Anda di halaman 1dari 26

Makalah Budidaya Walet

Disusun Oleh:
Feronika Srikusmini
Wiwis Sudarsono
Edy Permadi
Aswin Kurniawan
Fery Oagay
Risky Suluh K
Amin Nuryanto
Arpisel Kalikit Ndatang

DAFTAR ISI
Daftar Isi...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.........................................................................................................1
2. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah Burung Walet..............................................................................................2
2. Karakteristik Burung Walet......................................................................................2
A. Perkembangbiakan.............................................................................................2
B. Jenis-jenis Burung Walet....................................................................................3
C. Habitat Burung Walet.........................................................................................3
D. Ekolasi.................................................................................................................3
3. Potensi Produk..........................................................................................................3
4. Cara Budidaya Burung Walet...................................................................................3
A. Persyaratan Lokasi..............................................................................................3
B. Penyiapan Ssarana yang diperlukan...................................................................3
5. Pembibitan Burung Walet........................................................................................4
6. Hama dan Penyakit..................................................................................................6
7. Panen Budidaya Walet.............................................................................................7
8. Tahapan Panen.........................................................................................................7
9. Pasca Panen..............................................................................................................8
10. Pemberian Pakan......................................................................................................8
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan...............................................................................................................9
Daftar Pustaka.....................................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian. Sebagian
besar masyarakat dunia mengakui bahwa produk-produk peternakan memegang peranan
yang sangat penting di masa yang akan datang. Walet merupakan salah satu hewan ternak
yang sangat potensial untuk di budidayakan karena sarang burung walet mempunyai daya
jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Oleh, karena itu, kami dari kelompok 4 sangat tertarik untuk membuat makalah tentang
“Budidaya Burung Walet”, untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Peternakan dan sebagai
reverensi bagi masyarakat umum.
2. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah Budidaya Burung Walet ini karena, kami merasa
budidaya burung walet sangat potensial untuk di kembangkan, dalam makalah ini kami
mengupas seluk beluk budidaya burung walet yang meliputi, sejarah burung walet,
karakteristik dan jenis burung walet, potensi produksi, perkembangbiakan, penyakit serta
pakan

BAB II
PRATINJAU PUSTAKA
BUDIDAYA BURUNG WALET

1. Sejarah Burung Walet


Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur.
Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan
memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga
paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon.
Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup
lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan
sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga

2. Karakteristik Burung Walet


A. Perkembangbiakan
a. Burung walet mempunyai fase berkembangbiak(musim kawin) sepanjang tahun. Musim
ini ditandai dengan banyaknya kawanan walet yang saling berkejaran dan mengeluarkan
suara tertentu untuk menarik hati lawan jenisnya. Musim kawin biasanya terjadi pada
musim penghujan, hal ini dikarenakan populasi pakan yang melimpah pada musim
penghujan.
b. Normalnya, burung walet mengalami masa kawin dua kali setahun. Selain itu, proses
perkawinannya terjadi pada malam hari ketika burung walet telah kembali ke sarangnya.
Namun sekarang banyak orang yang membudidaya burung walet di dalam gedung –gedung
kusus.
c. Keberhasilan memancing walet juga didukung oleh faktor musim.Musim
berkembangbiak adalah waktu yg tepat untuk memancing walet.Normalnya walet
berkembangbiak sebanyak dua kali dalam setahun.
>> Awal pebruari dan awal september walet mulai bertelur
>> Awal-akhir maret dan oktober sebagian walet masih bertelur
>> Mei-juli dan desember-pebruari walet muda mulai terbang
>> Desember-pebruari dan juli-agustus walet muda memasuki fase reproduksi dan walet
muda mulai mencari pasangan dan kemungkinan menghuni tempat baru.Dgn demikian
waktu yg tempat utk memancing walet adalah musim hujan sekitar bulan desember-
pebruari dan musim kemarau pd bulan juni-agustus.
B. Jenis-jenis burung Walet ( Spesies )
a. Walet Sarang Putih ( Aerodramus fuchipagus)
b. Walet Sarang Hitam ( Aerodramus maximus )
c. Walet Sarang Lumut ( Aerodramus vanikorensi )
d. Walet Gunung ( Aerodramus brevirostris )
e. Walet Sapi (Collocalia esculenta )
f. Walet Besar ( Hydrochous gigas )
C. Habitat Burung Walet
a. Walet mempunyai habitat di daerah gelap (dark zone), daerah yang tidak terjangkau
paparan sinar matahari dengan suhu yang relatif stabil(24C – 27C).
b. Umumnya, burung walet banyak dijumpai di dalam gua-gua alam yang dikelilingi hutan
lebat.
D. Ekolasi
a. Ini adalah karakter burung walet yang sangat unik. Ekolokasi adalah kemampuan untuk
mengeluarkan suara berfrekuensi tertentu (biasanya frekuensi tinggi) secara terputus-putus
dan kemudian menangkap kembali pantulan suara tersebut untuk menentukan jarak dan
letak sebuah benda. Hal ini memungkinkan walet untuk terbang dimalam hari atau ditempat
yang gelap.
b. Selain untuk menentukan keberadaan sarang walet, burung walet juga menggunakan
ekolokasi untuk berkomunikasi seperti memberikan peringatan bahaya kepada burung walet
lainnya
3. Potensi Produk
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya
(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan Paru paru
panas dalam melancarkan peredaran darah dan penambah stamina
4. Cara Budidaya Burung Walet
A. Persyaratan Lokasi
a. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
b. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat.
c. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
d. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa
merupakan daerah yang paling tepat.
B. Penyiapan Sarana yang di perlukan
Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip
dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ±
80-95 %. Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
• Melapisi plafon dengan sekam setebal 2° Cm
• Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung
• Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang,
berdiameter 4 cm
• Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai
• Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau
kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih
disenangi walet.
Bentuk dan konstruksi gedung Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar,
luasnya bervariasi dari 10×15 m 2 sampai 10×20 m 2 . Makin tinggi wuwungan (bubungan)
dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih
disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung
dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam
tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1
yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau
semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-
sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan
rengat. Atapnya terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room
sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan
bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm 2 dibuat
di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya
lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
5. Pembibitan Burung Walet
Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknya burung
walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Untuk
memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang
berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang
menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet. Berbicara
ekolokasi aatau suara walet ada juga peternak yang menggunakan suara buatan yang
menyerupai suara burung walet, namun jangan salah terkadang walet jga rish dan kabur dari
sarangnya akibat suara itu. Untuk menghindari hal itu bsa d cegah dengan mengganti suara
setiap bulanya,
a. Pemilihan bibit, Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau
bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam
gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti.
Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari
makan.
b. Perawatan bibit dan calon induk Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur
walet untuk ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung
walet yang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah
burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang
kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan
untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.
c. Memilih Telur Burung Walet
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari
- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari
- Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram.
Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin
tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
- kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. Letak kuning
telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan
kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.

d. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti


Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur walet.
Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue untuk menghindari
kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau
mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung
mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan
setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan.
e. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 40 ° dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban
tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak
telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke
dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih. Dua kali sehari
posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari
ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati
dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran
darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-
laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh
dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban.
Setelah 13–15 hari telur akan menetas.
f. Perawatan ternak burung walet
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yang
belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari.
Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif
sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan
1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ± 10 hari saat
bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini
dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur
43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari,
kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan
ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara
terbang walet dewasa.
g. Pakan burung walet
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalah
serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan
pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet
harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau
h. Pemeliharaan kandang burung walet
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus
dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di
gedung.

6. Hama dan Penyakit


a. Tikus Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang
tidak nyaman.
Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan
kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
b. Semut Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet
yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang
ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
c. Kecoa Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak
sempurna.
Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang
barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian
d. Cicak dan Tokek Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan
anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan
mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap
sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang,
tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
e. Salah satu metode lain yang sangat efektif untuk menghentikan tikus dan tokek atau
serangga lainya masuk gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh
lubang keluar-masuk burung walet sehingga hama-hama tersebut tidak bisa masuk. pecahan
kaca juga termasuk mencegah Kelelawar dan burung hantu di dalam gedung walet sangat
mengganggu kenyamanan burung walet sehingga menyebabkan walet menjadi takut dan
kemudian pergi dari gedung
7. Panen budidaya burung walet
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan
untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil
yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam
menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan
burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan
tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa
cara, yaitu:
a. Panen rampasan, Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur,
tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu
jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung
pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt
karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus
membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot
menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu
untuk membuat sarang dan bertelur.
b. Panen Buang Telur, Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan
bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu
sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni,
tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya
c. Panen Penetasan, Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas
dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak
dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat
berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat
8. Tahapan dalam Panen Burung Walet
a. Panen 4 kali setahun, Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah
yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan
dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
b. Panen 3 kali setahun, Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah
berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen
tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
c. Panen 2 kali setahun, Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya
untuk memperbanyak populasi burung walet.
9. Pasca panen budidaya walet
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari
hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.
10. Pemberian Pakan
Setiap hari walet dapat mengkonsumsi pakan sekitar 500 jenis serangga yang berukuran
0,2-2,5 mm. Pakan tersebut di dapat dari areal persawahan, kebun, dan lahan yang di
tumbuhi tanaman. Kandungan zat pakan yang di butuhkan walet antara lain Protein 55-
60%, Energi 4.100 kkal, Lemak 14%, Kalsium 0,15-0,25%, Fosfor 0,4-0,6%, dan serat Kasar
5-8%. Persentase kalsium yang berfungsi sebagai unsur pembentuk tulang lebih sedikit dari
pada fosfor menyebabkan kaki walet lemah sehingga hanya bisa menggantung.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah kami yaitu, dalam membudidayakan burung walet tidak lah sulit,
kita hanya perlu menyediakan tempat yang tidak terjangkau paparan sinar matahari dengan
suhu yang relatif stabil(24C – 27C). Kemudian Hasil dari peternakan walet ini adalah
sarangnya yang terbuat dari air liurnya(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga
yang tinggi, juga dapatbermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk
menyembuhkan Paru paru panas dalam melancarkan peredaran darah dan penambah
stamina
Hama yang menyerang walet yaitu, Tikus, Kecoa, Semut, Cicak dan Tokek. Pakan alami
berupa burung dan berbagai serangga yang ad di alam bebas, namun perlu pakan tambahan
seperti Protein 55-60%, Energi 4.100 kkal, Lemak 14%, Kalsium 0,15-0,25%, Fosfor 0,4-
0,6%, dan serat Kasar 5-8%. Persentase kalsium yang berfungsi sebagai unsur pembentuk
tulang lebih sedikit dari pada fosfor menyebabkan kaki walet lemah sehingga hanya bisa
menggantung

DAFTAR PUSTAKA
www.duniawalet.com
www.omkicau.com
www.scribd.com
www.andrapriyadi.com
Susilorini,Tri Eko, 2010. Budidaya 22 Ternak Potensial, Jakarta: Penebar Swadaya
Makalah Peternakan Burung Walet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat penting
untuk beberapa orang seluruh Indonesia terutama Hulu Sungai Utara. Sarang burung
walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap
mempunyai bermanfaat untuk kesehatan. Sarang tersebut biasanya digunakan untuk
membuat sop dan sebagian besar sarang yang
menghasilkan di Indonesia diekspor ke negara China terutama Hong kong.
Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga untuk
mengambil sarang burung walet sangatlah sulit dan berbahaya. Burung walet juga membuat
sarang di dalam rumah-rumah yang kosong. Karena
budidaya burung walet di dalam rumah-
rumah kosong adalah metode yang sangat efektif untuk
menghasilkan sarang tersebut, orang-
orang mulai membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung wallet.
Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis.
Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan
ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi,
meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan
salingmelengkapi pengelolaan.
Upaya mengelola walet gua dan walet rumah telah berlangsung sejak puluhan tahun
lalu di daerah jawa. Tujuannya agar populasi dan produksi sarang walet terjaga lestari. Ini
penting demi kelanjutan bisnis para pengusaha itu sendiri. Bisnis sarang walet dengan
pasaran langsung ke Cina telah berlangsung secara tradisional dan turun temurun tempo dulu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari peternakan burung wallet ?
2. Berapa jenis dari burung wallet ?
3. Apa saja syarat dan ketentuan untuk membuat gedung wallet ?
4. Masalah apa yang dihadapi para peternak burung wallet ?
5. Bagaimana solusi menghadapi masalah para peternak burung wallet ?
C. Tujuan Makalah
1. Untunk mengetahui sejarah singkat dari peternakan burung wallet.
2. Memberikan pengetahuan pada masyarakat serta pembaca tentang seberapa besar potensi
bisnis dari peternakan burung wallet.
3. Disamping itu pula makah ini dibuat untuk memenuhi tugas matau kuliah Politik
Perekonomian Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Peternakan Burung Walet
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka
meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu
juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai
kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai
gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat
dan berbiak.

B. Jenis – Jenis Burung Walet


Ada tiga jenis burung walet yang umu dikenal antara lain:
1. Collocalia fuciphaga,
2. Collocalias maxima dan
3. Collocalia esculenta
Ada satu jenis burung walet
lagi yaitu Collocalia germani, tetapi menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995),
Collocalia germani termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga bukan merupakan
spesies tersendiri. Collocalia germani tidak ditemukan di Indonesia, namun burung tersebut
ditemukan di negara lain di Asia seperti Vietnam.
Collocalia fuciphaga adalah jenis burung yang banyak dicari karena burung tersebut
bersarang putih. Collocalia fuciphaga ditemukan di Cina selatan dan
Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Di Sumatra dan Kalimantan burung tersebut bisa hidup sampai ketinggian 2800
meter di atas permukan laut, tetapi di Jawa dan Bali burung ini biasanya hidup dekat pantai di
dalam gua yang gelap dan dalam. Burung tersebut kira-kira berukuran 12 sentimeter,
dadanya berwarna hitam kecoklatan dan
warna punggung lebih kelabu. Ekor burung ini bercabang,
paruhnya berwana hitam dan kakinya juga berwarna hitam.
Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima tidak dapat dibedakan dari Collocalia
esculenta kecuali dari sarangnya Collocalia maxima
membuat sarang dengan air liur seperti fuciphaga tetapi sarangnya bercampur dengan
bulu burung sehingga harga sarangnya lebih rendah.
Namun demikian, karena keduanya membuat sarang dengan air
liur dan sarangnya hanya sedikit berbeda, orang Indonesia menyebut Collocalia fucipha
ga dan Collocalia maxima dengan nama burung walet.
Harga sarang burung walet antara tujuh juta sampai empat belas juta rupiah per
kilogram tergantung kualitasnya.
Ada empat kelas sarang burung walet yang dihasilkan di Indonesia.
1. Kelas keempat adalah sarang yang paling kotor sehingga harganya paling murah. Sarangnya
sangat kotor karena telur walet sudah ditetaskan atau terbuat dari air kotor Harga sarang
kelas empat kira-kira tujuh sampai delapan juta rupiah per kilogram.
2. Kelas ketiga agak kotor tetapi terbuat dari air liur dan bulu burung. Sarang kelas tiga
berharga kira-kira delapan sampai sembilan juta rupiah per kilogram.
3. Sarang walet kelas dua tidak terbuat dari bulu burung tetapi sarangnya masih sedikit kotor.
Kotornya bisa dikarenakan burung tersebut bertelur tetapi telurnya kemudian diambil setelah
menetas. Harga sarang kelas dua kira-kira sepuluh sampai dua belas juta rupiah per kilogram.
4. Kelas yang tertinggi adalah sarang yang paling bersih, warnanya sangat
putih dan tidak ada bulu burung. Sarang seperti ini adalah sarang yang paling banyak
diminta dari pemilik gedung walet karena harga sarang ini paling tinggi, kira-kira dua belas
sampai empat belas juta rupiah per kilogram.
Disamping kelas-
kelas sarang berwarna putih ada juga sarang burung walet yang berwarna
merah. Sarang merah asli adalah sarang yang jarang didapat karena sarangnya terbuat
dengan
campuran air liur dan darah, tetapi sarang ini sangat jarang sehingga harganya merupa
kan yang tertinggi, kira-
kira empat belas juta rupiah atau lebih per kilogram. Sarang burung walet juga bisa
dibuat agar berwarna merah tetapi warnanya sedikit berbeda dengan sarang merah asli.
Untuk membuat
sarang berwarna merah didalam gedung walet harus mempunyai banyak air dan diberi
campuran amoniak kedalam airnya. Amoniak membantu sarang menjadi warna
merah tetapi harga sarang ini tidak setinggi sarang merah asli.
Harga sarang yang dibuat merah masih tergantung dengan kualitas sarang tetapi sedikit
lebih mahal dari pada sarang putih biasa.
Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung
walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor
makanan serta teknik memancing walet. Semua
faktor ini sangat penting untuk keberhasilan peternakan burung walet.
Di samping itu, gedung burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat asli burung
walet.
C. Persyaratan Lokasi Sarang
Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:

1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.

2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat.

3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.

4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa


merupakan daerah yang paling tepat.

D. Pedoman Teknis

Penyiapan Sarana Dan Peralatan


1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan

Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip
dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-
95 %. Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan

a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 2° Cm

b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.

c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter
4 cm.

d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.

Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain
berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih
disenangi walet.

E. Bentuk dan Konstruksi Gedung

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari
10×15 m 2 sampai 10×20 m 2 . Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak
antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet.
Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung dibuat dari dinding
berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen.

Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan
perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara.
Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat
melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak
mudah dimakan rengat.

Atapnya terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room
sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan
bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm 2 dibuat di
bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang
jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam.

F. Memancing walet

Sesudah gedung siap digunakan untuk peternakan


burung walet, ada beberapa metode untuk
memancing burung dari gua, gedung yang lain atau burung yang sudah bersarang di t
empat lain sehingga burung tersebut mau bersarang di dalam gedung baru. Karena burung
walet membuat sarang dengan daun dan air liur, dimana daun pinus adalah daun yang paling
disukai, dengan menggantungkan
daun pinus di gedung adalah metode yang sangat mudah, murah dan mujarab.
Oleh karena itu, motode ini adalah metode yang sangat biasa digunakan.
Metode yang paling mujarab adalah sistem tweeter, sistem ini
menggunakan banyak speaker di dalam gedung yang memutar suara burung wallet. Metode
ini dipakai setiap pagi dan sore
agar terdengar oleh burung walet yang sedang mencari tempat bersarang.

Disamping itu, untuk memancing burung


walet yang berada di kejauhan, bisa digunakan hexagonal tweeter. Tweeter ini dipasang
di atap gedung walet dan suaranya sangat kuat sehingga burung walet yang sedang terbang di
kejauhan bisa mendengarnya.

Terdapat bermacam-macam sistem tweeter dalam jumlah besar mulai dari sistem
otomatis yang cukup mahal, sampai CD player murah yang harus dihidupkan secara
manual. CD dan sistem tweeter ini bisa dibeli di toko burung walet.

Satu metode lain untuk memancing walet yang digunakan oleh pemilik gedung
walet adalah aroma wallet . Biasanya metode ini hanya dipakai di gedung
walet yang kosong dan dengan aroma
walet ini, burung walet berpikir bahwa gedung tersebut sudah dihuni oleh koloni buru
ng walet sehingga tempat itu aman untuk walet.

Aroma walet dibuat dengan 1kg kotoran walet dicampur dengan 5 liter air.
Kemudian, campuran kotoran walet dan air diendapkan selama 5 hari kemudian
disaring. Sesudah itu, air walet dicampur dengan minyak ikan dengan perbandingan 3 : 1,
kemudian diaduk.

Setelah itu campuran siap untuk disemprotkan ke dinding gedung


walet, tetapi campuran ini tidak boleh mengenai sirip papan karena merupakan tempat
burung akan bersarang. Jika gedung wallet tersebut baru dibangun, penyemprotan harus
dilakukan setiap minggu agar bau semen cepat hilang

G. Panen

Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah
memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu
agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan
dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri.

Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk
mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan
waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet
dengan beberapa cara, yaitu:

1. Panen rampasan

Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu
belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat,
kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak.
Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada
waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air
liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.

2. Panen Buang Telur

Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil
dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam
setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik
karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet
untuk menetaskan telurnya.

3. Panen Penetasan

Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang.
Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh
kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan
tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat. Adapun waktu panen adalah:

a. Panen 4 kali setahun

Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat
populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan.
Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.

b. Panen 3 kali setahun

Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen
pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.

c. Panen 2 kali setahun

Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak
populasi burung wallet.

H. Pascapanen

Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran
dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.

Gambaran Peluang Agribisnis Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang
bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya
burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari
sarang-sarang alami. Peternakan burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik
dan intensif.

I. Manfaat
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva).
Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni
kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan
peredaran darah dan penambah tenaga.
J. Permasalahan Dalam Peternekan Burung Walet

Permasalahan permasalahan yang sering terjadi dalam peternakan burung wallet


adalah :

1. Sangat kesulitan dalam memperoleh modal, sebab peternakan burung wallet membutuhkan
waktu bertahun – tahun untuk dapat dipanen, jadi modal sangat sulit didapat. Maka dari itu
kebanyakan dari peternakan burung wallet adalah orang – orang yang tarap ekonominya
tinggi.

2. Kurangnya keahlian, dimana peternakan burung wallet tidak seperti peternakan – peternakan
lainnya, sebab peternakan burung wallet lebih khusus sebab untuk membuat burung wallet
tertarik dan membuat sarang tidak lah mudah, oleh karna itu tidak semua orang dapat
menjalankan bisnis ini.

3. Disamping itu juga masalah hama pada peternakan butung wallet juga harus diperhatikan
seperti kecoa, semut, tokek, kelelawar dan butung hantu.

K. Pemecahan Masalah Dalam Peternekan Burung Walet

1. Dalam persoalan modal, butuh waktu lama untuk mengembalikan modal tersebut, jadi
hendaknya modal peternakan burung wallet merupakan hasil dari usaha yang lain artinya,
modal tidak merupakan pinjaman tapi dari hasil perputaran modal usaha yang lain yang lebih
cepat perputarannya.

2. Sekarang ini dapat kita lihat bersama bahwa, peternakan burung wallet sudah mulai merebak
khususnya untuk daerah Hulu Sungai Utara, jadi untuk menyikapi hal ini, pemerintah
hendaknya memiliki inisiatif agar, setiap peternak butung wallet yang sudah berhasil dapat
memberikan pengalamannya kepada masyarakat yang lain.

3. Cara yang sangat ampuh untuk membebaskan gedung walet dari serangga/ semut adalah
dengan menggunakan racun kapur ajaib. Racun ini
harus ditempatkan di seluruh gedung terutama di tempat serangga bisa masuk gedung
seperti lubang ventalasi. Racun tikus juga harus diletakkan di dalam gedung karena tikus
sangat suka memakan sarang burung walet, sehingga menyebabkan burung walet menjadi
stress dan mencari tempat lain yang lebih aman untuk bersarang. Racun tikus juga efektif
untuk tokek karena tokek juga suka memakan sarang burung wallet

Salah satu metode lain yang sangat efektif untuk menghentikan tikus dan tokek
masuk gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh lubang kel
uar-masuk .

Metode yang sangat efektif untuk menghentikan hama masuk


gedung walet adalah dengan membuat kolam di seluruh fundamen. Serangga-
serangga, tokek dan tikus tidak suka masuk air sehingga kolam di seluruh gedung akan
menghalangi hama tersebut untuk memasuki gedung.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka
meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu
juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai
kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai
gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat
dan berbiak.

Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis.
Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan
ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi,
meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan
salingmelengkapi pengelolaan.
Gambaran Peluang Agribisnis Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang
bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya
burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari
sarang-sarang alami. Peternakan burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik
dan intensif.

B. Saran

Mengingat bahwa petrnakan burung wallet merupakan peluang bisnis yang cukup
menjanjikan maka tidak heran, bawa banyak orang yang ingin dan berbisnis ini, namun
dalam kesempatan ini kami ingin memberikan saran bahwa burung wallet juga merupakan
makhluk hidup di bumi ini jadi untuk itu kita sebagai manusia harus bias menjaga kelestarian
mereka bukan hanya ingin mendapatkan keuntungan semata.

Kita harus dapat berfikir ke masa depan, kepada para penerus kita nantinya. Apabila
usaha ini dikelola dengan baik dan kelestarian burung wallet dapat dijaga maka untuk tempo
puluhan tahun kedepan kita masih bias menggunakan burung wallet sebagai sarana bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
www.kingwalet.com
www.multi-walet.com
http://ngraho.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.com
http://bumipertiwiextrem.blogspot.com

Makalah Beternak Itik


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bebek adalah hewan penurut,Bebek mudah di ternakkan dan dipelihara. Banyak sekali
sumber daya yang bisa kita ambil dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan kotorannya
bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging dan telur bebek sekarang semakin banyak, karena
rasa dari dagingnya yang sangat lezat. Telurnya pun bisa dibikin telur asin yang tak kalah
lezat dengan dagingnya. Kebutuhan akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah
tinggi.
Pada umumnya tujuan pemeliharaan itik adalah untuk menghasilkan
telur.Pemeliharaan itik dari masa ke masa, profilnya adalah peternakan itik rakyat atau itik
kampung, yang skala pemeliharaannya kecil dan umumnya diumbar.Itik mempunyai
karakteristik khas unggas petelur termasuk dalam tipe petelur ini antara lain berasal darijenis
: Indian Runner, Khaki Khampbel dan Buff Orpington atau itik Buff. Dalam
perkembangannya di Indonesia, Indian Runner banyak dipelihara di wilayah tertentu,
misalnya di Kalimantan Selatan dikenal itik Alabio,di daerah Tegal disebut itik Tegal dan di
Bali disebut Itik Bali. Kemampuan bertelurnya bila dipelihara intensif hingga 300 butir
pertahun dan bila dipelihara semi insentif berkisar 90 - 100 butir saja.Prospek dari usaha
pemeliharaan itik cukup baik mengingat konsumsi telur dari tahun ke tahun terus meningkat,
pemeliharaannya sudah mengarah pada semi insentif maupun kearah insentif.
Usaha peternakan itik di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini
dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan
beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik
Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan
pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran
hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara
(umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu ke atas).
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari karya ilmiah tentang peternakan itik adalah:
1. Memberikan bayangan ataupun gambaran tentang cara berternak itik,
2. Manajemen pemeliharaan ternak itik yang meliputi:
• Pemeliharaan bibit
• Perkandangan
• Pemberian pakan
• Pencegahan penyakit
• Pengelolaan Reproduksi
3. Usaha ternak itik sebagai peluang bisnis yang menjanjikan
4. Sebagai wadah pembelajaran ataupun pemahaman tentang meningkatkan kesejahteraan
peternakan, khusnya bagi masyarakat yang Mengusahakan peternakan itik tersebut.

1.3 MANFAAT PENULISAN


1. Mengetahui cara beternak itik
2. Mengetahui manajemen pemeliharaan beternak itik
3. Mengetahui bahwa usaha beternak itik merupakan bisnis yang menjanjikan
4. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengusaha peternak itik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK BEBEK/ITIK

1. Letak tempat ataupun sarana dalam beternak itik


Dalam beternak itik perlu memperhatikan letak tempat/kondisi lingkungan
disekitarnya serta sarana-sarana untuk beternak,karena hal tersebut sangat mendukung untuk
berhasilnya dalam beternak itik.Adapun tempat dan sarana yang perlu diperhatikan untuk
beternak itik adalah:
a. Lokasi
 Tak bertentangan dengan RUTR dan RDTR
 Letak dan ketinggian lokasi dengan wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan
topografi
b. Lahan Lahan harus jelas, sesuai degan peruntukannya menurut peraturan perundangan
yang berlaku
c. Penyediaan Air dan Alat Penerang Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang
sehat yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun, dan
hendaknya menyediakan alat penerangan (listrik) yang cukup sesuai kebutuhan.

2. Perkandangan
Lokasi Kandang yang baik adalah: jauh dari keramaian,ada atau dekat dengan sumber
air,tidak terlalu dekat dengan rumah,dan mudah dalam pengawasan.
Persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah : mudah dibersihkan, sirkulasi
uadara lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari.Beberapa tipe kandang yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaannya seperti:

a. Kandang sistim terkurung atau postal


• Lantai kandang terbuat dari tanah yang dipadatkan dan dialasi/bagian atas dilapisi
sekam/serbuk gergaji dicampur dengan serbuk kapur.
• Seluruh ruangan kandang dinaungi atap.
• Apabila sampai dewasa (produksi) kepadatannya dapat mencapai 4 ekor /m²

b) Kandang sistim koloni


Yakni perpaduan atau kombinasi antara terkurung dengan sistim
dilepas, yang bercirikan :
• Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan ataupun disemen dan dialasi dengan
litter (dapat berasal dari sekam, kulit padi atau bekas serutan kayu/serbuk gergaji).
• Atap kandang menggunakan sistim atap berlubang
• Umbaran atau pekarangannya dibuatkan pagar setinggi ± 75 cm, yang dilengkapi dengan
peralatan kandang (tempat makan dan minum)
• Dinding dari bambu atau kayu.
c) Kandang sistem batere
• Satu kotak untuk satu ekor itik (dengan ukuran 45 x 35 x 60), bahan kotaknya dapat dibuat
dari bambu atau kawat.
• Lantai kandang sedikit miring (agar telur mudah menggelinding keluar).
• Tempat makan dan minum diusahakan diluar kotak(dibagian depan)
• Semua kotak/kandang betere dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya
dipagar dengan anyaman bambu atau kawat.
• Untuk anak itik digunakan indukan sebagaimana untuk anak ayam.
• Luasan lantai kandang yang diperlukan untuk anak itik sebagai berikut :
 Umur 1 hari - 1 minggu, kepadatannya 20 ekor/m².
 Umur 1 - 2 minggu, kepadatannya 18 ekor/ m².
 Umur 2 - 3 minggu, kepadatannya 15 ekor/m².
 Umur 5 - 6 minggu, kepadatannya 10 ekor/ m².
Konstruksi Bangunan Memenuhi daya tampung untuk menjamin masuknya udara
dengan leluasa ke dalam kandang dan keluarnya udara kotor (suhu optimal 26,5 oC dengan
kelembaban maksimum 90%) memiliki saluran pembuangan limbah , bahan yang ekonomis.

Tabel 1.luas kandang yang diperlukan untuk anak itik petelur


Umur Luas kandang (m/ekor)
1 hari- 1 minggu 0,03
2-3 minggu 0,07
3-4 minggu 0,09
4-5 minggu 0,11
6-8 minggu 0,15

3. Pemeliharaan anak itik


Sebelum anak itik ditempatkan setelah menetas, yaitu pada lingkaran yang terbuat
dari tripleks, harus dilakukan persiapan sebelumnya seperti penyemprotan kandang agar
bersih dengan menggunakan Biotama 3 (2 – 3 tutup botol Biotama 3 dilarutkan dalam 1 liter
air). Pengaturan lampu pemanas dalam lingkaran tripleks tersebut agar kesehatan anak itik
terjamin.

Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus
dan tidak tahan udara dingin, usahakan dinding kandang ditutup dengan tirai plastik. Seelah 4
hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari, dan pda malam hari ditutup kembali. Pada
umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang
cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih
diperlukan. Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat
diperlukan sampai umur 3 minggu.
Anak itik yang baru di beli dari Poulty Shop atau dari tempat yang cukup jauh,
setelah dimasukkan dalam pelingkar tadi jangan tergesa-gesa diberi makan. Akan tetapi
diberikan dahulu minuman segar, berupa susu atau air gula. Hal ini untuk menghindari
“stress” karena perpindahan tempat. Setelah lebih kurang 1 jam, itik diberi makan sedikit
demi sedikit tetapi sering agar makanan tidak terbuang dan diacak-acak. Setelah 1 minggu
pertama, berilah air segar yang dicampur “antibiotika alami” yaitu Biotama 5 , kunyit dan
asam jawa. 1 ruas kunyit ditambah 1 cm asam jawa potongan (haluskan) tambahkan 1 -2
tutup botol Biotama 5 dan air hingga 1000 ml. Masukkan dalam botol aqua besar, tutup rapat
lalu kocok kocok. Minuman segar ini bisa disebut dengan ”jamu ternak”. Berikan minuman
ini 1 minggu sekali.

Hal ini untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan yang seragam, juga untuk
menghindari kepekaan terhdap gangguan penyakit selama pemeliharaan.

4. Seleksi bibit itik

Untuk tujuan penghasil telur maka hendaknya dipilih itik-itik yang bercirikan :
• Tubuh ramping (tidak gemuk) dan bentuk seperti botol, leher kecil,
panjang dan bulat seperti rotan.
• Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala).
• Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi
dipangkal ekor, bulu halus, rapi dan tidak kusut.
• Kaki berdiri kokoh (induk yang produksi telurnya tinggi antara alin itik
Tegal, Khaki Khampbell dan itik Bali).

5. Pemberian pakan
Pada dasarnya pemberian pakan untuk itik memerlukan kandungan protein
yang tinggi dan pemberian pakannya ada 2 macam cara yakni :
a. Pakan lengkap dari satu jenis saja, dapat dalam bentuk all mash, pellet
atau crumble yang sudah lengkap semua unsur nutrisinya (cara ini biasanya untuk suatu
peternakan besar).
b. Pakan lengkap dari beberapa jenis seperti campuran dedak padi, jagung, bungkil kedele dsb.
(cara ini yang umum dipakai oleh peternak rakyat).Jumlah/konsumsi pakan untuk berbagai
periode :
- Anak itik rata-rata 58,3 gram/hari
- Itik dara rata-rata 80 gram/hari
- Dewasa (masa produktif) rata-rata 180 gram/hari
c. Kebutuhan protein untuk berbagai periode :
- Anak itik (0 - 6 minggu) 20 - 22%
- Itik dara (6 - 13 minggu) 16 - 18%
- Dewasa (> - 13 minggu) 15 - 16%

d. Bahan-bahan makanan sumber protein antara lain :


- Bungkil kedele (protein 42 - 50%)
- Bungkil kelapa (protein 19 - 23%)
- Bungkil kacang (protein 0 - 15%)
- Tepung ikan (protein 42,3 - 68,8%)
e. Hal lain yang perlu diperhatikan antara lain :
- Bahan pakan yang akan diberikan hendaknya tidak berbau tengik, tidak berjamur dan tidak
berlebihan jumlahnya.
- Selalu disediakan air minum dan ditempatkan agak lebih tinggi dari tempat pakan.
- Kesehatan itik perlu diketahui, biasanya diawal terserang penyakit cenderung menurunkan
gairah makan dan lambat laun konsumsi makannya berkurang.
-
Tabel 2.formula ransum itik (%)

Bahan Anak itik(0-6 Dara(7-22 Petelur(>23


minggu) minggu) minggu)
Jagung giling 40 40 40
Bakatul 15 15 20
Bungkil kelapa 4,5 4,5 10
Bungkil kedelai 20 20 10
Tepung dan lamtoro 5 5 5
Tepung ikan 10 10 9,5
Rumput kering 3 2 -
Tepung kulit kerang 1 2 4
Tepung tulang 1 1 1
Garam 0,5 0,5 0,5
Jumlah 100 100 100

6. Pencegahan penyakit
Melakukan pencegahan penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya
dan perlu diingat bahwa setiap penyakit belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkit
hanya menurunkan produksinya saja. Beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang itik
diantaranya.
• Salmonellosis (Pullorum + Berak kapur)
Penyebabnya bakteri Salmonella pullorum, bila menyerang itik umur 3-15 hari
berakibat kematian tinggi. Tanda penyakit yang nampak adalah adanya kotoran warna putih
lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh lemah, lesu dan mengantuk
kedinginan, cepat terengahengah, bulu kusam, sayap menggantung kadang terjadi
kelumpuhan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang serta
makanan dan minum, isolasi itik yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa dan
antibiotik.
• Penyakit Cacing
Penyebabnya terbagi jenis cacing menyerang pada itik yang dilepas. Tanda
penyakit adalah nafsu makan berkurang, mencret, bulu kusam, kurus dan produksi turun.
Pencegahan harus dijaga kebersihan kandang jaga kelembabannya, sanitasi kandang dan
makan, minum. Pengobatan dengan memberikan obat cacing minimal 3 bulan sekali.
• Penyakit Botulismus
Penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium botulinum,
yang sering ditemukan pada bangkai hewan dan tanaman busuk. Itik yang digembalakan
sering memakannya Tanda penyakit adalah itik lesu, lemah, lumpuh, pada leher kaki dan
sayap, nampak mengantuk, kadang-kadang tidak dapat berdiri tegak dan kalau berjalan
sempoyongan, bulu mudah rontik. Pencegahan dengan menjaga kebersihan makanan dan
hindari makanan basi/sudah membusuk dan tercemar, makanan harus bersih dan baru atau
kalau hijauan yang masih segar. Pengobatan dapat dicoba dengan obat laxanitia.pencahar
(garam espon).
 Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian
persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata
berlebihan.

7. Produksi telor

Tabel 3.kemampuan produksi telur dan bobot telur beberapa jenis itik petelur unggul

Jenis itik Jumlah telur(butir/th) Bobot telur(gram/butir)


Itik thaki campbell 300-330 60
Itik tegal 150-250 65-70
Itik majo sari 200-266 70
Itik alabio 130-250 65-70
Itik bali 153-250 59-65
Itik BPT AK 297 70
Itik BPT KAT 282 70
Itik BPT KA 274 70

8. Pasca panen
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan
maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan.
Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika
disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan
pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:

a)Pengawetan dengan air hangat


Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana.
Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.

b) Pengawetan telur dengan daun jambu biji Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat
mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan
berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.

c) Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang
praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.

d) Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan
cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori
kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah
dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan.

e) Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl)
dengan konsentrasi 25- 40% selama 3 minggu.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan
program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu.
Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik
terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur
yang diharapkan.

Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki
andil keberhasilan yakni:
1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%.
3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan ketrampilan,
memegang peranan yang sangat besar

3.2 SARAN
Dalam beternak itik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Letak tempat peternakan itik
 Sarana dan prasarananya harus memadai
 Kandang harus sesuai dengan jumlah ternak
 Bibit harus benar-benar bagus
 Kebersihan harus dijaga supaya terhindar dari penyakit

DAFTAR PUSTAKA
Anggrorohadi, Pemadi dan Sudawonadi S.1993.Sumber Daya Sarana dan Prasaran
Peternakan Bandung:Balai penelitian peternakan

Hendro, Sunarjono.1989.Kiat Sukses Beternak Itik.Jakarta:Balai Penyluhan Peternakan

Abdi,Sucipto.1987.Perawatan Dalam Beternak Itik.Jogja:Balai Penyuluhan Peternakan

https://sababjalal.wordpress.com/2012/10/20/karya-ilmiah-peternakan-bebek/

http://research.amikom.ac.id/index.php/KIM/article/view/2736

Anda mungkin juga menyukai