Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang
menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan
serta penyelesaian masalah hukum ini ditingkat lebih lanjut sampai akhirnya
pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli dibidang
terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara
tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut.
Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup, maupun yang meninggal
akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran
untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus
tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses peradilan ini
akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimiliknya yang terhimpun
dalam khazanah Ilmu kedokteran Forensik.1
Ilmu Kedokteran Forensik juga dikenal dengan nama legal medicine,
adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta
keadilan. Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, dokter
diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban,
bilamana kelainan tersebut timbul, apa penyebabnya serta apa akibat yang
ditimbulkan terhadap kesehatan korban. Dalam hal korban meninggal,
dokter

diharapkan

dapat

menjelaskan

penyebab

kematian

yang

bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian tersebut, serta


membantu dalam perkiraan saat kematian dan perkiraan cara kematian.1
Untuk kesemuanya itu, dalam bidang Ilmu Kedokteran Forensik
dipelajari tatalaksana mediko-legal, tanatologi, traumatologi, toksikologi,
teknik pemeriksaan, dan segala sesuatu yang terkait.1 Dari kesemuanya itu,
tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling penting dalam ilmu

kedokteran forensik terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et


repertum).2

Tanatologi berasal dari kata thanatos berarti kematian dan logos


berarti ilmu, jadi tanatologi adalah ilmu tentang kematian.3 Tanatologi
merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda kematian dan perubahan
yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang mempengaruhinya.
Dalam tanatologi disebutkan bahwa terdapat dua jenis perubahan yang
terjadi setelah seseorang mati yakni perubahan capat (early) dan perubahan
lambat (late). Perubahan secara cepat antara lain henti jantung, henti nafas,
perubahan pada mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan yang terjadi
selanjutnya antara lain kaku mayat, pembusukan, penyabunan dan
mummifikasi. Perubahan-perubahan tersebut selanjutnya dapat digunakan
untuk menentukan sebab, waktu, dan cara kematian.2

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan referat ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tanatologi?
2. Apa saja manfaat tanatologi?
3. Apa saja jenis kematian?
4. Apa saja tanda tidak pasti kematian?
5. Apa saja tanda pasti kematian?
6. Bagaimana memperkirakan saat kematian?

1.3

Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan referat ini adalah untuk menjelaskan tentang
tanatologi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir Stase Forensik dan
Medikolegal di RSUD Raden Mattaher Jambi.

2. Menjelaskan pengertian tanatologi, manfaat tanatologi, jenis-jenis


kematian, tanda

kematian tidak pasti, tanda pasti kematian dan

perkiraan saat kematian.

1.4

Manfaat Penulisan
Penulisan referat ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi dokter muda yang sedang dalam proses pendidikan di Stase
Forensik Dan Medikolegal RSUD Raden Mattaher mengenai tanatologi
sebagai salah satu ilmu dasar dalam Ilmu Kedokteran Forensik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi dan Manfaat Tanatologi


Tanatologi berasal dari kata thanatos berarti kematian dan logy berarti

ilmu. Tanatologi adalah ilmu tentang kematian. Ini meliputi pembahasan


mengenai pengertian mati, tanda-tanda kematian, perubahan post-mortem serta
faktor yang mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan
paling penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal
pemeriksaan jenazah.2,3
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk2,4:
a.

Menentukan secara pasti kematian korban


Dengan memperhatikan tanda-tanda kehidupan berupa:
1. Pergerakan pernafasan yang dilihat diarea epigastrium
2. Terabanya denyut nadi
3. Reflek, misalnya reflek pupil
Dengan memperhatikan tanda-tanda kematian yang penting yakni:
1. Terhentinya denyut jantung dan pergerakan nafas
2. Kulit terlihat pucat
3. Melemasnya otot-otot tubuh
4. Terhentinya aktifitas otak (EEG mendatar selama 5 menit)2,4

b.

Memperkirakan waktu kematian korban


Saat kematian hanya dapat diperkirakan karena belum ada metode
pasti yang memungkinkan penentuan waktu kematian secara pasti.
Untuk memperkirakan

saat

kematian

diperlukan pengamatan,

pencatatan, dan penafsiran yang baik dari perubahan lanjut pada


mayat yakni :
1. Penurunan suhu tubuh mayat
2. Terjadinya lebam mayat
3. Terjadinya kaku mayat

4. Terjadinya pembusukan
5. Terjadinya adipocere atau mummifikasi2,4
c.

Menentukan sebab kematian


Untuk menetukan sebab kematian secara pasti, mutlak harus
dilakukan

pembedahan

mayat

(autopsy)

dengan

atau

tanpa

pemeriksaan tambahan. Sebab kematian ditekankan pada alat atau


sarana yang dipakai untuk mematikan korban. Contoh sebab kematian
adalah karena tusukan benda tajam, karena tembakan senjata api,
karena pencekikan, karena tenggelam, dan lain-lain. Mekanisme
kematian menunjukan bagaimana korban itu mati setelah setelah
umpanya tertembak atau tengggelam, contohnya karena perdarahan,
hancurnya jaringan otak, atau karena refleks fagal4.
d.

Menentukan atau memperkirakan cara kematian


Cara kematian dapat diperkirakan dengan baik jika dokter selain
melakukan

pemeriksaan

jenazah

juga

diikutsertakan

dalam

pemeriksaan TKP atau jika para penyidik memberikan keterangan


yang jelas mengenai berbagai hal yang dilihat dan ditemukan pada
saat pemeriksaan TKP. Dalam Ilmu Kedokteran Forensik dikenal 3
cara kematian yakni:
1. Wajar (natural death)
Kematian korban oleh karena penyakit, bukan karena kekerasan
atau rudapaksa. Misalnya karena penyakit jantung.
2. Tidak wajar (un-natural death)
Dibagi lagi menjadi kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan
3. Tidak dapat ditentukan (un-determined)
Hal ini disebabkan karena keadaan mayat telah sedemikian
rusak atau busuk sekali sehingga luka ataupun penyakit tidak
dapat dilihat atau ditemkan lagi.4

2.2.

Jenis-jenis Kematian
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis

(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang
otak).1
1.

Mati somatis ( mati klinis)


Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan
yaitu: susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernafasan
yang bersifat menetap. Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,
EEG mendatar selama 5 menit, serta tidak berfungsinya jantung dan
paru-paru.1,2

2.

Mati suri ( Suspended animation, apparent death)


Adalah terhentinya ketiga sistem kehidupan yang ditentukan oleh alat
kedokteran sederhana, dengan alat kedokteran canggih masih bisa
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Pada keadaan
ini orang masih hidup, sirkulasi, respirasi, dan inerfasi masih bekerja
pada batas basal metbaolik. Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan tenggelam.1,3 Bila
tidak hati-hati menetapkan, dapat menimbulkan kehebohan. Oleh sebab
itu orang yang meninggal di rumah sakit baru dipindahkan ke kamar
jenazah setelah dua jam pernafasan dan denyut jantungnya berhenti.3

3.

Mati seluler ( mati molekular)


Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setalah kematian somatik. Daya tahan hidup masing-masing organ atau
jaringan berbeda-beda. Sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap
organ atau jaringan tidak bersamaan. Sebagai gambaran dapat
dikemukanan bahwa otak merupakan organ yang paling sensitif yaitu
sekitar 3-5 menit. Kulit masih dapat berkeringat sampai 8 jam lebih
pasca mati. Jaringan otot akan mengalami mati seluler setelah 4 jam
dan kornea masih dapat diambil dalam jangka waktu 6 jam setelah
seseorang dinyatakan mati somatis.1,2

4.

Mati serebral
Adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang
otak dan serebelum. Sedangkan

kedua sistem lainya yaitu sistem

pernafasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.1


5.

Mati otak (mati batang otak)


Adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intracranial
yang irevesibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak maka dapat dikatakan seseorang secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu
dapat dihentikan. 1,2

2.3.

Tanda Kematian Tidak Pasti


Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada

seseorang berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai
tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan
tanda kematian tidak pasti.1
Tanda-tanda tidak pasti mati :
1.

Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (Inspeksi,


palpasi, auskultasi )

2.

Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit nadi karena tidak teraba.

3.

Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya,


Karena mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak
kebiruan.

4.

Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah


menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat
orang menjadi tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran
daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong
pada mayat yang terlentang.

5.

Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah


kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak kearah retina dan
kemudian menetap.

6.

Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit


yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.1

2.4.

Tanda Kematian Pasti


Tanda-tanda kematian pasti meliputi kaku mayat, lebam mayat, penurunan

suhu mayat, pembusukan, lilin mayat, mumifikasi.

a.

Kaku mayat
Perubahan yang didapati pada mayat adalah terjadinya kekakuan pada

otot-otot tubuh. Ini disebut kaku mayat, rigor mortis atau cadaveric rigidity.3
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat
seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energy. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan myosin tetap lentu. Bila
cadangan glikogen dalam otot habis, maka energy tidak terbentuk lagi, aktin dan
myosin menggumpal dan otot menjadi kaku.2
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai
tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luat tubuh (otototot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku
mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi
lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan
yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi
jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat
kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.2

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas


fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi bentuk tubuh kurus dengan otot-otot
kecil dan suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk
menunjukan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian.2

Gambar 2.1 Kaku Mayat


Seorang laki-laki ditemukan meninggal
dalam posisi wajah menghadap lantai
(gambar kanan). Kaki mayat tetap
tertekuk meski posisi mayat telah
diubah8

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat:2


1.

Cadaveric Spasme (instantaneous rigor) adalah bentuk kekakuan otot


yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme
sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah
akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat
pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesat
sebelum meninggal. Cadaveric Spasme ini jarang dijumpai tetapi
sering terjadi didalam masa perang. Kepentingan medikolegalnya
adalah menunjukan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam,
tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.

2.

Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh
panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah

robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. Pada
heat

stiffening

serabut-serabut

ototnya

memendek

sehingga

menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap


petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara
kematian.
3.

Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin,


sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi,
pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi
ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.
Tabel 2.1 Perkiraan Saat Kematian Dari Keadaan Kaku Mayat5

Yang dinilai

Perkiraan kematian

Tubuh masil lemas

Kurang dari 2 jam

Tubuh kaku tidak

Sudah meninggal 2-12

sempurna, udah dilawan

jam

Tubuh kaku sempurna,

Sudah meninggal 12-

sukar dilawan

24 jam

Tubuh kaku tidak

Lebih dari 24 jam

Keterangan

Terdapat tanda

sempurna, mulai

pembusukan pada perut

rekalsasi kembali

kanan bawah berwarna


hijau dan berbau busuk

Cara pemeriksaan : dengan mengserkan persendian

b.

Lebam mayat (Livor mortis)


Terhentinya peredaran darah pada mayat akan menyebabkan darah

berkumpul mencari tempat yang lebih rendah, pengumpulan darah pada pada
tempat yang terendah tersebut akan menyebabkan kulit disekitar itu menjadi
berwarna merah keunguan (livide).4
10

Sesudah sirkulasi berhenti, maka cairan tubuh terutama darah akan


dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Darah akan bergerak ke bagian tubuh
terendah. Pada awalnya darah masih berkumpul dalam sistem pembuluh darah,
penekanan di daerah lebam mayat pada saat ini masih membuat warnanya akan
kemabali seperti semula, tetapi jika ketika darah telah masuk ke jaringan maka
lebam mayat akan menetap.3 Darah tetap cair karena adanya aktifitas fibrinolisin
dari endotel pembulu darah.
Lebam mayat mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian sebagai
bercak keunguan. Bercak ini akan semakin intens dan bergabung membentuk area
yang lebih luas, maksimal intensitasnya akan tercapai pada 8-12 jam post-mortal;
dengan demikian, penekanan pada daerah lebam setelah 8 jam tidak akan
menyebabkan hilangnya lebam mayat.4
Pembentukan livor mortis akan berlangsung lambat jika terjadi anemia,
kehilangan darah akut, dan lain-lain. Besarnya lebam mayat tergantung pada
jumlah dan keenceran darah serta posisi mayat setelah kematian.
Warna lebam mayat biasanya merah keunguan, warna ini tergantung pada
tingkat oksigenasi.
Tabel 2.2 Livor Mortis Pada Keadaan Tertentu3
Warna

Keadaan

Merah bata

Keracunan

(cherry red)

karbonmonoksida atau

Mekanisme

hydrocyanic acid
Coklat kebiruan

Keracunan kalium

atau coklat

chlorate, potasium

kehitaman

bikarbonat, nitrobenzen

Coklat tua

Keracunan fosfor

Bercak pink muda

Tenggelam atau

Lebam pada daerah didekat suhu yang

didinginkan

rendah karenan adanya retensi dari


oxyhemoglobin pada jaringan

Merah terang

Keracunan sianida

Karena kadar oksihemoglobin tinggi

11

Hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana membedakan lebam mayat


dari keadaan memar. Saat pembusukan telah berlangsung, lebam akan menjadi
gelap, berubah menjadi coklat kemudian hijau sebelum hilang seiring hancurnya
sel darah.

G
a
m
b
a
r
2.2. Lebam mayat (kiri) dan Luka Memar (kanan)8
Tabel 2.3. Perbedaan Antara Lebam Mayat Dengan Luka Memar3
Lebam mayat

Luka Memar

Lokasi

Bagian tubuh terbawah

Dimana saja

Permukaan

Tidak menimbul

Bisa menimbul

Warna

Kebiru-biruan atau merah

Diawali dengan merah yang lama

keunguan, warna spesifik pada

kelamaan berubah seiring waktu

kematian karena kasus


keracunan
Penyebab

Distensi kapiler-vena

Ekstravasasi darah dari kapiler

Efek

Bila ditekan memucat

Tidak ada efek penekanan

Akan terlihat darah yang

Terlihat pendarahan pada jaringan

terjebak dalam pembuluh

dengan adanya koagulasi atau darah

darah, tetesan akan perlahan-

cair yang bersal dari ruptur vaskular

penekanan
Bila dipotong

lahan
Mikroskopis

Tidak ada tanda peradangan

Ada tanda peradangan

12

Enzimatik

Tidak ada perubahan

Perubahan level enzim pada daerah


yang terlibat

Kepentingan

Memperkirakan waktu

Memperkirakan cedera dan senjata

medikolegal

kematian dan posisi saat mati

yang digunakan

c.

Penurunan Suhu Tubuh


Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu

benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan
konfeksi.1
Suhu tubuh ternyata turun tidak sama rata setiap jamnya. Penurunan suhu
bagian luar tubuh tidak sama dengan bagian dalam tubuh karena dipengaruhi oleh
suhu udara luar. Ternyata suhu bagian dalam tubuh tetap bertahan sama untuk 2
sampai 3 jam, sesudah tahap ini suhu turun secara bertahap sampai mendekati
suhu sekitarnya, oleh karena itu kita mendapati penurunan temperature dalam
berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S.3
Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :1,2,3
1. Suhu tubuh sekitar
Suhu mayat akan turun lebih cepat bila perbedaan suhu tubuh dan suhu
sekitarnya besar.
2. Umur
Anak-anak dan orang tua suhu lebih cepat turun dibandingkan dengan
orang dewasa dan remaja.
3. Kelamin
Penurunan suhu tubuh lebih lama pada perempuan karena umunya
mengandung lemak lebih banyak.
4. Gizi
Orang kurus lebih cepat turun dibandingkan dengan orang gemuk.
5. Penutup tubuh
Tubuh yang terbungkus lebih lambat menurun suhunya.

13

6. Ruangan
Mayat dalam ruangan tertutup akan lebih lambat turun suhunya
dibandungkan mayat yang terletak di ruang terbuka
7. Penyakit
Suhu mayat yang mati karena penykit kronis akan lebih cepat menurun
suhunya, tetapi diperlambat pada kematian dengan demam akut.

Untuk korban yang berada dalam media air atau dalam tanah, perlu
diperhitungkan bahwa penurunan suhu akan berbeda dengan penurunan di udara
terbuka. Penurunan paling cepat dalam media air (tenggelam) dan terlama dalam
media tanah (di kubur).3
Pada penelitian di Negara barat yang dilakukan oleh marshall dan hoare
(1962) terhadap mayat telanjang dengan suhu lingkungan 15,5C, yaitu penurunan
suhu dengan kecepatan 0,55C tiap jam pada 3 jam pertama paska mati, 1,1C tiap
jam pada 6 jam berikutnya, dan kira-kira 0,8C tiap jam pada periode selanjutnya.
Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila berpaikan. Hal ini
mungkin akan berbeda jika di Indonesia dikarnakan dipengaruhi oleh faktor suhu
lingkungan.1
Penentuan lam kematian dapat ditentukan melalui rumus yaitu: 1,3,6
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (37C) suhu rektal (saat diperiksa) + 3

d.

Pembusukan (decomposition, pufrefraction)


Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis

dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi
dalam keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digesti oleh enzim yang
dilepaskan sel pasca mati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.1
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh
segera masuk jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut
untuk bertumbuh. Sebagian berasal dari usus dan yang tertutama adalah

14

Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini berebentuk gas-gas alkana,


dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.1
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasaca mati berupa warna
kehijauan pada darah perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih
cair dan penuh dengan bakteri serta terletak pada dinding perut. Warna kehijauan
ini disebabkan oleh terbentuknya sult-melt-hemo-globin. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai
tercium. Pembuluh darah kulit akan tampat melebar dan berwarna hijau
kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung
berisi cairan kemerahan dan berbau busuk.1
Pembentukan gas didalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan usus,
akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut
dan hidung.

Gas yang terdapat di dalam jaringan

dinding

tubuh akan

mengakibatkan terabanya derik. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang


menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan gas
longgar, seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju
yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat berkumpulnya
gas pembusukan di di dalam rongga sendi.1
Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas,
wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak,
pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak
dapat lagi dikenali oleh keluarga.1
Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca
mati, terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat
gigitan bintang pengerat khas berupaa berupa lubang-lubang dangkal dengan
bergerigi.1
Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata,
yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan
sbeberapa jam pasca mati, di atas alis mata, sudut mata, lubang hidung dan antara
bibir. Telur lalat tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24

15

jam ukuran

larva tersebut dapat digunakan untuk memperikarakan saat

kematian.

Alat di dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang


berbeda. Perubahan warna terjadi pada lambung terutama pada daerah fundus,
usus menjadi kecoklatan.1

Gambar 2.3. Pembusukan Mayat8


Salah satu tanda pembusukan adalah perubahan warna kulit terutama perut berwarna
hijau (gambar kiri). Berbeda dari pembusukan pada umumnya, tubuh menjadi bengkak
akibat produksi gas oleh bakteri selain itu tampak garis-garis vaskular dibawah kulit
(gambar kanan)

e.

Lilin Mayat (adipocere)


Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak,

atau berminyak atau berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh
pasca mati. Adiposera terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk
oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenesasi sehingga terbentuk asam
lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat,
jaringan saraf yang termumifikasi. Adiposera terapung di air, bila dapanaskan
mencair dan terbakar dengan nyala kuning,larut di dalam akibat panas eter.1
Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam
hati, tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan
berbentuk bercak, dapat terlihat dipipi, payudara atau bokong, bagian tubuh
atas ekstemitas.1

16

Gambar 2.4. Lilin Mayat


Pada pemeriksaan dekat, terlihat permukaan kulit menebal dengan lapisan terluar kulit
telah menghilang. Jaringan lunak kulit berubah menjadi subtansi serupa sabun yang
dapat timbul pada kondisi lembap.8

Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat


bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan
sebab kemtian masih dimungkinkan.1
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknyaa adiposera adalah
kelembapan dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah
air yang membuang elektorlit.1

f.

Mummifikasi
Perubahan pada tubuh setelah meninggal dapat digantikan dengan

mumifikasi. Mumifikasi berasal dari bahasa Persia mum yang berarti lilin.
Mayat yang mengalami mumifikasi akan tampak kering, berwarna coklat, kadang
disertai bercak warna putih, hijau, atau hitam, dengan kulit yang tampak tertarik
terutama pada tonjolan tulang, seperti pada pipi, dagu, iga, dan panggul. Organ
dalam umumnya mengalami dekomposisi menjadi jaringan padat berwarna coklat
kehitaman. Mumifikasi terjadi karena bakteri tidak bisa berkembang dalam
keadaan tersebut. Sekali mayat mengalami mumifikasi maka kondisinya tidak
akan berubah kecuali diserang oleh serangga.

17

Gambar 2.5. Mummifikasi8


Syarat terjadinya mumifikasi :4
1.

Suhu udara tinggi

2.

Kelembaban udara rendah/udara kering

3.

Aliran udara tinggi

4.

Tubuh yang dehidrasi

5.

Waktu yang lama 12-14 minggu.


Mumifikasi umumnya terjadi pada daerah dengan kelembapan yang

rendah, sirkulasi udara yang baik, dan suhu yang hangat, namun dapat pula terjadi
di daerah dingin dengan kelembapan rendah. Ditempat yang bersuhu panas,
mumifikasi lebih mudah terjadi, bahkan dengan mengubur dangkal mayat dalam
tanah berpasir. Faktor utama dalam tubuh yang mendukung terjadinya mumifikasi
antara lain adalah dehidrasi premortal, habitus yang kurus dan umur yang muda,
dalam hal ini neonatus lebih sering.2
Manfaat terjadinya mumifikasi :2

2.6

1.

Mengawetkan mayat

2.

Menghambat pembusukan

3.

Jejas luka masih tampak

4.

Identifikasi masih dapat dilakukan

5.

Tanda kekerasan masih tampak

Perkiraan Saat Kematian


Selain perubahan pada mayat tersebut diatas, beberapa perubahan lain

dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati.

18

Perubahan lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati


yaitu :

1. Mata
Perubahan mata setelah kematian berupa hilangnya refleks kornea, refleks
konjungtiva, dan refleks cahaya, kornea menjadi pucat/keruh. Bila mata terbuka
pad atmosfer yang kering, sklera di kiri kanan kornea akan berwarna kecoklatan
dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea (taches noires
sclerotiques). Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam paska
mati. Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh
kira-kira 10-12 jam pasca mati.
Kecepatan kekeruhan dipengaruhi oleh:1,2
1.

Kelembapan udara (bila lembab maka kekeruhan lambat, bila kering /


angin kencang maka kekeruhan cepat terjadi).

2.

Keadaan korban sebelum mati (bila sakit mata maka kekeruhan akan cepat
terjadi).

3.

Faktor faktor penyebab kematian lainnya seperti :


Apoplaxia (perdarahan karena hipertensi) akan tampak kornea terang
karena terjadi perdarahan retina.

Keracunan sianida dan CO maka

kekeruhan akan cepat terjadi.


Pada mata juga terjadi perubahan pada retina. Perubahan pada retina dapat
menunjukan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati
tampak kekeruhan macula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian
hingga 1 jam pasca mati, macula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi.
Selama 2 jam pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi
kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar macula yang menjadi lebih gelap.
Pada saat itu pola vascular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan
latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3
jam pasca mati, menjadi menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogeny dan
lebih pucat.

19

Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluhpembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar
belakang kuning-kelabu.
Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas
diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali
dengan adanya konfergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada
15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan
diskus, hanya macula saja yang berwarna coklat gelap.1,2
2. Lambung
Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi. Dalam 1 jam pertama
separuh dari makanan yang masuk ke lambung sudah dicerna dan masuk ke
pylorus. Setengahnya dari sisa ini akan masuk ke pylorus akan masuk pada jam ke
2. Sisa setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar dari lambung pada jam ke
3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Karena kecepatan pengosongan
lambung bervariasi maka tidak dapat digunakan untuk memberi penunjuk pasti
waktu antara makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dapat
digunakan untuk menyimpulkan apa yang dimakan korban sebelum meninggal.1,3
3. Rambut
Perubahan rambut dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut
rata-rata 0,4mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan
untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria
yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atas jenggotnya dan diketahui saat
terakhir ia mencukur.1
4. Perubahan rambut.

Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari,


panjang rambut kumis dan jenggot dapat digunakan untuk memperkirakan saat
kematian. Cara ini hanya dapat digunakan untuk bagi pria yang mempunyai
kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia
mencukur.1
20

5. Pertumbuhan kuku
Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut diatas ,
pertumbuhan kuku diperkirakan 0,1 mm per hari. Bisa dipergunakan bila dapat
diketahui saat terakhir yang bersangkutan mmotong kuku.1
6. Perubahan cairan serebrospinal
Perubahan dalam cairan serebospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang
dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen nonprotein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar
kreatinin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukka kematian
belum mencapai 10 jam dan 30 jam.1

7. Perubahan dalam cairan vitreus


Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat
untuk memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca mati.

8. Perubahan pada komponen darah


Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian sehingga analisis
darah pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa
hidupnya. Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitasi enzim dan bakteri, serta
gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati.Selain itu gangguan fungsi tubuh
selama proses kematian dapat menimbulkan perubahan dalam darah bahkan
sebelum kematian itu terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam
darah yang dapat menentukan saat kematian dengan tepat.1

9. Reaksi supravital
Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang
masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang masih hidup. reaksi
supravital sangat penting dalam mencapai tingkat yang lebih tinggi presisi dalam
mengestimasi waktu sejak kematian Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat

21

yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi
otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar
keringat sampai 60-90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat
menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.1,10

22

BAB III
ILUSTRASI KASUS

Seorang pria bernama Edwarsin berusia tujuh belas tahun ditemukan tewas
tergantung di tepi tangga menuju lantai dua rumahnya dengan mengenakan
pakaian SMA pada siang hari tanggal 4 Desember 2014 pukul 14.00 WIB. Pria
tersebut ditemukan tidak bergerak, tidak teraba denyut jantung dan tidak bernafas.
Tubuh dingin, wajah bengkak, lidah terjulur, tangan dan kaki merah keunguan,
celana tampak basah. Terlihat satu untai tali jemuran berwarna biru menggantung
leher korban dengan simpul hidup ke pembatas tangga rumahnya dan ditemukan
sebuah kursi didekat jenazah. Kaki pria tersebut terletak lima sentimeter di atas
lantai. Keadaan di TKP memperlihatkan kondisi ruangan yang rapi dan tidak ada
barang-barang yang hilang. Dari pemeriksaan luar terhadap tubuh jenazah hanya
ditemukan tanda kekerasan tumpul berupa jejas jerat pada leher dan pada
pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda asfiksia mekanik dan patah tulang.

23

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER JAMBI
NOMOR AKREDITASI : YM. 00.03.3.5.3974
INSTANSI KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
Jl. Let. Jend. Suprapto No. 31 Telanai Pura JAMBI 3 6 1 2 2
Telp. (0741) 61692 61694

Fax. (0741) 60014 63394

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
NO:333/VR-J/VD/XII/2014

Atas permintaan tertulis dari KEPOLISIAN DAERAH PROVINSI JAMBI,


RESOR MUARO JAMBI, SEKTOR MESTONG, melalui suratnya tanggal 4
Desember 2014, No. Pol: VER/07/XI/2014/RESKRIM, yang ditandatangani oleh
ERWANDI, NRP.67100141, pangkat AJUN KOMISARIS POLISI, dan diterima
tanggal 4 Desember 2014, pukul 16.00 WIB, maka dengan ini saya dr.Mutia,
Sp.KF, MH sebagai dokter yang bekerja di Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi,
menerangkan bahwa pada tanggal 4 Desember 2014, pukul 18.00 WIB, di
Instalasi Pemulasaraan jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi, telah memeriksa satu jenazah, yang berdasarkan surat tersebut di atas dan
telah dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Edwarsin, umur 17 tahun, jenis
kelamin laki-laki, pelajar SMA, alamat: Jalan Sidu 1 no 41 RT 12 Rw 3 Kel.
Telanaipura Kec. Telanaipura Kota Jambi. Berdasarkan surat permintaan di atas,
jenazah ditemukan di alamat tersebut pada hari Sabtu, tanggal 4 Desember 2014,
pukul 14.00 WIB, diduga meninggal dunia akibat bunuh diri-----------------------

24

HASIL PEMERIKSAAN:----------------------------------------------------------------Dari pemeriksaan luar dan dalam yang telah saya lakukan atas, tubuh jenazah
tersebut di atas ditemukan fakta-fakta sebagai berikut----------------------------------A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH-------1. Identitas Umum Jenazah :----------------------------------------------------a. Jenis Kelamin

: Laki-laki-----------------------------------------

b. Umur

: Kurang lebih tujuh belas tahun---------------

c. Panjang Badan

: Seratus tujuh puluh tiga sentimeter----------

d. Berat Badan

: Lima puluh lima kilogram--------------------

e. Warna Kulit

: Kuning Langsat---------------------------------

f. Warna Pelangi Mata : Coklat ------------------------------------------g. Ciri rambut

: Berwarna hitam, distribusi merata, ukuran

panjang nol koma lima sentimeter, tidak mudah dicabut------------h. Golongan darah

: A--------------------------------------------------

i.

: Cukup--------------------------------------------

Kesan Gizi

2. Identitas Khusus Jenazah:-----------------------------------------------------a. Tato

: Tidak ada----------------------------------------

b. Jaringan parut

: Tidak ada----------------------------------------

c. Tanda Lahir

: Tidak ada----------------------------------------

d. Tahi Lalat

: Tidak ada----------------------------------------

e. Cacat Lahir

: Tidak ada----------------------------------------

f. Penutup Jenazah

: Tidak ada----------------------------------------

g. Kantong Jenazah

: berbahan plastik, bewarna kuning, ukuran

seratus simbilan puluh sentimeter, lebar delapan puluh sentimeter,


terdapat resleting dibagian tengah, bagian atas terdapat tulisan
POLISI, warna tulisan hitam---------------------------------------------h. Pakaian

:---------------------------------------------------------

Terdapat sebuah baju berkerah berbahan kain mitra, lengan


pendek, berwarna putih, terdapat satu buah kantong di bagian
kanan depan, kantong kosong. Sebelah kiri baju terdapat

25

bordiran nama Edwarsin berwarna hitam. Pada lengan kiri


baju terdapat lambang Tutwuri Handayani, ukuran baju tidak
diketahui--------------------------------------------------------------

Terdapat sebuah celana panjang berbahan kain mitra,


berwarna biru dongker, terdapat sebuah kantong disisi kanan
atas, kantong kosong, ukuran tidak diketahui. Saat ditemukan,
terdapat daerah selangkangan celana basah dan berwarna
lebih gelap-------------------------------------------------------------

Terdapat sebuah celana dalam berwarna hitam, bahan katun,


dengan merk GT-MEN ukuran M. Terdapat noda putih
pada celana dalam, celana tampak basah--------------------------

i. Benda disamping jenazah: Terdapat sebuah foto ukuran empat belas


R dengan gambaran korban bersama dua orang lainnya yang
diperkirakan merupakan kedua orang tua korban------------------------j. Perhiasan

: Tidak ada---------------------------------------------

k. Lain Lain

:---------------------------------------------------------

Terdapat sebuah tali penggantung leher berbahan tali


jemuran, dililitkan sebanyak satu lilitan, warna biru dongker,
ukuran panjang seratus sembilan puluh tiga sentimeter,
dengan satu simpul hidup-------------------------------------------

B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA


KEMATIAN:---------------------------------------------------------------------------1. Suhu rektal mayat

: Tiga puluh derajat selsius ------------------------------

2. Lebam mayat

: Ditemukan pada kedua tangan, kaki, dan genital.

Berwarna merah keunguan, tidak hilang dengan penekanan-----------------3. Kaku mayat

: Pada kelopak mata, mulut, siku, tangan, bahu, lipat

paha, lutut, dan kaki, sulit dilawan-----------------------------------------------4. Pembusukan

: Tidak ada-------------------------------------------------

26

C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR-----------------1. Permukaan Kulit Tubuh :-------------------------------------------------------a. Kepala

:--------------------------------------------------------------

Daerah berambut : Tidak ada kelainan-------------------------------- Bentuk kepala

: Simetris, tidak ada kelainan---------------------

Wajah

: Tampak bengkak----------------------------------

b. Leher

:------------------------------------------------------------

Terdapat sebuah jejas jerat dileher, melingkar tidak penuh, sisi


depan jejas terletak sepuluh sentimeter di bawah ujung dagu, sisi
kanan jejas terletak lima sentimeter dibawah lubang telinga
kanan, sisi kiri jejas terletak lima sentimeter di bawah lubang
telinga kiri, sisi belakang jejas terletak satu koma lima sentimeter
diatas garis terbawah tumbuh rambut. Simpul hidup terdapat pada
sisi leher bagian belakang. Panjang lingkar jejas tiga puluh tujuh
sentimeter, lebar nol koma tujuh sentimeter dan kedalaman nol
koma tiga sentimeter, batas luka tegas, warna coklat kemerahan,
perabaan terasa lebih keras dan cekung dari kulit sekitar, daerah
sekitar tidak terdapat kelainan------------------------------------------c. Bahu

:--------------------------------------------------------------

Bahu kanan : Tidak ada kelainan------------------------------------- Bahu kiri

: Tidak ada kelainan--------------------------------------

d. Dada

: Tidak ada kelainan. -------------------------------------

e. Punggung

: Tidak ada kelainan --------------------------------------

f. Perut

: Tidak ada kelainan--------------------------------------

g. Bokong

: -------------------------------------------------------------

Bokong kanan : Tidak ada kelainan------------------------------------ Bokong kiri : Tidak ada kelainan-------------------------------------h. Dubur

:--------------------------------------------------------------

Lingkar dubur : Tidak ada kelainan ----------------------------------- Liang dubur : Tidak ada kelainan --------------------------------------

27

i. Anggota Gerak :-------------------------------------------------------------- Anggota gerak atas :----------------------------------------------------- Kanan

: Kuku dan jaringan di bawah kuku tampak

kebiruan. ---------------------------------------------------------------- Kiri

: Kuku dan jaringan di bawah kuku tampak

kebiruan. --------------------------------------------------------------- Anggota gerak bawah :--------------------------------------------------a. Kanan

: Kuku dan jaringan di bawah kuku tampak kebiruan

b. Kiri

: Kuku dan jaringan di bawah kuku tampak kebiruan

2. Bagian Tubuh Tertentu :-------------------------------------------------------a. Mata

:-----------------------------------------------------------------------

Alis mata

:--------------------------------------------------------------

- Kanan

: Warna hitam, tebal, panjang alis mata nol koma

lima sentimeter----------------------------------------------------------- Kiri

: Warna hitam, tebal, panjang alis mata nol koma

lima sentimeter---------------------------------------------------------- Bulu mata :------------------------------------------------------------------- Kanan

: Warna hitam, lurus, panjang bulu mata nol koma

lima sentimeter----------------------------------------------------------- Kiri : Warna hitam, lurus, panjang bulu mata nol koma lima
sentimeter---------------------------------------------------------------- Kelopak mata :-------------------------------------------------------------- Kanan

: Terbuka, Tidak ada kelainan---------------------------

- Kiri

: Terbuka, tidak ada kelainan----------------------------

Selaput kelopak mata :----------------------------------------------------- Kanan

: Pucat, terdapat bintik-bintik perdarahan-------------

- Kiri

: Pucat, terdapat bintik-bintik perdarahan-------------

Selaput biji mata

:-----------------------------------------------------

- Kanan

: Tampak bintik-bintik perdarahan---------------------

- Kiri

: Tampak bintik-bintik perdarahan--------------------28

Selaput bening mata:--------------------------------------------------------

Kanan

: Tampak keruh -------------------------------------------

Kiri

: Tampak keruh--------------------------------------------

Pupil mata

:-----------------------------------------------------

Kanan

: Bentuk bulat, diameter nol koma lima sentimeter --

Kiri

: Bentuk bulat, diameter nol koma lima sentimeter.--

Pelangi mata :--------------------------------------------------------------

Kanan

: Warna coklat. --------------------------------------------

Kiri

: Warna coklat. --------------------------------------------

b. Hidung

:----------------------------------------------------------------------

Bentuk hidung

: Mancung, tidak ada kelainan--------

Permukaan kulit hidung

:Tidak ada kelainan--------------------

Lubang hidung
c. Telinga

: Tidak ada kelainan-----------------------------

:-----------------------------------------------------------------------

Bentuk telinga

: Oval, tidak ada kelainan--------------------

Permukaan daun telinga: Tidak ada kelainan--------------------------- Lubang telinga

:----------------------------------------------------

- Kanan

: Tidak ada kelainan--------------------------------------

- Kiri

: Tidak ada kelainan--------------------------------------

d. Pipi

:-----------------------------------------------------------------------

- Kanan

: Tidak ada kelainan--------------------------------------

- Kiri

: Tidak ada kelainan--------------------------------------

e. Dagu

: Tidak ada kelainan-----------------------------------------------

f. Mulut

:-----------------------------------------------------------------------

Bibir atas

: Berwarna biru-------------------------------------------

Bibir bawah

: Berwarna biru--------------------------------------------

Selaput lendir mulut : Tidak ada kelainan------------------------------ Lidah

: Terjulur dua sentimeter dari ujung bibir, tidak

tergigit----------------------------------------------------------------------- Rongga mulut : Tidak ada kelainan---------------------------------------

29

Gigi geligi :----------------------------------------------------------------

- Rahang atas : Gigi tidak lengkap, gigi geraham ke tiga kanan


dan kiri bagian belakang belum tumbuh, tidak ada kelainan------ Rahang bawah: Gigi tidak lengkap, gigi geraham ke tiga kanan
dan kiri bagian belakang belum tumbuh, tidak ada kelainan-----a. Alat Kelamin : Laki-laki--------------------------------------------------

Pelir

Kantung pelir : Teraba dua buah biji pelir, tidak ada kelainan-

Rambut kelamin : Berwarna hitam, keriting, panjang empat

: Sudah disunat, tidak ada kelainan---------------------

sentimeter, tidak mudah dicabut----------------------------------3. Tulang Tulang

:----------------------------------------------------------

a. Tulang atap tengkorak

: Tidak ada kelainan----------------------------

b. Tulang dasar tengkorak

: Tidak ada kelaianan--------------------------

c. Tulang belakang

: Tidak ada kelainan----------------------------

d. Tulang leher

: Terdapat derik pada tenggorokan-----------

e. Tulang tulang dada

: Tidak ada kelainan----------------------------

f. Tulang tulang punggung : Tidak ada kelainan--------------------------g. Tulang tulang panggul : Tidak ada kelainan---------------------------h. Tulang anggota gerak

: Tidak ada kelainan----------------------------

A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM--------------1. Rongga kepala

: -------------------------------------------

a. Kulit kepala bagian dalam

: Tidak ada kelainan--------------------

b. Tulang atap tengkorak

: Tidak ada kelainan--------------------

c. Tulang dasar tengkorak

: Tidak ada kelainan--------------------

d. Selaput keras otak

: Tidak ada kelainan--------------------

e. Selaput lunak otak

: Tidak ada kelainan--------------------

f. Otak besar

: -------------------------------------------

30

Berat seribu tiga ratus gram, panjang tiga puluh sentimeter, lebar
sepuluh sentimeter, tebal sembilan sentimeter, pada pengirisan
tampak bintik-bintik pendarahan di area abu-abu------------------------g. Otak kecil

:--------------------------------------------

Berat seratus lima puluh gram, panjang sepuluh sentimeter, lebar tiga
sentimeter, tebal dua sentimeter, pada pengirisan tampak bintik-bintik
pendarahan di area abu-abu -------------------------------------------------h. Batang otak

: -------------------------------------------

Berat empat puluh gram, panjang lima sentimeter, lebar dua


sentimeter, tinggi tiga sentimeter, pada pengirisan penampang tidak
ada kelainan---------------------------------------------------------------------

2. Leher dan lidah bagian dalam-----------------------------------------------------a. Lidah

: Terjulur dua sentimeter dari ujung bibir, tampak pucat,

tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------b. Kulit leher bagian dalam : Terdapat resapan darah sesuai bentuk jejas
pada kulit------------------------------------------------------------------------c. Otot leher bagian dalam : Terdapat resapan darah sesuai bentuk jejas
pada kulit ------------------------------------------------------------------------d. Pembuluh darah leher

: Terdapat resapan darah pada lapisan antara

otot pembuluh darah leher dan selaput luarnya. ---------------------------e. Tenggorokan

: Terdapat buih-buih halus dalam ronggga

tenggorokan dan bintik-bintik pendarahan pada dinding tenggorokan.-f. Kerongkongan

: Tidak ada kelainan--------------------

g. Tulang rawan lidah

: Patah pada kedua ujungnya----------

h. Tulang rawan gondok

: Patah menjadi tiga bagian------------

i. Kelenjar gondok

: Tidak ada kelainan--------------------

j. Tulang rawan cincin

: Tidak ada kelainan--------------------

31

3. Rongga dada:------------------------------------------------------------------------a. Rongga dada

: Tidak ada perlengketan antara

dinding dada dengan organ----------------------------------------------------b. Otot dinding dada

: Tidak ada kelainan--------------------

c. Tulang dada

: Tidak ada kelainan--------------------

d. Tulang-tulang iga

: Tidak ada kelainan--------------------

e. Paru

: -------------------------------------------

Paru kanan

: Terdiri dari tiga baga, ukuran

panjang tiga puluh sentimeter, lebar lima belas sentimeter, tebal


lima sentimeter, warna pucat kebiruan, perabaan seperti spons,
berat empat ratus gram, pada pengirisan terdapat bintik-bintik
perdarahan ----------------------------------------------------------------

Paru kiri

: Terdiri dari dua baga, ukuran

panjang dua puluh lima sentimeter, lebar tiga belas sentimeter,


tebal tiga sentimeter, warna pucat kebiruan, perabaan seperti
spons, berat tiga ratus lima gram, pada pengirisan penampang
terdapat bintik-bintik perdarahan---------------------------------------f. Jantung

: Jantung terletak diantara kedua paru-paru, ukuran sebesar

kepalan tangan kanan jenazah, berat dua ratus lima puluh gram,
panjang empat belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tebal tujuh
sentimeter, permukaan licin dan terdapat bintik-bintik perdarahan,
perabaan kenyal. ---------------------------------------------------------------

Kandung jantung

: Terdapat cairan bewarna kuning,

sebanyak sepuluh milliliter. Tidak ada kelaianan.-------------------

Jantung kanan

: Terdiri dari tiga katup serambi bilik

kanan, ukuran panjang ketiga lingkar katup dua belas sentimeter,


terdapat tiga buah otot penarik katup serambi bilik kanan dengan
benang penarik katup, tidak ada kelainan, tebal otot jantung kanan
satu koma lima sentimeter, pada pengirisan banyak mengeluarkan
darah. Katup pembuluh nadi paru terdiri dari tiga katup, ukuran

32

panjang ketiga lingkar katup empat sentimeter, pada pengirisan


tidak ada kelainan. -------------------------------------------------------

Jantung kiri

: Terdiri dari dua katup serambi bilik kiri,

ukuran panjang kedua lingkar katup sepuluh sentimeter, terdapat


dua buah otot penarik katup serambi bilik kiri, dengan benang
penarik katup, tidak ada kelainan, tebal otot jantung kiri satu
koma lima sentimeter, pada pengirisan banyak mengeluarkan
darah. Katup pembuluh nadi utama terdiri dari tiga katup, ukuran
panjang lingkar ketiga katup empat sentimeter, pada pengisian
tidak ada kelainan.--------------------------------------------------------

Pembuluh darah kecil jantung

4. Rongga perut

: Tidak terdapat kelainan------

: -------------------------------------------

a. Kulit perut bagian dalam

: Tidak ada kelainan--------------------

b. Rongga perut

: Tidak ada kelainan--------------------

c. Tirai usus

: Tampak menutupi sebagian besar

usus, tidak ada kelainan--------------------------------------------------------d. Lambung

: Ukuran panjang lengkung besar dua

puluh sentimeter, panjang lengkung kecil dua belas sentimeter, lebar


sebelas sentimeter, tebal lima sentimeter, berat bersama isi tiga ratus
gram, warna merah pucat permukaan licin, tepi rata, perabaan kenyal,
dinding dalam lambung licin dan tidak rata, lambung berisi cairan,
tidak terdapat makanan. -----------------------------------------------------e. Usus halus dan usus besar

: Tidak ada kelainan--------------------

f. Hati

Berwarna

merah

kebiruan,

permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan kenyal padat. Ukuran


panjang dua puluh lima sentimeter, lebar sepuluh sentimeter, tebal
enam sentimeter, berat seribu dua ratus gram, tidak ada kelainan-------g. Kantung empedu

: Ukuran panjang sepuluh sentimeter,

lebar lima sentimeter, terdapat cairan berwarna hijau sebanyak tiga

33

puluh mililiter, saluran empedu tidak menunjukkan penyumbatan,


tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------h. Pankreas

: Ukuran panjang lima puluh tiga

sentimeter, lebar lima sentimeter, tebal satu sentimeter, perabaan


kenyal, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan-------------------i. Limpa

: Bentuk melisut, berwarna merah

kebiruan, permukaan tidak rata, tepi tajam, perabaan kenyal, berat


seribu seratus gram, panjang sepuluh sentimeter, lebar delapan
sentimeter, tebal dua sentimeter, pada pengirisan penampang tidak ada
kelainan. ------------------------------------------------------------------------j. Ginjal

: -------------------------------------------

Selaput pembungkus ginjal kanan dan kiri tidak mudah dilepaskan Ginjal kanan : Berwarna merah kebiruan, ukuran panjang lima
belas sentimeter, lebar sepuluh sentimeter, tebal tiga sentimeter,
berat seratus lima puluh gram, permukaan rata dan licin, pada
pengirisan penampang tidak ada kelainan------------------------------ Ginjal kiri

: Berwarna merah kebiruan, ukuran panjang tiga

belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tebal tiga sentimeter,


berat seratus dua puluh gram, permukaan rata dan licin, pada
pengirisan penampang tidak ada kelainan. -----------------------------k. Pembuluh nadi besar perut
5. Rongga panggul
a. Kandung kencing

: Tidak ada kelainan-------------------: ------------------------------------------: Tidak berisi cairan, pada pengirisan

tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------b. Prostat

: Terdapat lima bagian, ukuran

panjang lima sentimeter, lebar empat sentimeter, tebal dua sentimeter,


berat dua puluh lima gram, perabaan kenyal, permukaan rata, pada
pengirisan penampang tidak ada kelainan. ----------------------------------

34

B. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG-------------------------------Selain fakta di atas, guna lebih memperjelas perkara maka kami telah
mengambil sampel berupa : ----------------------------------------------------------------1. Darah sebanyak lima belas mililiter untuk pemeriksaan gologan darah
dan toksikologi------------------------------------------------------------------2. Urine sebanyak dua puluh mililiter untuk pemeriksaan toksikologi-----Hasil dari pemeriksaan laboratorium : ----------------------------------------------------1. Golongan darah A----------------------------------------------------------------------2. Darah dan urine tidak ditemukan alkohol, dan narkoba---------------------------

KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------------------Berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan dari pemeriksaan atas jenazah


tersebut maka kami simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah laki-laki, umur
kurang lebih tujuh belas tahun, warna kulit kuning langsat, kesan gizi cukup. Dari
pemeriksaan luar dan dalam ditemukan tanda-tanda kekerasan benda tumpul
berupa jejas jerat pada leher dan patah tulang lidah serta tulang rawan
tenggorokan. Ditemukan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian adalah mati
lemas karena tekanan di leher--------------------------------------------------------------PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesunggguhnya, dengan
mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan sebagai dokter. ------------------------

Jambi, 5 Desember 2014


Dokter yang memeriksa,

dr. Mutia Sp. KF


NIP. G1A2141498

35

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus di atas ditemukan korban dalam keadaan telah meninggal


dunia. Hal ini ditandai dengan adanya tanda-tanda kematian berupa tubuh yang
tidak bergerak, tidak teraba denyut jantung, tidak adanya pergerakan pernafasan,
dan pupil yang telah melebar. Selain itu, telah terjadi perubahan lanjut pada tubuh
jenazah berupa penurunan suhu tubuh, timbulnya lebam mayat, dan timbulnya
kaku mayat.
Penurunan suhu rektal menjadi 30C pada jenazah dapat digunakan untuk
memperkirakan saat kematian dengan rumus:
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (37C) suhu rektal (saat diperiksa) + 3
Sehingga diperoleh perkiraan lama kematian korban adalah 10 jam
sebelum dilakukan visum. Selain itu dari gambaran lebam mayat yang terdapat
pada kaki, tangan, dan kemaluan yang tidak hilang dengan penekanan juga
menyatakan bahwa waktu kematian korban telah lebih dari 8 jam. Kaku mayat
merupakan keadaan yang akan timbul pada kematian lebih dari 2 jam. Pada kasus
ini didapatkan kaku mayat pada kelopak mata, mulut, siku, tangan, lipat paha,
lutut, dan kaki. Hal ini menunjukan bahwa perkiraan waktu kematian korban
kurang dari 24 jam karena kaku mayat terjadi lengkap. Dari hal-hal diatas
dimungkinkan perkiraan waktu kematian korban adalah 8 sampai 24 jam yang
lalu.
Dari hasil autopsi terhadap tubuh korban, diperoleh luka lecet (jejas jerat)
akibat kekerasan tumpul pada leher atas korban disertai patahnya tulang lidah
setra tulang kelenjar gondok. Selain itu diperoleh tanda-tanda mati lemas berupa
warna kebiruan pada bibir dan dasar kuku, ada nya bintik-bintik perdarahan pada
otak, selaput kelopak mata, dinding dalam trakea, serta selaput jantung dan paru.
Ditemukan juga adanya busa pada trakea.dari hal-hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa korban meninggal karena mati lemas.
Dalam menentukan cara kematian, tidak hanya gambaran luka pada tubuh
jenazah yang perlu diperhatikan, tapi juga keadaan di TKP, benda-benda bukti

36

lainnya, serta keterangan saksi. Dalam kasus ini, didapatkan keadaan di TKP,
kondisi korban saat ditemukan dalam keadaan berpakaian rapi, kondisi ruangan
terkunci dari dalam, dan kondisi ruangan tempat jenazah ditemukan teratur. Hal
ini mengarah pada cara meninggal akibat bunuh diri.
Dari gambaran luka-luka pada tubuh jenazah juga menguatkan bahwa
korban meninggal akibat bunuh diri (suicide). Hal ini terlihat dari:
1.

Simpul tali penggantung yang digunakan berupa simpul hidup

2.

Tidak terdapat luka-luka lainnya ditubuh korban yang menunjukan


tidak adanya perlawanan

3.

Hasil analisis toksikologi tidak ditemukan adanya penyalahgunaan


zat

37

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Tanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu thanatos yang berarti
mati dan logos yang berarti ilmu. Tanatologi adalah bagian dari Ilmu
Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
kematian yaitu jenis-jenis kematian, perubahan yang terjadi pada tubuh
setelah terjadi kematian dan faktor faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
2. Manfaat tanatologi yakni : untuk menetapkan hidup atau matinya
korban, memperkirakan saat kematian korban, untuk perkiraan sebab
kematian (Cause of Death), untuk perkiraan cara kematian (Manner of Death).

3. Terdapat lima jenis kematian dalam tanatologi, yaitu mati somatis, mati
seluler, mati suri, mati serebral dan mati otak.
4. Ada beberapa tanda tidak pasti kematian yakni : berhentinya sistem
pernafasan, berhentinya sirkulasi darah, kepucatan pada kulit,
perubahan pada mata.
5. Terdapat 5 tanda pasti kematian yakni : lebam mayat, kaku mayat,
pembusukan, penurunan suhu mayat, adiposera, dan mumifikasi
6. Perkiraan saat kematian dapat dinilai dari tanda-tanda pasti kematian,
perubahan pada mata, perubahan dalam lambung, perubahan rambut,
perubahan kuku, perubahan dalam cairan serebospinal, perubahan
dalam cairan vitreus, reaksi supravital.

5.2 Saran
Bagi proses pembelajaran di stase forensik, referat ini agar dapat menjadi
bahan bacaan guna menambah wawasan ilmu bagi dokter muda dalam menjalani
kepaniteraan klinik dan bagi staf dalam menjalankan tugas

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Ilmu kedokteran forensik. 1997. Hal 1-2
2. Faculty Thanatology (online).2014 (diakses 06 oktober 2014) diunduh dari
: URL : http://www.google.Thanatology+pdf
3. Amir A. 2007. Rangkaian ilmu kedokteran forensik. Edisi kedua. Medan:
RAMADHAN
4. Idries AM, Tjiptomartono AL. 2011.Penerapan ilmu kedokteran forensik
dalam proses penyidikan. Jakarta: CV. Sagung Seto
5. http://pendokunand2011.files.word.com/2012/05/5-thanatologirk.ppt
diunduh tgl 8 desember 2014 pukul 20.00
6. Staf Kedokteran forensik FK UI. 2000. Teknik autopsi forensik. cetakan
ke 4. Jakarta: Bagian kedokteran forensik fakultas kedokteran UI.
7. Idries,AM. 1997. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta : Binarupa
Aksara
8. Dix Jay. 2000. Color atlas of forensic pathology. CRC Press LLC. Florida
9. Meagher DK, Balk DE (editors). 2013. Hand book of thanatology: the
essetial body of knowledge for the study of death, dying, and bereavement.
Association for death Education and counseling.
10. Estimation of Time Since Death by using Algorithm in Early Postmortem Period
https://globaljournals.org/GJMR_Volume13/4-Estimation-of-Time-SinceDeath.pdf
diunduh tgl 8 desember 2014 pukul 20.00

39

Anda mungkin juga menyukai