Anda di halaman 1dari 17

KLIPING

Di susun oleh :

Riasti Alwa

Kelas :

IV (empat)

Guru bidang studi :

Fitri yanti s.pd

Tahun ajaran 2022/2023


1. Elang Hitam

Elang hitam atau Ictinaetus Malayensis merupakan burung elang yang memiliki ukuran sedang sekitar 70
cm. Namun ketika terbang, burung elang hitam ini akan tampak besar karena memiliki rentang sayap
yang cukup lebar.Elang hitam adalah jenis burung elang yang memiliki daya survival cukup tinggi dan
tersebar di berbagai wilayah dengan ketinggian 300 hingga 2000 mdpl. Ciri khas dari burung elang hitam
adalah sayapnya yang menjari, kokoh dan lebar. Bulu-bulu tubuhnya berwarna hitam pekat, kecuali
pada bagian ekor yang sedikit kecoklatan serta tumbuh dengan panjang.
Ciri lain dari burung elang hitam adalah ukuran dari jari kelingking yang pendek serta terlihat tidak
proporsional. Burung elang hitam cenderung lebih aktif pada pagi hari dibandingkan pada siang hari.
Burung ini memiliki pola terbang yaitu soaring atau gliding dan sesekali akan mengeluarkan suara seperti
elang ular bido.
Ketika sedang mencari mangsanya, elang hitam akan terbang rendah di atas tajuk-tajuk pohon untuk
membidik tikus, tupai, kadal, ayam maupun hewan kecil lainnya.
Elang hitam merupakan puncak dari rantai makanan dalam ekosistemnya. Meskipun populasinya
cenderung cukup banyak, tetapi penyebarannya terbatas pada kawasan hutan saja.
Elang hitam adalah salah satu satwa yang dilindungi oleh undang-undang serta berstatus berisiko
rendah atau least concern untuk menghadapi kepunahan.

2. Elang Brontok
Elang brontok merupakan jenis elang kedua yang ada di Indonesia. Elang ini memiliki nama ilmiah
Spizaetus cirrhatus yaitu elang yang memiliki ukuran sedang sekitar 60 cm dan secara morfologi terlihat
mirip seperti elang jawa.
Keunikan dari elang brontok ialah ia memiliki dua fase yaitu fase gelap dan fase terang. Selain itu,
burung elang brontok juga terbagi menjadi beberapa variasi bentuk dan ras. Contohnya seperti elang
brontok yang memiliki jambul di kepalanya dan elang brontok tanpa jambul.
Elang brontok emiliki bentuk sayap yang sedikit bulat dan menekuk sedikit ke atas seperti elang jawa.
Namun, perbedaan bentuk sayap keduanya ada pada ukuran ekor yang lebih pendek serta dua titik
terang pada bagian sayap dan garis vertikal di bagian dada ketika fase terang.
Fase terang dari elang brontok ditandai oleh bagian bawah tubuh. Pada fase terang, corak vertikal akan
terlihat seperti corak pada elang hitam muda serta elang jawa, lalu pada bagian atas akan terlihat
berwarna coklat.
Sementara itu, fase peralihan dari elang brontok ditandai dengan munculnya warna bulu keabu-abuan
pada tubuh bagian bawahnya serta tubuh bagian atas yang tetap memiliki warna coklat. Sedangkan fase
peralihan bulu elang brontok akan berubah warna menjadi hitam pekat ketika seperti elang hitam
dewasa, tetapi tanpa adanya warna kuning pada bagian paruh.
Elang brontok sangat jarang mengeluarkan suara. Burung elang satu ini termasuk burung elang yang
pendiam ketika terbang. Mangsa utamanya adalah tupai, tikus, kadal, bajing dan hewan hewan darat
berukuran kecil lainnya.
Populasi dari elang brontok saat ini dilindungi oleh undang-undang. Sementara itu, menurut IUCN,
status dari elang brontok berada dalam risiko rendah atau least concern. Elang brontok di Indonesia
dapat ditemui di wilayah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Bali.

3. Elang Jawa
Elang jawa atau Nisaetus bartelsi merupakan burung elang yang memiliki ukuran sedang. Populasi dari
elang jawa saat ini sangatlah langka. Elang endemik jawa ini identik dengan lambang negara Republik
Indonesia yaitu burung Garuda. Elang jawa biasanya hidup di kawasan hutan primer serta sekunder
dengan ketinggian sekitar 300 mdpl.
Bentuk sayap dari burung elang jawa adalah membulat serta menekuk sedikit ke arah atas ketika sedang
melakukan soaring. Ukuran kepalanya tidak terlalu kecil, sehingga terlihat cukup proporsional. Ekor dari
burung elang jawa biasanya lebih panjang dibandingkan elang brontok.
Pada bagian kepalanya, elang jawa memiliki jambul yang khas dan menjadi ciri utama dari elang ini.
Tubuh dari elang jawa didominasi oleh warna coklat merah dengan warna putih pada bagian dadanya.
Kemudian, ada sedikit corak coretan yang melintang pada burung dewasa elang jawa dan berwarna
coklat polos ketika elang jawa masih muda.
Elang jawa memiliki kebiasaan terbang berupa terbang secara soaring atau gliding di atas pohon ketika
ia sedang berburu mangsanya. Elang jawa biasanya cukup pendiam dan jarang bersuara. Akan tetapi ia
akan tampak anggun ketika sedang terbang.
Mangsa utama dari elang jawa adalah tikus, kada, kelinci, tupai, ayam hutan dan hewan kecil lainnya.
Burung elang jawa telah menjadi maskot satwa langka di Indonesia sejak tahun 1992 dan saat ini
memiliki status terancam punah atau endangered oleh IUCN. Selain itu, keberadaan dari elang jawa juga
dilindungi oleh undang-undang.

4. Elang Ular Bido


Jenis elang yang berada di Indonesia selanjutnya adalah elang ular bido atau Spilornis cheela. Elang ular
bido merupakan burung elang yang memiliki ukuran sedang sekitar 50 cm hingga 60 cm.
Berbeda dengan elang jawa dan brontok yang pendiam, elang ular bido memiliki kebiasaan untuk
mengeluarkan suara yang berisik. Selain itu, elang ini juga sangat adaptaif, sehingga ia dapat dijumpai di
berbagai macam habitat, mulai dari hutan primer maupun hutan sekunder, hutan pantai, perkebunan,
sabana atau daerah yang dekat dengan pemukiman manusia.
Sayap dari elang ular bido berbentuk membusur seperti huruf C, sayapnya juga terlihat sedikit membulat
dan memiliki garis tebal berwarna putih pada bagian tepi sayapnya. Ekornya memiliki ukuran pendek
dan sesekali akan mengipas.
Pada bagian area mata elang ular bido tidak ditumbuhi oleh bulu. Sementara itu, pada bagian tubuhnya
didominasi oleh bulu dengan warna coklat tua atau bahkan hitam dan ada motif seperti totol-totol putih
pada bagian dada maupun perut.
Seperti elang jawa, elang ular bido juga memiliki kebiasaan terbang berupa gliding dan soaring. Elang ini
memiliki kebiasaan gerilya di antara tajuk ketika sedang berburu mangsanya.
Karena cukup berisik, maka elang ular bido juga sering mengeluarkan suara ribu seperti siulan. Mangsa
utama dari burung elang ini adalah ulat, tikus, kelinci, bajing, kadal dan lainnya. Area sebaran dari elang
bido ular cukup luas dan hampir ditemui di seluruh wilayah Asia, mulai dari India, Sri Lanka, Nepal,
China, Sunda Besar, Semenanjung Malaya hingga Filipina.

5. Elang Ular Jari Pendek


Circaetus gallicus atau elang ular jari pendek merupakan burung besar dengan ukuran kurang lebih 65
cm. Tubuhnya cukup kekar dan diselimuti oleh bulu-bulu pucat. Burung ular jari pendek ini cukup jarang
terlihat dan disebut sebagai burung pengunjung musim dingin yang langka oleh McKinnon dalam buku
Panduan Lapangan: Burung di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali.
Burung elang satu ini adalah burung elang asli asal Indonesia yang paling sering terlihat di TN Baluran,
Situbondo, Jawa Timur. Lebih luas lagi, burung ular jari pendek juga tersebar di Iran, China, India,
Mongolia, Jawa, Sumatera dan Bali.
Ciri khas dari elang ular jari pendek ialah memiliki tubuh yang kekar dengan bulu pada bagian atas
berwarna coklat sedikit abu serta bagian bawah berwarna putih dengan sedikit coretan berwarna gelap.
Pada bagian tenggorokan dan dadanya, burung ini memiliki bulu berwarna coklat. Kemudian, di bagian
perut ada motif garis-garis melintang yang samar dan ada empat garis yang sama pada bagian ekor.
Ketika berumur remaja, warna bulu dari elang ular jari pendek sedikit lebih pucat dibandingkan ketika
sudah dewasa. Ketika terbang, sayapnya akan mengembang serta lebar dan panjang dengan garis
mencolok di bagian penutup sayapnya.
Mata elang ular jari pendek memiliki iris kuning, sementara paruhnya berwarna hitam keabuan dengan
kaki berwarna kuning kehijauan. Satwa satu ini menghuni pinggiran hutan serta semak-semak sekunder.
Kebiasaan terbang dari burung elang satu ini adalah meluncur dan melingkar dengan membentangkan
sayapnya lurus serta datar. Selain itu, elang ini juga memiliki kebiasaan terbang melayang seperti burung
alap-alap.

6. Elang Gunung
Jenis burung elang selanjutnya yang ada di Indonesia adalah Nisaetus alboniger atau elang gunung.
Elang gunung merupakan burung pemangsa yang memiliki ukuran badan cukup besar. Ukuran tubuhnya
diperkirakan mencapai 50 cm hingga 58 cm, sementara itu rentang sayapnya berukuran 100 cm hingga
115 cm dengan berat tubuh sekitar 830 gr.
Sebaran elang gunung meliputi semenanjung Malaysia dan Indonesia. Secara morfologi, elang gunung
memiliki jambul panjang di bagian kepalanya dengan ekor bergaris, dada dengan corak coretan, perut
dengan corak garis melintang yang rapat dan warna gelap seperti warna hitam.
Ketika usia remaja, elang gunung memiliki tubuh bagian atas yang berwarna coklat dan bersisik kuning
tua, kepala dengan bulu berwarna pusat, tubuh bagian bawah dengan warna kuning tua dan garis-garis
coklat serta ekor yang bergaris.

Ciri khas lain dari elang gunung adalah memiliki iris mata berwarna kuning, paruh berwarna abu-abu dan
kaki kuning. Elang ini memiliki kebiasaan berupa mengeluarkan suara siulan yang nyaring seperti elang
jawa.
Habitat dari elang gunung berada di sekitar hutan primer, hutan tebangan dengan perbukitan dan
pegunungan yang tingginya mencapai 200 hingga 1.200 mdpl. Mangsa utama dari elang gunung ialah
ayam, burung, kadal serta mamalia kecil lainnya.

7. Elang Sulawesi
Nisaetus lanceolatus merupakan elang sulawesi yang termasuk dalam burung pemangsa endemik
Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti Lembeh, Bangka, Muna, Kepulauan Banggai, Butung dan
Kepulauan Sula.
Habitat dari elang sulawesi adalah area hutan hujan dan mangsa utamanya adalah kadal, tikus dan
burung-burung kecil lainnya. Ukuran tubuh dari elang sulawesi ini cukup besar yaitu sekitar 64 cm.
Elang sulawesi yang telah dewasa memiliki warna bulu coklat karat dengan garis yang jelas pada bagian
kepala serta dada. Sementara sayapnya berwarna coklat gelap dan warna putih dan garis-garis hitam di
bagian bawah. Sementara elang sulawesi yang muda memiliki kepala berwarna putih.
Populasi dari elang sulawesi ini diperkirakan hanya tersisa 5000 hingga 10000 individu saja dan masuk
dalam kategori satwa yang terancam punah oleh IUCN dan oleh CITES masuk dalam kategori Appendix II.
selain itu, burung raptor ini juga termasuk sebagai satwa dilindungi oleh undang-undang.

8. Elang Wallace
Elang dengan nama latin Nisaetus nanus atau elang wallace merupakan elang yang hidup di hutan yang
berada di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Sebenarnya, elang wallace juga dapat ditemui di daerah
lain selain di Indonesia seperti di Malaysia dan Thailand.
Elang wallace memiliki ukuran tubuh sedang berkisar 43 cm hingga 58 cm dengan berat di antara 500 gr
hingga 610 gr. Sebaran elang wallace hampir berada di seluruh Kalimantan,Sumatera, Nias dan Bangka.
Selain itu, elang wallace juga hidup di daerah Brunei Darussalam, Serawak, Sabah, Semenanjung Malaya
termasuk di daerah selatan Myanmar dan Thailand.

Biasanya, elang wallace sulit dijumpai di daerah dataran rendah, dikarenakan elang ini biasanya tinggal
di kawasan dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl meliputi hutan pinus, rawa maupun perkebunan.
Mangsa utama dari elang wallace ialah kadal, burung dan kelelawar. Elang ini memiliki kebiasaan ketika
berburu mangsanya yaitu dengan terbang secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Gerakan khas
dari elang ini adalah seperti terkejut serta terkesan buru-buru sebelum terbang ke pohon-pohon
lainnya.

9. Elang Flores
Spizaetus floris atau elang flores adalah raptor pemangsa endemik Indonesia. Sebelumnya, elang flores
adalah burung elang yang disamakan dengan elang brontok. Akan tetapi dikarenakan ada beberapa
perbedaan morfologis yang cukup signifikan, maka keduanya pun akhirnya dipisahkan.
Elang flores adalah burung elang yang termasuk dalam burung dengan ukuran besar, tubuhnya bisa
berukuran 60 cm hingga 79 cm. Kepalanya diselimuti oleh bulu putih dan terkadang memiliki garis coklat
pada bagian mahkotanya.
Tubuh atasnya berwarna coklat kehitaman, sementara dada dan perutnya berwarna putih dengan
palang coklat kemerahan yang tipis. Ekornya berwarna coklat dengan memiliki enam garis cukup gelap
dan kaki putih.
Daerah persebaran elang flores meliputi pulau Flores, Sumbawa, Lombok dan sekitarnya. Habitatnya
adalah di hutan sub montana, lereng bukit maupun kaki gunung dan hutan pegunungan dengan
ketinggian 1.600 mdpl.
Populasi dari elang ini kurang dari 100 pasang berdasarkan estimasi sejauh 40 km persegi.

10. Elang Laut Perut Putih


Elang laut perut putih atau elang laut dada putih bernama latin Halieestus leucogaster adalah burung
besar dengan ukuran mencapai 85 cm. Elang ini dijuluki raja lautan karena tersebar di wilayah pesisir
hingga hutan dataran rendah, beberapa diantaranya dapat hidup di ketinggian 3.000 mdpl.
Ukuran tubuhnya sangat besar dengan sayap kokoh panjang dan lebar. Kepala elang laut perut pendek
dan ekornya sangat pendek dan membentuk baji. Bulunya didominasi warna putih dengan sayap
membentuk pola hitam pada bagian atas dan hitam-putih pada bagian bawah. Setelah dewasa warna
putih akan menjadi cokelat pucat.
Saat berburu mangsa, elang ini melakukan kebiasaan terbang rendah diatas perairan kemudian
menyambar mangsa berupa ikan atau burung lainnya. Sebarannya meliputi India, Asia Tenggara, seperti
Filipina dan Indonesia, serta Australia. Elang laut dada putih termasuk satwa dilinduni oleh Undang-
Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8 tahun
1999.

11. Elang Bondol


Elang bondol atau Haliastur indus merupakan burung maskot DKI Jakarta. Ukuran tubuhnya sedang dan
kelestarian populasinya sanga memprihatinkan.
Elang bondol mempunyai kemiripan dengan elang botak Amerika, namun posturnya lebih kecil.
Kemampuan terbang hooveringnya sangat hebat, sehingga masuk dalam kelompok kite.
Ciri fisik elang bondol adalah berwarna putih dan cokelat terang. Pada burung dewasa bagian kepala,
leher dan dada berwarna putih. Sedangkan bagian sayap, perut, punggung dan ekor berwarna cokelat
terang.
Saat remaja tubuhnya didominasi warna cokelat dengan coretan pada bagian dada. Saat memasuk umur
2 tahun, warnanya akan berubah menjadi putih keabuan dan akan mencapai usia dewasa ketika
berumur 3 tahun.
Meski sering terlihat sendirian, satwa ini melakukan perburuan dalam kelompok mencapai 35 ekor. Ia
mencari mangsa dengan terbang rendah di atas permukaan air untuk mencari mangsa berupa ikan,
udang atau kepiting. Bahkan elang bondol juga memangsa burung lain, seperti camar dara dan
sebagainya. Selain itu, ayam, serangga dan mamalia kecil juga menjadi pakan elang ini.

12. Elang Ikan Kepala Abu


Elang ikan kepala abu adalah burung elang besar dengan ukuran sekitar 70 cm. Sebaran di Indonesia
meliputi kawasan Jawa Barat dan Jawa Timur meski belum ada laporan terbaru. Sebaran secara lebih
luas meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, India, Asia Tenggara, Sunda Besar dan Filipina.
Ichthyophaga ichthyaetus mempunyai sayap membulat dan berbeda dengan elang laut perut putih yang
kokoh. Warna bulunya abu-abu, cokelat dan putih.
Burung ini merupakan pemangsa ikan yang hidup di sekitar perairan, danau, sungai dan rawa. Elang ikan
kepala abu mempunyai kemampuan menukik dan menerkam ikan dengan sangat baik.

13. Elang Perut Karat


Elang perut karat atau Hieraaetus kienerii merupakan burung berukuran agak kecil yang hidup daerah
hutan pegunungan. Sebarannya meliputi wilayah tropis semenanjung asia selatan hingga asia tenggara,
seperti India selatan, Himalaya, Filipina, Sulawesi dan Sunda Besar.
Bulunya berwarna kemerahan, hitam dan putih dengan jambul pada bagian kepala. Elang dewasa
mempunyai mahkota, pipi dan dagu bawah berwarna kehitaman, ekor cokelat dengan garis hitam tebal
dan ujung putih. Dagu, tenggorokan dan dada putih bercoret hitam, serta bagian sisi tubuh, perut paha
bawah, dan ekor berwarna cokelat kemerahan dengan coretan hitam. Saat terbang pada pangkal bulu
primer nampak bercak bulat pucat.
Sedangkan saat remaja tubuh bagian atas berwarna cokelat kehitaman dengan bercak kehitaman pada
mata. Alis dan tubuh bagian bawah berwarna keputih-putihan, iris merah, patuh hitam, sera dan kaki
kuning.
Umumnya elang perut karat menempati kawasan pinggiran hutan. Kebiasaan saat terbang mencari
mangsa adalah berputar-putar di wilayah teritorinya kemudian meluncur rendah ke tajuk pohon atau
permukaan tanah.

14. Elang Tikus


Elang tikus atau Elanus caeruleus adalah burung berukuran sedang antara 30 cm sampai 45 cm. Burung
ini memiliki cara terbang yang unik mirip alap-alap, namun sayapnya lebih membulat dan mempunyai
mata terang. Sebarannya meliputi dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 2000 mdpl. Elang
tikus termasuk kelompok “kite” yang suka terbang hovering.
Tubuhnya ditutupi oleh bulu primer hitam panjang dan terdapat bercak hitam pada bahu. Saat dewasa
warna bulu mahkota, pungu, sayap pelindung dan pangkal ekor berwarna abu-abu, serta bagian muka,
leher dan bulu tubuh bawah berwarna putih.
Elang tikus mempunyai kebiasaan bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Saat di udara
dilakukan dengan terbang melayang-layang dan sering berburu di lahan terbuka. Mangsa utamanya
adalah belalang, ular, tikus dan burung kecil lain.
CITES memasukkannya dalam kelompok Appendix II. Artinya, burung ini dapat diperdagangkan dengan
aturan tertentu. Sedangkan pemerintah Indonesia melindungi elang ini melalui PP No. 7 Tahun 1999.

15. Elang Paria

Elang paria atau Milvus migrans adalah burung pemangsa yang jumlahnya masih cukup banyak.
Ukurannya sekitar 65 cm dengan bulu berwarna cokelat gelap dengan bentuk ekor menggarpu yang
khas. Bagian kepalanya kadang lebih pucat dibanding bulu punggung.
Saat remaja bagian kepala dan tubuh bagian bawah bergaris-garis kuning tua. Pada bagian iris mata
berwarna cokelat, paruh abu-abu, sera dan kaki abu-abu biru. Di Indonesia, elang paria dapat dijumpai
di Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara, serta jarang ditemukan di Sulawesi dan Sunda
Kecil.
16. Rajawali Papua

Rajawali papua atau Harpyopsis novaeguineae berasal dari famili Accipitridae. Elang papua adalah satu-
satunya elang yang ada di Indonesia dari kelompok harpiiane, dimana jenis lain seperti elang jambul dan
harpy hidup di Amerika.
Elang papua bertubuh besar sekitar 75 cm sampai 90 cm dengan rentang lebar sayap mencapai 157 cm
dan berat 1,6 kg hingga 2,4 kg. Umumnya betina mempunyai tubuh lebih besar dibanding jantan.
Bagian atas rajawali papua berwarna cokelat abu-abu, dada atas berwana cokelat pucat, mempunyai
sayap lebar, paruh kuat dan iris besar. Ekornya mirip elang laut perut putih, yaitu berukuran pendek dan
bulunya mirip elang ekor panjang namun lebih kecil. Kaki rajawali papua panjang dan kuat.
Habitat elang papua adalah hutan pada ketinggian 3.200 mdpl dan menjadi elang endemik Papua dan
Papua Nugini. Elang ini mempunyai kebiasaan mendatangi bangkai, serta memangsa kuskus, anjing,
babi, kadal, burung, ular dan tikus.

17. Rajawali Totol


Elang totol atau Aquila clanga adalah jenis rajawali yang hidup di hutan dataran rendah. Sebarannya
sangat luas meliputi Eropa hingga Asia, dimana berkembang biak dari Finlandia sampai Tiongkok.
Kemudian pada musim dingin bermigrasi menuju Jepang, Korea, Taiwan, India, Pakisatan, Kamboja,
Bangladesh, Malaysia, Singapura dan Indonesia khususnya Sumatera.

Anda mungkin juga menyukai