Di susun oleh :
Riasti Alwa
Kelas :
IV (empat)
Elang hitam atau Ictinaetus Malayensis merupakan burung elang yang memiliki ukuran sedang sekitar 70
cm. Namun ketika terbang, burung elang hitam ini akan tampak besar karena memiliki rentang sayap
yang cukup lebar.Elang hitam adalah jenis burung elang yang memiliki daya survival cukup tinggi dan
tersebar di berbagai wilayah dengan ketinggian 300 hingga 2000 mdpl. Ciri khas dari burung elang hitam
adalah sayapnya yang menjari, kokoh dan lebar. Bulu-bulu tubuhnya berwarna hitam pekat, kecuali
pada bagian ekor yang sedikit kecoklatan serta tumbuh dengan panjang.
Ciri lain dari burung elang hitam adalah ukuran dari jari kelingking yang pendek serta terlihat tidak
proporsional. Burung elang hitam cenderung lebih aktif pada pagi hari dibandingkan pada siang hari.
Burung ini memiliki pola terbang yaitu soaring atau gliding dan sesekali akan mengeluarkan suara seperti
elang ular bido.
Ketika sedang mencari mangsanya, elang hitam akan terbang rendah di atas tajuk-tajuk pohon untuk
membidik tikus, tupai, kadal, ayam maupun hewan kecil lainnya.
Elang hitam merupakan puncak dari rantai makanan dalam ekosistemnya. Meskipun populasinya
cenderung cukup banyak, tetapi penyebarannya terbatas pada kawasan hutan saja.
Elang hitam adalah salah satu satwa yang dilindungi oleh undang-undang serta berstatus berisiko
rendah atau least concern untuk menghadapi kepunahan.
2. Elang Brontok
Elang brontok merupakan jenis elang kedua yang ada di Indonesia. Elang ini memiliki nama ilmiah
Spizaetus cirrhatus yaitu elang yang memiliki ukuran sedang sekitar 60 cm dan secara morfologi terlihat
mirip seperti elang jawa.
Keunikan dari elang brontok ialah ia memiliki dua fase yaitu fase gelap dan fase terang. Selain itu,
burung elang brontok juga terbagi menjadi beberapa variasi bentuk dan ras. Contohnya seperti elang
brontok yang memiliki jambul di kepalanya dan elang brontok tanpa jambul.
Elang brontok emiliki bentuk sayap yang sedikit bulat dan menekuk sedikit ke atas seperti elang jawa.
Namun, perbedaan bentuk sayap keduanya ada pada ukuran ekor yang lebih pendek serta dua titik
terang pada bagian sayap dan garis vertikal di bagian dada ketika fase terang.
Fase terang dari elang brontok ditandai oleh bagian bawah tubuh. Pada fase terang, corak vertikal akan
terlihat seperti corak pada elang hitam muda serta elang jawa, lalu pada bagian atas akan terlihat
berwarna coklat.
Sementara itu, fase peralihan dari elang brontok ditandai dengan munculnya warna bulu keabu-abuan
pada tubuh bagian bawahnya serta tubuh bagian atas yang tetap memiliki warna coklat. Sedangkan fase
peralihan bulu elang brontok akan berubah warna menjadi hitam pekat ketika seperti elang hitam
dewasa, tetapi tanpa adanya warna kuning pada bagian paruh.
Elang brontok sangat jarang mengeluarkan suara. Burung elang satu ini termasuk burung elang yang
pendiam ketika terbang. Mangsa utamanya adalah tupai, tikus, kadal, bajing dan hewan hewan darat
berukuran kecil lainnya.
Populasi dari elang brontok saat ini dilindungi oleh undang-undang. Sementara itu, menurut IUCN,
status dari elang brontok berada dalam risiko rendah atau least concern. Elang brontok di Indonesia
dapat ditemui di wilayah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Bali.
3. Elang Jawa
Elang jawa atau Nisaetus bartelsi merupakan burung elang yang memiliki ukuran sedang. Populasi dari
elang jawa saat ini sangatlah langka. Elang endemik jawa ini identik dengan lambang negara Republik
Indonesia yaitu burung Garuda. Elang jawa biasanya hidup di kawasan hutan primer serta sekunder
dengan ketinggian sekitar 300 mdpl.
Bentuk sayap dari burung elang jawa adalah membulat serta menekuk sedikit ke arah atas ketika sedang
melakukan soaring. Ukuran kepalanya tidak terlalu kecil, sehingga terlihat cukup proporsional. Ekor dari
burung elang jawa biasanya lebih panjang dibandingkan elang brontok.
Pada bagian kepalanya, elang jawa memiliki jambul yang khas dan menjadi ciri utama dari elang ini.
Tubuh dari elang jawa didominasi oleh warna coklat merah dengan warna putih pada bagian dadanya.
Kemudian, ada sedikit corak coretan yang melintang pada burung dewasa elang jawa dan berwarna
coklat polos ketika elang jawa masih muda.
Elang jawa memiliki kebiasaan terbang berupa terbang secara soaring atau gliding di atas pohon ketika
ia sedang berburu mangsanya. Elang jawa biasanya cukup pendiam dan jarang bersuara. Akan tetapi ia
akan tampak anggun ketika sedang terbang.
Mangsa utama dari elang jawa adalah tikus, kada, kelinci, tupai, ayam hutan dan hewan kecil lainnya.
Burung elang jawa telah menjadi maskot satwa langka di Indonesia sejak tahun 1992 dan saat ini
memiliki status terancam punah atau endangered oleh IUCN. Selain itu, keberadaan dari elang jawa juga
dilindungi oleh undang-undang.
6. Elang Gunung
Jenis burung elang selanjutnya yang ada di Indonesia adalah Nisaetus alboniger atau elang gunung.
Elang gunung merupakan burung pemangsa yang memiliki ukuran badan cukup besar. Ukuran tubuhnya
diperkirakan mencapai 50 cm hingga 58 cm, sementara itu rentang sayapnya berukuran 100 cm hingga
115 cm dengan berat tubuh sekitar 830 gr.
Sebaran elang gunung meliputi semenanjung Malaysia dan Indonesia. Secara morfologi, elang gunung
memiliki jambul panjang di bagian kepalanya dengan ekor bergaris, dada dengan corak coretan, perut
dengan corak garis melintang yang rapat dan warna gelap seperti warna hitam.
Ketika usia remaja, elang gunung memiliki tubuh bagian atas yang berwarna coklat dan bersisik kuning
tua, kepala dengan bulu berwarna pusat, tubuh bagian bawah dengan warna kuning tua dan garis-garis
coklat serta ekor yang bergaris.
Ciri khas lain dari elang gunung adalah memiliki iris mata berwarna kuning, paruh berwarna abu-abu dan
kaki kuning. Elang ini memiliki kebiasaan berupa mengeluarkan suara siulan yang nyaring seperti elang
jawa.
Habitat dari elang gunung berada di sekitar hutan primer, hutan tebangan dengan perbukitan dan
pegunungan yang tingginya mencapai 200 hingga 1.200 mdpl. Mangsa utama dari elang gunung ialah
ayam, burung, kadal serta mamalia kecil lainnya.
7. Elang Sulawesi
Nisaetus lanceolatus merupakan elang sulawesi yang termasuk dalam burung pemangsa endemik
Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti Lembeh, Bangka, Muna, Kepulauan Banggai, Butung dan
Kepulauan Sula.
Habitat dari elang sulawesi adalah area hutan hujan dan mangsa utamanya adalah kadal, tikus dan
burung-burung kecil lainnya. Ukuran tubuh dari elang sulawesi ini cukup besar yaitu sekitar 64 cm.
Elang sulawesi yang telah dewasa memiliki warna bulu coklat karat dengan garis yang jelas pada bagian
kepala serta dada. Sementara sayapnya berwarna coklat gelap dan warna putih dan garis-garis hitam di
bagian bawah. Sementara elang sulawesi yang muda memiliki kepala berwarna putih.
Populasi dari elang sulawesi ini diperkirakan hanya tersisa 5000 hingga 10000 individu saja dan masuk
dalam kategori satwa yang terancam punah oleh IUCN dan oleh CITES masuk dalam kategori Appendix II.
selain itu, burung raptor ini juga termasuk sebagai satwa dilindungi oleh undang-undang.
8. Elang Wallace
Elang dengan nama latin Nisaetus nanus atau elang wallace merupakan elang yang hidup di hutan yang
berada di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Sebenarnya, elang wallace juga dapat ditemui di daerah
lain selain di Indonesia seperti di Malaysia dan Thailand.
Elang wallace memiliki ukuran tubuh sedang berkisar 43 cm hingga 58 cm dengan berat di antara 500 gr
hingga 610 gr. Sebaran elang wallace hampir berada di seluruh Kalimantan,Sumatera, Nias dan Bangka.
Selain itu, elang wallace juga hidup di daerah Brunei Darussalam, Serawak, Sabah, Semenanjung Malaya
termasuk di daerah selatan Myanmar dan Thailand.
Biasanya, elang wallace sulit dijumpai di daerah dataran rendah, dikarenakan elang ini biasanya tinggal
di kawasan dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl meliputi hutan pinus, rawa maupun perkebunan.
Mangsa utama dari elang wallace ialah kadal, burung dan kelelawar. Elang ini memiliki kebiasaan ketika
berburu mangsanya yaitu dengan terbang secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Gerakan khas
dari elang ini adalah seperti terkejut serta terkesan buru-buru sebelum terbang ke pohon-pohon
lainnya.
9. Elang Flores
Spizaetus floris atau elang flores adalah raptor pemangsa endemik Indonesia. Sebelumnya, elang flores
adalah burung elang yang disamakan dengan elang brontok. Akan tetapi dikarenakan ada beberapa
perbedaan morfologis yang cukup signifikan, maka keduanya pun akhirnya dipisahkan.
Elang flores adalah burung elang yang termasuk dalam burung dengan ukuran besar, tubuhnya bisa
berukuran 60 cm hingga 79 cm. Kepalanya diselimuti oleh bulu putih dan terkadang memiliki garis coklat
pada bagian mahkotanya.
Tubuh atasnya berwarna coklat kehitaman, sementara dada dan perutnya berwarna putih dengan
palang coklat kemerahan yang tipis. Ekornya berwarna coklat dengan memiliki enam garis cukup gelap
dan kaki putih.
Daerah persebaran elang flores meliputi pulau Flores, Sumbawa, Lombok dan sekitarnya. Habitatnya
adalah di hutan sub montana, lereng bukit maupun kaki gunung dan hutan pegunungan dengan
ketinggian 1.600 mdpl.
Populasi dari elang ini kurang dari 100 pasang berdasarkan estimasi sejauh 40 km persegi.
Elang paria atau Milvus migrans adalah burung pemangsa yang jumlahnya masih cukup banyak.
Ukurannya sekitar 65 cm dengan bulu berwarna cokelat gelap dengan bentuk ekor menggarpu yang
khas. Bagian kepalanya kadang lebih pucat dibanding bulu punggung.
Saat remaja bagian kepala dan tubuh bagian bawah bergaris-garis kuning tua. Pada bagian iris mata
berwarna cokelat, paruh abu-abu, sera dan kaki abu-abu biru. Di Indonesia, elang paria dapat dijumpai
di Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara, serta jarang ditemukan di Sulawesi dan Sunda
Kecil.
16. Rajawali Papua
Rajawali papua atau Harpyopsis novaeguineae berasal dari famili Accipitridae. Elang papua adalah satu-
satunya elang yang ada di Indonesia dari kelompok harpiiane, dimana jenis lain seperti elang jambul dan
harpy hidup di Amerika.
Elang papua bertubuh besar sekitar 75 cm sampai 90 cm dengan rentang lebar sayap mencapai 157 cm
dan berat 1,6 kg hingga 2,4 kg. Umumnya betina mempunyai tubuh lebih besar dibanding jantan.
Bagian atas rajawali papua berwarna cokelat abu-abu, dada atas berwana cokelat pucat, mempunyai
sayap lebar, paruh kuat dan iris besar. Ekornya mirip elang laut perut putih, yaitu berukuran pendek dan
bulunya mirip elang ekor panjang namun lebih kecil. Kaki rajawali papua panjang dan kuat.
Habitat elang papua adalah hutan pada ketinggian 3.200 mdpl dan menjadi elang endemik Papua dan
Papua Nugini. Elang ini mempunyai kebiasaan mendatangi bangkai, serta memangsa kuskus, anjing,
babi, kadal, burung, ular dan tikus.