Sebelum saya menjelaskan bagaimana cara beternak burung walet, alangkah baiknya kita
mengenal dulu ciri-ciri, jenis-jenis, dan sifat-sifat yang dimiliki burung walet.
Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung
ini berwarna gelap. Terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang. Sayapnya berbentuk sabit
yang sempit dan runcing. Sayap walet sangat kuat. Kakinya sangat kecil sehingga burung
jenis ini tidak pernah hinggap di pohon. Paruhnya sangat kecil. Walet mempunyai kebiasaan
berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap.
Walet menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan
berkembang biak.
b. Walet besar
Jenis walet ini berwarna hitam dengan bulu bagian bawah cokelat gelap. Bulu ekor agak
bercelah. Suaranya keras dan berderik. Merupakan jenis walet yang berukuran paling besar
dibandingkan dengan jenis walet lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm.
Karena sayap dan badannya lebih besar, walet ini dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat.
Ketika terbang, ia memangsa serangga-serangga kecil yang menjadi makanannya. Walet
besar lebih suka bersarang pada lubang-lubang batu (gua kecil), atau pada celah-celah batu
dekat air terjun. Sarangnya tidak dapat dimakan. Sarang ini berbentuk mangkok, terbuat dari
campuran akar-akaran, lumut, dan serat-serat. Dibandingkan dengan walet jenis lain, sarang
walet besar termasuk kotor dan semrawut. Jika bertelur biasanya hanya sebutir. Warna telur
putih, bentuknya agak lonjong. Pada bulan November dan Desember walet besar biasanya
memasuki musim bersarang.
d. Walet gunung
Warna burung ini hitam, tetapi warna ekornya abu-abu kehitaman. Bulu ekor bercelah dalam.
Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya khas suara burung walet
yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar. Panjang tubuhnya sekitar 14 cm. burung ini
terbang berkelompok dengan cepat di dekat tebing atau puncak gunung. Serangga-serangga
kecil makanannya disantap ketika terbang. Sarang dibuat di celah-celah batu. Biasanya
sarang dibangun pada bekas kawah pegunungan. Karena terbuat dari rumput-rumputan dan
hanya sedikit atau tidak ada air liur pada bahan sarangnya, maka sarang walet gunung tidak
dapat dimakan. Pada musim kawin, biasanya bertelur dua butir.
f. Walet sapi
Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna yang mengkilat. Bulu bagian bawah
kelabu gelap, bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah. Merupakan jenis walet yang
berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 10 cm. Mata berwarna cokelat gelap,
paruh hitam, dan kaki hitam. Suaranya melengking tinggi. Habitatnya meliputi semua
ketinggian permukaan, baik pada padang rumput berpohon terbuka atau hutan.
Walet ini jika terbang berkelompok, tetapi tidak beraturan. Walet sapi tidak kuat terbang jauh.
Biasanya terbang rendah hanya berputar-putar di dekat permukaan tanah atau sungai untuk
mandi dan minum. Bila mencari makan, sering mengitari pohon-pohon besar dan tinggi yang
banyak serangganya, terutama tawon kecil. Sarangnya berbentuk tidak beraturan, terdiri dari
campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya. Pada celah gua yang terang,
celah batu walet sapi dapat bersarang. Bila bertelur biasanya hanya dua butir. Telurnya
berwarna putih dan agak lonjong. Walet sapi bersarang tidak tergantung pada musim, ia bisa
bersarang sepanjang tahun.
SIFAT-SIFAT WALET
Pada habitat aslinya walet ditemukan bersarang di gua-gua yang terpencil. Umumnya, gua itu
di tebing-tebing yang curam dekat laut lepas. Di sekitar gua biasanya dikitari oleh hutan
lebat. Walet lebih suka bila daerah itu memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput,
dan pepohonan yang tinggi dan rimbun. Pada daerah seperti ini, banyak terdapat serangga-
serangga kecil yang merupakan makanan walet. Di Indonesia, walet terdapat hampir di
seluruh provinsi. Walet tidak menyukai daerah-daerah yang tandus. Walau terbangnya tinggi,
walet tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut.
Untuk lokasi sarang walet sangat memerlukan tempat yang lembab. Kelembaban ruang yang
dibutuhkan sekitar 85-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 2529 0C. Walet
menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara. Walet
merupakan burung yang hidup secara berkelompok. Walaupun anggota suatu kelompok dapat
pindah ke kelompok lain, tetapi tidak ada walet yang hidup memisahkan diri dari lainnya.
Jumlah anggota suatu kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat
tinggal. Semakin besar tempat tinggal walet, maka semakin besar pula anggota kelompoknya.
Dalam suatu rumah atau gua dapat dihuni oleh beberapa kelompok. Walet berkelompok
dalam segala kegiatan hidup. Mereka berkelompok antara lain untuk berburu serangga
bersama ke hutan. Pagi hari berangkat bersama dan sore hari pulang bersama kembali. Suatu
kelompok walet akan membangun sarang-sarang secara berdekatan pada tempat tinggalnya.
Tidak pernah dalam suatu rumah walet terjadi perselisihan antar kelompok. Walaupun hidup
berdesak-desakan di satu tempat, walet tidak saling mengusik walet lainnya.
Setelah seharian mencari makan, walet pulang dan langsung beristirahat di sarang. Kalau
biasanya walet terbang lurus sewaktu berburu, maka sewaktu pulang ke rumahnya walet akan
terbang berputar-putar mengelilingi rumah. Pada musim membuat sarang dan bertelur, walet
pulang lebih cepat dari hari biasa. Walet memang tipe burung yang memiliki sifat pulang
kandang. Walet terikat pada tempat tinggalnya dan senantiasa akan pulang ke tempat itu lagi
selama keadaan tempat sesuai dan aman.
Walet menyukai tempat tinggal yang gelap. Lebih-lebih lagi bila sinar matahari yang masuk
sangat sedikit. Ini sesuai dengan habitat walet asli di dalam gua yang teduh dan gelap. Tidak
seperti binatang lainnya, walet tidak mempunyai kesulitan dengan kegelapan di sekitar
sarangnya. Untuk mengatasi keadaan yang gelap ini walet tidak mengandalkan panca indera
matanya. Walet menggunakan sistem pantulan suara sebagai alat pengukur jarak (ekholokasi).
Biasanya, walet pulang sesudah senja hari dan keadaan tempat tinggal mereka saat itu sangat
gelap. Untuk mengetahui dengan tepat posisi sarang, mereka mengeluarkan suara
melengking. Suara yang dipantulkan kembali oleh dinding rumah tempat mereka bersarang,
menuntun mereka untuk mengetahui lokasi dalam ruangan. Itulah sebabnya walet dapat
masuk ke dalam gua yang gelap tanpa kesulitan di malam hari. Ada juga kekecualian. Jenis
walet besar dan walet sapi tidak menggunakan ekholokasi. Keadaan ini berlaku untuk walet
yang bertempat tinggal di tempat yang cukup terang.
Sarang walet dibuat pada waktu malam setelah pulang. Sarang tidak dibuat sendiri-sendiri.
Kedua pasangan walet, jantan dan betina, bekerja sama memoleskan air liurnya membentuk
sarang. Pada kerongkongan walet terdapat sepasang kelenjar saliva yang dapat menghasilkan
air liur. Pekerjaan membangun sarang dilakukan terus menerus setiap hari. Proses
pembentukan hingga sebuah sarang selesai memerlukan waktu 4080 hari. Bila makanan
walet berupa serangga banyak terdapat dan tidak pada musim bertelur, waktu yang
dibutuhkan sekitar 40 hari. Akan tetapi pada saat musim bertelur, waktunya bisa dua kali
lebih lama yaitu sampai 80 hari.
Di luar musim bertelur, ukuran sarang lebih kecil. Bentuk sarang kurang bagus dan tidak
beraturan. Sarang ini dibuat hanya sebagai tempat istirahat. Sebaliknya, sarang yang di buat
pada musim bertelur berukuran lebih besar dan bentuknya lebih bagus. Pada saat ini, sarang
digunakan selain untuk beristirahat juga untuk mengerami telur dan membesarkan anak
walet. Apabila sarang diambil pada musim bertelur, walet akan segera membangun sarang
baru kembali. Sarang baru dibuat dalam waktu lebih cepat dari pada pembuatan sarang yang
telah diambil. Pengambilan sarang sebaiknya jangan beruntun. Pengambilan sarang secara
beruntun dalam waktu musim bertelur akan merugikan. Walet akan kehilangan rasa aman.
Apalagi bila orang yang memetik sarang melakukannya ketika walet sudah pulang dan tengah
beristirahat atau mengerami telur.
Pada musim kawin, walet akan saling mencari jodoh dengan jalan berkejar-kejaran di udara.
Ini bisa dilakukan sewaktu walet berburu serangga. Jantan dan betina akan terbang tinggi
saling berkejaran. Pasangan walet yang terbentuk segera mencari tempat yang cocok untuk
membangun sarang. Walet kawin setelah sarang yang dibuat bersama-sama terbentuk dengan
bagus dan cukup besar. Proses perkawinan bisa berlangsung 5-8 hari, setelah itu barulah si
betina akan segera bertelur. Biasanya walet hanya bertelur dua butir. Pengeraman telur juga
dilakukan bersama-sama, jantan dan betina akan mengerami telur bergantian sampai saatnya
menetas.
Anak walet disuapi dari makanan yang dikeluarkan dari paruh induknya. Makanan ini dapat
dicerna oleh bayi walet karena sebelumnya telah dilumatkan oleh induknya. Dalam
seminggu, anak walet sudah mulai tumbuh bulu sayapnya. Setelah bulu sayap tumbuh,
disusul dengan tumbuhnya bulu punggung. Barulah seluruh bulu tubuh walet bermunculan.
Pada umur 45 hari setelah menetas, walet sudah kuat terbang untuk mencari makan sendiri.
Seperti burung pemakan serangga umumnya, paruh walet berbentuk segitiga.
Makanan walet terdiri dari serangga-serangga yang biasa menjadi hama bagi tanaman yang
dibudidayakan. Serangga-serangga makanan walet antara lain jenis-jenis wereng, kumbang,
belalang kecil, laron, semut bersayap, hama putih padi, penghisap batang padi, dan sundep.
Secara tak langsung walet merupakan musuh biologi hama tanaman tadi sehingga dapat
mengurangi kerugian usaha budidaya tanaman. Dengan demikian walet berjasa bagi usaha
pertanian di sekitarnya.
Puluhan juta Rupiah dikeluarkan, dan bahkan sampai ratusan juta Rupiah demi memikat agar
Burung walet mau bersarang/ bertempat tinggal di dalam gedung walet/ rumah walet tersebut.
Setelah Pembangunan Gedung selesai dilakukan, berbagai cara-pun dilakukan demi
menambah daya pikat Rumah walet, gedung walet tersebut dilakukan. Diantaranya
memberikan Cairan perangsang/ pemikat pada rumah atau gedung walet, memasang suara
walet sebagai sarana pemanggil walet agar datang berkunjung dan menginap serta bertempat
tinggal di rumah atau gedung walet tersebut.
1. Diantara jenis suara walet terbut ada jenis suara luar / suara walet luar gedung seperti:
green wave luar,
platinum luar,
tiger suara luar,
suara walet putih luar,
red wave luar,
selir walet luar,
4. suara Olympus
5. suara apollo
6. suara venus
7. suara jaguar
Tweeter berbentuk tabung layaknya meriam itu mulai dilirik peternak Collocalia fuciphaga di
tanahair seperti Pontianak, Kalimantan Barat, dan Surabaya, Jawa Timur. Pun peternak di
Malaysia dan Vietnam. Musababnya tweeter baru ini selain berfungsi memancing walet juga
ramah lingkungan. Tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu penduduk sekitar
rumah si liur emas.
Tweeter konvensional bertipe corong disinyalir cukup menimbulkan gangguan. Tiga tahun
lalu di sentra walet di Sedayu, Gresik, Jawa Timur, sekelompok masyarakat sampai
mendatangi sebuah rumah walet akibat bunyi tweeter yang tak putus-putus sepanjang hari.
'Mereka terganggu karena suara tweeter corong menyebar sampai pemukiman warga,' ujar
Ubaidillah Thohir, praktisi walet di Gresik. Beruntung masalah ini bisa diselesaikan dengan
damai. Itu tak bakal terjadi jika menggunakan tweeter bazooka.
Jarak jauh
Tweeter bazooka tak hanya memfokuskan suara ke satu titik, tapi juga dapat memancarkan
gema suara lebih jauh. Tweeter konvensional menjangkau jarak sekitar 100 m. 'Bahkan bisa
lebih pendek, hanya 50 m, kalau terhalang gedung-gedung walet lain seperti di sentra walet
Sedayu,' ujar Ubaidillah.
Tweeter bazooka dibuat dengan cara memodifikasi moncong tweeter konvensional. 'Jika
moncong tweeter dimodifikasi lebih panjang, frekuensi makin rendah dan gelombang suara
makin panjang sehingga suara dapat terdengar lebih jauh,' ujar Hary K Nugroho, konsultan
walet di Kelapagading, Jakarta Utara. Tak hanya itu, kelebihan tweeter bazooka mempunyai
daya sampai 100 watt; tweeter konvensional berdaya 1 watt. Itu artinya kekuatan suara
tweeter bazooka jauh lebih tinggi, menjangkau area sejauh 500-1.000 m.
Meski suara lebih fokus, tetapi pemasangan tweeter bazooka perlu cermat. 'Jangan sampai
salah sasaran,' ujar Harry. Untuk mengundang walet, tweeter di pasang di atap gedung dengan
kemiringan sekitar 450 ke arah langit yang biasa dilalui walet. Tweeter bukan diarahkan ke
gedung atau benda lain di sekitarnya. Oleh karena itu menurut Philip Yamin, konsultan walet,
tweeter bazooka harus dipasang pada ketinggian minimal setingkat lebih tinggi daripada
bangunan di sekitarnya.
Lubang tweeter tidak boleh kemasukan air hujan yang berakibat suara tidak lepas. Jadi
tweeter perlu diletakkan di teras atau di bawah atap pelindung. Cara lain dengan mengatur
kemiringan hingga 200. Makin kecil sudut, makin kecil kemungkinan kemasukan air. 'Yang
penting tweeter tetap mengarah ke langit, bukan gedung,' ujar Hary.
Jika rumah walet kecil, misal berukuran 8 m x 12 m, cukup menggunakan sebuah tweeter
bazooka. Namun, kenyataannya ada juga yang menggunakan 4 tweeter sekaligus dengan
mengarahkan suara ke empat penjuru mata angin. Menurut Hary pemasangan tweeter lebih
dari satu kurang efektif karena hanya akan membuat walet bingung. Ia hanya terbang
memutar-mutar mengelilingi suara, tidak tergiring masuk gedung.
Untuk mengarahkan walet yang terpancing masuk, di tiap lubang keluarmasuk dan di dalam
rumah dapat dipasang tweeter biasa berukuran kecil. Menurut Philip kunci keberhasilan
mengundang walet masuk, tetap tergantung jenis suara pancingan yang diputar. 'Meski pakai
bazooka, tapi jika suaranya salah atau jelek susah berhasil memancing walet,' ujarnya. Yang
dimaksud Philip, suara salah misalnya memancing walet di luar dengan suara walet
mengeram.
Multi media
Di dalam dunia pancing-memancing walet, tak hanya tweeter yang dimodifikasi, tapi juga
media penyimpan suaranya. Pada awal perkembangannya sumber suara pemancing berasal
dari kaset yang diputar. Sejalan dengan perkembangan teknologi kemudian beralih ke CD,
lalu menggunakan USB, dan kini multimedia card (MMC).
MMC yang sebetulnya sudah diperkenalkan sejak 5 tahun lalu, mulai digunakan peternak
walet di Jawa dan luar Jawa. MMC memiliki kapasitas suara lebih besar. Ia bisa menyimpan
beragam jenis suara dalam satu keping kartu yang sangat kecil. Selain itu lebih awet
dibanding media lain. Sayangnya, suaranya tak sejernih CD. CD walet lebih disukai peternak
karena suara yang dihasilkan lebih jernih. 'Namun jika diputar nonstop umurnya paling lama
6 bulan,' ujar Ubaidillah.
Sementara alat pemutar atau player dipilih sesuai media penyimpan suara. CPU termasuk
player multifungsi karena dapat digunakan untuk CD, USB, maupun MMC. CPU dapat
dihubungkan dengan 2 kabel output untuk suara luar dan dalam. Alat ini juga dapat
dilengkapi timer alias pengatur waktu sehingga interval pemutaran suara dapat diatur.
'Agar media dan piranti pemutar awet, sebaiknya suara tidak diputar nonstop,' ujar Hary. Di
sinilah letak keunggulan timer. Dengan memori hingga 16 perintah, timer dapat digunakan
untuk mengatur waktu pemutaran suara sesuai keinginan peternak. Pagi, misalnya, player
dinyalakan pukul 06.00-09.00, siang hari 11.00-14.00, dan malam pukul 15.00-20.00.
Tak hanya itu, kini ada CPU pemutar suara walet yang dilengkapi telepon seluler. Dengan
kemajuan teknologi itu, peternak yang tinggal jauh dari rumah walet dapat mengetahui
gangguan teknis pada player. Misal jika aliran listrik padam sehingga player tidak bekerja,
secara otomatis 'telepon CPU' akan menghubungi nomor si empunya. Hubungan telepon itu
tidak akan putus sampai si empunya menelepon balik ke nomor tersebut-artinya pemilik
menyadari ada masalah dengan player di rumah waletnya. Dengan modifikasi dalam
teknologi walet, upaya memancing walet dapat lebih mudah.
Sarang burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Di pasar Internasional akan
kebutuhan sarang burung walet masih kekurangan, apabila kita kita dapat mengelola ataupun
membudidaya sarang burung walet sangatlah menjanjikan.
Sarang burung walet memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, karena demikian sarang
burung walet memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sarang burung walet terbuat dari air
liurnya (saliva). Sarang burung walet berguna untuk menyembuhkan penyakit paru-paru,
panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah stamina/tenaga.
Untuk membudidaya sarang burung walet diperlukan beberapa langkah yang perlu dipenuhi,
yaitu :
A. Persyaratan lokasi/lingkungan
Pemilihan lokasi kandang sangat menentukan dalam budidaya sarang burung walet :
2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat.
Tembok terbuat dari dinding berplester campuran semen. Pada bagian dalam sebaiknya
dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik
untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengilangkan bau pada semen
dapat disiram air setiap hari.
Tempat melekatnya sarang-sarang burung walet pada kerangka atap dan sekat dibuat dari
kayu kayu-kayu yang kuat, tua, tahan lama/awet, dan tidak mudah dimakan rengat. Untuk
atap terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat
berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang
tempat keluar masuk burung berukuran 2020 atau 2035 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah
lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap
ke timur dan dinding lubang dicat hitam.
C. Pembibitan
Peternak burung walet pada umumnya memanfaatkan dimana burung walet banyak mengitari
bangunan, untuk memancing agar lebih banyak peternak memiliki trik atau upaya seperti
menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet dan ada pula melakukan
kiat lain dengan menghasilkan sumber makanan untuk burung walet seperti seranga-serangga
kecil dengan membuat tumpukan jerami.
1. Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 05 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, memiliki ukuran 2,0141,353 cm dengan berat 1,97
gram. Ciri-ciri telur yang baik harus terlihat segar dan tidak boleh samapai menginap kecuali
dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai ciri :
3. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan
bintik darah.
Saat membawa telur walet, telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm.
Spon dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup. Guncangan
kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan telur mati. Telur muda memiliki
angka kematian hampir 80% sedangkan telur tua lebih rendah.
Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.
Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan
diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan
Lakukan pembalikan posisi telur dua kali sehari. Ketika pembalikan posisi telur, dibalik
dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan
peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati Anda sisihkan atau
dibuang. Embrio mati memiliki tanda, tanda tersebut dapat terlihat pada bagian tengah telur
terdapat lingkaran darah yang gelap. \
Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan
telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk
keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 1315 hari telur
akan menetas.
D. Pemeliharaan
1. Perawatan Ternak
Setelah penetasan, anak burung walet tidak berbulu dan sangat lemah. Anak burung
walet yan belum bisa makan sendiri perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar)
tiga kali sehari. Selama 23 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang
stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas.
2. Sumber Pakan
Burung walet merupakan pencari makan sendiri, burung ibi adalah tipe burung liar.
Makanan burung walet adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Agar mendapatkan hasil sarang
walet yang memuaskan, pengelola sangatlah perlu menyediakan makanan tambahan
terutama ketika musim kemarau.
Beberapa cara untuk mengasilkan serangga adalah:
a. Menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. Budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. Membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. Menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
3. Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran akan menumpuk dilantai.
Kotoran-kotoran tersebut harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi
dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung
1. Tikus
Hama ini sangatlah benar-benar menggangu dan dapat merugikan pengelola rumah
walet, karena tikus memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu
yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak
menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2. Semut
Serangga ini cukup menggangu, seperti semut api dan semut gatal memakan anak
walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan
dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya.
Setelah itu semut disiram dengan air panas.
3. Kecoa
Kecoa selain menyebarkan penyakit kepada manusia, binatang ini juga memakan
sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara
pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang
barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet
itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen
cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih
banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak
ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat
sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi
kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu
untuk membuat sarang dan bertelur.
3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa
terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan
dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat
berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat.
H. Pascapanen
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari
hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang
kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor.
Pemisahan dilakukan agar nilai harga sarang burung walet tetap bagus,