Anda di halaman 1dari 2

Agen perubahan atau agen yang diubah?

Menyandang titel mahasiswa menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi pelajarpelajar yang mengaku berpendidikan. Segenap tekad kesuksesan dan masa depan
gemilang menjadi tujuan utama para mahasiswa terutama mahasiswa baru. Untuk menjaga
idealismenya maka mereka mempelajari 3 fungsi mahasiswa yaitu agent of change (generasi
perubahan), iron stock (generasi penerus), dan agent of sosial control (penyampai
ebenaran). Dilihat dari fungsi tersebut, menjadi suatu keniscayaan dalam diri mahasiswa
bisa mengontrol situasi sosial di sekeliling mereka, mempelajari fenomena sosial, dan
memberi solusi atas permasalahan yang timbul dalam generasi sosial. Generasi perubahan
seharusnya mampu menyuarakan perubahan-perubahan yang diperlukan.
Namun kondisi sekarang sepertinya mengalami pergeseran dari paradigma diatas.
Mahasiswa sekarang dimanjakan bahkan dihipnotis oleh berbagai macam hal yang berusaha
merusak paradigma kemahasiswaannya seperti budaya K-Pop, gadget, dan budaya
hedonisme. Akibatnya ruang-ruang diskusi mulai redup, kekritisan lambat laun terkikis habis
seolah-olah bersifat volatil, dan menganggap mahasiswa yang suka berdiskusi adalah
mahasiswa yang terlalu serius. Anggapan seperti itu membuat mahasiswa apatis dan bukan
lagi generasi perubahan tetapi menjadi generasi yang terseret perubahan-perubahan itu.
Ada keengganan untuk berorganisasi merupakan cerita tersendiri bagi mahasiswa sekarang.
Polemik yang terjadi pada mahasiswa sekarang diakibatkan oleh konsep diri yang
kurang baik. Sejatinya setiap mahasiswa yang memiliki konsep diri yang baik akan menjadi
mahasiswa yang ideal seperti gas ideal yang memiliki temperatur yang tinggi, tekanan
sangat rendah, dan memiliki energi kinetik yang sangat besar dibandingkan gaya
intermolekulnya. Mahasiswa yang ideal harus memiliki temperatur pemikiran yang sangat
tinggi supaya bisa meberi solusi yang cepat dan tepat terhadap permasalahan yang timbul
dalam dimensi sosial, memiliki tekanan emosional yang sangat rendah supaya dapat
mngontrol diri menghadapi tekanan dari permasalahan yang tejadi di lingkungan, serta
mampu bertindak cepat dalam menghadapi segala situasi.
Mahasiswa ideal yaitu mahasiswa yang memiliki sinergitas akademik, spiritual, dan
organisasi. Akademik dibutuhkan untuk mencapai prestasi, untuk menguasai sejumlah
keterampilan suatu bidang ilmu. Pengalaman organisasi memberikan bekal soft skill seperti

menejemen waktu, kemampuan logis-sistematis, kemampuan komunikasi, dll. Sedangkan


religius merupakan pondasi dari keduanya dalam menjalani hidup. Nilai-nilai keagamaan
dapat menuntun mahasiswa menjadi mahasiswa yang cerdas dan berbudi pekerti.
Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk menjadi mahasiswa ideal sehingga harus
ada kerja keras dan usaha yang kuat dari setiap individunya, dari lingkungan, serta dari
pemerintah yang mengemban tugas memimpin negeri ini.Setiap mahasiswa harus berubah
menjadi mahasiswa yang sebenar-benarnya, karena hanya mahasiswalah yang dapat
menyelamatkan nasib bangsa Indonesia kedepannya.
Salam perubahan !!!

Anda mungkin juga menyukai