Anda di halaman 1dari 16

16 Jenis Burung Elang Di Pulau Jawa

Belantara Indonesia on 20.07

Sharing Yaa

Tweet
Burung Elang seringkali dijadikan simbol kegagahan. Itu antara lain karena Burung
Elang adalah satu - satunya burung yang mampu terbang lebih tinggi dari burung -
burung lainnya. Burung Elang ini adalah termasuk burung pemangsa yang
keberadaannya terdapat di banyak tempat di Bumi ini.

Salah satu tempat yang populer bagi Burung Elang adalah Pulau Jawa. Dan berikut ini
16 jenis Burung Elang Di Pulau Jawa yang sebaiknya Anda ketahui.

1. Elang Hitam ( Ictinaetus malayensis / Indiana Black Eagle) Temnick, 1822


Burung berukuran sedang ( 70cm ), namun tampak besar ketika terbang. Cukup dominan
dalam hal bertarung sehingga memiliki survival rate yang cukup tinggi. Tersebar di
ketinggian 300 - 2000mdpl. Cukup umum dijumpai di hutan primer hingga perkebunan,
terkadang suka nyelonong masuk ke desa pinggir hutan. Sesuai namanya, elang ini
berwarna hitam kelam kecuali pada individu muda yang memiliki corak menyerupai
Elang Brontok.
Ciri Khas
Sayap yang menjari khas, kokoh dan lebar membentang, terlihat sangat besar dengan
ekor yang panjang. Dewasa: Warna bulu hitam pekat, kecuali pada ekor yang memilki
corak agak kecoklatan. Remaja: Dada bercorak garis seperti Elang Brontok fase terang.
Sera kuning, kaki kuning, jari kelingking pendek tidak proporsional.

Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding sambil terkadang mengeluarkan suara seperti Elang - ular
Bido. Cukup aktif di pagi sampai siang hari. Terkadang terbang rendah di atas tajuk
mencari mangsa berupa tikus, kadal, tupai, ayam, burung kecil dan hewan - hewan kecil
lainnya.

2. Elang Ular - Bido ( Spilornis cheela / Crested Sherpent - eagle ) Latham, 1790
Burung berukuran sedang ( 50 - 60cm ), berisik dan sangat mudah dijumpai di semua
ketinggian. Jenis burung yang adaptif, bisa ditemui di berbagai macam habitat mulai dari
hutan primer, hutan skunder, perkebunan, hutan pantai, savanna dan terkadang sampai di
perkampungan penduduk. Walaupun namanya Elang - ular, tapi tidak selalu memakan
ular.
Ciri Khas
Sayap yang membusur membentuk huruf “C”, membulat dan memilki garis tebal
berwarna putih di tepi sayap. Ekor pendek terkadang mengipas. Bagian mata tidak
berbulu berwarna kuning. Warna bulu dominan coklat tua hingga hitam, tutul - tutul putih
di dada dan perut.

Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding di ketinggian atau terbang gerilya diantara tajuk untuk
berburu. Sangat suka bersuara, ribut dengan siulan “Kli - kliuw” atau “kliiw”. Memangsa
ular, tikus, kadal, bajing dan hewan - hewan kecil lainnya.

3. Elang Jawa ( Spizaetus bartelsii / Javan Hawk - eagle ), Stresemann, 1924


Burung berukuran sedang ( 60cm ), sangat terkenal akan kelangkaannya. Pada masa orde
baru dijadikan sebagai lambang negara Indonesia. Terlihat tampan dan gagah namun
sebenarnya pengecut dan sangat mudah dikalahkan oleh elang jenis lain. Menempati
hutan primer dan hutan skunder paa ketinggian 300mdpl. Sesuai namanya, endemik di
Jawa.

Banyak orang mengira bahwa burung Garuda adalah spesies burung tersendiri.
Sebenarnya, Elang Jawa adalah si garuda itu sendiri. Dengan kata lain, Garuda, lambang
negara yang kita bangga - banggakan selama ini adalah sejenis Elang bernama Elang
Jawa.

Ciri Khas
Sayap membulat dan menekuk sedikit ke atas ketika soaring. Kepala tidak terlalu kecil,
proporsional dengan ekornya yang agak lebih panjang dari Elang brontok. Jambul khas
di kepalanya terlihat saat hinggap. Warna dominan coklat merah, dada berwarna putih
bercoret melintang pada burung dewasa dan cokelat polos pada burung muda. Beberapa
ahli sering menyebutnya Nizaetus bartelsii.

Kebiasaan
Terbang soaring atau gliding di atas tajuk untuk berburu. Sangat jarang bersuara, sangat
pendiam dan anggun ketika terbang. Memangsa tikus, kadal, tupai, bajing, ayam hutan
dan hewan - hewan kecil lainnya.

4. Elang Brontok ( Spizaetus cirrhatus / Changeable Hawk - eagle ), Gmelin, 1788


Burung berukurans edang ( 60cm ), sangat mirip dengan Elang Jawa. Sesuai namanya,
memilki dua fase yakni fase gelap dan fase terang. Lebih tersebar luas dari saudaranya
dan menempati habitat yang lebih beraneka - ragam. Memiliki banyak ras dan banyak
bentuk, ada yang berjambul, ada yang tidak. Ada yang bilang nama virus brontok
terinspirasi dari nama burung ini.

Beberapa ahli memasukkannya dalam genus Nizaetus, ada juga yang menyendirikan ras
S. cirrhatus limnaetus menjadi ras tersendiri.

Kebiasaan
Sayap membulat dan menekuk sedikit ke atas, mirip dengan saudaranya Elang Jawa.
Bedanya, ekor yang agak lebih pendek, dua spot terang di sayap serta garis vertikal di
bagian dada pada fase terang.
Fase terang: Bagian bawah putih bercorak vertikal hitam mirip Elang hitam muda dan
Elang Jawa. Bagian atas coklat pucat.
Fase peralihan: Bagian bawah keabu - abuan, bagian atas sama dengan fase terang.
Fase gelap: Berwarna hitam pekat mirip Elang Hitam dewasa, tapi tidak memiliki
warna kuning di paruhnya.

5. Elang Laut Perut Putih ( Halieestus leucogaster / White - bellied sea Eagle )
Gmelin, 1788
Elang yang sangat spektakuler, berukuran sangat besar ( 70 - 85 cm ). Dengan ukurannya
bisa dibilang sebagai raja lautan. Tersebar di pesisir pantai dan terkadang masuk ke hutan
dataran rendah. Ada catatan hidup di dataran tinggi.

Ciri Khas
Ukuran yang sangat besar, sayap kokoh panjang dan lebar, kepala panjang serta ekor
sangat pendek membentuk baji. Warna dominan putih, sayap membentuk pola hitam
bagian atas dan hitam - putih di bagian bawah. Juvenile: warna putih digantikan warna
coklat agak pucat.

Kebiasaan
Terbang rendah di atas air lalu menyambar mangsanya, berupa ikan atau terkadang
burung lain. Bersura nyaring “ah..ah””

6. Elang Tiram ( Pandion halieestus / Osprey ) Linneus, 1758.


Burung berukuran sedang ( 60cm ). Tidak termasuk dalam family acciptridae, tapi
dipisahkan dalam family tersendiri yaitu Pandinidae. Sayangnya dalam Bahasa Indonesia
namanya tetap disebut “Elang”. Tersebar di pesisir pantai.

Ciri Khas
Warna hitam - putih yang mencolok, topeng berwarna hitam serta bentuk sayap yang
khas, panjang dan agak meruncing.

Kebiasaan
Terbang menangkap mangsa di air atau di udara. Suka bertengger di tiang - tiang
dermaga atau di atas kapal

7. Elang Ular Jari Pendek. ( Circaetus gallicus / Short - toed Snake - eagle ) Gmelin,
1788
Berukuran besar ( 65 cm ), kekar dan pucat. Dalam Buku “Panduan Lapangan:
Burung di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali” oleh McKinnon dijelaskan burung
ini adalah pengunjung musim dingin yang langka, sangat jarang terlihat. Pertemuan
terbanyak ada di TN. Baluran di Situbondo, Jawa Timur.
Ciri Khas
Tubuh kekar, bagian atas coklat keabu - abuan, bagian bawah putih dengan coretan gelap,
tenggorokan dan dada coklat. Terdapat garis - garis melintang yang samar pada perut dan
empat garis melintang yang samar pada ekor. Remaja berwarna lebih pucat dari dewasa.
Pada waktu terbang, sayap terlihat lebar dan panjang, dengan garis panjang mencolok
pada penutup sayap dan bulu terbang. Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu - abu,
kaki kehijauan.

Kebiasaan
Menghuni pinggir hutan dan semak sekunder. Terbang melingkar dan meluncur dengan
sayap yang cibentangkan lurus dan datar. Seperti alap - alap raksasa, sering melayang -
layang diam sambil mengepakkan sayapnya.

8. Elang Tikus ( Elanus caeraleus / Black - winged Kite ) Desfontaines, 1789


Berukuran sedang ( 30 - 45cm ) dengan cara terbang yang unik. Sekilas mirip dengan
alap - alap, namun sayapnya lebih membulat dan warna matanya yang terang. Tersebar di
dataran rendah dan perbukitan hingga ketinggian 2000mdpl. Termasuk dalam golongan
“kite” yang berarti suka melakukan terbang hovering yang jarang bisa dilakukan oleh
jenis lainnya.
Ciri Khas
Memiliki bercak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Dewasa: warna
mahkota, punggung, sayap pelindung, dan bagian pangkal ekor abu - abu; muka, leher,
dan bagian bawah putih. Remaja: bercorak warna coklat. Pada saat mencari mangsa,
suka melayang - layang diam sambil mengepak - ngepakkan sayap. Iris merah, paruh
hitam dengan sera kuning, serta kaki kuning. Iris merah, paruh hitam dengan sera kuning,
kaki kuning.

Kebiasaan
Bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Melayang - layang di atas mangsanya
seperti diuraikan di atas. Suka berburu di daerah yang kering terbuka dengan pohon yang
terpencar - pencar. Memangsa Belalang, ular, tikus atau burung yang masih muda.

9. Elang Bondhol ( Haliastur indus / Brahminy Kite ) Boddaert, 1783


Berukuran sedang ( 45cm ). Cukup terkenal sebagai maskot kota Jakarta, walaupun
populasinya sangat mengenaskan di kotanya. Anda bisa mengenalinya dengan melihat
logo busway. Sekilas mirip dengan Elang Botak dari Amerika, tapi ukurannya jelas jauh
lebih kecil. Termasuk dalam golongan “Kite” yang berarti memilki keahlian terbang
hovering yang jarang dimilki jenis lainnya.
Ciri Khas
Berukuran sedang ( 45 cm ), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher,
dan dada putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan
bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada.

Warna berubah menjadi putih keabu - abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu
dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang
Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu. Iris coklat, paruh dan sera
abu - abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.

Kebiasaan
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk
kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan
perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian
menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang - ulang.

Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga
menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat
berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara
laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri
makanan.
Makanannya sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan
ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa
burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

10. Elang Alap Cina ( Accipiter soloensis / Chinese Goshawk ) Horsfield, 1821
Burung pemangsa ukuran sedang ( 33cm ) dan merupakan pengunjung tetap di Pulau
Jawa. Cukup sering berkumpul bersama Elang - alap Jepang pada saat migrasi. Cukup
mudah dibedakan dari saudaranya.

Ciri Khas
Warna dewasa, tubuh bagian atas abu-abu biru dengan ujung putih yang jarang pada bulu
punggung dan garis - garis melintang samar pada bulu ekor terluar. Tubuh bagian bawah
putih terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada dan sisi tubuh dengan sedikit
garis abu - abu pada paha.

Sayap bawahnya sangat khas seluruhnya terlihat putih kecuali ujung bulu primer yang
hitam. Remaja tubuh bagian atas coklat, tubuh bagian bawah putih terdapat garis - garis
gelap pada ekor, coretan pada tenggorokan serta garis-garis pada dada dan paha. Paruh
abu - abu dengan ujung hitam , sera dan kaki jingga, iris merah atau coklat.

Kebiasaan
Mengunjungi daerah terbuka sampai pada ketinggian 900 mdpl pada musim dingin di
seluruh Sunda Besar. Setiap Oktober melewati Puncak ( Bogor ) dan Bali Barat dalam
jumlah besar. Biasanya berburu di tenggeran, tetapi kadang - kadang terbang melingkar
di atas, dan menerkam mangsanya dari tanah.

11. Elang Alap Jepang ( Accipiter gularis / Japanese Sparrowhawk ) Temminck And
Schlegel, 1844
Raptor migrant dari belahan Bumi utara, bertamu ke Indonesia bulan September -
Desember. Burung yang cukup atraktif, lebih gesit dan lebih lincah dari 2 saudara
kembarnya Elang - alap besra dan Elang - alap Jambul. Ukurannya juga paling kecil ( 27
cm ) dibandingkan 2 saudaranya. Sering juga disebut Elang - alap Nippon.

Ciri Khas
Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu - abu, ekor abu - abu dengan beberapa garis
melingkar gelap, dada dan perut merah karat pucat dengan setrip hitam sangat tipis di
tengah dagu, setrip kumis tidak jelas. Betina: tubuh bagian atas coklat ( bukan abu - abu
), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris - garis coklat melintang rapat. Dada remaja:
lebih banyak coretan daripada garis - garis melintang dan lebih merah karat. Iris kuning
sampai merah, paruh biru abu - abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning - hijau.

Kebiasaan
Berburu di sepanjang pinggir hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Biasanya
berburu dari tenggeran di pohon, tetapi kadang - kadang terbang berputar - putar untuk
mengamati tanah di bawahnya dengan cara terbang “kepak - kepak - luncur” yang khas.
Menyerang dengan agresif pendatang yang mendekati sarang.

12. Elang Alap Besra ( Accipiter virgatus / Besra ) Temminck, 1822


Burung berukuran sedang, sangat mirip dengan Elang - alap Jepang kecuali ukurannya
yang lebih besar. Berbeda dengan saudaranya, Elang - alap Besra adalah reptor penetap
yang jarang dijumpai di Pulau Jawa.

Ciri Khas
Berukuran sedang ( 33 cm ) mirip Elang Alap Jambul tetapi lebih kecil dan tanpa
jambul. Warna jantan dewasa, tubuh bagian atas abu - abu gelap dengan ekor bergaris
tebal, tubuh bagian bawah putih dengan garis melintang coklat dan sisi tubuh merah
karat, tenggorakan putih dengan strip hitam di tengah, strip kumis hitam.

Kebiasaan
Duduk tenang di hutan menunggu mangsanya. Sering terlihat bertengger di pohon mati
yang tinggi di hutan. Terbang mengitari teretori secara reguler.

13. Elang Alap Jambul ( Accipiter trivirgatus / Crested Goshawk ) Temminck, 1824
Burung ketiga yang kembar dengan Elang - alap Besra dan Elang - alap Jepang.
Ukurannya paling besar diantara 2 saudaranya ( 40cm ), selain itu dia juga berjambul
yang terlihat ketika bertengger.
Ciri Khas
Tubuh tegap dengan jambul yang jelas. Jantan dewasa : tubuh bagian atas coklat abu -
abu dengan garis - garis pada sayap dan ekor, tubuh bagian bawah merah karat, dada
bercoretan hitam, ada garis - garis tebal hitam melintang pada perut dan paha yang putih.

Lehernya putih dengan setrip hitam menurun ke arah tenggorokan dan ada dua setrip
kumis.Remaja dan betina : seperti jantan dewasa, tetapi coretan dan garis - garis
melintang pada tubuh bagian bawah berwarna coklat serta tubuh bagian atas coklat lebih
pucat.

Kebiasaan
Berburu di tenggeran yang rendah di laut. Selalu tinggal di hutan lebat. Pada waktu
berbiak kadang - kadang memperlihatkan cara terbang yang khas, yaitu getaran sayap (
bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas ) berselang dengan luncuran pendek dalam
lingkaran yang sempit.

14. Elang Ikan Kepala Abu ( Ichthyophaga ichthyaetus / Grey-headed Fish Eagle )
Horsefield, 1821
Berukuran besar ( 70 cm ), jarang terlihat. Di Jawa hanya tersebar di kawasan Jawa Barat,
pernah tercatat di Jawa Timur tapi belum ada catatan baru.
Ciri Khas
Sayap membulat, berbeda dengan Elang - laut Perut - putih yang kokoh. Berwarna abu -
abu, coklat, dan putih. Dewasa: kepala dan leher abu - abu, dada coklat; sayap dan
punggung coklat gelap; perut, paha, dan pangkal ekor putih; ujung ekor bergaris lebar
hitam. Remaja: bagian atas coklat kekuningan, bagian bawah bercoret coklat dan putih;
ekor coklat mengkilap dengan ujung bergaris hitam. Ekor pendek. Iris coklat sampai
kuning, paruh dan sera abu - abu, tungkai tanpa bulu, dan kaki putih sampai kuning.

Kebiasaan
Sering mengunjungi daerah perairan, sungai danau, dan paya di hutan dataran rendah.
Menukik menerkam ikan ketika terbang atau dari posisi bertengger di pohon. Jarang
terbang melayang - layang.

15. Elang Perut Karat ( Hieraaetus kienerii/ Rufous - bellied Eagle ) Geoggroy Saint
Hilaire, 1835
Berukuran agak kecil, tersebar di hutan pegunungan. Jarang terlihat di Pulau Jawa,
namun penghuni tetap sampai ketinggian 1500 mdpl. Jambulnya cukup unik ya?
Ciri Khas
Berwarna coklat kemerahan, hitam, dan putih, dengan jambul pendek. Dewasa: mahkota,
pipi, dan tubuh bagian bawah kehitaman; ekor coklat dengan garis hitam tebal dan ujung
putih. Dagu, tenggorokan, dan dada putih bercoret hitam; sisi tubuh, perut, paha, dan
bagian bawah ekor coklat kemerahan dengan coretan hitam perut.

Pada waktu terbang terlihat bercak bulat yang pucat pada pangkal bulu primer. Remaja:
tubuh bagian atas coklat kehitaman dengan bercak kehitaman pada mata. Alis dan tubuh
bagian bawah keputih - putihan. Iris merah, paruh kehitaman, sera dan kaki kuning.

Kebiasaan
Mendiami kawasan hutan di pinggir hutan, terlihat berputar - putar atau meluncur rendah
di atas pohon. Terbang mengitari teretori, menyerang secara cepat mangsa di permukaan
tanah atau di tajuk pohon, mirip dengan Peregrine Falcon.

16. Sikep Madu Asia ( Pernis ptilorhynchus / Oriental Honey Buzzard ) Temnick, 1821
Si burung lucu dari Bumi belahan utara. mengunjungi Indonesia pada bulan September -
Desember, namun ada juga catatan ras penetap di Pulau Jawa. Berukuran sedang ( 60cm )
dengan kepala yang kecil da panjang, ciri khas Buzzard. Sering terjadi konflik antara
burung ini dengan elang - elang penetap seperti Elang Hitam.
Ciri Khas
Kepala kecil dan panjang, ekor sering membentuk kipas. Berwarna hitam dengan jambul
kecil. Warna sangat bervariasi dalam bentuk terang, normal, dan gelap dari dua ras yang
berbeda yang masing - masing meniru jenis elang berbeda dalam pola warna bulu.

Terdapat garis - garis yang tidak teratur pada ekor. Semua bentuk mempunyai tnggorokan
berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam,sering dengan garis hitam mesial.
Ciri khas ketika terbang: kepala relatif kecil, leher agak panjang menyempit, ekor
berpola. Iris jingga, paruh abu - abu, kaki kuning, bulu berbentuk sisik ( terlihat jelas
pada jarak dekat ).

Kebiasaan
Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri sewaktu terbang adalah beberapa kepakan
dalam yang diikuti luncuran panjang. Melayang tinggi di udara dengan sayap datar.
Mempunyai kebiasaan aneh yaitu merampas sarang tawon dan lebah sesuai namanya. Dia
juga sering memakan serangga.

Anda mungkin juga menyukai