sarang burung walet mempunyai daya
jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Oleh, karena itu, kami dari kelompok 4 sangat tertarik untuk membuat makalah tentang
“Budidaya Burung Walet”, untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Peternakan dan sebagai
reverensi bagi masyarakat umum.
2. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah Budidaya Burung Walet ini karena, kami merasa
budidaya burung walet sangat potensial untuk di kembangkan, dalam makalah ini kami
mengupas seluk beluk budidaya burung walet yang meliputi, sejarah burung walet,
karakteristik dan jenis burung walet, potensi produksi, perkembangbiakan, penyakit serta
pakan
BAB II
PRATINJAU PUSTAKA
BUDIDAYA BURUNG WALET
DAFTAR PUSTAKA
www.duniawalet.com
www.omkicau.com
www.scribd.com
www.andrapriyadi.com
Susilorini,Tri Eko, 2010. Budidaya 22 Ternak Potensial, Jakarta: Penebar Swadaya
Makalah Peternakan Burung Walet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat penting
untuk beberapa orang seluruh Indonesia terutama Hulu Sungai Utara. Sarang burung
walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap
mempunyai bermanfaat untuk kesehatan. Sarang tersebut biasanya digunakan untuk
membuat sop dan sebagian besar sarang yang
menghasilkan di Indonesia diekspor ke negara China terutama Hong kong.
Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga untuk
mengambil sarang burung walet sangatlah sulit dan berbahaya. Burung walet juga membuat
sarang di dalam rumah-rumah yang kosong. Karena
budidaya burung walet di dalam rumah-
rumah kosong adalah metode yang sangat efektif untuk
menghasilkan sarang tersebut, orang-
orang mulai membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung wallet.
Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis.
Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan
ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi,
meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan
salingmelengkapi pengelolaan.
Upaya mengelola walet gua dan walet rumah telah berlangsung sejak puluhan tahun
lalu di daerah jawa. Tujuannya agar populasi dan produksi sarang walet terjaga lestari. Ini
penting demi kelanjutan bisnis para pengusaha itu sendiri. Bisnis sarang walet dengan
pasaran langsung ke Cina telah berlangsung secara tradisional dan turun temurun tempo dulu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari peternakan burung wallet ?
2. Berapa jenis dari burung wallet ?
3. Apa saja syarat dan ketentuan untuk membuat gedung wallet ?
4. Masalah apa yang dihadapi para peternak burung wallet ?
5. Bagaimana solusi menghadapi masalah para peternak burung wallet ?
C. Tujuan Makalah
1. Untunk mengetahui sejarah singkat dari peternakan burung wallet.
2. Memberikan pengetahuan pada masyarakat serta pembaca tentang seberapa besar potensi
bisnis dari peternakan burung wallet.
3. Disamping itu pula makah ini dibuat untuk memenuhi tugas matau kuliah Politik
Perekonomian Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Peternakan Burung Walet
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka
meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu
juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai
kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai
gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat
dan berbiak.
2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat.
D. Pedoman Teknis
Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip
dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-
95 %. Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter
4 cm.
Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain
berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih
disenangi walet.
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari
10×15 m 2 sampai 10×20 m 2 . Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak
antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet.
Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung dibuat dari dinding
berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen.
Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan
perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara.
Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat
melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak
mudah dimakan rengat.
Atapnya terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room
sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan
bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm 2 dibuat di
bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang
jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
F. Memancing walet
Terdapat bermacam-macam sistem tweeter dalam jumlah besar mulai dari sistem
otomatis yang cukup mahal, sampai CD player murah yang harus dihidupkan secara
manual. CD dan sistem tweeter ini bisa dibeli di toko burung walet.
Satu metode lain untuk memancing walet yang digunakan oleh pemilik gedung
walet adalah aroma wallet . Biasanya metode ini hanya dipakai di gedung
walet yang kosong dan dengan aroma
walet ini, burung walet berpikir bahwa gedung tersebut sudah dihuni oleh koloni buru
ng walet sehingga tempat itu aman untuk walet.
Aroma walet dibuat dengan 1kg kotoran walet dicampur dengan 5 liter air.
Kemudian, campuran kotoran walet dan air diendapkan selama 5 hari kemudian
disaring. Sesudah itu, air walet dicampur dengan minyak ikan dengan perbandingan 3 : 1,
kemudian diaduk.
G. Panen
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah
memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu
agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan
dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri.
Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk
mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan
waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet
dengan beberapa cara, yaitu:
1. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu
belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat,
kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak.
Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada
waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air
liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil
dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam
setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik
karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet
untuk menetaskan telurnya.
3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang.
Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh
kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan
tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat. Adapun waktu panen adalah:
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat
populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan.
Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen
pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak
populasi burung wallet.
H. Pascapanen
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran
dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.
Gambaran Peluang Agribisnis Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang
bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya
burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari
sarang-sarang alami. Peternakan burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik
dan intensif.
I. Manfaat
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva).
Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni
kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan
peredaran darah dan penambah tenaga.
J. Permasalahan Dalam Peternekan Burung Walet
1. Sangat kesulitan dalam memperoleh modal, sebab peternakan burung wallet membutuhkan
waktu bertahun – tahun untuk dapat dipanen, jadi modal sangat sulit didapat. Maka dari itu
kebanyakan dari peternakan burung wallet adalah orang – orang yang tarap ekonominya
tinggi.
2. Kurangnya keahlian, dimana peternakan burung wallet tidak seperti peternakan – peternakan
lainnya, sebab peternakan burung wallet lebih khusus sebab untuk membuat burung wallet
tertarik dan membuat sarang tidak lah mudah, oleh karna itu tidak semua orang dapat
menjalankan bisnis ini.
3. Disamping itu juga masalah hama pada peternakan butung wallet juga harus diperhatikan
seperti kecoa, semut, tokek, kelelawar dan butung hantu.
1. Dalam persoalan modal, butuh waktu lama untuk mengembalikan modal tersebut, jadi
hendaknya modal peternakan burung wallet merupakan hasil dari usaha yang lain artinya,
modal tidak merupakan pinjaman tapi dari hasil perputaran modal usaha yang lain yang lebih
cepat perputarannya.
2. Sekarang ini dapat kita lihat bersama bahwa, peternakan burung wallet sudah mulai merebak
khususnya untuk daerah Hulu Sungai Utara, jadi untuk menyikapi hal ini, pemerintah
hendaknya memiliki inisiatif agar, setiap peternak butung wallet yang sudah berhasil dapat
memberikan pengalamannya kepada masyarakat yang lain.
3. Cara yang sangat ampuh untuk membebaskan gedung walet dari serangga/ semut adalah
dengan menggunakan racun kapur ajaib. Racun ini
harus ditempatkan di seluruh gedung terutama di tempat serangga bisa masuk gedung
seperti lubang ventalasi. Racun tikus juga harus diletakkan di dalam gedung karena tikus
sangat suka memakan sarang burung walet, sehingga menyebabkan burung walet menjadi
stress dan mencari tempat lain yang lebih aman untuk bersarang. Racun tikus juga efektif
untuk tokek karena tokek juga suka memakan sarang burung wallet
Salah satu metode lain yang sangat efektif untuk menghentikan tikus dan tokek
masuk gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh lubang kel
uar-masuk .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka
meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu
juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai
kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai
gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat
dan berbiak.
Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis.
Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan
ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi,
meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan
salingmelengkapi pengelolaan.
Gambaran Peluang Agribisnis Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang
bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya
burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari
sarang-sarang alami. Peternakan burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik
dan intensif.
B. Saran
Mengingat bahwa petrnakan burung wallet merupakan peluang bisnis yang cukup
menjanjikan maka tidak heran, bawa banyak orang yang ingin dan berbisnis ini, namun
dalam kesempatan ini kami ingin memberikan saran bahwa burung wallet juga merupakan
makhluk hidup di bumi ini jadi untuk itu kita sebagai manusia harus bias menjaga kelestarian
mereka bukan hanya ingin mendapatkan keuntungan semata.
Kita harus dapat berfikir ke masa depan, kepada para penerus kita nantinya. Apabila
usaha ini dikelola dengan baik dan kelestarian burung wallet dapat dijaga maka untuk tempo
puluhan tahun kedepan kita masih bias menggunakan burung wallet sebagai sarana bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
www.kingwalet.com
www.multi-walet.com
http://ngraho.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.com
http://bumipertiwiextrem.blogspot.com
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK BEBEK/ITIK
2. Perkandangan
Lokasi Kandang yang baik adalah: jauh dari keramaian,ada atau dekat dengan sumber
air,tidak terlalu dekat dengan rumah,dan mudah dalam pengawasan.
Persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah : mudah dibersihkan, sirkulasi
uadara lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari.Beberapa tipe kandang yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaannya seperti:
Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus
dan tidak tahan udara dingin, usahakan dinding kandang ditutup dengan tirai plastik. Seelah 4
hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari, dan pda malam hari ditutup kembali. Pada
umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang
cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih
diperlukan. Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat
diperlukan sampai umur 3 minggu.
Anak itik yang baru di beli dari Poulty Shop atau dari tempat yang cukup jauh,
setelah dimasukkan dalam pelingkar tadi jangan tergesa-gesa diberi makan. Akan tetapi
diberikan dahulu minuman segar, berupa susu atau air gula. Hal ini untuk menghindari
“stress” karena perpindahan tempat. Setelah lebih kurang 1 jam, itik diberi makan sedikit
demi sedikit tetapi sering agar makanan tidak terbuang dan diacak-acak. Setelah 1 minggu
pertama, berilah air segar yang dicampur “antibiotika alami” yaitu Biotama 5 , kunyit dan
asam jawa. 1 ruas kunyit ditambah 1 cm asam jawa potongan (haluskan) tambahkan 1 -2
tutup botol Biotama 5 dan air hingga 1000 ml. Masukkan dalam botol aqua besar, tutup rapat
lalu kocok kocok. Minuman segar ini bisa disebut dengan ”jamu ternak”. Berikan minuman
ini 1 minggu sekali.
Hal ini untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan yang seragam, juga untuk
menghindari kepekaan terhdap gangguan penyakit selama pemeliharaan.
Untuk tujuan penghasil telur maka hendaknya dipilih itik-itik yang bercirikan :
• Tubuh ramping (tidak gemuk) dan bentuk seperti botol, leher kecil,
panjang dan bulat seperti rotan.
• Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala).
• Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi
dipangkal ekor, bulu halus, rapi dan tidak kusut.
• Kaki berdiri kokoh (induk yang produksi telurnya tinggi antara alin itik
Tegal, Khaki Khampbell dan itik Bali).
5. Pemberian pakan
Pada dasarnya pemberian pakan untuk itik memerlukan kandungan protein
yang tinggi dan pemberian pakannya ada 2 macam cara yakni :
a. Pakan lengkap dari satu jenis saja, dapat dalam bentuk all mash, pellet
atau crumble yang sudah lengkap semua unsur nutrisinya (cara ini biasanya untuk suatu
peternakan besar).
b. Pakan lengkap dari beberapa jenis seperti campuran dedak padi, jagung, bungkil kedele dsb.
(cara ini yang umum dipakai oleh peternak rakyat).Jumlah/konsumsi pakan untuk berbagai
periode :
- Anak itik rata-rata 58,3 gram/hari
- Itik dara rata-rata 80 gram/hari
- Dewasa (masa produktif) rata-rata 180 gram/hari
c. Kebutuhan protein untuk berbagai periode :
- Anak itik (0 - 6 minggu) 20 - 22%
- Itik dara (6 - 13 minggu) 16 - 18%
- Dewasa (> - 13 minggu) 15 - 16%
6. Pencegahan penyakit
Melakukan pencegahan penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya
dan perlu diingat bahwa setiap penyakit belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkit
hanya menurunkan produksinya saja. Beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang itik
diantaranya.
• Salmonellosis (Pullorum + Berak kapur)
Penyebabnya bakteri Salmonella pullorum, bila menyerang itik umur 3-15 hari
berakibat kematian tinggi. Tanda penyakit yang nampak adalah adanya kotoran warna putih
lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh lemah, lesu dan mengantuk
kedinginan, cepat terengahengah, bulu kusam, sayap menggantung kadang terjadi
kelumpuhan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang serta
makanan dan minum, isolasi itik yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa dan
antibiotik.
• Penyakit Cacing
Penyebabnya terbagi jenis cacing menyerang pada itik yang dilepas. Tanda
penyakit adalah nafsu makan berkurang, mencret, bulu kusam, kurus dan produksi turun.
Pencegahan harus dijaga kebersihan kandang jaga kelembabannya, sanitasi kandang dan
makan, minum. Pengobatan dengan memberikan obat cacing minimal 3 bulan sekali.
• Penyakit Botulismus
Penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium botulinum,
yang sering ditemukan pada bangkai hewan dan tanaman busuk. Itik yang digembalakan
sering memakannya Tanda penyakit adalah itik lesu, lemah, lumpuh, pada leher kaki dan
sayap, nampak mengantuk, kadang-kadang tidak dapat berdiri tegak dan kalau berjalan
sempoyongan, bulu mudah rontik. Pencegahan dengan menjaga kebersihan makanan dan
hindari makanan basi/sudah membusuk dan tercemar, makanan harus bersih dan baru atau
kalau hijauan yang masih segar. Pengobatan dapat dicoba dengan obat laxanitia.pencahar
(garam espon).
Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian
persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata
berlebihan.
7. Produksi telor
Tabel 3.kemampuan produksi telur dan bobot telur beberapa jenis itik petelur unggul
8. Pasca panen
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan
maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan.
Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika
disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan
pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:
b) Pengawetan telur dengan daun jambu biji Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat
mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan
berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
c) Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang
praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.
d) Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan
cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori
kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah
dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.
e) Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl)
dengan konsentrasi 25- 40% selama 3 minggu.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan
program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu.
Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik
terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur
yang diharapkan.
Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki
andil keberhasilan yakni:
1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%.
3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan ketrampilan,
memegang peranan yang sangat besar
3.2 SARAN
Dalam beternak itik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Letak tempat peternakan itik
Sarana dan prasarananya harus memadai
Kandang harus sesuai dengan jumlah ternak
Bibit harus benar-benar bagus
Kebersihan harus dijaga supaya terhindar dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Anggrorohadi, Pemadi dan Sudawonadi S.1993.Sumber Daya Sarana dan Prasaran
Peternakan Bandung:Balai penelitian peternakan
https://sababjalal.wordpress.com/2012/10/20/karya-ilmiah-peternakan-bebek/
http://research.amikom.ac.id/index.php/KIM/article/view/2736