Anda di halaman 1dari 12

a.

Jenis Elang di Indonesia


Elang di Indonesia – Elang merupakan burung simbol kegagahan. Burung ini merupakan
satwa karnivora yang mampu terbang tinggi dan menerkam mangsanya dengan cepat.

Elang atau dalam istilah bahasa Inggris disebut Eagle adalah burung pemangsa berukuran
besar dari suku Accipitridae, terutama genus Aquila. Sedangkan burung pemangsa lain yang
berukuran lebih kecil disebut dengan Elang-alap atau Hawk dari genus Accipiter.

Elang merupakan satwa berdarah panas dengan rentang sayap lebar dan tubuh ditutupi oleh
bulu pelepah. Burung ini berkembangbiak dengan cara bertelur. Ciri telur elang bercangkang
keras dan ditempatkan di sarang yang sulit dijangkau, misalnya di lereng gunung atau pohon
yang sangat tinggi.

Burung elang adalah hewan karnivora. Mangsa utamanya adalah mamalia kecil, seperti tikus,
tupai dan kelinci, serta kadal, ikan, ayam dan burung kecil lain. Bahkan elang juga memangsa
serangga tergantung ukuran tubuhnya. Elang yang hidup di wilayah perairan umumnya
memakan ikan sebagai menu utama.

Meski tidak memiliki gigi, elang mampu mengoyak dan mencabik daging mangsa dengan
paruh serta cakarnya yang tajam. Burung ini juga memiliki indera penglihatan yang sangat
tajam dan berguna untuk menentukan sasaran dari ketinggian di udara.

Sistem pernapasan elang sangat baik, burung ini mampu membawa oksigen banyak untuk
terbang. Struktur jantung elang juga mirip seperti manusia yang terdiri dari empat bilik, yaitu
atrium pada bagian atas dan ventrikel di bagian bawah.

Jenis Burung Elang di Indonesia


Setidaknya terdapat 17 jenis burung elang yang hidup di Indonesia. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai elang asli nusantara, antara lain:

1. Elang Hitam

Elang hitam atau Ictinaetus malayensis adalah burung berukuran sedang atau sektiar 70 cm.
Akan tetapi saat terbang burung ini terlihat besar dengan rentang sayap lebar. Elang hitam
merupakan jenis elang dengan daya survival tinggi dan tersebar di wilayah ketinggian 300
sampai 2.000 mdpl

Ciri khas elang hitam adalah sayapnya yang menjari, lebar dan kokoh. Bulu tubuhnya hitam
pekat kecuali pada ekornya yang agak kecokelatan dan tumbuh panjang. Bagian dada
terdapat corak garis seperti elang brontok serta kaki berwarna kuning. Ciri lain dari elang
hitam adalah ukuran jari kelingking pendek dan tidak proporsional.

Burung ini aktif pagi hingga siang hari. Pola terbang yang dilakukannya adalah soaring atau
gliding dan sesekali mengeluarkan suara seperti elang ular bido. Saat mencari mangsa, elang
hitam akan terbang rendah di atas tajuk pohon untuk membidik tikus, kadal, tupai, ayam dan
hewan kecil lainnya.

Elang hitam adalah puncak rantai makanan dalam ekosistemnya. Meski populasinya
cenderung cukup banyak, namun penyebarannya terbatas pada kawasan hutan. Elang hitam
merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-undang dan berstatus beresiko rendah (least
concern) menghadapi kepunahan.

2. Elang Brontok

Elang brontok atau Spizaetus cirrhatus adalah burung berukuran sedang sekitar 60 cm dan


secara morfologi mirip seperti elang jawa. Keunikan elang ini adalah dua fase yang
dialaminya, yaitu fase gelam dan fase terang. Selain itu, elang brontok juga tebagi menjadi
beberapa ras dan variasi bentuk, seperti elang brontok berjambul atau tanpa jambul.

Bentuk sayap elang brontok agak membulat dan menekuk sedikit ke atas seperti elang jawa.
Akan tetapi, perbedaannya terletak pada ukuran ekor yang lebih pendek, dua titik terang pada
sayap serta garis vertikal di bagian dada saat fase terang.

Fase terang elang brontok ditandai dengan bagian bawah tubuh bercorak vertikal mirip elang
hitam muda dan elang jawa, serta tubuh bagian atas berwarna cokelat. Fase peralihan ditandai
dengan warna bulu keabu-abuan pada bagian bawah dan bagian atas tetap berwarna cokelat.
Sedangkan fase peralihan bulu elang brontok akan berubah menjadi hitam pekat seperti elang
hitam dewasa, namun tanpa warna kuning pada paruhnya.

Elang brontok sangat jarang mengeluarkan suara. Burung ini termasuk pendiam saat terbang.
Mangsa utamanya adalah tikus, tupai, kadal, bajing dan hewan darat berukuran kecil lainnya.

Populasi elang brontok dilindungi oleh undang-undang. Sedangkan menurut IUCN, statusnya
berada dalam kondisi resiko rendah atau least concern. Sebaran elang brontok meliputi
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Elang Jawa
Elang jawa atau Nisaetus bartelsi adalah burung berukuran sedang dan populasinya sangat
langka. Elang endemik Jawa ini identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu
Burung Garuda. Elang jawa hidup di kawasan hutan primer dan sekunder pada ketinggian
300 mdpl.

 jalandamai.com
Bentuk sayapnya membulat dan menekuk sedikit ke atas saat melakukan soaring. Ukuran
kepalanya tidak terlalu kecil dan cukup proporsional. Ekor elang jawa ukurannya lebih
panjang dibanding elang brontok.

Pada bagian kepala terdapat jambul khas dan menjadi ciri utamanya. Tubuhnya didominasi
warna cokelat merah dengan dada berwarna putih dan terdapat coretan melintang pada
burung dewasa dan berwarna cokelat polos saat elang jawa masih muda.

Kebiasaan terbang elang jawa ialah melakukan soaring atau gliding diatas pepohonan saat
berburu. Burung ini cukup pendian dan jarang bersuara, serta nampak anggun saat terbang.
Mangsa utamanya adalah kadal, tikus, tupai, kelinci, ayam hutan dan sebagainya.

Burung yang menjadi maskot satwa langka Indonesia sejak 1992 ini berstatus terancam
punah atau endangered oleh IUCN. Selain itu, keberadaan elang jawa juga dilindungi oleh
undang-undang.

4. Elang Ular Bido

Elang ular bido atau Spilornis cheela adalah burung berukuran sedang antara 50 cm sampai
60 cm. Kebiasaan elang jenis ini ialah mengeluarkan suara berisik. Elang ular bido sangat
adaptif sehingga dapat dijumpai di berbagai habitat, mulai dari hutan primer dan sekunder,
perkebunan, hutan pantai, sabana hingga daerah dekat dengan pemukiman.

Sayap elang ular bido membusur membentuk huruf C, agak membulat dan memiliki haris
tebal berwarna putih bagian tepi sayap. Ekornya berukuran pendek dan sesekali mengipas.
Area matanya tidak ditumbuhi bulu. Sedangkan bagian tubuhnya didominasi bulu cokelat tua
hingga hitam, serta terdapat totol putih di area dada dan perut.

Elang ular bido mempunyai kebiasaan terbang soaring atau gliding. Selain itu, elang ini juga
mempunyai kebiasaan secara gerilya diantara tajuk saat berburu. Satwa ini sering
mengeluarkan suara ribu berupa siulan. Mangsa utamanya adalah ulat, kelinci, tikus, kadal,
bajing, kelinci dan sebagainya.

Area sebaran elang bido cukup luas dan hampir di seluruh Asia, mulai dari India, Nepal,
Srilanka, Cina, Semenanjung Malaya, Sunda Besar, hingga Filipina.
5. Elang Ular Jari Pendek

Elang ular jari pendek atau Circaetus gallicus adala burung besar dengan ukuran 65 cm.
Tubuhnya kekar dengan warna bulu pucat. Burung ini sangat jarang terlihat dan disebut
sebagai pengunjung musim dingin yang langka oleh McKinnon dalam “Panduan Lapangan:
Burung di Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali”.

Burung elang jari pendek adalah elang asli Indonesia yang paling sering terlihat di TN.
Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Secara lebih luas, burung ini juga tersebar di Iran, India
Mongoloa, China, Sumatera, Jawa dan Bali.

Ciri jenis elang ini adalah tubuh kekar dengan bulu bagian atas berwarna cokelat keabuan dan
bagian bawah berwarna putih dengan coretan gelap, serta pada tenggorokan dan dada
berwarna cokelat. Pada bagian perut terdapat garis-garis melintang samar serta empat garis
sama pada ekornya.

Saat remaja warna bulunya lebih pucat dibanding saat dewasa. Ketika terbang sayapnya akan
mengembang lebar dan panjang dengan garis mencolok pada penututp sayap. Mata elang ular
jari pendek memiliki iris kuning, paruh hitam keabuan, serta kaki kuning kehijauan.

Satwa ini menghuni pinggiran hutan dan semak sekunder. Kebiasan terbangnya melingkar
dan meluncur dengan bentangan sayap lurus dan datar. Selain itu, ia juga mempunyai
kebiasaan terbang melayang seperti burung alap-alap.

6. Elang Gunung

Elang gunung atau Nisaetus alboniger adalah burung pemangsa berukuran besar. Sebarannya


meliputi semananjung Malaysia dan Indonesia. Ukuran tubuhnya sekitar 50 cm hingga 58 cm
dengan rentang sayap 100 cm sampai 115 cm dan berat tubuh sekitar 830 gram.
Secara morfologi elang ini mempunyai ciri jambul panjang, ekor bergaris, dada terdapat
coretan, perut bergaris melintang rapat dan warna nyaris hitam. Saat remaja bagian atas
cokelat dan bersisik kuning tua, kepala berwarna pucat, bagian bawah kuning tua bergaris
cokelat, dan ekor juga bergaris. Iri mata berwarna kuning, paruh abu-abu dan kaki kuning.

Elang gunung mempunyai kebiasaan mengeluarkan siulan nyaring mirip elang jawa.
Habitatnya berada di sekitar hutan primer, hutan tebangan perbukitan dan pegunungan
dengan ketinggian 300 sampai 1.200 mdpl. Mangsa utamanya adalah burung, ayam, kadal
dan mamalia kecil.

7. Elang Sulawesi

Elang sulawesi bernama ilmiah Nisaetus lanceolatus. Burung ini adalah pemangsa endemik
Sulawesi dan pulau-pulau disekitarnya, seperti Bangka, Lembeh, Muna, Butung, Kepulauan
Banggai dan Kepulauan Sula.

Habitatnya berada di area hutan hujan dengan mangsa utama seperti tikus, kadal dan burung
kecil lain. Ukuran tubuh elang sulawesi sedang atau sekitar 64 cm. Elang dewasa berwarna
cokelat karat dengan garis jelas pada kepala dan dada, sayap berwarna cokelat gelap dengan
warna putih bergaris hitap pada bagian bawah. Sedangkan elang muda kepalanya berwarna
putih.

Populasi elang ini diperkirakan tersisa 5.000 sampai 10.000 individu dan masuk dalam
kategori satwa terancam punah oleh IUCN dan oleh CITES masuk kategori Appendix II.
Selain itu, burung raptor ini juga termasuk satwa dilindungi oleh undang-undang.

8. Elang Wallace

Elang wallace hidup di daerah hutan Kalimantan dan Sumatera. Sebarannya juga dapat
ditemukan hingga selatan Thailand dan Malaysia. Elang dengan nama latin Nisaetus
nanus ini mempunyai ukuran tubuh sedang antara 43 sampai 58 cm dengan berat antara 500
sampai 610 gram.

 
Sebaran elang ini hampir di seluruh Sumatera, Kalimantan, Bangka dan Nias. Selain itu juga
hidup di daerah Sabah, Serawak, Brunei Darussalam, Semenanjung Malaya, termasuk selatan
Myanmar dan Thailand. Elang wallace sulit ditemukan di daerah dataran rendah karena
umumnya tinggal di kawasan dengan ketinggian 1.000 mdpl, meliputi hutan pinus, rawa dan
perkebunan.

Mangsa utama elang wallace adalah kelelawar, burung dan kadal. Kebiasaan saat berburu
ialah terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil. Gerdakan khas yang sering dilakukan
adalah seperti terkejut dan terkesan terburu-buru sebelum terbang ke pohon lain.

9. Elang Flores

Elang flores atau Spizaetus floris merupakan raptor atau burung pemangsa endemik
Indonesia. Sebelumnya elang jenis ini disamakan dengan elang brontok namun karena
terdapat perbedaan morfologis signifikan maka keduanya dipisahkan.

Elang flores terbasuk burung berukuran besar, antara 60 cm sampai 79 cm. Kepalanya putih
dan terkadang terdapat garis-garis cokelat pada bagian mahkota. Tubuh bagian atasnya
berwarna cokelat kehitaman, dada dan perut putih berpalang cokelat kemerahan tipis.
Ekornya berwarna cokelat dengan enam garis gelap, serta berkaki putih.

Daerah sebarannya meliputi pulau flores, sumbawa, lombok, dan sekitarnya. Habitat elang
flores adalah hutan submontana di lereng bukit atau kaki gunung, hutan pegunungan setinggi
1.600 mdpl.

Mangsa utamanya adalah kadal, ular, mamalia kecil, serta ayam peliharaan sehingga sering
diburu oleh petani. Populasinya diperkirakan kurang dari 100 pasang berdasarkan estimasi
sejauh 40 km².

10. Elang Laut Perut Putih


Elang laut perut putih atau elang laut dada putih bernama latin Halieestus leucogaster adalah
burung besar dengan ukuran mencapai 85 cm. Elang ini dijuluki raja lautan karena tersebar di
wilayah pesisir hingga hutan dataran rendah, beberapa diantaranya dapat hidup di ketinggian
3.000 mdpl.

Ukuran tubuhnya sangat besar dengan sayap kokoh panjang dan lebar. Kepala elang laut
perut pendek dan ekornya sangat pendek dan membentuk baji. Bulunya didominasi warna
putih dengan sayap membentuk pola hitam pada bagian atas dan hitam-putih pada bagian
bawah. Setelah dewasa warna putih akan menjadi cokelat pucat.

Saat berburu mangsa, elang ini melakukan kebiasaan terbang rendah diatas perairan
kemudian menyambar mangsa berupa ikan atau burung lainnya. Sebarannya meliputi India,
Asia Tenggara, seperti Filipina dan Indonesia, serta Australia. Elang laut dada putih termasuk
satwa dilinduni oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8 tahun 1999.

11. Elang Bondol

Elang bondol atau Haliastur indus merupakan burung maskot DKI Jakarta. Ukuran tubuhnya
sedang dan kelestarian populasinya sanga memprihatinkan.

bandung-zoo.com
Elang bondol mempunyai kemiripan dengan elang botak Amerika, namun posturnya lebih
kecil. Kemampuan terbang hooveringnya sangat hebat, sehingga masuk dalam kelompok kite.

Ciri fisik elang bondol adalah berwarna putih dan cokelat terang. Pada burung dewasa bagian
kepala, leher dan dada berwarna putih. Sedangkan bagian sayap, perut, punggung dan ekor
berwarna cokelat terang.

Saat remaja tubuhnya didominasi warna cokelat dengan coretan pada bagian dada. Saat
memasuk umur 2 tahun, warnanya akan berubah menjadi putih keabuan dan akan mencapai
usia dewasa ketika berumur 3 tahun.

Meski sering terlihat sendirian, satwa ini melakukan perburuan dalam kelompok mencapai 35
ekor. Ia mencari mangsa dengan terbang rendah di atas permukaan air untuk mencari mangsa
berupa ikan, udang atau kepiting. Bahkan elang bondol juga memangsa burung lain, seperti
camar dara dan sebagainya. Selain itu, ayam, serangga dan mamalia kecil juga menjadi pakan
elang ini.
12. Elang Ikan Kepala Abu

Elang ikan kepala abu adalah burung elang besar dengan ukuran sekitar 70 cm. Sebaran di
Indonesia meliputi kawasan Jawa Barat dan Jawa Timur meski belum ada laporan terbaru.
Sebaran secara lebih luas meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, India, Asia
Tenggara, Sunda Besar dan Filipina.

Ichthyophaga ichthyaetus mempunyai sayap membulat dan berbeda dengan elang laut perut
putih yang kokoh. Warna bulunya abu-abu, cokelat dan putih.

Burung ini merupakan pemangsa ikan yang hidup di sekitar perairan, danau, sungai dan rawa.
Elang ikan kepala abu mempunyai kemampuan menukik dan menerkam ikan dengan sangat
baik.

13. Elang Perut Karat

Elang perut karat atau Hieraaetus kienerii merupakan burung berukuran agak kecil yang
hidup daerah hutan pegunungan. Sebarannya meliputi wilayah tropis semenanjung asia
selatan hingga asia tenggara, seperti India selatan, Himalaya, Filipina, Sulawesi dan Sunda
Besar.

Bulunya berwarna kemerahan, hitam dan putih dengan jambul pada bagian kepala. Elang
dewasa mempunyai mahkota, pipi dan dagu bawah berwarna kehitaman, ekor cokelat dengan
garis hitam tebal dan ujung putih. Dagu, tenggorokan dan dada putih bercoret hitam, serta
bagian sisi tubuh, perut paha bawah, dan ekor berwarna cokelat kemerahan dengan coretan
hitam. Saat terbang pada pangkal bulu primer nampak bercak bulat pucat.

Sedangkan saat remaja tubuh bagian atas berwarna cokelat kehitaman dengan bercak
kehitaman pada mata. Alis dan tubuh bagian bawah berwarna keputih-putihan, iris merah,
patuh hitam, sera dan kaki kuning.

Umumnya elang perut karat menempati kawasan pinggiran hutan. Kebiasaan saat terbang
mencari mangsa adalah berputar-putar di wilayah teritorinya kemudian meluncur rendah ke
tajuk pohon atau permukaan tanah.

14. Elang Tikus

Elang tikus atau Elanus caeruleus adalah burung berukuran sedang antara 30 cm sampai 45


cm. Burung ini memiliki cara terbang yang unik mirip alap-alap, namun sayapnya lebih
membulat dan mempunyai mata terang. Sebarannya meliputi dataran rendah dan perbukitan
hingga ketinggian 2000 mdpl. Elang tikus termasuk kelompok “kite” yang suka terbang
hovering.

Tubuhnya ditutupi oleh bulu primer hitam panjang dan terdapat bercak hitam pada bahu. Saat
dewasa warna bulu mahkota, pungu, sayap pelindung dan pangkal ekor berwarna abu-abu,
serta bagian muka, leher dan bulu tubuh bawah berwarna putih.

Elang tikus mempunyai kebiasaan bertengger pada pohon mati atau tiang telepon. Saat di
udara dilakukan dengan terbang melayang-layang dan sering berburu di lahan terbuka.
Mangsa utamanya adalah belalang, ular, tikus dan burung kecil lain.

CITES memasukkannya dalam kelompok Appendix II. Artinya, burung ini dapat


diperdagangkan dengan aturan tertentu. Sedangkan pemerintah Indonesia melindungi elang
ini melalui PP No. 7 Tahun 1999.

15. Elang Paria

Elang paria atau Milvus migrans adalah burung pemangsa yang jumlahnya masih cukup
banyak. Ukurannya sekitar 65 cm dengan bulu berwarna cokelat gelap dengan bentuk ekor
menggarpu yang khas. Bagian kepalanya kadang lebih pucat dibanding bulu punggung.
Saat remaja bagian kepala dan tubuh bagian bawah bergaris-garis kuning tua. Pada bagian iris
mata berwarna cokelat, paruh abu-abu, sera dan kaki abu-abu biru. Di Indonesia, elang paria
dapat dijumpai di Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara, serta jarang ditemukan
di Sulawesi dan Sunda Kecil.

16. Rajawali Papua

Rajawali papua atau Harpyopsis novaeguineae berasal dari famili Accipitridae. Elang papua


adalah satu-satunya elang yang ada di Indonesia dari kelompok harpiiane, dimana jenis lain
seperti elang jambul dan harpy hidup di Amerika.

 
Elang papua bertubuh besar sekitar 75 cm sampai 90 cm dengan rentang lebar sayap
mencapai 157 cm dan berat 1,6 kg hingga 2,4 kg. Umumnya betina mempunyai tubuh lebih
besar dibanding jantan.

Bagian atas rajawali papua berwarna cokelat abu-abu, dada atas berwana cokelat pucat,
mempunyai sayap lebar, paruh kuat dan iris besar. Ekornya mirip elang laut perut putih, yaitu
berukuran pendek dan bulunya mirip elang ekor panjang namun lebih kecil. Kaki rajawali
papua panjang dan kuat.

Habitat elang papua adalah hutan pada ketinggian 3.200 mdpl dan menjadi elang endemik
Papua dan Papua Nugini. Elang ini mempunyai kebiasaan mendatangi bangkai, serta
memangsa kuskus, anjing, babi, kadal, burung, ular dan tikus.

17. Rajawali Totol

Elang totol atau Aquila clanga adalah jenis rajawali yang hidup di hutan dataran rendah.
Sebarannya sangat luas meliputi Eropa hingga Asia, dimana berkembang biak dari Finlandia
sampai Tiongkok. Kemudian pada musim dingin bermigrasi menuju Jepang, Korea, Taiwan,
India, Pakisatan, Kamboja, Bangladesh, Malaysia, Singapura dan Indonesia khususnya
Sumatera.
Ukuran tubuh rajawali totol sekitar 62 cm sampai 74 cm. Bulunya berwarna gelap pucat
dengan bulu terbang yang ramping. Sayap bagian bawah berwarna lebih gelap dibanding
bulu-bulu terbang. Anak elang totol mempunyai garis melintang dengan bintik-bintik putih
pada sayap bagian atas.

b. Cara pelestarian burung elang

Burung elang merupakan hewan terancam punah yang bisa disebut sebagai hewan
langka. 
Nah, berikut ini beragam cara yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan upaya
pelestarian hewan langka. 
1. Tidak menyakiti hewan,
2. Mengunjungi tempat pelestarian satwa liar dan hewan langka,
3. Melaporkan terjadinya kejahatan terhadap alam dan hewan-hewan liar,
4. Menyebarkan informasi mengenai konservasi satwa liar kepada teman-teman,
keluarga dan masyarakat sekitar,
5. Tidak memelihara hewan yang dilindungi,
6. Tidak melakukan perburuan liar,
7. Tidak melakukan kegiatan yang merusak alam dan habitat hewan,
8. Tidak merusak tumbuhan supaya hewan tidak kekurangan makanan. 

c. Tempat – tempat yang dikunjungi untuk melihat penangkaran


burung elang

Tempat - tempat yang dapat dikunjungi untuk melihat penangkaran burung elang
adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak,Loji, kawasan hutan puar lolo,
dan penangkaran pulau Kotok. Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan
Loji yang berada di Bogor, merupakan tempat penangkaran jenis elang jawa.
Berbeda dengan di hutan Puar Lolo, kawasan hutan yang digunakan untuk
penangkaran ini berisi jenis elang flores, sedangkan di pulau Kotok yang berada di
kawasan Kepulauan Seribu berisi elang laut dan elang bondol.
KLIPING
JENIS – JENIS BURUNG ELANG

DI SUSUN OLEH

NAMA : LAILATUL SYIFA

KELAS : IV

SD NEGERI 143 SIMPANG KUNGKAI


2022/2023

Anda mungkin juga menyukai