Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

DVI adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana
yang dapat di pertanggungjawabkan secara sah oleh hukum dan ilmiah serta mengacu
pada INTERPOL DVI GUIDELINE. DVI diperlukan untuk menegakkan Hak Asasi
Manusia, sebagai bagian dari proses penyidikan dan penunjang kepentingan hukum
(asuransi, warisan, status perkawinan) serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
prosesnya DVI mempunyai 5 fase, dimana masing masing fase memiliki keterkaitan
satu dengan lainnya. Berdasarkan penyebabnya bencana massal dibedakan menjadi 2
tipe. Pertama, Natural Disaster, seperti Tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor
dan sejenisnya. Sedangkan yang kedua, dikenal sebagai Man Made Disaster yang dapat
berupa kelalaian manusia itu sendiri seperti: kecelakaan udara, laut, darat, kebakaran
hutan dan sejenisnya serta akibat ulah manusia yang telah direncanakannya seperti pada
kasus terorisme.
Berdasarkan DVI pada referat ini mengangkat kasus tentang letusan Gunung
Merapi. Letusan Gunung Merapi (2015) di Kerinci Provinsi Jambi menewaskan 165
orang. Pada bencana tersebut merupakan bencana terbuka berupa Natural Disaster dan
Man Made Disaster dimana lebih sulit dalam proses identifikasi korban dibandingkan
bencana tertutup karena tidak terdapat data sebelumnya, sehingga DVI sangat penting
dilakukan dalam kasus tersebut.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi dari tubuh
yang tak dikenal, baik hidup ataupun mati, dapat dilakukan bagi kepentingan
penyidikan perkara pidana dan bagi tugas kepolisian yang lain, misalnya pada
peristiwa bencana alam, kecelakaan yang mengakibatkan korban massal (mass
disaster) atau pada peristiwa ditemukannya seseorang dengan demensia atau
kelainan jiwa yang sulit diajak berkomunikasi.
Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data antemortem dan post-mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik.
Tujuan penerapan DVI adalah dalam rangka mencapai identifikasi yang dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum, sempurna dan paripurna dengan semaksimal


mungkin sebagai wujud dari kebutuhan dasar hak asasi manusia, dimana seorang
mayat pempunyai hak untuk dikenali.
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada kasus letusan gunung merapi dari
pemeriksaan luar dan dalam pada jenazah tersebut, maka kami simpulkan bahwa sebab
kematian adalah akibat luka bakar derajat berat akibat letusan gunung merapi

Anda mungkin juga menyukai