Anda di halaman 1dari 14

Suara Undang Walet Jarak Jauh

Sebelum saya menjelaskan bagaimana cara beternak burung walet, alangkah baiknya kita
mengenal dulu ciri-ciri, jenis-jenis, dan sifat-sifat yang dimiliki burung walet.
Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung
ini berwarna gelap. Terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang. Sayapnya berbentuk sabit
yang sempit dan runcing. Sayap walet sangat kuat. Kakinya sangat kecil sehingga burung
jenis ini tidak pernah hinggap di pohon. Paruhnya sangat kecil. Walet mempunyai kebiasaan
berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap.
Walet menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan
berkembang biak.

JENIS - JENIS WALET


Ada beberapa jenis walet yang dikenal di Indonesia yang dapat menghasilkan sarang. Namun,
tidak semua sarang yang dihasilkan bisa dikonsumsi dan memiliki khasiat. Karena kondisi
lingkungan yang cocok, Indonesia memiliki enam jenis walet. Beberapa jenis tersebut dapat
dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, suara, warna bulu, tingkah laku dalam membuat sarang,
dan bahan yang digunakan dalam membuat sarang. Karena burung walet gemar terbang
melayang di udara, burung walet sering disebut burung layang-layang.
Banyak orang berpendapat, bahwa burung sriti adalah burung layang-layang. Burung sriti
yang bersarang di rumah dan sarangnya dapat dimanfaatkan untuk menetaskan telur walet.
Semula, burung ini dianggap anak jenis dari walet sapi karena sepintas hampir sama. Bulu
badan bagian atas sriti berwarna hitam kehijauan mengkilat dan tidak memiliki bulu kecil di
atas ibu jari kakinya. Sedangkan walet sapi, bulu penutup tubuhnya berwarna hitam kebiruan
mengkilat dan di atas jari kakinya terdapat bulu kecil.
Semua jenis walet memiliki bentuk tubuh yang hampir sama. Burung walet lebih suka
menggantung pada batu-batu karang dengan menggunakan cakarnya yang tajam dan
bersarang di gua-gua atau langit-langit rumah. Oleh karena kebiasaannya hinggap di langit-
langit rumah, orang menjaringnya agar burung ini mau bersarang di rumah yang didirikan.

Berikut ini adalah jenis-jenis walet yang ada di Indonesia :


a. Walet putih
Walet putih, disebut demikian karena menghasilkan sarang berwarna putih. Bulu walet ini
berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan bulu bagian bawah keabu-abuan atau cokelat.
Bulu ekor sedikit bercelah. Suaranya melengking tinggi. Termasuk walet berukuran sedang
dengan panjang tubuh sekitar 12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki
hitam.
Sayap walet ini lebih kaku dan terbangnya juga lebih kuat. Bila ia mencari makan jarang
berputar-putar di tempat yang rendah. Walet putih lebih suka mencari makan dekat pohon-
pohon tinggi yang banyak terdapat serangga kecil. Juga sering terlihat meluncur ke dalam air
untuk mandi dan minum, lantas terbang lagi.di alam, sarangnya terletak di celah-celah batu
karang, atau gua kapur yang sulit dicapai. Sarang tersebut seluruhnya terbuat dari air liur
sehingga harganya mahal dan sering dicari pemetik sarang burung. Telur berwarna putih,
berbentuk memanjang. Biasanya hanya bertelur dua butir. Walet putih bersarang secara
musiman, tergantung pada tempat bersarang yang dipilihnya.

b. Walet besar
Jenis walet ini berwarna hitam dengan bulu bagian bawah cokelat gelap. Bulu ekor agak
bercelah. Suaranya keras dan berderik. Merupakan jenis walet yang berukuran paling besar
dibandingkan dengan jenis walet lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm.
Karena sayap dan badannya lebih besar, walet ini dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat.
Ketika terbang, ia memangsa serangga-serangga kecil yang menjadi makanannya. Walet
besar lebih suka bersarang pada lubang-lubang batu (gua kecil), atau pada celah-celah batu
dekat air terjun. Sarangnya tidak dapat dimakan. Sarang ini berbentuk mangkok, terbuat dari
campuran akar-akaran, lumut, dan serat-serat. Dibandingkan dengan walet jenis lain, sarang
walet besar termasuk kotor dan semrawut. Jika bertelur biasanya hanya sebutir. Warna telur
putih, bentuknya agak lonjong. Pada bulan November dan Desember walet besar biasanya
memasuki musim bersarang.

c. Walet sarang hitam


Warna bulu walet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor cokelat kelabu. Bulu ekor
bercelah sedikit. Walet ini kakinya berbulu merata. Dalam hal ukuran tubuh, ia termasuk
berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Jika dilihat sepintas, penampilannya
sangat mirip walet putih. Mata berwarna cokelat tua, paruh hitam, dan kaki hitam. Tidak
seperti walet lain, jenis ini suaranya terdengar mencicit. Walet ini juga memakan serangga-
serangga kecil yang disambarnya ketika terbang. Untuk lokasi sarang, lebih meyukai pada
gua-gua kapur. Sarangnya disebut sarang hitam karena air liur untuk membuat sarang
bercampur dengan bulu-bulu tubuhnya yang berwarna hitam. Bila bertelur hanya sebuah.
Warna telurnya putih, berbentuk memanjang. Musim kawinnya sama dengan walet putih.
Seperti halnya walet putih, walet sarang hitam juga lebih mudah untuk dibudidayakan
dibandingkan dengan jenis walet lainnya.

d. Walet gunung
Warna burung ini hitam, tetapi warna ekornya abu-abu kehitaman. Bulu ekor bercelah dalam.
Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya khas suara burung walet
yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar. Panjang tubuhnya sekitar 14 cm. burung ini
terbang berkelompok dengan cepat di dekat tebing atau puncak gunung. Serangga-serangga
kecil makanannya disantap ketika terbang. Sarang dibuat di celah-celah batu. Biasanya
sarang dibangun pada bekas kawah pegunungan. Karena terbuat dari rumput-rumputan dan
hanya sedikit atau tidak ada air liur pada bahan sarangnya, maka sarang walet gunung tidak
dapat dimakan. Pada musim kawin, biasanya bertelur dua butir.

e. Walet sarang lumut


Bulu burung ini berwarna cokelat kehitam-hitaman, tetapi warna ekor lebih gelap. Ekornya
hanya sedikit bercelah. Dilihat dari jauh, penampilannya mirip dengan walet putih. Suara
melengking tinggi. Tubuhnya berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm.
Jenis walet ini jarang dikenal orang karena sulit ditemui. Sarangnya dibangun pada bagian-
bagian gua yang lebih dalam dan sangat sukar untuk dicapai. Kuat terbang jauh dan tinggi.
Jarang sekali terbang berputar-putar rendah dekat permukaan tanah. Sambil terbang ia
langsung memangsa serangga-serangga kecil. Sarangnya bagus dengan permukaan yang
halus dan bentuknya lebih bundar. Lumut digunakan untuk tambahan sarang sehingga
sarangnya disebut sarang lumut.

f. Walet sapi
Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna yang mengkilat. Bulu bagian bawah
kelabu gelap, bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah. Merupakan jenis walet yang
berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 10 cm. Mata berwarna cokelat gelap,
paruh hitam, dan kaki hitam. Suaranya melengking tinggi. Habitatnya meliputi semua
ketinggian permukaan, baik pada padang rumput berpohon terbuka atau hutan.
Walet ini jika terbang berkelompok, tetapi tidak beraturan. Walet sapi tidak kuat terbang jauh.
Biasanya terbang rendah hanya berputar-putar di dekat permukaan tanah atau sungai untuk
mandi dan minum. Bila mencari makan, sering mengitari pohon-pohon besar dan tinggi yang
banyak serangganya, terutama tawon kecil. Sarangnya berbentuk tidak beraturan, terdiri dari
campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya. Pada celah gua yang terang,
celah batu walet sapi dapat bersarang. Bila bertelur biasanya hanya dua butir. Telurnya
berwarna putih dan agak lonjong. Walet sapi bersarang tidak tergantung pada musim, ia bisa
bersarang sepanjang tahun.

SIFAT-SIFAT WALET
Pada habitat aslinya walet ditemukan bersarang di gua-gua yang terpencil. Umumnya, gua itu
di tebing-tebing yang curam dekat laut lepas. Di sekitar gua biasanya dikitari oleh hutan
lebat. Walet lebih suka bila daerah itu memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput,
dan pepohonan yang tinggi dan rimbun. Pada daerah seperti ini, banyak terdapat serangga-
serangga kecil yang merupakan makanan walet. Di Indonesia, walet terdapat hampir di
seluruh provinsi. Walet tidak menyukai daerah-daerah yang tandus. Walau terbangnya tinggi,
walet tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut.
Untuk lokasi sarang walet sangat memerlukan tempat yang lembab. Kelembaban ruang yang
dibutuhkan sekitar 85-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 2529 0C. Walet
menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara. Walet
merupakan burung yang hidup secara berkelompok. Walaupun anggota suatu kelompok dapat
pindah ke kelompok lain, tetapi tidak ada walet yang hidup memisahkan diri dari lainnya.
Jumlah anggota suatu kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat
tinggal. Semakin besar tempat tinggal walet, maka semakin besar pula anggota kelompoknya.
Dalam suatu rumah atau gua dapat dihuni oleh beberapa kelompok. Walet berkelompok
dalam segala kegiatan hidup. Mereka berkelompok antara lain untuk berburu serangga
bersama ke hutan. Pagi hari berangkat bersama dan sore hari pulang bersama kembali. Suatu
kelompok walet akan membangun sarang-sarang secara berdekatan pada tempat tinggalnya.
Tidak pernah dalam suatu rumah walet terjadi perselisihan antar kelompok. Walaupun hidup
berdesak-desakan di satu tempat, walet tidak saling mengusik walet lainnya.

Setelah seharian mencari makan, walet pulang dan langsung beristirahat di sarang. Kalau
biasanya walet terbang lurus sewaktu berburu, maka sewaktu pulang ke rumahnya walet akan
terbang berputar-putar mengelilingi rumah. Pada musim membuat sarang dan bertelur, walet
pulang lebih cepat dari hari biasa. Walet memang tipe burung yang memiliki sifat pulang
kandang. Walet terikat pada tempat tinggalnya dan senantiasa akan pulang ke tempat itu lagi
selama keadaan tempat sesuai dan aman.
Walet menyukai tempat tinggal yang gelap. Lebih-lebih lagi bila sinar matahari yang masuk
sangat sedikit. Ini sesuai dengan habitat walet asli di dalam gua yang teduh dan gelap. Tidak
seperti binatang lainnya, walet tidak mempunyai kesulitan dengan kegelapan di sekitar
sarangnya. Untuk mengatasi keadaan yang gelap ini walet tidak mengandalkan panca indera
matanya. Walet menggunakan sistem pantulan suara sebagai alat pengukur jarak (ekholokasi).
Biasanya, walet pulang sesudah senja hari dan keadaan tempat tinggal mereka saat itu sangat
gelap. Untuk mengetahui dengan tepat posisi sarang, mereka mengeluarkan suara
melengking. Suara yang dipantulkan kembali oleh dinding rumah tempat mereka bersarang,
menuntun mereka untuk mengetahui lokasi dalam ruangan. Itulah sebabnya walet dapat
masuk ke dalam gua yang gelap tanpa kesulitan di malam hari. Ada juga kekecualian. Jenis
walet besar dan walet sapi tidak menggunakan ekholokasi. Keadaan ini berlaku untuk walet
yang bertempat tinggal di tempat yang cukup terang.
Sarang walet dibuat pada waktu malam setelah pulang. Sarang tidak dibuat sendiri-sendiri.
Kedua pasangan walet, jantan dan betina, bekerja sama memoleskan air liurnya membentuk
sarang. Pada kerongkongan walet terdapat sepasang kelenjar saliva yang dapat menghasilkan
air liur. Pekerjaan membangun sarang dilakukan terus menerus setiap hari. Proses
pembentukan hingga sebuah sarang selesai memerlukan waktu 4080 hari. Bila makanan
walet berupa serangga banyak terdapat dan tidak pada musim bertelur, waktu yang
dibutuhkan sekitar 40 hari. Akan tetapi pada saat musim bertelur, waktunya bisa dua kali
lebih lama yaitu sampai 80 hari.

Di luar musim bertelur, ukuran sarang lebih kecil. Bentuk sarang kurang bagus dan tidak
beraturan. Sarang ini dibuat hanya sebagai tempat istirahat. Sebaliknya, sarang yang di buat
pada musim bertelur berukuran lebih besar dan bentuknya lebih bagus. Pada saat ini, sarang
digunakan selain untuk beristirahat juga untuk mengerami telur dan membesarkan anak
walet. Apabila sarang diambil pada musim bertelur, walet akan segera membangun sarang
baru kembali. Sarang baru dibuat dalam waktu lebih cepat dari pada pembuatan sarang yang
telah diambil. Pengambilan sarang sebaiknya jangan beruntun. Pengambilan sarang secara
beruntun dalam waktu musim bertelur akan merugikan. Walet akan kehilangan rasa aman.
Apalagi bila orang yang memetik sarang melakukannya ketika walet sudah pulang dan tengah
beristirahat atau mengerami telur.
Pada musim kawin, walet akan saling mencari jodoh dengan jalan berkejar-kejaran di udara.
Ini bisa dilakukan sewaktu walet berburu serangga. Jantan dan betina akan terbang tinggi
saling berkejaran. Pasangan walet yang terbentuk segera mencari tempat yang cocok untuk
membangun sarang. Walet kawin setelah sarang yang dibuat bersama-sama terbentuk dengan
bagus dan cukup besar. Proses perkawinan bisa berlangsung 5-8 hari, setelah itu barulah si
betina akan segera bertelur. Biasanya walet hanya bertelur dua butir. Pengeraman telur juga
dilakukan bersama-sama, jantan dan betina akan mengerami telur bergantian sampai saatnya
menetas.

Anak walet disuapi dari makanan yang dikeluarkan dari paruh induknya. Makanan ini dapat
dicerna oleh bayi walet karena sebelumnya telah dilumatkan oleh induknya. Dalam
seminggu, anak walet sudah mulai tumbuh bulu sayapnya. Setelah bulu sayap tumbuh,
disusul dengan tumbuhnya bulu punggung. Barulah seluruh bulu tubuh walet bermunculan.
Pada umur 45 hari setelah menetas, walet sudah kuat terbang untuk mencari makan sendiri.
Seperti burung pemakan serangga umumnya, paruh walet berbentuk segitiga.
Makanan walet terdiri dari serangga-serangga yang biasa menjadi hama bagi tanaman yang
dibudidayakan. Serangga-serangga makanan walet antara lain jenis-jenis wereng, kumbang,
belalang kecil, laron, semut bersayap, hama putih padi, penghisap batang padi, dan sundep.
Secara tak langsung walet merupakan musuh biologi hama tanaman tadi sehingga dapat
mengurangi kerugian usaha budidaya tanaman. Dengan demikian walet berjasa bagi usaha
pertanian di sekitarnya.

Puluhan juta Rupiah dikeluarkan, dan bahkan sampai ratusan juta Rupiah demi memikat agar
Burung walet mau bersarang/ bertempat tinggal di dalam gedung walet/ rumah walet tersebut.
Setelah Pembangunan Gedung selesai dilakukan, berbagai cara-pun dilakukan demi
menambah daya pikat Rumah walet, gedung walet tersebut dilakukan. Diantaranya
memberikan Cairan perangsang/ pemikat pada rumah atau gedung walet, memasang suara
walet sebagai sarana pemanggil walet agar datang berkunjung dan menginap serta bertempat
tinggal di rumah atau gedung walet tersebut.

Bermacam jenis Aroma Cairan, suara walet sebagai pemanggil-pun bermunculan,

1. Diantara jenis suara walet terbut ada jenis suara luar / suara walet luar gedung seperti:
green wave luar,
platinum luar,
tiger suara luar,
suara walet putih luar,
red wave luar,
selir walet luar,

2. ada juga suara walet dalam gedung seperti:


green wave dalam,
platinum dalam,
tiger suara dalam,
red wave dalam,

3. suara inap / suara walet inap seperti:


walet inap dalam,

4. suara Olympus
5. suara apollo
6. suara venus
7. suara jaguar

SUARANYA BISA TERDENGAR LEBIH JAUH. ITULAH SEPENGGAL KALIMAT


IKLAN PRODUK TELEVISI BERTEKNOLOGI SUARA BAZOOKA BEBERAPA
TAHUN LALU. UNGKAPAN ITU PAS MENGGAMBARKAN TEMUAN BARU
TWEETER RUMAH WALET YANG DAPAT MEMANCARKAN SUARA JAUH:
TWEETER BAZOOKA.

Tweeter berbentuk tabung layaknya meriam itu mulai dilirik peternak Collocalia fuciphaga di
tanahair seperti Pontianak, Kalimantan Barat, dan Surabaya, Jawa Timur. Pun peternak di
Malaysia dan Vietnam. Musababnya tweeter baru ini selain berfungsi memancing walet juga
ramah lingkungan. Tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu penduduk sekitar
rumah si liur emas.

Tweeter konvensional bertipe corong disinyalir cukup menimbulkan gangguan. Tiga tahun
lalu di sentra walet di Sedayu, Gresik, Jawa Timur, sekelompok masyarakat sampai
mendatangi sebuah rumah walet akibat bunyi tweeter yang tak putus-putus sepanjang hari.
'Mereka terganggu karena suara tweeter corong menyebar sampai pemukiman warga,' ujar
Ubaidillah Thohir, praktisi walet di Gresik. Beruntung masalah ini bisa diselesaikan dengan
damai. Itu tak bakal terjadi jika menggunakan tweeter bazooka.

Jarak jauh
Tweeter bazooka tak hanya memfokuskan suara ke satu titik, tapi juga dapat memancarkan
gema suara lebih jauh. Tweeter konvensional menjangkau jarak sekitar 100 m. 'Bahkan bisa
lebih pendek, hanya 50 m, kalau terhalang gedung-gedung walet lain seperti di sentra walet
Sedayu,' ujar Ubaidillah.

Tweeter bazooka dibuat dengan cara memodifikasi moncong tweeter konvensional. 'Jika
moncong tweeter dimodifikasi lebih panjang, frekuensi makin rendah dan gelombang suara
makin panjang sehingga suara dapat terdengar lebih jauh,' ujar Hary K Nugroho, konsultan
walet di Kelapagading, Jakarta Utara. Tak hanya itu, kelebihan tweeter bazooka mempunyai
daya sampai 100 watt; tweeter konvensional berdaya 1 watt. Itu artinya kekuatan suara
tweeter bazooka jauh lebih tinggi, menjangkau area sejauh 500-1.000 m.
Meski suara lebih fokus, tetapi pemasangan tweeter bazooka perlu cermat. 'Jangan sampai
salah sasaran,' ujar Harry. Untuk mengundang walet, tweeter di pasang di atap gedung dengan
kemiringan sekitar 450 ke arah langit yang biasa dilalui walet. Tweeter bukan diarahkan ke
gedung atau benda lain di sekitarnya. Oleh karena itu menurut Philip Yamin, konsultan walet,
tweeter bazooka harus dipasang pada ketinggian minimal setingkat lebih tinggi daripada
bangunan di sekitarnya.

Lubang tweeter tidak boleh kemasukan air hujan yang berakibat suara tidak lepas. Jadi
tweeter perlu diletakkan di teras atau di bawah atap pelindung. Cara lain dengan mengatur
kemiringan hingga 200. Makin kecil sudut, makin kecil kemungkinan kemasukan air. 'Yang
penting tweeter tetap mengarah ke langit, bukan gedung,' ujar Hary.

Jika rumah walet kecil, misal berukuran 8 m x 12 m, cukup menggunakan sebuah tweeter
bazooka. Namun, kenyataannya ada juga yang menggunakan 4 tweeter sekaligus dengan
mengarahkan suara ke empat penjuru mata angin. Menurut Hary pemasangan tweeter lebih
dari satu kurang efektif karena hanya akan membuat walet bingung. Ia hanya terbang
memutar-mutar mengelilingi suara, tidak tergiring masuk gedung.

Untuk mengarahkan walet yang terpancing masuk, di tiap lubang keluarmasuk dan di dalam
rumah dapat dipasang tweeter biasa berukuran kecil. Menurut Philip kunci keberhasilan
mengundang walet masuk, tetap tergantung jenis suara pancingan yang diputar. 'Meski pakai
bazooka, tapi jika suaranya salah atau jelek susah berhasil memancing walet,' ujarnya. Yang
dimaksud Philip, suara salah misalnya memancing walet di luar dengan suara walet
mengeram.

Multi media
Di dalam dunia pancing-memancing walet, tak hanya tweeter yang dimodifikasi, tapi juga
media penyimpan suaranya. Pada awal perkembangannya sumber suara pemancing berasal
dari kaset yang diputar. Sejalan dengan perkembangan teknologi kemudian beralih ke CD,
lalu menggunakan USB, dan kini multimedia card (MMC).

MMC yang sebetulnya sudah diperkenalkan sejak 5 tahun lalu, mulai digunakan peternak
walet di Jawa dan luar Jawa. MMC memiliki kapasitas suara lebih besar. Ia bisa menyimpan
beragam jenis suara dalam satu keping kartu yang sangat kecil. Selain itu lebih awet
dibanding media lain. Sayangnya, suaranya tak sejernih CD. CD walet lebih disukai peternak
karena suara yang dihasilkan lebih jernih. 'Namun jika diputar nonstop umurnya paling lama
6 bulan,' ujar Ubaidillah.

Sementara alat pemutar atau player dipilih sesuai media penyimpan suara. CPU termasuk
player multifungsi karena dapat digunakan untuk CD, USB, maupun MMC. CPU dapat
dihubungkan dengan 2 kabel output untuk suara luar dan dalam. Alat ini juga dapat
dilengkapi timer alias pengatur waktu sehingga interval pemutaran suara dapat diatur.
'Agar media dan piranti pemutar awet, sebaiknya suara tidak diputar nonstop,' ujar Hary. Di
sinilah letak keunggulan timer. Dengan memori hingga 16 perintah, timer dapat digunakan
untuk mengatur waktu pemutaran suara sesuai keinginan peternak. Pagi, misalnya, player
dinyalakan pukul 06.00-09.00, siang hari 11.00-14.00, dan malam pukul 15.00-20.00.

Tak hanya itu, kini ada CPU pemutar suara walet yang dilengkapi telepon seluler. Dengan
kemajuan teknologi itu, peternak yang tinggal jauh dari rumah walet dapat mengetahui
gangguan teknis pada player. Misal jika aliran listrik padam sehingga player tidak bekerja,
secara otomatis 'telepon CPU' akan menghubungi nomor si empunya. Hubungan telepon itu
tidak akan putus sampai si empunya menelepon balik ke nomor tersebut-artinya pemilik
menyadari ada masalah dengan player di rumah waletnya. Dengan modifikasi dalam
teknologi walet, upaya memancing walet dapat lebih mudah.

Sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di pasar Internasional akan
kebutuhan sarang burung walet masih kekurangan, apabila kita kita dapat mengelola ataupun
membudidaya sarang burung walet sangatlah menjanjikan.

Sarang burung walet memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, karena demikian sarang
burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sarang burung walet terbuat dari air
liurnya (saliva). Sarang burung walet berguna untuk menyembuhkan penyakit paru-paru,
panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah stamina/tenaga.

Untuk membudidaya sarang burung walet diperlukan beberapa langkah yang perlu dipenuhi,
yaitu :

A. Persyaratan lokasi/lingkungan
Pemilihan lokasi kandang sangat menentukan dalam budidaya sarang burung walet :

1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.

2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat.

3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.

4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,rawa-rawa


merupakan daerah yang paling tepat

B. Penyiapan Sarana dan Peralatan


1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Dalam budidaya sarang burung walet, diperlukannya keadaan gedung yang mirip seperti gua-
gua alami seperti suhu, kelembaban dan penerangan berkisar antara 24-26 derajat C dan
kelembaban 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk L yang berjaraknya 5 m satu lubang,
berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau
kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih
disenangi walet.

2. Bentuk dan Konstruksi Gedung


Pada umumnya pembangunan sarang burung walet seperti bangunan gedung biasanya dengan
ukuran besar, memiliki luas bervariasi dari 1015 m2 sampai 1020 m2. Perlu diperhatikan
semakin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon,
makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Satu lagi yang cukup penting rumah
sarang burung walet tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi haruslah dihalaman terbuka.

Tembok terbuat dari dinding berplester campuran semen. Pada bagian dalam sebaiknya
dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik
untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen
dapat disiram air setiap hari.

Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet pada kerangka atap dan sekat dibuat dari
kayu kayu-kayu yang kuat, tua, tahan lama/awet, dan tidak mudah dimakan rengat. Untuk
atap terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat
berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang
tempat keluar masuk burung berukuran 2020 atau 2035 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah
lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap
ke timur dan dinding lubang dicat hitam.

C. Pembibitan
Peternak burung walet pada umumnya memanfaatkan dimana burung walet banyak mengitari
bangunan, untuk memancing agar lebih banyak peternak memiliki trik atau upaya seperti
menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan
kiat lain dengan menghasilkan sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga
kecil dengan membuat tumpukan jerami.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk


Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam
gedung baru.
Agar burung sriti mau bersarang di gedung tersebut diperlukannya pemancingan dengan cara
memutar kaset rekaman dari suara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan sekitar pukul
16.0018.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk


Penetasan telur burung walet memiliki peranan sangat baik upaya memperbanyak populasi
burung walet. Telur dapat diperoleh ketika peternak sedang melakukan panen cara buang
telur. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir.
Panen buang telur yaitu pengambilan sarang burung walet kemudian telur dibuang. Untuk
penetasan telur perlu diperhatikan beberapa ketentuan :
a. Pemilihan Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :

1. Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 05 hari.

2. Putih kemerahan, berumur 610 hari.

3. Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 1015 hari.

Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,0141,353 cm dengan berat 1,97
gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali
dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :

1. kantung udara yang relatif kecil.

2. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.

3. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan
bintik darah.

4. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan.

b. Membawa Telur Walet


Letak atau jarak ketika membawa telur telur memiliki perbedaan, jika jaraknya dekat dapat
berupa telur yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan jika telur jaraknya jauh,
sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.

Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm.
Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan
kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki
angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.

3. Penetasan Telur Walet


a. Penetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung biasanya sriti tiba, gantikan telur sriti dengan telur walet.
Untuk menghindari kerusakan dan pencemaran saat pengambilan telur dilakuakan dengan
menggunakan sendok pelstik atau kertas tisu. Jika ada kerusakan dan pencemaran dapat
menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya.

Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.
Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan
diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan

b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas


Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban
tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak
telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke
dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih.

Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari. Ketika pembalikan posisi telur, dibalik
dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan
peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau
dibuang. Embrio mati memiliki tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur
terdapat lingkaran darah yang gelap. \

Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan
telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk
keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 1315 hari telur
akan menetas.

D. Pemeliharaan
1. Perawatan Ternak
Setelah penetasan, anak burung walet tidak berbulu dan sangat lemah. Anak burung
walet yan belum bisa makan sendiri perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar)
tiga kali sehari. Selama 23 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang
stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas.

Temperatur boleh diturunkan 12 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara


mesin. Setelah berumur 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet
dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang
diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang
sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian diletakan dalam rak
untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak
walet akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet
dewasa.

2. Sumber Pakan
Burung walet merupakan pencari makan sendiri, burung ibi adalah tipe burung liar.
Makanan burung walet adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Agar mendapatkan hasil sarang
walet yang memuaskan, pengelola sangatlah perlu menyediakan makanan tambahan
terutama ketika musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.

3. Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran akan menumpuk dilantai.
Kotoran-kotoran tersebut harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi
dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung

E. Hama dan penyakit


Hama dan penyakit tentu memiliki dampak yang tidak baik untuk kesehatan dan hasil sarang
burung walet, beberapa hama dan penyakit yang sering muncul di gedung adalah seperti
berikut :

1. Tikus
Hama ini sangatlah benar-benar menggangu dan dapat merugikan pengelola rumah
walet, karena tikus memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu
yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak
menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.

2. Semut
Serangga ini cukup menggangu, seperti semut api dan semut gatal memakan anak
walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan
dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya.
Setelah itu semut disiram dengan air panas.

3. Kecoa
Kecoa selain menyebarkan penyakit kepada manusia, binatang ini juga memakan
sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara
pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang
barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.

4. Cicak dan Tokek


Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung
walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu
ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan
penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang,
tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan
ditutup.
F. Masa Panen
Masa panen Sarang burung walet dapat dilakukan apabila keadaannya sudah memungkinkan.
Pemetikan sarang burung walet diperlukan cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang
diperoleh bisa memenuhi mutu. Apabila terjadi kesalahan dalam memanen akan berakibat
fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa
tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung
perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.

Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa
cara, yaitu:

1. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet
itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen
cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih
banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak
ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat
sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi
kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu
untuk membuat sarang dan bertelur.

2. Panen Buang Telur


Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur
diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan
yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang
dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak
ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.

3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa
terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan
dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat
berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.

Adapun waktu panen adalah:


1. Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihunidan telah
padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola
panen rampasan. Sedangkan untuk panenselanjutnya dengan pola buang telur

2. Panen 3 kali setahun


Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih
memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk
panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.

3. Panen 2 kali setahun


Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk
memperbanyak populasi burung walet.

H. Pascapanen
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari
hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.
Pemisahan dilakukan agar nilai harga sarang burung walet tetap bagus,

Anda mungkin juga menyukai