Anda di halaman 1dari 10

Hadapilah Musibah Dengan Munajah

MENGHADAPI MUSIBAH
DENGAN KEKUATAN
MUNAJAH KEPADA ALLAH
OLEH : H. MAS’OED ABIDIN
Ingatlah Bila Musibah Itu Datang 

‫قُلْ لَنْ ُيصِيبَنَا إالَّ مَا َكتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوالَنَا‬
َ‫وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُون‬
“  Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami…”
(Q.S. At Taubah: 51)

Musibah merupakan ujian yang datang dari Allah.


Pada hakikatnya setiap manusia tidak menginginkan
kedatangannya, baik ujian kehilangan harta benda,
kecelakaan, maupun kematian, baik ujian itu besar
maupun kecil. Ujian itu tetap datang kepada setiap
manusia, kapan saja dan di mana saja.

Walaupun manusia lari dari musibah itu, ia akan


tetap datang menghampiri dengan izin Allah jua.

1 H. Mas’oed Abidin
Koreksi diri sebelum bermunajah kepada
Allah

Setiap musibah, bila ditinjau dari “iman”


merupakan takdir atau ketentuan Allah. Segala
sesuatu yang terjadi, semata atas izin dan ketentuan
Allah. Tanpa izin dan ketentuan-Nya tidak mungkin
musibah itu dapat terjadi.

Seorang Mukmin selalu menerima semua ketentuan


Allah dengan prasangka  baik. Mukmin menatap ujian
dengan senyum. Mereka yakin  akan mendapatkan dua
keuntungan dari ujian itu. Pertama, diangkat dan
dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya. Kedua,
di tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla
ُ‫ أَنَّه‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ِم‬
َ ِ‫ ع َْن َرسُوْ ِل هللا‬،‫ك‬ ِ ‫ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬
‫ إِ َذا‬،َ‫ إِ َّن هللا‬.‫ ِعظَ ُم ْال َج َزا ِء َم َع ِعظَ ِم البَالَ ِء‬: ‫قَ َال‬
‫ َو‬.‫ضا‬ َ ِّ‫ فَلَهُ الر‬،‫ض َى‬ ِ ‫ فَ َم ْن َر‬.‫أَ َحبَّ قَ ْو ًما ا ْبتَالَهُ ْم‬
‫ باب ماجاء في‬،‫ كتاب الزهد‬،‫ُّخطُ) سنن الترمذي‬ ْ ‫َم ْن َس ِخطَ فَلَهُ الس‬
( ‫ باب الصبر على البالء‬،‫ كتاب الفتن‬،‫ سنن ابن ماجه‬،)2320( ‫الصبر على البالء‬
)4011
“Besarnya suatu balasan amal tergantung pada
besarnya cobaan yang diterima. Sesungguhnya Allah,
jika menyintai suatu kaum, maka IA timpakan bala’
pada mereka. Siapa yang ridha, baginya keridhaan
Allah. Siapa yang gundah gulana, akan tersiksa karena
kegundahannya (baginya kemurkaan Allah).” (HR.

2 H. Mas’oed Abidin
Hadapilah Musibah Dengan Munajah

Turmudzi, [2320], Ibnu Majah [4021] dari Anas bin


Malik R.’Anhu)

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita.


Jangan  sampai  kita celaka  di dunia dan teraniaya di
akhirat akibat prasangka buruk kepada Allah.
Na'udzu billah, tsumma na'udzu billah.
Musibah dapat ditimpakan oleh Allah, karena
kurangnya bersilaturrahmi. Silaturrahmi adalah
amal yang diwajibkan dalam Islam. Silaturrahmi akan
menumbuhkan kasih sayang yang mendalam di antara
ummat. Dengannya persaudaraan dan persatuan dapat
dibina. Kedengkian dan kebencian dapat diobati.
Segala macam bencana dapat dihindari dan diatasi.
Rasulullah SAW bersabda,

‫سنُ الِجَوا ِر‬


ْ ُ‫صِلَةُ الرَّحِمِ وَ حُسْنُ الخُلُقِ وَ ح‬
ِ‫يُعَمِّرْنَ الدِّيَارَ وَ يُزِدْنَ فِى األَعْمَار‬
“Silaturrahmi, berakhlak mulia serta bertetangga
dengan baik akan membangun dunia dan memperpanjang
usia”.(HR.Ahmad dari ‘Aisyah RA)
Rasulullah SAW bersabda ;
ُ‫الَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ الَ يَأْمَنُ جَارَهُ بِوَائِقَه‬

3 H. Mas’oed Abidin
Koreksi diri sebelum bermunajah kepada
Allah

“Tidak dapat masuk sorga orang yang tetangganya


tidak merasa aman dari gangguannya”. (H.R. Muslim).

Memang berat tanggung jawab para pemimpin.


Di sini pula letak kemuliaan dan tanggung jawab
umarak. Melindungi orang lemah. Memperbaiki
silaturahim. Menanam tekad memancangkan keadilan
di tengah kehidupan dengan saling menghormati.
‫ يَأوِى إِلَيْهِ الضَّعِيْفِ َو‬،ِ‫السُّلْطَانُ ظِلُّ اهللِ فِى األرْض‬
‫بِهِ يَنْتَصِرُ المَظْلُوْمُ وَ مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اهلل فِى الدُّنْيَا‬
{‫ }رواه ابن النجار عن أبي هريرة‬.ِ‫أَكْرَمَهُ اهللُ يَوْمَ القِيَامَة‬
“Penguasa (pemerintahan) yang dilindungi oleh Allah di
bumi, karena berlindung kepadanya orang lemah, dan
karena orang teraniaya mendapatkan pertolongan
(dengan adil). Barang siapa di dunia memuliakan
penguasa yang menjalankan perintah Allah, niscaya
orang itu di hari kiamat dimuliakan pula oleh Allah”
(Diriwayatkan oleh ibnu Najar dari Abu Hurairah).
Musibah dapat datang karena manusia yang
mengundangnya dengan melakukan perangai buruk.
a. Manusia akan ditimpa musibah karena
melupakan Allah dan lalai atas segala
perintah-perintah-Nya. Melupakan Allah dan

4 H. Mas’oed Abidin
Hadapilah Musibah Dengan Munajah

bertindak sewenang melampaui batas, cepat


maupun lambat suatu saat musibah datang
kepadanya. Allah SWT berfirman, « Dan jika
Kami hendak binasakan suatu negeri, maka
Kami perintahkan kepada orang-orang yang
hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati
Allah).. Tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya
berlaku atas mereka perkataan (ketentuan)
Kami. Kemudian Kami lumat negeri itu
sehancur-hancurnya  » (Q.S. Al Israk ayat 16)
b. Musibah dapat datang karena manusia berbuat
kerusakan, seperti penebangan liar hutan dan
lain-lain. Yang pada akhirnya akan berdampak
negatif bagi manusia, seperti banjur, tanah lonsor
dan lain sebagainya.
c. Musibah adalah teguran Allah, menyadarkan
manusia akan kelalaiannya. Karenanya, hindari
semua musibah dengan mendekatkan diri dan taat
kepada Allah SWT.
Yang akan terjadi tetap menjadi rahasia Allah.
Allah SWT tidak memberi tahu tentang bila kiamat
tiba, kapan tetes pertama hujan turun, tentang
5 H. Mas’oed Abidin
Koreksi diri sebelum bermunajah kepada
Allah

kandungan ibu dan kelahiran, tentang yang akan


terjadi sebentar lagi, tidak juga di mana tempatnya
seorang akan mati. “Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat
(saat), dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan Dia-
lah mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS.31:Luqman:34). Manusia juga tidak
tahu tentang rahasia roh dalam hidupnya, “ dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS.17,
Isra’:85).
Maka salah satu kekuatan manusia adalah doa.

،‫ال‬َ َ‫ض َى هللا َع ْنهُ أَنَّهُ ق‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ِ‫َع ْن َعلِ ِّى بن أَبِي طَال‬
‫ ال ُّد َعا ُء ِسالَ ُح ال ُم ْؤ ِم ِن َو‬:‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
ِ ْ‫ت َو ْاألَر‬
‫ض‬ ِ ‫اوا‬َ ‫ِع َما ُد ال ِّدي ِْن َو نُ ْو َر ال َّس َم‬
"Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda  : Doa adalah senjata orang mukmin,

6 H. Mas’oed Abidin
Hadapilah Musibah Dengan Munajah

tiang agama dan cahaya langit dan bumi." (HR. Al


Hakim)

Doa adalah permohonan seorang hamba kepada


Tuhannya. Doa menampakkan kerendahan diri dalam
keadaan tidak berdaya dan kemudian mengatakan
hajat, keperluan, ketundukan kepada Allah SWT. Doa
adalah sarana penting bagi manusia sebagai makhluk
yang selalu butuh akan kekuatan yang Maha Tinggi.
Doa juga merupakan pengakuan akan kelemahan
manusia sebagaimakhluk di hadapan Khaliqnya.

Dengan doa segalanya menjadi tercurahkan


sehingga terjalinlah hubungan langsung antara Allah
dengan hamba-Nya. Doa adalah sebuah pengakuan
dari seseorang akan kelemahannya. Enggan berdoa,
berarti sombong dan melampaui batas lantaran
melihat dirinya serba berkecukupan. Allah SWT
berfirman: « Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-
benar melampaui batas karena dia melihat dirinya
serba cukup.  » (Q.S Al ‘Alaq: 6-7)

Di saat berdoa, lahir satu keyakinan kuat, bahwa


Allah SWT Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan
Maha Kuasa atas segalanya. Dengan keyakinannya itu,

7 H. Mas’oed Abidin
Koreksi diri sebelum bermunajah kepada
Allah

timbul suatu dorongan untuk meningkatkan amal


ibadah dan amal shalehnya. Inilah semestinya yang
menjadi tujuan utama dari sebuah doa. Nilai yang
lebih hakiki dari doa adalah perubahan pada diri
menjadi lebih baik dan lebih shaleh..

Terkabulnya sebuah doa ada syarat menyertai.


Semestinya didahului dengan penyucian diri
(tashfiyatul qalbi wa tazkiyatun nafsiy) sehingga
diri terjauh dari murka Allah dan dekat dengan ridha
Nya.

Abu Ishaq1 pernah ditanya seseorang dari Basrah.


Mereka bertanya, « Mengapa doa kami tidak
dikabulkan, padahal Allah telah berfirman:
”Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan
bagimu.” Ibrahim bin Adham menjawab: “Karena hati
kalian telah mati.” Ditanyakan ; « Apa penyebab
hati itu bisa mati », Ibrahim bin Adham menjawab,
Ada delapan hal penyebab matinya hati itu …. ;
1. Kalian mengetahui hak Allah, tetapi tidak
melaksanakan hak-Nya,
2. Kalian membaca Al Qur’an tetapi tidak
mengamalkan hukum-hukum-Nya,
1
Ibrahim bim Adham bin Manshur (161 H/778 M) seorang sufi
terkemuka kelahiran Balkh, Khurasan
8 H. Mas’oed Abidin
Hadapilah Musibah Dengan Munajah

3. Kalian mengatakan cinta Rasulullah SAW, tetapi


kalian tidak mengamalkan Sunnahnya,
4. Kalian mengatakan takut mati, tetapi kalian tidak
mempersiapkan diri untuk menghadapinya,
5. Allah berfirman: “Sesungguhnya syetan itu adalah
musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu.” (Q.S.
Fathir: 6), tetapi kalian mendukungnya dalam
maksiat,
6. Kalian mengatakan takut api neraka, tetapi kalian
menyampakkan jasad kalian ke dalamnya,
7. Kalian mengatakan cinta surga, tetapi kalian tidak
berusaha untuk mendapatkannya, dan
8. Apabila kalian berdiri di hamparan kalian, maka
kalian melemparkan aib-aib kalian di belakang
punggung kalian, dan kalian gelar aib-aib orang lain
di hadapan kalian, lalu dengan demikian kalian
membuat Tuhan kalian murka,
Maka bagaimana mungkin Allah mengabulkan doa
kalian?”

Sebelum bermunajat menuturkan doa ke hadirat


Ilahi, alangkah bijaksananya memeriksa lebih dahulu
perilaku diri, sehingga murka Allah dapat dihindari,
agar doa terkabul dan amal pun diridhai ….

َ ْ‫اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ المُسْلِمِي‬


‫ن‬
‫ رَبَّنَا‬.ِ‫ اَألَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْألَمْوَات‬،ِ‫وَ اْلمُسْلِمَات‬
َ‫ـَِإلِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْإلِيْــمَانِ وَال‬ َ‫اغْفِرْلَنَا ِو‬
َ‫تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِالًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّك‬
‫ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا‬.ٌ‫رَءُوْفٌ َرحِيْم‬
9 H. Mas’oed Abidin
Koreksi diri sebelum bermunajah kepada
Allah

ِّ‫يَصِفُوْنَ وَ سَالَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ هللِ رَب‬


.َ‫العَالَمِيْن‬

10 H. Mas’oed Abidin

Anda mungkin juga menyukai