Anda di halaman 1dari 17

PENGOLAHAN SUARA BURUNG

CUCAK ROWO

Oleh Kelompok 1:
1. INDRI YUNITASARI
2 SURYA YOGA PRATAMA
3. YOSEP IRYANTO
4. NIKO FULMINI ARIZAL KURNIAWAN

JURUSAN ELEKTRONIKA ( D-3)


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
SEMESTER GANJIL
2014
BAB I
PENDAHULUAN
BURUNG CUCAK ROWO
Cucak rawa adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga dikenal
umum sebagai cucakrawa (dalam bahasa Jawa dilafazkan sebagai [cucaʔ
rɔwɔ]), cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa
Inggris disebut Straw-headed Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat.
Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789).

PEMERIAN

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor)
sekitar 28 cm.
Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-jerami pucat; setrip
malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Punggung coklat
zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan
tenggorokan putih atau keputihan; leher dan dada abu-abu bercoret putih; perut abu-abu, dan
pantat kuning.
Iris mata berwarna kemerahan, paruh hitam, dan kaki coklat gelap.

PENYEBARAN DAN KEBIASAAN

Seperti namanya, cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai,
atau di tepi hutan. Sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang
khas.
Suara lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama
baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan.
Di alam, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak
seperti buah jenis-jenis beringin.
Menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung
Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa bagian barat. DiJawa Barat terdapat
sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini dianggap punah karena perburuan.
KONSERVASI Cucak rawa

Merupakan salah satu burung yang sangat digemari


orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya
yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh
menyusut populasinya karena perburuan yang ramai
sejak tahun '80an.
Burung-burung yang diperdagangkan di Jawa
kebanyakan didatangkan dari Sumatra dan
Kalimantan. Kini di banyak bagian Pulau Sumatra
(misalnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo) pun
populasinya terus menyurut. Collar dkk. (1994, dalam
MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi
cucak rawa ke dalam status rentan. Demikian
pula IUCNmenyatakan bahwa burung ini
berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status
konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs
IUCN di bawah. Burung cucak rawa

Jika tidak ada langkah penyelamatan yang lebih baik


dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan Status konservasi
burung ini hanya tinggal kenangan; tinggal disebut-
sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Rentan
Cucakrowo di Jawa.
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Pycnonotidae
Genus: Pycnonotus
Spesies: P. zeylanicus

Nama binomial

Pycnonotus zeylanicus
(Gmelin, 1789)
PERBEDAAN JANTAN DAN BETINA

Ciri-ciri umum dari burungcucak rowo adalah sebagai berikut:

 Memiliki mahkota dan penutup telinga dengan warna jingga atau kuning jerami pucat.
 Pada bagian mata terdapat garis horizontal berwarna hitam.
 Pola bulu pada bagian belakang adalah kombinasi coklat zaitun dengan corat coret putih.
 Warna bulu sayap dan bulu ekor merupakan kombinasi warna hijau dan coklat zaitun.
 Terdapat warna putih pada bagian dagu / tenggorokan.
 Warna bulu dada dan leher adalah kombinasi warna abu-abu dan corat coret putih.
 Warna bulu pada bagian perut abu-abu.
 Warna bulu bagian pantat kuning.

Sementara cara membedakan cucak rowo jantan dan betina dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang ada. Dan berikut dibawah ini ciri-ciri cucak rowo jantan
dan betina.

Cucak Rawa termasuk burung monomorfik di mana tidak ada perbedaan ciri fisik yang terlihat
dari luar yang membedakan antara burung jantan dan burung betina. Namun demikian, ada
beberapa patokan yang bisa digunakan untuk menentukan jenis kelamin burung Cucak Rawa
oleh para penangkar.

Ciri fisik

Jantan
Kepala bulat, dengan bulu berwarna lebih tua, tampak ada semacam belahan bulu. Bulu rahang
lebih putih dan tampak bersih cerah. Bulupunggung dan sayap lebih abu-abu, garis-garis hitam
putih lebih nyata. Ekor lebih panjang dan menyatu paruh tampak lebih kokoh kuat dan tebal
serta agak melengkung. Garis hitam di bawah mata tampak lebih jelas.

Betina
Kepala lebih datar, dengan bulu berwarna lebih ringan, dan tidak ada belahan bulu. Bulu rahang
lebih kotor, tampak putih keabu-abuan. Garis-garis hitam putih kurang jelas. Ekor lebih pendek
dan sedikit agak mengembang. Paruh lebih pipih dan cenderung tampak lebih cantik. Garis
hitam di bawah mata dengan warna lebih ringan.

Tingkah Laku dan Gerakan


Dari tingkah laku dan gerakannya, burung Cucak Rawa dapat diketahui sekaligus dibedakan
antara jantan dan betinanya. Terutama bila Cucak Rawa telah jinak dan gerakannya telah
menunjukkan kebebasan tanpa ada rasa takut.

Jantan
Gerakannya lebih agresif, sering melompat, seakan-akan menantang dan terlihat berani. Bila
melihat lawan jenisnya seakan-akan merayu dan melakukan gerakan atraktif, sedang bila dengan
jenis yang sama, seakan-akan ingin menyerang. Banyak gerakan kaki dan tubuh yang seakan-
akan hendak mengangkat ke atas dan ekornya mengarah ke bawah. Kepala menunjukkan
gerakan melongok ke atas dengan gerakan yang nampak berani dan menantang disertai dengan
siulan keras bernada memanggil.

Betina
Gerakan lebih lamban dan tampak halus. Bila melihat lawan jenisnya akan menggerak-gerakkan
sayap yang sedikit agak dikembangkan paruh terbuka dan lidah digerak-gerakkan seperti anak
Cucak Rawa yang minta disuapi induknya. Sambil mendekat menyuarakan suara yang lembut,
sambil merendahkan badan serta ekornya agak terangkat keatas. kepala sering merunduk atau
merendah ke depan merendah sejajar dengan punggungnya.

Suara

Dari suaranya, burung Cucak Rawa dapat dibedakan jenis kelaminnya, walaupun untuk itu perlu
dibutuhkan waktu yang relatif lama.

Jantan
Lebih sering menyampaikan nada panggil tinggi, keras dan melengking. Banyak variasi nada
dan irama yang sering diperdengarkan. Bila berkicau bersama atau berpasangan akan memimpin
irama lagunya. Secara garis besar suaranya *Klang Kling Klung* saja

Betina
Suara terdengar besar dan dalam, seakan akan memberi jawaban kicauan burung jantan. Variasi
suara lebih monoton dan seolah olah hanya mengikuti saja. Perbandingan ini akan nampak jelas
lagi bila dua burung, jantan dan betina, sedang berkicau bersahut-sahutan saling didekatkan.
Namun ada juga burung betina yang dapat bersuara doble atau ropel, sehingga dalam ini sulit
untuk memilih atau menentukan antara jantan dan betina. Secara garis besar suaranya *Klang
Kling Klung* diakhiri dengan *Kliuk*

Cucak Rawa adalah burung kicauan termahal di Indonesia/burung kicauan kelas atas???
Sengaja saya berikan 3 tanda tanya dalam judul paragraf ini diatas. Hal ini tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk menegaskan pertanyaan ulang dari apa yang sudah tenar mengenai burung
ini pada saat ini.
Walaupun secara tampilan, Cucak Rawa tidaklah semenarik burung beo, burung kepodang,
burung murai, kacer ataupun burung jenis lain yang memiliki warna yang indah. Bahkan
dibandingkan dengan satu kerabatnya yakni burung kutilang, warna Cucak Rawa belumlah
sebanding keindahannya. Akan tetapi, walaupun sosoknya kurang menarik, Cucakrawa memiliki
suara yang cukup tinggi nilai ekonomisnya, harganya terus naik demikian halnya dengan
kharismanya sebagai kicauan unggulan tidak diragukan lagi.

Tingginya harga Cucakrawa bakalan, maupun yang sudah jadi menjadi pertimbangan tersendiri
bagi para penggemar kicauan, terutama bagi penggemar pemula untuk memilikinya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Cucakrawa memiliki kelas tersendiri dan seakan terkesan sebagai burung
kelas atas. Terlebih sampai dengan saat ini para penggemarnya hampir sebagian besarnya
didominasi oleh kalangan pengusaha maupun para penggemar yang penghasilannya cukup baik.
Citra Cucak Rawa yang baik inilah yang membuat burung ini sulit didapati di alam bebas,
bahkan di pasaran sekalipun.

Namun bila diamati tidak demikian halnya adanya. Cucak Rawa walaupun memiliki harga yang
relatif tinggi ternyata murah untuk dipelihara bila dibandingkan dengan memelihara burung
berkicau jenis yang lainnya. Makanan kesehariannya adalah pisang/buah-buahan dan diselingi
dengan voor. Makanan tambahannya bisa berupa jangkrik 5 ekor pagi 5 ekor sore, dan kroto
(tidak wajib). Porsi EF tersebut tidaklah sebanyak yang kita butuhkan manakala memelihara
jenis burung yang lainnya. Bisa dikatakan, memelihara Cucak Rawa sesimple memelihara
trucukan atau kutilang hanya karena faktor mahalnya harga bakalan burung ini, maka kita tidak
mau bereksperimen. Andaikata mau bereksperimenpun dengan cara yang sangat hati-hati.
Kalau diistilahkan, membeli burung Cucak Rawa seperti membeli motor 4 tak. Harga di awal
saja yang tinggi, setelah itu dalam kesehariannya irit bensin, tanpa perlu membeli olie samping
sebagai pelengkap EF hariannya seperti halnya bilamana kita membeli motor 2 tak.

Termasuk suatu hal yang kurang tepat pula bila menyebut bahwa Cucak Rawa adalah burung
termahal. Sebab tidak sedikit pula burung jenis yang lainnya yang bandrolnya memasuki 7 digit,
bahkan bisa 8 digit bilamana berprestasi.
Sedikit kesimpulan yang bisa kita tarik adalah
CUCAK RAWA harga awalnya saja yang tinggi, namun untuk perawatannya bisa dibilang
murah meriah.
Suara

Dari suaranya, burung Cucak Rawa dapat dibedakan jenis kelaminnya, walaupun untuk itu perlu
dibutuhkan waktu yang relatif lama.

Jantan
Lebih sering menyampaikan nada panggil tinggi, keras dan melengking. Banyak variasi nada
dan irama yang sering diperdengarkan. Bila berkicau bersama atau berpasangan akan memimpin
irama lagunya. Secara garis besar suaranya *Klang Kling Klung* saja

Betina
Suara terdengar besar dan dalam, seakan akan memberi jawaban kicauan burung jantan. Variasi
suara lebih monoton dan seolah olah hanya mengikuti saja. Perbandingan ini akan nampak jelas
lagi bila dua burung, jantan dan betina, sedang berkicau bersahut-sahutan saling didekatkan.
Namun ada juga burung betina yang dapat bersuara doble atau ropel, sehingga dalam ini sulit
untuk memilih atau menentukan antara jantan dan betina. Secara garis besar suaranya *Klang
Kling Klung* diakhiri dengan *Kliuk*

Tingkatan Kualitas Suara Cucak Rawa.


Perlu diingat, tolok ukur tiap penggemar Cucak Rawa dalam memandang kualitas sangatlah
berbeda. Bahkan para juri kontes cucakrawa pun memiliki pandangan yang berbeda pula dalam
mengukur kualitas suara Cucak Rawa

Bila kita jeli, tiap Cucak Rawa menyenandungkan kicauan yang berbeda. Baik dari segi tempo,
irama dll. Para juri kontes punya andil yang besar dalam menentukan kualitas suara Cucak Rawa
yang kemudian menyebar melalui para penggemar dari mulut ke mulut untuk kemudian pula
akhirnya menjadi style atau trend suara Cucak Rawa.
Berikut tingkatan suara Cucak Rawa :

a. Gedongan
Adalah kualitas yang menempati grade terendah. Disebut gedongan atau ngingklung (berasal
dari kata ngelingkung/lingkungan) karena sudah tidak seperti umumnya Cucak Rawa yang harus
memiliki suara alam/hutan/murni. Jadi terkesan seperti kicauan yang umum/sering kita jumpai.
Biasanya Cucak Rawa gedongan ini hanya sebagai pajangan saja (sebagai penanda status sosial)
sehingga perawatannya kurang baik dan kurang terperhatikan. sedangkan suaranya sudah sangat
terkontaminasi lingkungan sekitarnya. Mulai dari menirukan suara burung jenis lain, ataupun
suara-suara yang sering terdengar di lingkungannya. Kicauannya lambat dan kurang jernih serta
jarang terdengar kicauannya. Biasanya burung gedongan ini adalah burung betina yang kurang
terperhatikan rawatannya.

b. Engkel
Disebut juga ngengkel, secara kualitas lebih baik dari gedongan karena masih tetap memiliki
suara khas Cucak Rawa, namun suaranya kurang tebal, mengambang atau kurang memiliki
tekanan suara dalam, lambat temponya. Peningkatan kualitas jenis suara ini hanya bisa sampai
tahap engkel panjang. Biasanya suara ini lebih banyak dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal
kalimantan yang salah perawatan.

c. Engkel panjang/engkel ngelagu


Sebenarnya kualitasnya sudah tergolong sukup baik. Cucak Rawa ini rajin berkicau, namun
seringkali hanya menonjolkan variasi-variasi panjangnya saja dan jarang berkicau dengan irama
yang cepat. Biasanya dimiliki oleh Cucak Rawa jantan asal medan, sumsel dan jambi yang salah
perawatan.

d. Semi Roppel/Semi Rovel


Kecepatan suaranya lebih sering terdengar, namun masih terdapat celah/selah atau jarak antar
variasinya masih ada lubang. Selah pada lubang tersebut ada kemungkinan terisi suara burung
Cucak Rawa yang lain. Sehingga mengesankan berpasangan.
Cucak Rawa asal sumsel, jambi dan aceh yang perawatannya baik dapat mencapai kualitas ini

e. double slah (dari asal kata celah) (istilah/trend baru)


Istilah ini kurang populer dan dapat dikatakan baru. Tingkatan suara ini tergolong baik,
speednya dibawakan lebih sering akan tetapi masih terdapat celah yang memungkinkan suara
Cucak Rawa lain mengikutinya.
Biasanya, suara ini dimiliki Cucakrawa jantan asal lampung, sumsel dan jambi. Juga banyak
dimiliki Cucak Rawa betina sal medan namun dlam tempo yang sedikit lambat.

f. Roppel/rovel/ngropel
Istilah roppel/rovel/ngropel istilah asalnya belum jelas, mungkin bisa diambil dari istilah rope/tali
atau roll yang berarti bergulung. Suara jenis ini memang bercirikan suara yang panjang dan
bergulung-gulung seakan tidak memiliki jarak, tidak ada celah/slah diantara tiap untaian
iramanya serta terdengar bervolume besar dan keras.

KEMAMPUAN BERKICAU
Kemampuan burung untuk berkicau tidaklah sama. Berdasarkan bentuk paruhnya dan
kokokrannya, kita dapat mengukur kualitas suaranya. Namun hal ini tidak mutlak bilamana tidak
disertai dengan perawatan yang baik.
Karena ada pula bakalan yang secara sisi ciri-ciri kurang baik, namun dengan adanya perawatan
yg baik dapat diandalkan kicauannya.

a. mengukur dari kokrookan


kokrokan adalah ciri khas Cucak Rawa. Setiap melompat, bergerak atau menghindari sesuatu,
dia akan menyuarakan kokrokan ini. kokrokan yang besar, keras dan rajin adalah ciri-ciri
bakalan yang baik.

b. bentuk paruh
paruh pada setiapkicauan dapat menjadi tolok ukur kerajinan dan ketajaman suaranya. Demikian
halnya pula dengan Cucak Rawa
1) paruh panjang, tidak terlalu tebal memiliki ketajaman suara yang baik dan rajin berkicau
2) paruh panjang dan agak tebal memiliki suara keras dan berat namun kurang lepas dan
terkesan tertahan
3) paruh pendek dan agak tebal biasanya kurang rajin berkicau tetapi suaranya tebal
4) paruh pendek tipis kurang rajin berkicau dan tipis suaranya
BAB II
PEMBAHASAN

I. Alat dan Bahan


Untuk dapat menghasilkan gelombang dan frekuensi dari audio (suara) burung, maka
diperlukan software, yaitu:
a. Matlab 2009 / Matlab 2010 / Matlab 2011
b. Colea
c. Format Factory
d. File audio (kicauan) burung yang digunakan untuk sampling
Untuk Matlab dan Colea adalah aplikasi utama yang digunakan. Sedangkan Format
Factory adalah software yang digunakan untuk proses convert file .mp3 ke file .wav. Itu
karena colea hanya mampu membuka file audio dengan format wav untuk proses sampling.

II. Proses Instalasi


Setelah alat dan bahan di atas terpenuhi, maka software-software diatas harus terinstall
dengan baik di laptop / komputer yang akan digunakan. Berikut adalah tata cara penginstallan
software di atas.
a. Matlab 2009 / Matlab 2010 / Matlab 2011
 Buka folder tempat file instalasi Matlab dan buka file “setup.exe”.
 Setelah itu akan muncul gambar seperti dibawah.

Pilih “Install without using the internet” dan tekan “Next”.


 Kemudian akan muncul gambar sebagai berikut:
Centang pilihan “I have the File Installation Key for My License” dan masukkan Serial
Number seperti di gambar atau dapat ditemukan di dalam folder “crack  install.txt”.
Tekan “Next”.
 Pilih mode “Typical” dan tekan “Next”.

 Pilih tempat anda akan menaruh file instalasi Matlab.


 Kemudian tekan “Next” sampai proses “Install”.
 Instalasi software ini memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 20-30 menit.
 Setelah instalasi selesei akan muncul window baru seperti dibawah. Tekan “Next”.
 Centang “Activate Matlab” dan tekan “Next”.
 Pilih “Activate manually without using the Internet”

 Pilih “Provide the path to the license files” dan tekan “Browse”.
 Pilih folder instalasi Matlab  pilih folder crack  pilih lic_standalone.dat.
 Maka activation complete dan proses instalasi selesei. Klik Finish.

b. Colea
Colea adalah file program dengan ekstensi .M. Program ini dibuat menggunakan Matlab
dan hanya bisa dibuka dengan Matlab. Inilah program yang mengubah audio menjadi
gelombang frekuensi.
c. File Audio (Kicauan) Burung
File audio (kicauan) burung untuk sampling dengan format .wav atau bisa juga dengan
format audio yang lain dan diubah dulu ke .wav dengan software Format Factory.
d. Format Factory
Menginstall Format Factory sangat mudah. Hanya dengan membuka file instalasi Format
Factory dan tekan “Next” sampai proses instalasi selesai.
Kemudian jika file audio burung untuk sampling belum ber-ekstensi .wav , maka harus
dirubah dulu. Berikut adalah cara convertnya:
 Buka software Format Factory.
 Klik panel “Pilihan” dan tentukan folder keluaran dari proses convert.
 Kemudian klik panel “Suara” dan pilih “WAV”.
 Kemudian muncul window baru dan tekan tombol “+Tambahkan File” dan pilihlah file
audio yang ingin di-convert. Kemudian klik “OK”.
 Klik panel “Mulai” dan tunggu hingga status konversi “Selesai”
 Maka file audio sudah ter-convert ke dalam ekstensi .wav.
III. Langkah-Langkah
1. Buka software Matlab hingga jendela Matlab terbuka seperti pada gambar berikut.

2. Kemudian klik File  Open  tujukan ke folder tempat Colea disimpan dan pilih file
“COLEA.M”.
3. Akan muncul window baru seperti berikut.

Kemudian tekan tombol “F5” pada keyboard, maka akan muncul perintah untuk membuka
file audio (kicauan) burung yang berekstensi .wav.

4. Dan akan terbuka window baru yang berisi gambar frekuensi dari gelombang audio
kicauan burung yang dipilih diatas.
5. Kemudian arahkan mouse pada gambar frekuensi gelombang tersebut dan klik pada waktu
tertentu, maka akan muncul garis merah dan hijau pada frekuensi gelombang yang di klik
dan muncul window baru yang memperlihatkan frekuensi gelombang yang lebih
mendetail di waktu tersebut.

6. Untuk zoom in, arahkan mouse pada frekuensi gelombang pertama dan klik di sembarang
waktu, dan klik tombol zoom in.
SAMPLING
Disini kita menggunakan sample dengan 4 suara burung yang berbeda, dimana frekuensi dari
suara burung tersebut sudah pasti berbeda-beda juga. Berikut adalah gelombang frekuensi yang
didapatkan dari suara burung melalui program colea.
Kriteria suara burung yang baik adalah suaranya yang tinggi dan nafasnya yang panjang, dan
suaranya yang bagus/indah.
Dari data sample diatas, bahwa semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi pula suara burung
tersebut. Dan semakin sering gelombang tanpa putus yang terlihat dalam jangka waktu yang
panjang maka nafas burung itu panjang.

Dengan data diatas diambillah standart baku untuk pengaplikasian pada program yang akan
dibuat.

Standart yang digunakan adalah:

Gambar pengolahan pada frekuensi tertentu (130=sangat bagus) (120=bagus) (110=sedang)


(100=biasa) (90=kurang).
Ini terlihat dari tinggi nya gelombang frekuensi pada waktu tertentu.
Dari keseluruhannya dalam pengujian gelombang dibutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga
dalam pembedaan gelombangnya bisa teridentifiukasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai