Januari 2023
Pembimbing
DR. dr. Anang Tribowo, Sp. M. (K), Subsp. IIM
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk melaporkan pasien
Leukoma Kornea dengan Tatalaksana Penetrating Keratoplasty.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identifikasi
Seorang anak laki-laki, berusia 8 tahun, siswa, etnis Melayu, beralamat luar
kota, datang ke poliklinik RSMH. Pasien datang dengankeluhan pandangan kabur
pada mata kanan.
3
4
• Leukoma Kornea OD
2.6. Penatalaksanaan
- Informed consent
- Pro Keratoplasty OD
- Pro konsul TS anestesi
SGPT 15 UI
2.8. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
8
Laporan Operasi
13 Oktober 2023
1. Operasi dimulai pukul 11.30 WIB. Pasien
posisi Supine dalam General Anasthesia.
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
pada kedua mata dan sekitarnya dengan
povidon iodine 10%. Lapangan operasi
dipersempit dengan Doek Steril dan
dipasang eyedrap, dilakukan pemasangan
blefarostat pada mata kanan. Dilakukan
pengukuran defek kornea dengan
menggunakan caliper 7.5 mm.
2. Dilakukan trepinisasi resipien dengan trepin
8.0 mm
2.9 Follow-up
2.9.1 14 Oktober 2023
S/ Pasca operasi hari ke 1, nyeri pada mata sebelah kanan (+), mata berair-
air (+), menganjal (+)
Status Oftalmologikus
Mata Kanan Mata Kiri
Diagnosa
• Post Keratoplasty H ke 1 ai Leukoma Kornea OD
Tatalaksana
• Informed Consent
• Cefixime tab 100mg/ 12 jam PO
• Asam Mefenamat tab 250 mg/ 8 jam PO
• Methylprednisolone 4mg/ 12 jam PO
• Moxifloxacin 1 gtt/ 3 jam OD
• Prednisolone Acetat ED 1gtt/ 4 jam OD
• Betaxolol 0.5% ED 1 gtt/ 12 jam OD
• Sodium Chloride 1 gtt/ 3 jam OD
12
Diagnosa
• Post Keratoplasty H ke 2 ai Leukoma Kornea OD
Tatalaksana
• Informed Consent
• Acc rawat jalan kontrol minggu depan
• Cefixime tab 100mg/ 12 jam PO
• Asam Mefenamat tab 250 mg/ 8 jam PO
• Methylprednisolone 4mg/ 12 jam PO
• Moxifloxacin 1 gtt/ 3 jam OD
• Prednisolone Acetat ED 1gtt/ 4 jam OD
• Betaxolol 0.5% ED 1 gtt/ 12 jam OD
• Sodium Chloride 1 gtt/ 3 jam OD
14
Diagnosa
• Post Keratoplasty H ke 6 ai Leukoma Kornea OD
Tatalaksana
• Informed Consent
• Cefixime tab 100mg/ 12 jam PO
• Asam Mefenamat tab 250 mg/ 8 jam PO
• Methylprednisolone 4mg/ 12 jam PO ( Tappering Off)
• Moxifloxacin 1 gtt/ 3 jam OD
• Prednisolone Acetat ED 1gtt/ 4 jam OD
• Betaxolol 0.5% ED 1 gtt/ 12 jam OD ( Stop)
• Sodium Chloride 1 gtt/ 3 jam OD
16
Papil Bulat, batas tegas, warna merah Bulat, batas tegas, warna merah
normal, cdr 0,3 A:V = 2:3
normal, cdr 0,3 A:V = 2:3
Makula RF (+) normal RF (+) normal
Diagnosa
• Post Keratoplasty 1 Bulan ai Leukoma Kornea OD
Tatalaksana
• Informed Consent
• Methylprednisolone 4mg/ 24 jam PO ( Tappering Off)
• Flourometholone 1 gtt/ 4 jam OD
• Sodium Chloride 1 gtt/ 3 jam OD
18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea terdiri dari jaringan ikat avaskular transparan yang menutupi bagian
depan mata. Kornea adalah salah satu jaringan yang paling banyak persyarafannya
dalam tubuh, melindungi mata bagian dalam dari penetrasi benda asing dan
patogen, dan berkontribusi, bersama dengan lapisan air mata, dua pertiga dari
kekuatan bias mata. Sumber oksigen dibagian anterior berasal dari air mata dan
posterior oleh aquos humor. Kornea harus mempertahankan tekanan intraokular
dan menahan kekuatan dari otot ekstraokular selama gerakan mata. Bentuk dan
kelengkungan kornea, yang relevan untuk refraksi, dicapai dengan pengaturan
spesifik kolagen lamellae dalam stroma, dan transparansi kornea, yang sangat
penting untuk penglihatan, adalah hasil dari banyak faktor termasuk avaskularitas
jaringan kornea, integritas epitel kornea, dan pengaturan komponen ekstraseluler
dan seluler stroma, yang tergantung pada keadaan hidrasi yang diatur oleh
endotelium kornea.4
Gambar 1. Lapisan kornea normal. Epitel terdiri dari 4-6 lapisan sel,
tetapi dapat meningkat ketebalannya dalam mempertahankan permukaan yang
halus.Dikutip dari : External Disease and Cornea.San Fransisco: American
Academy of Ophtalmology 2022-2023. P.7
19
a. Epitel Kornea
Epitel memiliki peran penting dalam penglihatan karena sebagian besar
kekuatan refraksi mata terjadi antara udara dan lapisan air mata. Tight junction yang
terdapat di epitel memiliki peran membantu mempertahankan kornea dengan
menghambat masuknya patogen ke dalam stroma.2
Permukaan kornea ditutupi oleh epitel bertingkat, nonkeratinisasi, dan
berbentuk skuamosa, dengan ketebalan sekitar 50 μm. Epitel kornea dapat disusun
menjadi tiga lapisan, lapisan sel superfisial atau skuamosa, lapisan sel sayap
suprabasal, dan lapisan sel kolumnar basal. Desmosom meningkatkan daya rekat
yang kuat antara sel-sel pada semua lapisan epitel. Lapisan superfisial dibentuk oleh
2-3 lapisan sel poligon datar, yang membentuk intercellular tight junction untuk
memberikan penghalang yang efektif dan banyak mikrofili permukaan, yang
meningkatkan luas permukaan sel dan meningkatkan penyerapan oksigen dan
nutrisi dari lapisan air mata. Air mata terdiri dari tiga lapisan: lapisan lipid
superfisial untuk memberikan perlindungan dari penguapan, lapisan air
memberikan nutrisi dan pasokan oksigen ke epitel kornea, dan lapisan musin basal,
yang berinteraksi erat dengan sel epitel untuk memungkinkan pelumasan
permukaan mata dan penyebaran lapisan air mata setiap kelopak mata berkedip.4
Lapisan air mata juga memasok faktor-faktor imunologis dan pertumbuhan
yang sangat penting untuk kesehatan epitel, proliferasi, dan perbaikan. Lapisan sel
sayapdibentuk oleh 2-3 lapisan sel berbentuk sayap. Lapisan basal terdiri dari satu
lapisan sel kolumnar yang melekat pada membran basement di bawahnya oleh
20
Epitel kornea merespon cedera dalam tiga fase, yaitu: migrasi, proliferasi, dan
diferensiasi dengan perlekatan kembali ke membran basal. Setelah cedera, sel-sel yang
berdekatan dengan epitel yang cacat bermigrasi untuk menutupi luka dalam beberapa jam.
Setelah penutupan luka, epitel basal dan limbal stem cell berproliferasi dan berdiferensiasi
untuk membentuk kembali epitel.
Pada fase akhir, hemidesmosom mengikat sel-sel epitel basal dengan erat ke
membran basement danstroma. Jika membran basement tetap utuh, adhesi yang kuat
terbentuk hanya dalambeberapa hari. Jika membran dasar rusak, perbaikannya bisa
memakan waktu hingga 6 – 12 minggu . Selama waktu ini, perlekatan epitel ke
membran basement yang baru cenderung tidak stabil dan lemah.4
21
b. Membran Bowman
Lapisan Bowman mewakili bagian stroma kornea yang paling anterior
dan aselular. Ketebalannya sekitar 8-12 μm dan tersusun dari serat-serat
kolagen yang tersusun secara acak, berdiameter 20-25 nm, terdiri dari kolagen
tipe I, III, V, danVI. Ketebalannya telah dilaporkan menurun dengan usia 0,06
μm per tahun,sehingga kehilangan sepertiga dari ketebalannya antara usia 20
dan 80 tahun. 5-6
Lapisan Bowman berperan dalam perlindungan pleksus saraf subepitel
yang berjalan melalui stroma anterior. Hilangnya lapisan Bowman, seperti
pada pasien pasca phototherapeutic keratectomy, tidak menyebabkan
hilangnya fungsi, penglihatan atau perubahan struktural yang signifikan dari
kornea secara keseluruhan. 2,7
Peran fungsional lapisan Bowman tidak sepenuhnya diketahui, tetapi
diyakini berfungsi sebagai penghalang yang melindungi stroma kornea dan
saraf dari cedera traumatis. Selain itu, diperkirakan untuk memastikan
perlengkatan epitel ke stroma kornea dan membantu mempertahankan bentuk
dan kekuatan tarik kornea. Lapisan Bowman juga berfungsi sebagai perisai UV
penting yang melindungi mata bagian dalam dan penghalang terhadap invasi
tumor epitel ke dalam stroma kornea.4
c. Stroma kornea
Stroma membentuk sekitar 90% dari total ketebalan kornea. Sel stroma,
dikenal sebagai keratosit, merupakan 10%–40% dari volume kornea,
tergantung pada usia, hilangnya kepadatan keratosit terjadi seiring
bertambahnya usia. Biasanya, sel-sel ini berada di antara lamella kolagen.
Stroma terdiri dari kira-kira 200 lamellae, yang tebalnya 1,5-2,5 μm dan terdiri
dari fibril kolagen yang terjerat dalam matriks yang terdiri dari proteoglikan,
protein, dan glikoprotein. Fibril stroma dalam setiap lamella berdiameter
sempit dan seragam, pada manusia, rata- rata diameter fibril adalah 30 nm.
Stroma cenderung kurang padat di bagian posterior.8
Stroma adalah lapisan paling tebal dari kornea yang berukuran sekitar 500
μm. Terdiri dari bundel yang teratur dari serat-serat kolagen yang tertanam
dalam matriks ekstraseluler yang kaya glikosaminoglikan, yang diselingi
dengan sel-sel mirip fibroblast yang membesar yang disebut keratosit.
Organisasi kolagen dalam stroma sangat penting untuk fungsi kornea seperti
transmisi cahaya danpemeliharaan kelengkungan kornea, kekuatan tarik, dan
22
kekakuan.2,8
d. Membran Descemet
Diperkirakan ada sekitar 7000 nosiseptor per mm2 di epitel kornea manusia.
Kepadatan ujung saraf per satuan luas 400 kali lebih tinggi daripada di kulit,
menjadikan kornea salah satu jaringan yang paling padat dipersarafi dalam tubuh.
Sesuai dengan kepadatan ujung saraf, sensitivitas kornea meningkat dari limbus ke
kornea sentral. Saraf kornea melepaskan neuropeptida, seperti zat P dan calcitonin
gene-related peptide (CGRP), yang memiliki fungsi penting pada epitel kornea dan
merangsang penyembuhan luka epitel. Hilangnya persarafan sensorik kornea dapat
menyebabkan keratopati neurotropik, yang menyebabkan cacat epitel,
penyembuhan luka yang buruk, dan ulkus. 10,11
Opasitas kornea seperti leukoma kornea umumnya terjadi akibat trauma yang
terjadi secara insidental ataupun iatrogenik. Pada kasus ini, pasien mengalami
trauma akibat kejadian insidental. Sebuah laporan kasus menunjukkan kasus
pasca-trauma menjadi penyebab opasitas kornea tersering (47,2%), diikuti oleh
kasus pasca-ulserasi (37,7%), glaukoma (7.5%), dan sebab lain yang tidak
diketahui 4%). Demografi pasien dengan penyebab yang beragam yaitu pasca
trauma dan iatrogenik. Kasus iatrogenic yang dimaksud seperti pasca vitrectomy,
operasi glaukoma, operasi katarak, operasi strabismus.13
1. Sudah di atas 17 tahun dan ikhlas tanpa paksaan dari pihak lain
9. Kornea donor harus digunakan dalam waktu kurang dari 2 x 24 jam untuk
tingkatkeberhasilan lebih baik
4. Jaringan kornea yang keruh bebas dari perlekatan dengan jaringan lain di
dalambola mata.
5. Tekanan bola mata normal.
10. Mata harus diambil kurang dari 6 jam setelah meninggal dunia,
Endothelial vitality Minimal 2000/mm
11. Kornea donor harus digunakan dalam waktu kurang dari 2 x 24 jam untuk
29
12. Mata harus diambil kurang dari 6 jam setelah meninggal dunia,
Endothelial vitality Minimal 2000/mm
13. Kornea donor harus digunakan dalam waktu kurang dari 2 x 24 jam
4. Jaringan kornea yang keruh bebas dari perlekatan dengan jaringan lain
di dalambola mata.
yang lebih kuat dan stabil. 1,14,20 Kebanyakan ahli bedah memotong donor 0,25-
0,5 mm lebih besar daripada kornea resipien. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
terjadinya postoperative glaukoma, meningkatkan kerapatan penutupan luka,
mencegah terjadinya sinekia anterior dan kornea flatteing, serta memberikan sel-
sel endotel lebih banyak pada kornea resipien. 1,14,19
kendor karena kontraksi dari luka, jahitan dapat dibuka secara selektif.
Variasi dari jahitan tergantung dari keadaan klinis dan preferensi dari
operator. Kornea yang memiliki banyak vaskularisasi, inflamsi, atau tipis
cenderung tidak terprediksi kapan terjadi penyembuhan. Jahitan interuptus
biasanya16 – 24 jahitan adalah teknik yang tepat untuk tipe kornea yang seperti
ini, termasuk untk keratoplasty pada anak-anak, dimana proses peyembuhan
luka berlangsung cepat. Jika terjadi penarikan karena pembuluh darah maupun
kendor karena kontraksi dari luka, jahitan dapat dibuka secara selektif.
4. Komplikasi Intraoperatif.
Komplikasi yang dapat terjadi selama keratoplasty antaralain
sebagaiberikut:
a. Kerusakan lensa dan/atau iris dari trepin, gunting, atau instrument lain
b. Ireguler trepinasi
c. Inadequate vitrektomi sehingga vitreus menempel pada endotel graft
d. Perdarahan yang banyak karena luka iris ataupun tepi luka pada
kornea yangbanyak vaskularisasi
e. Perdarahan koroid dan effuse
f. Inkarserata iris pada luka
g. Kerusakan pada endothelial donor saat trepinasi atau handling
5. Perawatan Postoperatif
Keberhasilan jangka pajang dari keratoplasty tergantung dari
kualitas perawatan postoperative. Perawatan rutin postoperatif
32
nyeri, iritasi dan fotofobia. Gejala yang timbul tergantung pada keparahan
rejeksi. Beberapa pasien yang mengalami rejeksi tidak megalami gejala
(asimptomatik). Insidens rejeksi paling tinggi pada 1,5 tahun pertama setelah
transplantasi namun dilaporkan pula dapat terjadi setelah 20 tahun. 14,16,17,19
Tanda klinis terjadinya rejeksi antara lain edema kornea, keratic presipitat (KP)
pada graft kornea namun tidak pada kornea perifer resipien, vaskularisasi kornea,
infiltrat stroma, infiltrat subepitelial. 14,16,17,19
33
a. Graft Rejection
Tindakan operasi untuk mengganti kornea resipien yang sakit dengan kornea donor
yang sehat kadang-kadang mengalami kegagalan oleh adanya reaksi penolakan dari
resipien terhadap kornea donor. Reaksi ini dapat terjadi paling awal 2 atau 3 minggu
sampai beberapa tahun pasca bedah. Diagnosis reaksi penolakan ditegakkan
berdasarkan hal-hal berikut: pengurangan visus, mata merah, rasa yang tidak enak
di mata dan silau. Pada pemeriksaan terdapat injeksi perikornea graft yang udem,
flare positif. Angka keberhasilan pencangkokan kornea tinggi, karena kornea yang
avaskuler dan di kornea tidak ada saluran limfe. Kalau hal ini terdapat kemudahan
peningkatan reaksi imunologik maka akan menimbulkan reaksi tipe IV, yang
berupa reaksi penolakan. 2,13,14
b. Faktor Risiko
• Bilateral keratoplasy
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien seorang laki-laki berusia 8 tahun asal dari luar kota datang dengan
keluhan Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur pada mata kanan sejak 1
tahun yang lalu. Awalnya mata kanan pasien tercolok oleh rekannya saat sedang
bermain, lalu mata merah dan nyeri sebelumnya.
Pada 10 bulan yang lalu tampak bagian berwarna putih pada bagian bola mata
kanan pasien sehingga mata pasien, sehingga kabur dan sulit melihat, bagian putih
pada mata meluas pada 7 bulan terakhir, karena menggangu aktivitas dan
pembelajaran di kelas.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus penderita pada mata kanan
2/60. Pada pemeriksaan segmen anterior tampak pada Kornea keruh, tampak
Sikatriks dengan Ukuran 5x 4 mm, central- perifer, arah pukul 4-9 Jernih.
Dari anamnesis serta pemeriksaan oftalmologis dapat disimpulkan bahwa
pasien didiagnosis dengan Leukoma Kornea OD. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada leukoma kornea gambaran opasitas kornea yang terlihat dengan menatap
langsung mata pasien. Leukoma kornea mengobstruksi secara langsung sinar yang
menuju mata, menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang signifikan bahkan
kebutaan.12
Jika sikatrik kornea telah mengganggu penglihatan tidak ada pengobatan
yang dapat dilakukan kecuali keratoplasty atau pencangkokan kornea.2,3
Penetrating keratoplasty (PK) merupakan tindakan yang diindikasikan untuk
beberapa kelainan kornea dengan derajat keparahan yang tinggi seperti
keratokonus, distropi, penipisan atau terbentuknya sikatriks yang luas ( leukoma
kornea) maupun trauma. Karena indikasi leukoma kornea sehingga dipilihlah
tatalaksana berupa teknik operasi penetrating keratoplasty.16
Pada pasien persiapan operasi dari hasil lab hingga pemeriksaan baik dan
pasien masuk sesuai sebagai kriteria donor yang baik karena pada usia yang muda.
Pasien mendapatkan donor dari pasien dengan usia 53 tahun. Donor dari pasien
berusia kurang dari 60 tahun merupakan kualitas donor yang baik dibandingkan
34
35
resipien dan donor, namun pada pasien saat ini masih diperlukan follow-up lebih
lanjut karena keadaan graft rejection dapat terjadi meskipun telah menerima donor
selama berbulan bulan.
Keberhasilan jangka panjang dari keratoplasty tergantung dari kualitas
perawatan pasca operasi. Perawatan rutin pasca operasi seperti pemberian antibiotik
topikal, tappering kortikosteroid topikal, dan kunjungan rutin adalah cara langsung
untuk mengetahui secara dini bila terjadi komplikasi setelah keratoplasty, serta
mengoptimalkan penyembuhan luka pasca operasi dan rehabilitasi pengelihatan
yang cepat.
Prognosis pada pasien ini quo ad functionam adalah dubia ad bonam, hal ini
walau sudah menunjukan perbaikan visus namun follow-up secara terus menerus
harus dilakukan karena graft rejection dapat terjadi meskipun telah menerima
donor selama berbulan bulan.
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus Leukoma kornea akibat trauma pada pasien laki
-laki usia 8 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan
dipilih tatalaksana berupa tindakan penetrating keratoplasty, dalam laporan kasus
ini tindakan terbukti efektif dalam memperbaiki visus pasien. Tindakan
keratoplasty selain memperbaiki visus pada pasien dapat memperbaiki estetika
pasien, yang diharapkan dapat memperbaiki Quality of Life pasien.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39