Anda di halaman 1dari 43

Laporan Kasus

September 2020

Retensi Bandage Contact Lens yang terlipat


pada pasien dengan gejala Dry Eye bilateral

Agung Putra Evasha*

Pembimbing:
dr. Ani Ismail, Sp.M (K)

BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR....................................................................... iii

DAFTAR TABEL............................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1

BAB II LAPORAN KASUS......................................................... 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................... 8

BAB IV DISKUSI......................................................................... 34

BAB V KESIMPULAN................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 37

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bandage contact lens yang terlipat .................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Vertex Distance .................................................... 26

Tabel 2. Karakteristik jenis-jenis lensa kontak lunak.................... 33

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bandage contact lens (BCLs) biasanya digunakan untuk tujuan

terapeutik yaitu melindungi kornea. BCLs dapat tersedia dengan diameter

yang lebih besar daripada lensa kontak lunak korektif modern yang umum

digunakan. Diameter yang lebih tinggi mengurangi pergerakan lensa

kontak serta dapat melindungi kornea yang sakit.

Konjungtiva yang melapisi permukaan posterior kelopak mata

terbagi menjadi konjungtiva palpebra (di bawah permukaan kelopak

mata), konjungtiva bulbar (di atas bola mata hingga limbus) dan forniks

konjungtiva (cul de sac tempat konjungtiva bertemu antara zona palpebral

dan bulbar). Kadang-kadang benda asing, termasuk lensa kontak, dapat

tersembunyi di bagian posterior konjungtiva palpebra dekat forniks, dan

hanya dapat ditemukan oleh pemeriksa saat kelopak mata bagian atas

dieversikan. 'The upper fornix trap’ pertama kali dijelaskan oleh Bock pada

tahun 1971, yang menyatakan bahwa lensa kontak dapat 'terperangkap' di

dalam forniks konjungtiva atas, dengan batas bawah lensa terjepit di tepi

tarsal atas. Terdapat kasus yang dipublikasikan mengenai retensi lensa

kontak yang muncul sebagai massa, kista atau chalazion. Kami

melaporkan kasus retensi bandage contact lens terlipat selama enam

setengah tahun di ruang subtarsal atas dari pasien lansia, yang memiliki

1
2

riwayat panjang gejala mata kering bilateral. Sepengetahuan kami, tidak

ada kasus lain dari retensi bandage contact lens yang pernah dijelaskan

dalam literatur.

1.2 Tujuan

Laporan kasus ini bertujuan untuk mempelajari kasus komplikasi

lensa kontak dimana pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara

menyeluruh, dan mengetahui kecurigaan klinis dari retensi lensa kontak.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identifikasi Pasien

Seorang perempuan Ny. A, berusia 80 tahun, datang ke poli mata

RS Mata Abergrele, Inggris Raya.

2.2 Anamnesis (Autoanamnesis)

Keluhan Utama:

Ada sensasi benda asing pada kedua mata sejak beberapan bulan

yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Seorang pasien datang ke poli mata RS Abergele, Inggris Raya

dengan riwayat mata kering yang sudah berlangsung lama setelah

menjalani operasi katarak bilateral beberapa bulan sebelumnya, keluhan

sensasi ada benda asing (+). Dokter melakukan pemeriksaan segmen

anterior terperinci dan mendiagnosisnya dengan disfungsi kelenjar

meibom bilateral. Pasien diberi edukasi untuk kebersihan kelopak mata

dan menggunakan antibiotik tetes mata dan pelumas tetes mata untuk

satu bulan.

Lebih kurang setahun kemudian pasien datang ke poli mata,

dengan kondisi nyeri mata bilateral yang persisten, maka dimasukkan

3
4

sepasang BCL Precision UV © (kurva dasar 8,7 mm; diameter 14,4 mm;

Isi: Vasurfilcon A 26% dan air 74%).

Lebih kurang Empat minggu kemudian pada kunjungan follow-up,

dokter mata lain mengeluarkan BCL dari mata kirinya, sementara pada

mata kanan tidak ditemukan. Kemudian tidak ada lagi BCL yang

dipasangkan .

Pasien kembali enam bulan kemudian dengan keluhan sensasi

terbakar di kedua matanya. Tidak ada benda asing yang ditemukan,

meskipun tidak ada pembengkakan kelopak mata atas yang ditemukan.

Pasien dirawat dengan mata kering. Enam konsultasi lanjutan dilakukan

selama 4 tahun setelahnya dengan dokter mata yang berbeda dalam unit

mata yang sama, di mana pemeriksaan tersebut menemukan keratitis

punktata superfisial bilateral tetapi tidak ada benjolan kelopak mata atau

kelainan segmen anterior lainnya yang dapat diamati. Berbagai strategi

pengobatan termasuk punctal plugs, beberapa rejimen pelumas seperti

Celluvisc © 0,5%, HYLO-Tear © dan Lacri-lube © diresepkan untuk gejala

mata kering bilateral, tetapi tidak ada yang berhasil.

Tidak sampai enam setengah tahun setelah pemasukan BCL,

ketika seorang praktisi perawat dari unit mata membuka kelopak mata

kanan atas dan menemukan 'benda asing', tercatat sebagai bandage

contact lens yang terlipat dan telah berubah warna, yang telah dibuang

tanpa kesulitan. Tiga bulan kemudian, sayangnya, dia masih mengalami


5

keluhan mata kering bilateral, meskipun menggunakan obat tetes mata

pelumas setiap hari.

Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi, tidak ada riwayat

kencing manis, riwayat operasi mata sebelumnya (+) yaitu operasi katarak

pada kedua mata beberapa bulan sbelum mengeluhkan gejala mata

kering, riwayat trauma mata sebelumnya (-), riwayat menggunakan obat

apa pun (+) yaitu antibiotic dan pelumas tetes mata, dan riwayat alergi (-).

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Oftalmologikus

OD OS
Visus 6/6 6/6

TIO P=N+0 P=N+0


KBM Ortoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Injecti konjungtiva (+) Injecti Konjungtiva (+)
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm
Lensa IOL (+) Sentral IOL (+) Sentral
Segmen RFOD (+) RFOS (+)

Posterior
Papil Bulat, batas tegas warna merah Bulat, batas tegas, warna merah
6

normal, c/d 0,3, a/v 2:3 normal c/d 0,3, a/v 2:3

Makula
Refleks Fovea (+) Refleks Fovea (+)

Retina
Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

2.3 Diagnosis Kerja

- Dry Eye e/c Disfungsi Kelenjar Meibom Bilateral

2.4 Tatalaksana

- Informed consent

- Edukasi untuk kebersihan kelopak mata

- Antibiotik tetes mata

- Pelumas tetes mata untuk satu bulan

2.5 Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Follow Up 1 (1 Tahun Kermudian)

S Nyeri mata bilateral yang persisten

O OD OS
7

Visus 6/6 6/6

TIO P=N+0 P=N+0


KBM Ortoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm
Lensa IOL (+) Sentral IOL (+) Sentral
Segmen RFOD (+) RFOS (+)

Posterior
Papil Bulat, batas tegas warna merah Bulat, batas tegas, warna merah

normal, c/d 0,3, a/v 2:3 normal c/d 0,3, a/v 2:3

Makula Refleks Fovea (+) Refleks Fovea (+)

Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

Diagnosis Kerja

Secondary Persistent Ocular Pain e.c Dry Eye ODS

Tatalaksana

- BCL Precision UV © (kurva dasar 8,7 mm; diameter 14,4 mm; Isi:

Vasurfilcon A 26% dan air 74%).

- Edukasi higienitas lensa kontak


8

Follow Up 1 (4 minggu Kermudian)

S Kontrol post pemasangan kontak lensa

O OD OS
Visus 6/6 6/6

TIO P=N+0 P=N+0


KBM Ortoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih , Lensa Kontak (-) Jernih, Lensa Kontak (+)
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm
Lensa IOL (+) Sentral IOL (+) Sentral
Segmen RFOD (+) RFOS (+)

Posterior
Papil Bulat, batas tegas warna merah Bulat, batas tegas, warna merah

normal, c/d 0,3, a/v 2:3 normal c/d 0,3, a/v 2:3

Makula Refleks Fovea (+) Refleks Fovea (+)

Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

Pemeriksaan Lensa Kontak

Menggunakan slit lamp, didapatkan:

- Lensa kanan : tidak tampak lensa kontak

- Lensa kiri : tanpa deposit, regular edge tanpa defect


9

Diagnosis Kerja

Dry Eye ODS Perbaikan

Tatalaksana

- KIE

- Lepas lensa kontak pada mata kiri, namun pada mata kanan tidak

ditemukan lensa kontak.

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Follow Up 1 (6.5 tahun Kermudian)

S Kontrol post pemasangan kontak lensa

O OD OS
Visus 6/6 6/6

TIO P=N+0 P=N+0


KBM Ortoforia
GBM Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra Tenang Tenang
Konjungtiva Injecti konjungtiva (+), injecti Tenang

silier (+), Benda Asing (+) di


10

fornik superior arah jam 12.


Kornea FT (+) punctate (+) Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm Bulat, Sentral, RC (+), Ø 3 mm
Lensa IOL (+) Sentral IOL (+) Sentral
Segmen RFOD (+) RFOS (+)

Posterior
Papil Bulat, batas tegas warna merah Bulat, batas tegas, warna merah

normal, c/d 0,3, a/v 2:3 normal c/d 0,3, a/v 2:3

Makula Refleks Fovea (+) Refleks Fovea (+)

Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

Gambar 1. Bandage contact lens yang terlipat dan berubah warna


tersembunyi di balik kelopak mata atas pasien.

Diagnosis Kerja
11

- Dry eye ODS

- Keratokonjungtivitis OD

- Retensi Lensa Kontak OD

Tatalaksana

- Tidak dijelaskan lebih lanjut

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.2. Lensa Kontak

3.2.1 Klasifikasi Lensa Kontak

Lensa kontak dapat dikelompokkan berdasarkan asal material lensa itu

sendiri, jadwal pemakaian, kegunaan, dan berdasarkan desain 4,6.

Suatu materi lensa kontak, idealnya memiliki kondisi- kondisi sebagai

berikut6:

 Mampu menyediakan oksigen yang cukup untuk kornea

 Bersifat transparans

 Memiliki ukuran dan bentuk yang tetap

 Dapat dibasahi (wettability) dalam mata

 Membutuhkan perawatan yang minimal

 Mudah diproduksi

1. Klasifikasi berdasarkan asal material lensa 6,7:

1.1 Rigid (hard) lenses, terdiri dari :

a. Non-gas permeable

Terbuat dari Poly (Methyl MethacryLate) PMMA yang bersifat

termoplastik. Kekurangannya adalah permeabilitas oksigen yang sangat

rendah. Pada pemakaian jangka lama akan menyebabkan kelelahan

12
13

kornea dan dapat mengganggu fisiologi kornea, sehingga mulai

ditinggalkan pemakaiannya6,7,8.

b. Gas permeable

Cellulose Acetate Butyrate

Berasal dari polisakarida alami yaitu selulose. Biasanya

mengandung 13% kelompok asetil, 37% kelompok butirat, dan 1-2%

kelompok hirdroksil bebas. Tidak dapat dibersihkan dengan benzalkonium

klorida yang biasanya merupakan pengawet dalam larutan pembersih

lensa kontak6,8.

Siloksan metakrilat

Permeabilitas polimer ini tergantung distribusi dari ikatan siloksan.

Permukaannya mudah tergores.

Fluro-siloksan-metakrilat

Berasal dari siloksanelalkil metakrilat namun dengan penambahan

beberapa monomer fluorinase, sehingga permeabilitas oksigen menjadi

lebih baik4,6,8.

Alkil stirene kopolimers

Material ini memiliki densitas yang rendah sehingga permeabilitas

oksigen lebih baik. Material ini memiliki indeks biasnya yang tinggi dan

gaya gravitasinya yang rendah sehingga khusus digunakan untuk lensa

dengan power yang tinggi6.

Elastomeric lens

Karet Silikon
14

Merupakan polimer organik-inorganik dengan ikatan silikon dan

oksigen sebagai intinya. Meski permeabilitas oksigen cukup tinggi,

permukaan lensa memilki sifat hidrofobik dan lipofilik sehingga menyerap

lipid yang ada pada lapisan airmata membuat material ini jarang

digunakan6.

Karet akrilik

Terbuat dari polimer yang memiliki ikatan karbon dan mengandung

akrilik, menghasilkan bentuk yang lebih lentur dibandingkan rigid 6.

1.2. Lensa kontak lunak - hidrogel

Hidrogel asli lensa kontak terbuat dari poly (2-hydroxyethil

methacrylate) (PHEMA). Rantai HEMA dihubungkan oleh ethylene glycol

dimethacrilate membentuk ikatan bersilang. Hingga kini PHEMA masih

digunakan sebagai material dasar lensa kontak lunak.

FDA mengklasifikasikan lensa berbahan dasar hidrogel ini

berdasarkan sifat ionik dan kandungan airnya menjadi empat kategori,

yaitu 4,6,8 :

1. Kelompok I : bersifat non-ionik, kandungan air yang rendah

2. Kelompok II : bersifat non-ionik, kandungan air tinggi

3. Kelompok III : bersifat ionik, kandungan air rendah

4. Kelompok IV : bersifat ionik, kandungan air tinggi.

Pengelompokan ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya

sindroma mata kering dimana kejadian ini dua hingga tiga kali lebih sering

mengenai lensa kelompok II dibanding kelompok I 8.


15

Lensa kontak lunak merupakan jenis lensa kontak yang paling

banyak digunakan. Biasanya disposable, bisa harian, mingguan atau

bulanan. Dapat mengkoreksi myopia, hipermetropia, dan beberapa tipe

astigmatisme6.

Kelebihannya ia dapat mengabsorbsi oksigen lebih banyak,

sehingga terasa lebih nyaman, lebih mudah pemasangannya, dan

membutuhkan break in time lebih singkat. Kekurangannya adalah harga

lebih mahal, waktu pemakaian yang lebih singkat, dan lebih beresiko

untuk terjadinya infeksi6,8.

Tabel 1. Keuntungan lensa kontak lunak dan lensa kontak RGP (dikutip dari
Contact Lens Primer; p:79)

Keuntungan lensa kontak lunak Keuntungan lensa kontak RGP


Cukup nyaman untuk dipakai Kualitas penglihatan yang jernih
dan tajam
Masa adaptasi yang singkat Dapat mengoreksi astigmat ringan
dan berat
Jadwal pemakaian lebih fleksible Mudah dalam perawatannya
Kurang sensitif terhadap benda Dapat mengoreksi astigmat
asing lingkungan, debu iregular
Tersedia dalam bentuk disposable
dan untuk penggantian yang
sering

2. Klasifikasi berdasarkan jadwal pemakaian dan penggantian 6,8

1. Pemakaian sehari-hari (dipakai pada sehari-hari dan dilepas saat

tidur).
16

2. Terus-menerus (dipakai pada kegiatan sehari-hari dan saat tidur).

Lensa biasanya terbuat dari bahan yang mengandung kadar air

tinggi atau Dk yang tinggi

3. Fleksible ( dapat digunakan atau dilepas pada saat tidur).

4. Tradisional/konvensional: diganti setiap tahun

5. Disposable atau penggantian berkala (pergantian setalah periode

tertentu tergantung petunjuk pabrik pembuatnya). Diganti setiap hari,

mingguan, bulanan,atau per dua bulanan.

6. Tergantung kebutuhan (diindikasikan pada aktivitas tertentu, misal

nya atlet)

3. Klasifikasi berdasarkan kegunaan6,8:

1. Teraupetik (sebagai perlindungan proses penyembuhan kornea)

2. Kosmetik ( modifikasi warna iris atau memperbaiki tampilan mata)

3. Optik ( untuk mengoreksi kelainan refraksi dan memberi regularitas

permukaan kornea).

4. Klasifikasi berdasarkan desain6,7,8:

1. Sferikal (memiliki permukaan sferis pada anterior dan posterior)

2. Asferikal ( radius kurvatura sentral dan perifer berbeda, menirukan

struktur kornea) meridian utama memiliki radius kurvatura yang

berbeda;

3. Torik ( dua meridian utama memiliki radius kurvatura yang berbeda;

dapat pada permukaan anterior atau posterior maupun pada kedua

permukaan lensa). Digunakan untuk mengoreksi astigmatisme.


17

4. Bifokal

5. Progresif

6. Multicurve ( dua atau lebih kurva posterior)

7. Reverse curve ( kurva sentral posterior lebih datar, terutama

digunakan untuk setelah bedah refraktif myopia).

8. Orthokeratology.

3.2.2. Pemeriksaan Pasien dan Pemilihan Jenis Lensa Kontak

Informasi spesifik pasien diperlukan untuk menggunakan dan

memilih jenis lensa kontak. Informasi tersebut meliputi: aktivitas sehari-

hari pasien, alasan ingin menggunakan lensa kontak, dan riwayat penyakit

dahulu yang dapat meningkatkan risiko komplikasi penggunaan lensa

kontak. Sebelum pemakaian lensa kontak ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu: produksi air mata yang cukup, refleks mengedip yang

normal, epitel kornea yang sehat, tidak ada radang/infeksi pada segmen

anterior mata dan penderita harus kooperatif. 7,15,16

Materi lensa kontak yang ideal adalah yang memenuhi kondisi

berikut ini:7,16

 Memberikan oksigen yang cukup untuk kornea untuk memenuhi

kebutuhannya

 Transparan secara optik

 Memiliki dimensi yang stabil


18

 Memiliki wettability (kemampuan membentuk lapisan film air mata yang

utuh pada permukaan lensa) yang baik pada mata

 Memerlukan perawatan yang minimal

 Mudah diproduksi

Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens)

serta lensa kontak keras (hard lens) yang terdiri atas non gas-permeable

dan Rigid Gas Permeable (RGP). Pengelompokan ini didasarkan pada

bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak dapat disusun oleh silicone

hydrogel, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinylcopolymer

sedangkan lensa kontak keras yang non gas-permeable disusun dari

PMMA (polymethylmetacrylate). Lensa kontak keras sekarang ini terbuat

dari bahan gas permeabel seperti siloxane methacrylate, fluorosiloxane

methacrylate, cellulose acetate butyrate (CAB), fluoropolymers, dan alkyl

styrene.7,16

Pemilihan jenis lensa kontak bergantung pada kebutuhan. Sebagai

contoh penderita yang menggunakan lensa kontak hanya untuk berolah

raga lebih baik menggunakan lensa kontak lunak karena adaptasi lebih

cepat. 7,16

3.2.3 Bagian-Bagian Lensa Kontak

Bagian-bagian dari lensa kontak, yaitu: 7,14,15,16

 Base curve (BC)

Merupakan kurva belakang lensa kontak yang berada pada bagian depan

permukaan mata. Untuk mencapai posisi yang tepat kurva ini harus

sejajar dengan kurva kornea. Dinyatakan dalam milimeter atau diopter.


19

 Power

Power lensa berada di depan permukaan lensa. Lensa plus lebih tebal

pada sentral dan lensa minus lebih tebal pada perifer.

 Diameter lensa kontak

Panjang lensa yang melalui diameter terluas disebut diameter lensa.

Diameter lensa kontak lunak biasanya 12-15 mm dan lensa kontak RGP

8-10 mm.

 Kurva perifer

Merupakan kurva di sekeliling base curve pada permukaan posterior

lensa. Kurva perifer memiliki lebar yang tetap 0.3-0.5 mm, tergantung dari

diameter zona optik dan diameter lensa.

 Zona optik

Bagian optik sentral yang terdapat pada base curve lensa dikenal sebagai

zona optik. Berada di bagian sentral lensa dimana terdapat power lensa.

Diameter rata-rata zona optik adalah 7-8.5 mm pada lensa kontak RGP

dan 7-12 mm pada lensa kontak lunak. Zona optik harus tepat menutupi

pupil untuk menghindari silau. Diameter zona optik lebih lebar 2 mm dari

diameter pupil di penerangan redup.

 Ketebalan sentral

Merupakan jarak antara permukaan anterior dan posterior dari pusat

geometrik lensa, biasanya dinyatakan dalam milimeter. Ketebalan lensa

berpengaruh pada transmisi oksigen.


20

Gambar 4. Bagian-bagian Lensa Kontak

Dikutip dari: American Academy of Ophthalmology.

Clinical Optics. Section 3. AAO. 2018-2019

Dibandingkan dengan lensa Rigid, Soft lens diindikasikan pada beberapa

kondisi yang dibutuhkan oleh pasien antara lain: 14,15,16

 Kenyamanan adalah hal yang terpenting pada pasien pengguna lensa

kontak maka lensa kontak lunak menjadi pilihan utama dibandingkan

lensa RGP.

 Ketika pasien menginginkan adaptasi segera dan tidak ingin

menunggu lama untuk proses adaptasi maka kontak lensa lunak

menjadi piluhan utama.

 Saat pasien ingin menggunakan lensa sesekali. Lensa RGP harus

dipakai secara teratur. Jika pasien berhenti pakai selama satu atau

dua minggu dengan lensa RGP. Maka sensasi awal akan muncul

kembali dan pasien perlu memulai kembali adaptasi.


21

 Pasien yang memiliki kesalahan refraktif yang rendah akan merasa

sulit untuk melakukan penyesuaian dengan lensa RGP.

 Olahragawan yang ingin stabilitas lensa lebih besar seharusnya lensa

lunak yang disarankan.

 Pasien dalam kondisi cuaca yang berdebu dan berangin akan sedikit

memiliki masalah dengan lensa kontak lunak dibandingkan RGP.

 Jika warna mata harus diubah atau opasitas harus disembunyikan

maka pilihan yang dipakai adalah jenis lensa kontak lunak.

3.2.4. Uji Pasang Lensa Kontak Lunak (SCL/Soft Contact Lens)

Pada sebagian besar pasien berpikir bahwa pemasangan lensa

kontak lunak tidak memerlukan keterampilan yang tepat. Padahal sangat

dibutuhkan suatu pengetahuan untuk mempelajari karakteristik lensa dan

teknik pemasangan agar komplikasi karena pemasangan yang tidak tepat

dapat dihindari. Tujuan uji pasang lensa kontak adalah untuk kepuasan

pasien, mencapai tajam penglihatan baik, yang tidak fluktuasi dengan

kedipan atau gerakan mata. Uji pasang lensa kontak dikatakan baik jika

posisi lensa di sentral dan bergerak sedikit saat berkedip. 11,12

Untuk memulai pemakaian lensa kontak lunak harus memahami

faktor-faktor dasar, yang mana mempengaruhi kecocokan lensa pada

mata.11,12,13

1. Lensa lunak memiliki modulus elastisitas yang sangat rendah dan

sebagainya tirai kornea, karena yang umumnya terlihat itu kurva dasar
22

universal cocok untuk sebagian besar kornea. Lensa tipis adalah juga

lebih fleksibel, sehingga mereka bergerak lebih minimal dibandingkan

dari lensa yang lebih tebal.

2. Metode manufaktur menciptakan perbedaan dalam pemasangan jenis

lensa kontak. Kelengkungan identik tetapi metode yang berbeda akan

menyebabkan perbedaan tingkat pergerakan.

3. Pemasangan juga tergantung pada kadar air. Kadar air yang lebih

tinggi pada komponen lensa akan membuat lensa lebih fleksibel

sehingga membuat pergerakan lensa lebih minimal dibandingkan

lensa dengan kadar air rendah.

4. Pembacaan keratometri tidak pernah menjadi alat prediksi yang

sebenarnya pada bentuk kornea dan nilai-nilai Sag dari kornea.

Demikian pasien dengan pembacaan K yang sama dapat memiliki

parameter lensa yang berbeda.

5. Gerakan pemasangan lensa juga tergantung pada kekuatan dan

posisi kelopak mata.

6. Lapisan air mata juga dapat mengubah karakteristik pemasangan.

Lensa cenderung mengalami dehidrasi pada mata yang kering

sehingga akan sedikit bergerak. Ionisitas juga mengubah

pemasangan, air mata hipertonik menyebabkan lensa dehidrasi dan

karenanya bergerak lebih sedikit.

Mempertimbangkan semua faktor di atas, maka penggunaan lensa

kontak dapat digunakan oleh pasien dengan optimal. 11


23

Prosedur pada uji pasang lensa kontak lunak: 11,12,13

1. Lakukan pemeriksaan awal mata pada slit lamp biomicrosope

2. Tentukan pasien cocok atau tidak untuk soft lens

3. Lakukan refraksi yang akurat. Penambahan Silinder seharusnya tidak

lebih dari 0,75 dioptri atau dalam rasio 4: 1 (bulat daya: daya silinder)

4. Ukur kelengkungan kornea dengan Keratometer. Meskipun

Keratometer bukanlah prediktor sejati dari basis kurva lensa lunak

5. Ukur HVID. Lensa yang dipilih harus lebih besar dari HVID

6. Lakukan pemeriksaan rutin lainnya seperti lapisan air mata

7. Pilih jenis lensa untuk mata, kadar air, bahan, ketebalan, modalitas,

dan lainnya

8. Pemilihan lensa uji coba.

Lensa kontak lunak memiliki parameter dasar. Parameter lensa uji

coba, dipilih pada kriteria berikut: 11,12,13

a. Kurva dasar

b. Kekuatan

c. Diameter

d. Jenis lensa.

Adapun beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum

melakukan uji coba pemakaian kontak lensa lunak: 11,12,13

a. Pengukuran topografi kornea

Hasil pemeriksaan menunjukkan gambaran kelengkungan dan

ketinggian kornea.
24

b. Pengukuran diameter kornea

Diameter kornea diperoleh dengan mengukur jarak dari limbus ke

limbus pada posisi vertikal / Vertical Visible Iris Diameter (VVID) dan

horizontal / Horizontal Visible Iris Diameter (HVID) yang dinyatakan dalam

milimeter. HVID penting untuk menentukan diameter total lensa kontak

lunak. Diameter lensa yang dipilih adalah diameternya 2 mm lebih besar

dari ukuran HVID.

c. Pengukuran ukuran pupil

Ukuran pupil penting untuk menentukan ukuran zona optik lensa

kontak Pengukuran pupil dilakukan pada rata-rata pencahayaan rendah.

Ukuran zona optik harus lebih besar dibandingkan ukuran pupil.

d. Penilaian tonus kelopak mata

Tidak ada instrumen khusus untuk mengukur tonus kelopak mata.

Metode subjektif untuk mengukur tonus kelopak mata adalah dengan

meminta pasien melihat ke bawah dan membalik kelopak matanya.

Penilaian didefinisikan sebagai kaku, medium, dan kendur.

e. Penilaian laju berkedip

Penilaian normal laju berkedip (15 kali permenit) adalah penting

untuk keamanan pemakai lensa kontak. Selain itu kualitas kedipan apakah

komplit atau sebagian perlu dicatat. Kedipan yang tidak komplit

menyebabkan gangguan lapisan air mata dan dapat mengeringkan

kornea.

f. Penilaian lapisan air mata


25

Lapisan air mata penting untuk memperkirakan kecocokan pemakai

lensa kontak. Pemeriksaan lapisan air mata yang dilakukan:

- Tes Schirmer

Tes ini berguna untuk menentukan apakah produksi air mata cukup untuk

membasahi mata. Pemeriksaan dengan menggunakan kertas filter

whatman 41. Pasien diminta menutup mata untuk mengurangi efek

berkedip. Area yang basah diukur setelah 5 menit. Apabila filter basah 10

– 25 mm maka sekresi lakrimal dinilai normal.

- Tes Break up time

Tes Break up time merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai

kestabilan film air mata yang melindungi kornea, dimana diukur

kekeringan kornea sesudah kedipan pada suatu waktu tertentu. Dengan

meneteskan fluoresein kemudian disinari dengan filter kobalt biru pada

slitlamp dan diukur timbulnya bercak kering dalam detik. Bercak kering

yang timbul kurang dari 10 detik dianggap abnormal.

g. Penilaian dan pengukuran parameter lensa kontak lunak

Dilakukan penilaian base curve dan power lensa kontak.

Pengukuran base curve didasarkan dari hasil keratometri. Power lensa

kontak harus disesuaikan dengan vertex distance jika saat koreksi

didapatkan > 4 D.

Tabel 1. Tabel Vertex Distance


26

h. Dilakukan overrefraksi
27

Pemeriksaan ini dilakukan untuk penilaian subjektif pasien terkait

hasil koreksi dengan lensa kontak lunak yang telah dilakukan. 11,12,13

Pengukuran parameter lensa kontak lunak

 Base Curve

Kurva dasar dipilih berdasarkan keratometri. Itu desain modern

mungkin belum benar-benar memprediksi kurva dasar ini adalah satu -

satunya cara logis untuk memilih lensa uji coba pertama untuk mata.

Kurva dasar berkisar dari 8,1 hingga 9,1 mm diamana langkah-langkah

untuk perhitungan adalah

1. Ukur kelengkungan kornea = konversi dalam milimeter (lihat grafik

konversi)

2. Tambahkan 1 mm ke rata-rata K

Misalnya, Km = 43.0 @ 180 /43.50 @ 90

= 7.85 / 7.76

= 7.80

Tambahkan 1 hingga 7,80 = 8,80 mm.

Ini adalah kurva dasar dari lensa percobaan yang diperlukan untuk

memulai.

3. Selain membaca K. Bergantung pada pedoman pabrik dalam

pemasangan memandu dalam pemilihan lensa uji coba.

4. Pilih lensa yang paling dekat dengan BC yang diperlukan.

 Power
28

Lensa yang dipilih harus memiliki kekuatan sedekat mungkin

dengan kekuatan kacamata, Ada beberapa langkah dasar untuk

menghitung daya yang diharapkan dari lensa kontak lunak. Kekuatan

lensa kacamata harus diatas 4D karena jika dibawah ini maka selisih

power lensa kontak dengan kacamata terlalu kecil jadi dapat diabaikan.

Pengkonversian power dapat dilihat dari tabel jaraj vertex. 14

 Water content (Kadar air)

Kadar air pada lensa lunak diklasifikasi dalam beberapa jenis yaitu

kadar air rendah (38% atau kurang), sedang (38% hingga 45%), atau

tinggi (55% atau lebih besar). Kadar air adalah faktor dalam kualifikasi

lensa untuk pemakaian sehari-hari atau penggunaan dalam jangka

panjang. Kadar air juga merupakan faktor penting dalam keluhan pasien

yang berkaitan dengan “kering gejala mata. Lensa kontak lunak telah

terbukti kehilangan sekitar 6% hingga 10% dari kadar airnya dalam enam

jam pertama dipakai. Saat lensa mengalami dehidrasi, lensa akan

cenderung menajam dan mungkin menjadi lebih kencang di mata. Ketat

mungkin terkait dengan keluhan pasien tambahan pelepasan lensa yang

sulit, penglihatan kabur, dan mata merah. Sehingga kebutuhan air pada

jenis lensa kontak lunak mengambil asupan air dari lapisan air mata. 14

Kalsifikasi FDA dari material hydrogel terbagi dalam 4 grup yaitu: 12,13,14

1. Grup 1: kadar air rendah (<50%) non ionic

2. Grup 2: kadar air rendah (<50%) ionic


29

3. Grup 3: kadar air tinggi (>50%) non ionic

4. Grup 4: kadar air tinggi (>50%) ionic

 Dk (diffusion coefisien)

Karena kornea menerima sebagian besar oksigen dari atmosfer,

maka transmisibilitas oksigen sesuai dengan lensa kontak satu sifat yang

paling penting. Permeabilitas oksigen adalah kemampuan suatu material

lensa kontak untuk oksigen menembus material dimana digambarkan

sebagai Dk, di mana D adalah kemampuan material menembus lensa

kontak dan k adalah kelarutan oksigen pada bahan material. Tingkat

sensitivitas adalah ukuran seberapa cepat oksigen dapat bergerak melalui

material, sedangkan kelarutan adalah ukuran berapa banyak oksigen

yang bisa ditampung material. Permeabilitas oksigen Permeabilitas

oksigen diatur oleh EWC dalam hidrogel. Hubungan ini didasarkan pada

kemampuan oksigen untuk lewat melalui air ketimbang melalui

materialnya sendiri. Telah terbukti terdapat hubungan antara EWC dan

permeabilitas oksigen. Untuk menghitung jumlah oksigen yang akan

bergerak dari anterior ke posterior lensa, maka ditentukan oleh oksigen

permeabilitas (Dk) dibagi dengan ketebalan lensa (t). 13,14

Penilaian pemasangan lensa kontak

Penggunaan flourescein sangat penting dalam fitting lensa kontak

lunak. Dasar dari penilaian pada gambaran fluorescein adalah bila tidak

ada warna hijau dalam pewarnaan flourescein daerah yang diwarnai akan

tampak berwarna hitam. Reflek hitam ini diindikasikan bahwa daerah


30

tersebut tidak ada lapisan air mata yang mengandung fluorescein berarti

pada tempat lensa kontak menempel langsung pada kornea. Sebaliknya

tempat lensa kontak tidak menempel pada kornea ruang ini akan teisi oleh

flourescein. Pola flourescein yang ideal cendrung untuk sejajar dimana

kurva posterior lensa paralel dengan kurvatura kornea. 13,14

 Pergerakan

Pergerakan lensa penting pada uji pasang kontak lensa lunak

karena memfasilitasi perubahan air mata, mengangkat debris di bawah

lensa, dan pertukaran oksigen selama berkedip. Posisi ideal saat bergerak

adalah 0.2 – 0.4 mm saat berkedip. Pergerakan yang halus menandakan

posisi yang bagus. Lensa posisi ketat akan bergerak sedikit,

menyebabkan stagnasi debris di bawah lensa dan mata merah. Lensa

yang bergerak berlebihan berada pada posisi longgar dan menyebabkan

ketidaknyamanan pemakai.13,14

 Sentrasi

Lensa pada posisi sentral berada pada kornea pada semua posisi

gerakan. Zona optik menutupi aksis visual atau seluruh bagian pupil.

Lensa yang tidak sentral akan menyentuh konjungtiva dan menyebabkan

rasa tidak nyaman.13,14


31

3.2.5 Kontra Indikasi 15,16

1. Inflamasi segmen anterior yang aktif

Inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea atau traktus uvea

anterior.

 Kondisi kelopak mata seperti skuomosa atau blefaritis rosasea,

kalazion dan penyakit ini harus diatasi dulu sebelum pemberian

lensa kontak.

 Konjungtiva bulbi seperti adanya folikel atau papil pada

konjungtiva tarsal. Adanya pterigium, namun untuk ptrerigium

yang kecil tidak melewati limbus dapat dipertimbangkan untuk

pemakaian lensa kontak.

2. Riwayat baru atau terjadinya erosi kornea atau rekuren

 Parut dari trakoma kornea, keratitis intersisial lama.

3. Distrofi membran dasar anterior

4. Dry eye

 Sekresi air mata yang kurang pada keratokonjungtifitis sicca dapat

menyebabkan BUT yang cepat.

5. Bleb setelah operasi glaukoma

 Gerakan lensa kontak dapat terjadi saat pasien mengedip

sehingga dapat megenai blep sehingga blep dapat pecah.

Glaukoma sendiri bukan bukan suatu pertimbangan yang penting

untuk pemakaian lensa kontak teknik khusus dapat diambil

apabila adanya drainase blep.


32

3.2.6 Strategi Dalam Pemilihan Dan Fitting Lensa Kontak

Memilih Lensa Kontak

Kesehatan mata pasien, jadwal pemakaian lensa, dan aktivitas

akan membantu menentukan bahan lensa terbaik. Lensa dengan

kandungan air tinggi mungkin memiliki kerugian relatif untuk beberapa

pasien karena pembentukan kulit seperti kaca kondisi kelembaban

rendah, berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan. Demikian pula, lensa

ionik akan menumpuk protein dari waktu ke waktu selain menyebabkan

ketidaknyamanan, penumpukan protein dapat berpotensi menyebabkan

kejadian fisiologis yang merugikan, seperti sebagai konjungtivitis papiler

raksasa, atau dapat mengganggu kestabilannya lapisan fosfolipid dari film

air mata. Pemakaian kontak lensa lunak semalaman harus dicegah. Lensa

sekali pakai harian baik untuk pasien dengan alergi atau pasien dengan

tingkat deposisi lipid yang tinggi. Silikon hydrogel lensa meningkatkan

permeabilitas oksigen, meningkatkan akhir hari kenyamanan bagi banyak

pasien. Jika silikon hydrogel lensa dipilih, disarankan untuk memilih

perawatan sistem yang kompatibel dengan bahan lensa. Selagi korelasi

antara pewarnaan kornea dan kontak lensa lunak terkait kering mata tidak

terbentuk, maka lensa kontak lunak material hydrogel dengan kadar air

yang rendah dapat menjadi pilihan. 14,15


33

Tabel 2. Karakteristik jenis-jenis lensa kontak lunak15


BAB IV

DISKUSI

Tn. A menggunakan lensa kontak untuk masalah kosmetiknya.

Pasien sangat ingin menggunakan lensa kontak sehingga disarankan

untuk memakainya. Pasien dinasihati untuk menggunakan silikon hidrogel

terlebih dahulu, tetapi faktor biaya membuatnya tetap menggunakan lensa

hidrogel konvensional. Pasien baik-baik saja dengan lensa kontak

tersebut. Pasien memiliki kepatuhan yang baik dan mengikuti instruksi

perawatan dan pemeliharaan yang tepat untuk lensa dan tidak pernah

tidur dengan memakai lensa.

Pasien menderita CLPC, pada lensa kontaknya terdapat fine edge

defect. Lensa mungkin telah robek karena tutup yang tidak benar dari

penutup lensa atau mungkin karena kuku jari saat membersihkan. Pasien

tidak menyadarinya dan menggunakan lensa selama beberapa hari. Hal

ini menyebabkan trauma pada konjungtiva tarsal sehingga melepaskan

faktor kemotaksis neutrofil. Ini adalah faktor penyebab CLPC pada kasus

ini. Pasien merasa tidak nyaman saat pertama memakai lensa kontak

sebagai penyesuaian normal tetapi dalam beberapa hari mengeluh

gejalanya meningkat dari hari ke hari. Sehingga pasien datang ke RS

Mata Nepal untuk berobat.

Trauma yang diinduksi dari bentuk edge defect adalah penyebab

CLPC dan dikelola sesuai tindakan non farmakologis dan farmakologis.

34
35

Pasien diminta menghentikan pemakaian lensa dan mendapatkan obat.

Kemudian pasien juga diberikan lensa kontak hidrogel silikon dan sekali

lagi diinstruksikan untuk penanganan, kebersihan dan pemeliharaan

lensa.
BAB V

KESIMPULAN

Contact lens induced papillary conjunctivitis (CLPC) adalah suatu kondisi

peradangan yang mempengaruhi konjungtiva tarsal.

Ini adalah kompleks, dimediasi secara lokal, hipersensitivitas dan /

atau respon traumatis terlihat pada lensa kontak dan pengguna prostesis

okular, dan pada jahitan kornea yang terbuka. Orang yang mengalami

kondisi ini mengalami iritasi mata yang menyebabkan intoleransi lensa

kontak. Mata sering merah dan konjungtiva palpebra terdapat papil saat

dielevasi.

Perawatan untuk CLPC mencakup peningkatan kebersihan lensa

kontak dan penggantian lensa lebih sering. Tetes mata seperti anti-

histamin atau stabilisator sel mast sering diperlukan untuk meringankan

gejala dan memperbaiki tanda-tanda klinis. Tetes mata steroid mungkin

diperlukan dalam kasus yang lebih parah. Penilaian awal, diagnosis dan

manajemen sangat penting.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Spring TF (1974) Reaction to hydrophilic lenses. Med J Aust 1(12):

449-450.

2. Allansmith MR, Korb DR, Greiner JV, Henriquez AS, Simon MA, et al.

(1977) Giant papillary conjunctivitis in contact lens wearers. Am J

Ophthalmol 83(5): 697708.

3. Korb DR, Allan smith MR, Greiner JV, Henriquez AS, Richmond PP, et

al. (1980) Prevalence of conjunctival changes in wearers of hard

contact lenses. Am J Ophthalmol 90(3): 336-341.

4. Allansmith MR, Ross RN (1989) Early stages of giant papillary

conjunctivitis. Cont Lens J 17: 109-114.

5. Alemany A, Redal A (1991) Giant papillary conjunctivitis in soft and

rigid lens wear. Contactologia 13: 14-17.

6. CarntNA, Evans VE, Naduvilath TJ, Willcox MD, Papas EB, et al.

(2009) Contact lens-related adverse events and the silicone hydrogel

lenses and daily wear care system used. Arch Ophthalmol 127(12):

1616-1623.

7. Holden BA, Sankaridurg PR, Jalbert I (2000) Adverse events and

infections. In: Silicone Hydrogels: The Rebirth of Continuous Wear

Contact Lenses, D Sweeney (Ed.), Butterworth Heinemann, Oxford,

UK, pp: 150-213.

37
38

8. Cheryl S (2007) Contact lens induced papillary conjunctivitis (CLPC)

with silicone hydrogel (SiH) contact lenses, at Vision CRC, The

University of New South Wales.

9. Cantor LB, et all. Basic and clinical science course: Section 3; Clinical

Optics. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2019.

10. Bowling B. Kanski’s clinical ophthalmology. 8 th ed. Australia: Elsevier;

2015. 120-129p

11. Chaudhry, M. Contact Lens Primer. New Delhi: Jaypee Brothers and

Medical Publisher. 2007: 28-120p.

12. Mukherjee, PK. Manual of optic and refraction. Errors of Refraction

and Contact Lenses. London: Jaypee Brothers Medical Publishers.

2015: 58-154p

13. Gasson, A and Morris, J. The Contact Lens Manual. A practical guide

to fitting. London: Elsevier. 2003: p 78-94, 122-132, 198-212, 433-

434p.

14. Bennett ES. Chapter 20: Optics of Contact Lenses. In: Handbook of

Optics. Volume III, Third Edition. Bass M (ed). New York: McGraw-Hill.

2010.

15. Lima, Kara-Jose, and Nichols. Indications, Contraindications, and

Selection of Contact Lens. Contact Lens in Ophthalmic Practice.

Springer: 2004.

16. Ledford JK, et all. Contact Lenses. United States: SLACK

Incorporated. 2003.
39

Anda mungkin juga menyukai