Anda di halaman 1dari 32

ILMU PENYAKIT DALAM

KEPALA DAN LEHER


1. ANAMNESA
Dalam melakukan anamnesa perlu diingat kembali tatacara pelakasanaannya, yakni
perkenalan, pencatatan identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat pemyakit keluarga (baik penyakit bawaan maupun
penyakit genetik), riwayat pengobatan (seperti sudah minum obat apa saat mengalami
keluhan tersebut atau sudah memeriksaan diri ke dokter lain sebelumnya dan obat-obatan
apa yang dikonsumsi oleh pasien sekarang), dan riwayat sosial ekonomi.
Sakit kepala
Sakit kepala biasanya tidak dikaitkan dengan penyakit penting. Ciri sakit
kepala yang disebabkan oleh dilatasi darah adalah berdenyut. Tumor yang letaknya
dalam menyebabkn nyeri tumpul, dalam seperti sakit gigi. Neuralgia menyebabkan
nyeri seperti ditusuk-tusuk. Ketengangan menyebabkan rasa tertekan atau nyeri
seperti tertekan pita yang melingkar.
Waktu terjadinya juga menyaranan diagnosis tertentu. Pada pasien hipertensi,
sinusitis, dan tumor biasanya sakit kepala timbul pada pagi hari. sakit kepala karena
ketegangan dan kelelahan mata akibat astigmatisme ringan sereingkali memburuk
pada siang dan malam hari. sakit kepala yang telah bertahun-tahun diderita
kemungkinan besar tidak berkaitan dengan neoplasma.
Mintalah pasien menunjukkan dengan tepat lokasi nyeri. Migren basanya
unilateral dan seringkali didahului oleh aura atau tanda peringatan, biasanya visual.
Nyeri kepala karena ketegangan hampir selalu di daerah oksipital karena berkaitn
dengan spasme musculus paraspinosus leher. Peradangan sinus biasanya lokasi nyeri
berdasarkan letak sinus-sinus itu sendiri. Namun nyeri dapat beralih ke oksipital bila
mengenai sinus sfenoid.
Gejala-gejala yang berkaitan memberikan petunjuk penting dan kadang-kadang
hanya secara samar-samar. Batuk malam hari dan tetesan post nasal (post nasal drip)
memperkuat diagnosis penyakit sinus.
Arteri-arteri duralis, arteri-arteri pada dasar otak dan sinus-sinus venosus yang
besar mengindera sakit kalau terjadi spasme atau kalau sangat membengkak. Faktorfaktor seperti demam, retensi CO2 atau CO, dan hipoksia mengubah tonus pembuluh
darah serebral dan dapat menyebabkan sakit kepala. Peradangan arteri temporalis
dapat menyebabkan sakit kepala dan myalgia didaerah bahu dan ekstermitas superior.

Peningkatan tekanan intracranial mergangkan selaput otaj dan juga struktur


vaskuler. Tarikan atau deskan pada selaput otak mungkin menyebabkan nyeri pada
penderita tumor otak. Batuk dan mengejan lebih meningkatkan tekanan intracranial
dan memperberat nyeri pada tumor otak karena peningkatan TIK. Tumor otak juga
menyebabkan muntah proyektil. Yang khas pada jenis muntah khusus ini ialah
muntahnya tidak berkaitan dengan rasa mual, terjadinya secara tiba-tiba dan
menyebabkan keluarnya isis lambung dengan kekuatan besar.

Massa pada leher


Gejala atau keluhan utama paling umum adalah adanya benjolan atau
pembengkakan di leher. Apabila pasien mengeluh adanya benjolan dileher ajukan
pertanyaan berikut:
Bila pertama kali anda mengetahui adanya benjolan?
Apakah terasa nyeri?
Apakah benjolan itu membesar?
Pernah mengalami infeksi telinga? . Infeksi mulut?
Apakah suara menjadi serak dengan adanya benjolan?
Jika benjolan dileher ini disertai nyeri, kemungkinan besar terdapat infeksi
akut. Benjolan yang baru ada selama beberapa hari biasanya karena radang, sementara
yang ada selama berbulan-bulan biasanya neoplasma. Massa yang terdapat berbulanbulan hingga tahunan tanpa perubahan ukuran yang berarti biasanya merupakan lesi
jinak atau kongenital. Bendungan pada saluran keluar kelenjar liur dapat
meninmbulkan pembengkakan yang berubah ukuran sewaktu pasien makan.
Umur pasien ada hubungannya dengan penilaian massa leher. Bebjolan di leher
seseorang pasien dibawah 20 tahun kemungkinanan suatu p-embesaran kelenjar getah
bening tonsilar atau massa kongenital. Jika massa itu terletak pada garis tengah,
kemungkinan besr suatu kista tiroglosus. Di antara usia 20-40 tahun, umumnya
penyakit tiroid , meskipun harus dipertimbangkan kemungkinan limfoma. Di atas
umur 40 tahun, massa leher harus selalu dicurigai ganas, sampai terbukti tidak
demikian.
Massa digaris tengah cenderung jinak atau berupa lesi kongenital seperti kista
tiroglosusu atau kista dermoid. Massa dilateral seringkalia neoplasma. Massa di atas
leher mungkin lesi metastatic dari tumor payudara dan lambung. Salah satu massa
lateral leher yang jianak adalah kista celah brankial, yang berupa massa lateral leher
dekat sepertiga anterior atas dari m.sternokleidomastoideus.
Suara serak dengan adanya benjolan tiroid memberi kesan adanya paralisis pita
suara oleh penekanan nerbus laringeus rekuren oleh otak.

Kaku tengkuk
Kaku tengkuk biasanya disebabikan oleh spasme dari muskulus servikal dan
biasanya menyebabkan tension headache. Adanya kaku tengkuk yan tiba-tiba, disertai
demam dan nyeri kepala menimbulkan kecurigaan adanya iritasi meningeal. Nyeri
leher mungkin nyeri alih dari dada. Pasien dengan angina atau infark miokard
mungkin mengeluh nyeri leher.

2. PMX FISIK
Keadaan Umum
Penilaian keadaan umum dilakukan saat seorang dokter pertama kali bertemu dengan
pasien. Secara umum pasien dapat dinilai kondisi sakitnya dalam kondisi sebagai berikut :
Tidak nampak sakit, masih bisa beraktifitas biasa
Sakit ringan, tampak mulai terganggu aktifitas harian
Sakit sedang, memerlukan istirahat tetapi masih dapat melakukan aktifitas pribadi
Sakit berat, terbaring di tempat tidur dan perlu bantuan untuk melakukan aktifitas
pribadi.

Kesadaran
Penilaian tingkat kesadaran berupa:
Composmentis, sadar sepenuhnya, baik/sempurna.
Apatis, perhatian berkurang.
Somnolen, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.
Soporous, dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan.
Soporocomatous, hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas pada kornea, akan
menutup kelopak mata).
Koma, tidak memberi respon sama sekali.

GCS (Glasgow Coma Scale)

Nilai GCS = (E+M+V).nilai terbaik adalah


15. Nilai terburuk adalah 3.
(Buka kembali rangkuman Ilmu Penyakit
Saraf)

Vital Sign
Suhu tubuh
Suhu tubuh diukur dengan
menggunakan termometer. Termometer yang digunakan ada 2 jenis, yakni

termometer raksa dan termometer digital. Suhu normal adalah antara 36 -37,5C.
Bila produksi panas berlebihan akan menyebabkan demam/ peningkatan suhu tubuh
(hyperthermia). Kebalikannya, bila aktifitas berlebihan dapat menyebabkan suhu
tubuh menurun disebut hypothermia. Penggunaan termometer dapat dilakukan

secara oral (sudah jarang), rektal, aksila, dan membran timfani.

Denyut nadi (brp x/menit, reguler/irreguler, amplitudo besar/kecil)


Denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri.
Diperiksa dengan cara palpasi (perabaan) pada Arteri radialis pada pergelangan
tangan. Pada tempat lain dapat juga dilakukan, seperti :
Arteri brakialis pada lengan atas
Arteri karotis pada leher
Arteri poplitea pada belakang lutut
Arteri femoralis pada lipat paha
Arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki

RR (Respiratory Rate)
Pemeriksaan frekuensi napas dapat membatu kita dalam menilai apakah pasien
mengalami dyspnea, takipnea dan bradipnea. Hasil dalam pemerikasaan ini dapat
dituliskan sebagai berikut brp x/menit. Frekuensi napas normal adalah 1420kali/menit. Pemerikasaan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Baringkan pasien pada bed yg telah tersedia.
Pastikan pasien dalam keadaan rileks sehingga hasil pemerikasaan dapat
akurat.
Hitung pergerakan napas pasien selama 1 menit dengan menggunakan waktu
pada jam dinding ruangan pemerikasaan
Catat hasil pemeriksaan

Tensi
Penilaian Tekanan Darah
Saat jantung berkontraksi dan relaksasi, sirkulasi darah menyebabkan
tekanan pada dinding arteri. Tekanan darah arteri merupakan tekanan yang
bekerja pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah-ubah sepanjang
siklus jantung. Bila ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke
seluruh tubuh, tekanan darah saat ini disebut tekanan sistolik.
Bila ventrikel relaksasi, aliran darah dari atrium menuju ke ventrikel,
tekanan darah saat ini disebut tekanan diastolik. Selisih antara tekanan
sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi.
Ada 5 faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu : curah
jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah,

dan kelenturan dinding arteri. Faktor lain yang menentukan tekanan darah
adalah aktifitas fisik, stress, nyeri, dan temperatur sekitar.
Teknik Pengukuran Tekanan Darah
Alat pengukur tekanan darah disebut tensimeter, ada 2 macam manometer
yaitu, manometer air raksa/merkuri dan manometer aneroid. Untuk mendapatkan
pengukuran yang tepat lebar manset harus sesuai dengan ukuran lengan.
Pengukuran dapat dilakukan pada arteri apapun, yang dapat dilingkari manset di
bagian proksimal dan dapat diraba di bagian distal. Pengukuran pada arteri
brakhialis paling sering dilakukan karena letaknya yang tepat. Agar dihasilkan
pengukuran tekanan darah yang akurat terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan :
Hindari merokok, minum caffein, olahraga 30 menit sebelum pemeriksaan.
Ruang pemeriksaan tenang.
Ukur setelah beristirahat selama 15 menit. Pemeriksaan dapat dilakukan
dalam keadaan berbaring, duduk dengan lengan diatur sedemikian rupa
sehingga A. brakialis terletak setinggi jantung.
Lengan bebas dari baju, tidak ada arteriovenous fistula pada pasien yang
dihemodialisis atau tanda-tanda lymphedema.
Palpasi A. brakialis.
Lengan pada posisi antekubiti, setinggi jantung dekat pertemuan ruang
interkostal 4 dengan sternum.
Bila pasien duduk, letakkan lengan pada meja; bila pasien berdiri, lengan
pada posisi pertengahan dada.

BB/TB
Berat badan dan tingi badan perlu dicatat terutama pada anak sebab dapat
membantu dalam menentukan bagaimana perkembangan dan pertumbuhan
seorang anak (status gizi anak). Namun berat badan juga sangat penting dalam hal
pemberiaan dosis obat pasien anak maupun pasien dewasa.

Inspeksi
Perhatikan dengan seksama bentukan kepala pasien:
Simetris
Benjolan
Penonjolan tulang
Rambut
Warna : merah (hati-hati indikasi pasien KEP)
Distribusi rambut : alopesia (dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, obat
dan toksin, dan juga faktor keturunan)

Garis rambut : tampak lebih ke belakang dari normal (hati-hati indikasi

Frontal Bossing/penonjolan os. frontalis)


Muka
Ekspresi muka dan kontak mata
Bekas luka atau jahitan
Jejas
Benjolan
Ciri-ciri kulit
Mata
Exoptalmus: penonjolan bola mata pada pasien pembesaran tiroid.
Jejas
Eritematus
Bekas luka atau jahitan
(Buka kembali rangkuman Ilmu Kesehatan Mata)
Telinga
(Buka kembali rangkuman Ilmu Penyakit THT)
Hidung
(Buka kembali rangkuman Ilmu Penyakit THT)
Mulut
Leher
Massa: simetris/asimetris dan ukuran massa besar/kecil.
Asimetris leher
Luka parut
Pembesaran kelenjar tiroid
Bendungan vena superfisialis : Vena Jugularis Eksterna
KGB
Pembesaran KGB
Perhatikan dengan seksama apakah adanya pembesaran kelenjar pada
kepala dan leher pasien. Timbul pembesaran kelenjar dapat diartikan bahwa
pasien mengalami infeksi akut.

Palpasi
Os. Cranial:
Frontal
Temporal
Parietal
Penonjolan tulang
Oksipital
Depresi tulang cranial
Rambut
Tekstur rambut
Muka
Turgor kulit: Hati-hati pada pasien dehidrasi
Benjolan: mobile/non mobile dan kosistensi padat kenyal/ padat keras
Eritematus dan kelainan lainnya
Mata
(Buka kembali rangkuman Ilmu Kesehatan Mata)

Telinga
(Buka kembali rangkuman Ilmu Penyakit THT)
Hidung
(Buka kembali rangkuman Ilmu Penyakit THT)
Mulut
Leher
Pemeriksaan posisi trakea
Gunakan dua jari seperti pada gambar. Urut tangan dari
atas ke bawah untuk meraba jika adanya disposisi dari
trakea.
Pemeriksaan kelenjar tiroid
Terdapat dua cara palpasi kelenjar tiroid. Cara anterior dilakukan
dengan pasien dan pemeriksa duduk berhadapan. Dengan cara memfleksikan
leher pasien atau memutar dagu sedikit ke kanan, pemeriksa dapat
merelaksasi

m.

sternokleidomastoideus pada sisi


itu,

sehingga

pemeriksaan.

memudahkan
Tangan

kanan

pemeriksa mengeser laring ke


kanan dan selama menelan, lobus
tiroid kanan yang tergeser dipalpasi dengan ibu jari dan jari telunjuk kanan.
Setelah pemeriksaan lobus kanan, laring digeser ke kiri dan lobus kiri
dievaluasi melalui cara serupa dengan tangan sebelah.
Kemudian, pemeriksa harus berdiri dibelakang pasien untuk meraba
tiroid melalui cara posterior. Pada cara posterior ini, pemeriksa meletakkan
kedua tangannya pada leher pasien, yang posisi lehernya sedikit ekstensi.
Pemeriksa memakai lengan kirinya mendorong trakea ke kanan. Pasien
diminta menelan sementara tangan kanan pemeriksa meraba tulang rawan
tiroid. Saat pasien menelan, tangan kanan pemeriksa meraba kelenjar tiroid
berlatar-belakang m. sternokleidomastoideus. Pasien diminta sekali lagi
untuk menelan saat trakea terdorong ke kiri, dan pemeriksa meraba kelenjar
tiroid berlatar-belakang m. sternokleidomastoideus kiri dengan tangn kiri.
Segelas air akan memudahkan pasien untuk menelan.
Meskipun kedua cara palpasi ini dikerjakan, pemeriksa jarang dapat
meraba kelenjar tiroid dalam keadaan normal.
Konsistensi kelenjar harus dinilai. Kelenjar tiroid normal mempunyai
konsistensi mirip dengan jaringan otot. Keadaan padat keras dapat terjadi

pada kanker atau luka parut. Lunak atau mirip spons, seringkali dijumpai
pada goiter toksika. Nyeri tekan pada kelenjar tiroid terdapat pada infeksi
akut atau perdarahan ke dalam kelenjar.
Jika tiroid membesarm harus pula dilakukan auskultasi. Bagian corong
stetoskop diletakkan diatas lobus tiroid untuk mendengar adanya bruit (bising
yang terdengar bila terjadi percepatan aliran dalam pembuluh). Terdapatnya
bruit tiroid sistolik atau to-and-for, terutama jika terdengar di atas lobus
superios, menunjukkan adanya aliran darah yang abnormal besar dan sangat
mungkin terdapat pada goiter toksika.
Pengukuran JVP (Jugular Venous Preasure)
Tekanan darah vena sistemik

jauh

lebih

rendah

dibandingkan dengan tekanan arterial. Ini tergantung pada


kuatnya kontraksi ventrikel kiri. Determinator penting lainnya
dari tekanan vena sistemik adalah volume darah dan
kapasitas

jantung

kanan

untuk

menerima

darah

dan

memompanya ke dalam sistem arteri pulmonalis. Apabila


ada

faktor

tersebut

yang

tidak

normal,

maka

terjadi

ketidaknormalan pada tekanan vena. Contohnya, tekanan


vena akan turun apabila volume darah turun atau bila output
ventrikel kiri menurun; tekanan vena naik apabila jantung
kanan gagal, atau kenaikan tekanan pada ruang perikardium
menghambat kembalinya darah ke atrium kanan.
Di dalam laboratorium, tekanan vena diukur dari titik nol
di atrium kanan. Karena sulit mendapatkan titik ini pada
pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang
stabil, yaitu angulus sternalis. Baik dalam posisi tegak atau
berbaring, angulus sternalis kira-kira terletak 5
cm di atas atrium kanan.
Walaupun pengukuran tekanan vena dapat dilakukan di
mana saja pada sistema vena, perkiraan tekanan atrial
kanan, dengan sendirinya berarti juga menunjukkan fungsi
jantung kanan, dilakukan pada vena jugularis interna. Apabila
sulit menemukan vena jugularis interna, dapat dipakai vena

jugularis externa. Tingginya tekanan vena ditentukan dengan


menemukan titik di mana vena jugularis externa mulai kolaps.
Jarak vertikal dalam sentimeter antar titik ini dengan angulus
sternalis menentukan tekanan vena. Tekanan vena jugularis
externa 2 cm di atas angulus sternalis ekuivalen dengan
tekanan vena sentral 7 cm. Cara pemeriksaan tekanan vena jugularis
(Gambar 21-22) adalah:

Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.


Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat
dengan bantal, dan otot strenomastoideus dalam keadaan
relaks. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30 derajat, atau
sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling
jelas.
Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna
tampak, kemudian dengan penggaris ukurlah jarak vertikal
antara titik ini dengan angulus sternalis.
Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis
interna, anda dapat mencari pulsasi vena jugularis externa.
Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus
diperhitungkan

karena

ini

mempengaruhi

hasil

pemeriksaan.

Gambar 21. Tekanan Vena Jugular (Ketinggian tekanan dari angulus sterni

Gambar 22. Pengukuran Tekanan Vena Jugular (Jugular Venous


Pressure/JVP)
Perhatikan apakah ada bendungan pada vena jugularis.
Pembendungan menunjukan adanya hipertensi vena, sehingga
perlu diukur besarnya tekanan vena jugularis (Gambar 21 dan
Gambar 22.). Bendungan vena bilateral, umumnya ditemukan

pada gagal jantung kanan dan timbulnya bersamaan dengan


pembengkakan hati, edema perifer, dan asites. Refluks hepato
jugular, ditemukan pada gagal jantung kanan. Pengisisan vena
jugularis

paradoksal

pada

waktu

inspirasi

dapat

terjadi

misalnya pada pernafasan Kussmaul akibat efusi perikardial


dan perikarditis konstriktif.
Apabila dicurigai terjadinya kegagalan jantung kongestif,
periksalah adanya abdominojugular (hepatojugular) reflux. Sesuaikan
posisi penderita sehingga batas atas pulsasi vena jugularis
jelas terlihat pada bagian bawah leher. Tempatkan telapak
tangan anda pada tengah abdomen dan pelahan tekan ke
dalam, dan tahan tekanan ini sampai 30 - 60 detik. Tangan
harus hangat, dan penderita harus santai dan bernafas dengan
mudah. Apabila tangan anda menekan daerah yang nyeri,
geser ke daerah lain. Amatilah apakah ada kenaikan tekanan
vena jugularis.

KGB
Palpasi kelenjar pada area kepala dan leher, pastikan ada tidaknya
pembesaran kelenjar pada kepala dan leher pasien. Timbul pembesaran kelenjar
dapat diartikan bahwa pasien mengalami infeksi akut.
Cara melakukan pemeriksaan adalah pemeriksa meletakkan ujung jari-jari
pada area oksipitalis kemudian secara sirkuler melakukan pemeriksaan ke area
posterior auricular, area atas m.sternokleidomastoideus, kembali ke area anterior
auricular, kemudian menuju area mandibularis, area submentalis, area lateral m.
sternokleiodmastoideus,
inferiorklavikularis.

dan

terakhir

area

supraklavikularis

dan

3. PMX PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat diajukan pada pasien gangguan kepala dan
leher sangatlah bervariasi. Oleh karena itu, kita harus menentukan pemeriksaan yang
paling tepat. Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain adalah:
Pemerikasaan laboratorium T3,T4, dan TSH
Foto skull
Foto waters (pada pasien sinusistis)
Foto schuller (pada pasien mastoditis/OMSK)
Foto hidung
TMJ (pada pasien fraktur mandibula)
CT-scan
MRI

ABDOMEN
1. ANAMNESA
Untuk memahami Arti dari Istilah acute abdomen itu suatu yang menandakan
kelainan nontraumatik spontan dan tiba-tiba yang manifestasi utamanya di regio abdomen
dengan gejala utamanya biasanya nyeri. mungkin memerlukan tindakan operative bila
lebih dari 6 jam berlangsungnya.. Karena biasanya penyebab kelainan intra abdomen
bersifat progresif, maka tidak baik terlambat dalam diagnosis dan penatalaksanaan karena
memperburuk hasil terapi.
Langkah pendekatan kepada pasien dengan keadaan acute abdomen harus teliti dan
seksama. Sangkaan adanya Acute abdomen harus tetap dicurigai bahkan jika pasien hanya
mempunyai gejala ringan dan atypical. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk
menemukan kemungkinan penyebab dan mengarahkan pilihan untuk menetapkan
diagnosis utama. Seorang Klinisi lalu memutuskan jika observasi di rumah sakit
menjamin, kalau pemeriksaan tambahan dibutuhkan, jika operasi awal diindikasikan, atau
jika perawatan nonoperatif lebih diperlukam.
Kewajiban klinisi harus seksama mengenali timbulnya gejala umum dari penyebab
tersering dari acute abdomen. Terlebih lagi, mereka harus mengenali gejala penyakit yang
spesifik pada wilayah endemik dan tempat mereka praktek.

Penyebab umum acute abdomen


1. Traktus gastrointestinal
- Nyeri abdomen nonspesifik
- Appendicitis
- Obstruksi usus halus dan kolon
- Perforasi pada peptic ulser
- Hernia inkarserata
- Perforasi usus
- Diverticulitis
2. Hati, spleen dan empedu
- Akut kolesistisis
- Akut kholangitis
- Abses hepar
- Hepatitis akut
- Infrak spleen
3. Pancreas
- Akut pancreatitis
4. Traktus urinarius
- Kolik renal
- Akut pyelonefritis
5. Ginekologi
- Akut salpingitis
- Kehamilan ektopik yang ruptur
6. Vascular
- Acute ischemic colitis
- Mesenteric thrombosis
7. Peritoneum
- Abses intra abdominal
- Peritonitis tuberkulosis
8. Retroperitoneum
- Perdarahan retroperitoneum

ANAMNESIS
Nyeri Perut
Melakukan Anamnesis yang berdasarkan pengalaman pemeriksa adalah proses aktif
dimana sejumlah kemungkinan diagnosis diterima untuk mengeliminasi keadaan yang
kurang cocok. Nyeri adalah gejala yang paling umum dan sering muncul pada acute
abdomen. Hati-hati dalam mempertimbangkan lokasi, jenis timbulnya dan perkembangan,
dan karakteristik dari nyeri akan mengeliminasi awal diagnosis banding.
a. Lokasi Nyeri
Karena dua kompleks persarafan sensoris viseral dan parietal yang mempersarafi regio
abdomen, nyeri tidak tepat terlokalisasi di tempat itu. Untungnya, beberapa gejala umum

muncul untuk memberikan petunjuk diagnosis. Rangsangan viseral diperantarai terutama


oleh serabut afferen C yang terletak didinding rongga viseral dan di kapsul organ keras.
Tidak seperti nyeri somatis, nyeri viseral ditimbulkan oleh peregangan, inflamasi atau
iskemi yang menstimulasi reseptor saraf, atau keterlibatan langsung saraf sensori
(contohnya, infiltrasi dari maligna). Pusat penerima rangsangan umumnya lama untuk
menimbulkan, tumpul, kurang lokalisasi dan memperpanjang. Perbedaan struktur visceral
yang berhubungan dengan tingkat sensoris yang berbeda pada tulang belakang. Karena
hal ini, peningkatan ketegangan dinding disebabkan distensi lumen atau kontraksi otot
polos (kolik) yang menghasilkan nyeri difus juga dalam ditengah epigastrium,
periumbilikal, abdomen bawah, atau flank area. Nyeri visera lebih sering dirasakan
digaris tengah karena kedua saraf sensoris akan menuju tulang belakang.
Sebaliknya, nyeri parietal yang dimediasi oleh serat nervus c dan A delta yang
bertanggung jawab untuk penyampaian sensasi yang lebih akut, tajam dan lokalisasi
nyeri. Perangsangan langsung somatic dari peritoneum parietal (terutama bagian anterior
dan superior) oleh cairan pus, empedu, urin, gastro intestinal menyebabkan nyeri local
yang lebih tepat. Penyebaran nyeri parietal berdasarkan T6-L1. Nyeri parietal lebih
mudah terlokalisisr daripada nyeri visceral karena serat aferen somatic hanya tertuju pada
satu sisi dari system saraf. Nyeri parietal abdomen secara umum digambarkan terjadi
pada empat kuadran dari abdomen.
Nyeri abdomen mungkin dialihkan atau bergeser jauh dari tempat organ sakit. Istilah
nyeri alih menandakan sensasi yang dirasakan berasal dari stimulus utama yang jauh.
Rasa yang berlebihan dari tempat nyeri dikarenakan pengaruh saraf aferen dari area luas
yang berlainan dalam posterior horn dari medulla spinalis. Contohnya, nyeri yang
disebabkan pada iritasi subdiafragma oleh udara, cairan peritoneum, darah, atau masa;
dialihkan kebahu oleh perantara nervus C-4 (phrenic). Nyeri juga mungkin dialihkan
kebahu dari lesi supra diafragma seperti pneumonia pada lobus bawah paru, terutama
pada pasien muda, walaupun lebih sering terasa diregio scapula kanan, nyeri alih empedu
mungkin mirip seperti angina pectoris jika terasa di thoraks anterior atau bahu kiri. Nyeri
posterolateral right flank terlihat pada appendicitis retrocecal.
Penyebaran atau pergeseran nyeri parallel dengan penyebab dari keadaan yang
mendasarinya. Tempat onset nyeri harus dibedakan dari tempat presentasi nyeri. Biasanya
nyeri diawali dari region epigastrika atau periumbilikal, nyeri visceral awal dari

appendicitis akut bergeser menjadi nyeri parietal yang tajam dan berlokasi dikuadran
kanan bawah ketika peritoneum penyebab mengalami inflamasi secara langsung. Pada
peptic ulcer yang mengalami perforasi, nyeri hamper selalu dimulai pada epigastrium,
tetapi seperti kebocoran isi lambung yang berjalan ke bawah lumen parakolik usus. Nyeri
turun ke kuadran kanan bawah dengan pengurangan nyeri epigastrium. Lokasi dari nyeri
melayani hanya sebagai tanda kasar kearah diagnosis. Terutama penggambaran
dilaporkan hanya dua pertiga kasus. Variasi yang hebat ini dikarenakan gambaran nyeri
yang tidak khas, pergeseran maksimum jauh dari tempat primer atau penyakit sudah
lanjut.
Dalam kasus yang sudah lama dengan peritonitis difus, nyeri umum mungkin terjadi dan
mempercepat keadaan. Nyeri dibatasi dikuadran atas mungkin dievaluasi oleh anggapan
anatomis dari keadaan akut yang disebabkan organ yang menjadi dasar nyeri.
b. Muncul dan Perkembangan Nyeri
Mulai munculnya nyeri /Onset nyeri mencerminkan sifat dan tingkat keparahan proses
menghasut. Mulai dapat meledak (dalam detik), progresif cepat (dalam waktu 1-2 jam),
atau secara bertahap (lebih dari beberapa jam). Unheralded, menyiksa sakit umum
menunjukkan sebuah bencana intra-abdomen seperti viskus diperforasi atau suatu
aneurisma pecah, kehamilan ektopik, atau abses. Atas tanda-tanda sistemik (takikardia,
berkeringat, tachypnea, shock) segera menggantikan gangguan perut dan menekankan
kebutuhan untuk resusitasi cepat dan laparotomi.
Sebuah gambaran klinis kurang dramatis adalah sakit ringan yang stabil menjadi sangat
terpusat pada area yang didefinisikan dalam waktu 1-2 jam. Setiap dari kondisi di atas
dapat hadir dengan cara ini, tapi mode ini onset lebih khas dari kolesistitis akut,
pankreatitis akut, usus terjepit, infark mesenterika, ginjal atau kolik uretra, dan tinggi
(proksimal) obstruksi usus kecil.
Banyak pasien awalnya memiliki hanya sedikit ketidaknyamanan samar-perut yang
sekilas menjadi diffusely seluruh perut. Ini apakah pasien memiliki nyeri perut akut atau
apakah penyakit tersebut mungkin menjadi kelainan medikal daripada ke;ainan bedah.
Asosiasi gejala gastrointestinal jarang pada awalnya, dan gejala-gejala sistemik tidak
hadir. Akhirnya, rasa sakit dan temuan perut menjadi lebih jelas dan stabil dan lokal untuk
area yang lebih kecil. ini mungkin mencerminkan kondisi perlahan-lahan berkembang

atau upaya defensif tubuh untuk menutup proses akut. Kategori luas ini mencakup
apendisitis akut (terutama retrocecal atau retroileal), hernia inkarserata, rendah (distal)
usus kecil dan penghalang usus besar, penyakit ulkus peptikum tidak rumit, walling-off
(biasanya ganas) perforasi viseral, beberapa genitourinari dan kondisi ginekologis, dan
ringan bentuk kelompok-onset cepat yang disebutkan di paragraf pertama.
c. Karakteristik Nyeri
Sifat, keparahan dan periodisitas sakit memberikan petunjuk berguna untuk penyebab
yang mendasari . nyeri utama adalah yang paling umum. Nyeri tajam konstan dangkal
karena iritasi peritoneal adalah khas ulkus perforasi atau usus buntu yang pecah, kista
ovarium, atau kehamilan ektopik. Rasa sakit, mencengkeram pemasangan obstruksi usus
kecil (dan kadang-kadang pankreatitis awal) biasanya terputus-putus, tidak jelas,
mendalam, dan puncaknya pada awalnya, tetapi segera menjadi lebih tajam, tak hentihentinya, dan lebih baik lokal. Tidak seperti sakit menggelisahkan tapi lumayan
berhubungan dengan obstruksi usus, nyeri yang disebabkan oleh lesi occluding saluran
yang lebih kecil (saluran empedu, tabung rahim, dan ureter) cepat menjadi gangguan yang
tidak tertahankan. Nyeri tepat disebut sebagai kolik jika ada interval bebas nyeri yang
mencerminkan kontraksi intermiten otot polos, seperti pada kolik uretra. Dalam arti
sempit, yang kolik istilah empedu adalah keliru karena sakit empedu tidak
mengampuni. Alasannya adalah bahwa kantong empedu dan saluran empedu, kontras
dengan ureter dan usus, tidak memiliki gerakan peristaltik. The sakit ketidaknyamanan
sakit borok, yang menusuk, hati sakit pankreatitis akut dan infark mesenterika, dan
membakar rasa sakit aneurisma aorta pecah tetap deskripsi apt. Meskipun penggunaan
istilah deskriptif seperti itu, kualitas nyeri viseral adalah tidak tahu diandalkan untuk
penyebabnya.
Menyakitkan sakit menunjukkan penyakit serius atau lanjutan. Kolik sakit biasanya
segera diatasi dengan analgesik. nyeri iskemik karena usus terjepit atau trombosis
mesenterika hanya sedikit diredakan bahkan oleh narkotika. sakit perut nonspesifik
biasanya ringan, tetapi rasa sakit ringan juga dapat ditemukan dengan borok diperforasi
yang telah menjadi lokal dan di pankreatitis akut ringan. Seorang pasien sesekali akan
menyangkal mengeluh sakit tapi perasaan samar-samar dari kepenuhan perut yang terasa
seakan mungkin lega oleh gerakan usus. Ini sensasi visceral (gas tanda penghentian)

adalah karena refleks ileus disebabkan oleh suatu lesi peradangan off berdinding dari
rongga peritoneal bebas, seperti di retrocecal atau retroileal radang usus buntu.
episode lalu rasa sakit dan faktor-faktor yang memperparah atau mengurangi nyeri harus
dicatat. Nyeri disebabkan oleh peritonitis lokal, terutama bila mempengaruhi organ-organ
perut bagian atas, cenderung diperburuk oleh gerakan atau bernapas dalam-dalam.
dokter harus akrab dengan patofisiologi dan fitur menonjol penyebab umum dari akut
abdomen. Lokasi, karakter, dan tingkat keparahan rasa sakit dalam kaitannya dengan
lamanya onset bersama dengan kehadiran atau tidak adanya gejala-gejala sistemik
membantu membedakan progresif cepat (dan biasanya lebih serius) kondisi bedah
(misalnya, iskemia usus) dari lebih malas atau medis menyebabkan (misalnya, pecah kista
ovarium).
Gejala lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen
Anoreksia, mual dan muntah, sembelit, atau diare sering menyertai sakit perut, tapi
karena ini adalah gejala spesifik, mereka tidak memiliki banyak nilai diagnostik.
A. Muntah
Bila cukup dirangsang oleh serat aferen visceral sekunder, pusat muntah meduler
mengaktifkan serat eferen untuk merangsang refleks muntah. Oleh karena itu, sakit di
perut bagian bedah akut biasanya mendahului muntah, sedangkan hal yang sebaliknya
berlaku dalam kondisi medis. Muntah adalah gejala menonjol dalam penyakit
gastrointestinal bagian atas seperti sindrom Boerhaaves, Mallory-Weiss syndrome,
gastritis akut, dan pankreatitis akut. Parah tak terkendali sakit muntah-muntah
memberikan bantuan sementara dalam serangan pankreatitis moderat. Tidak adanya
empedu pada muntahan itu adalah fitur dari stenosis pilorus. Di mana terkait temuan ini
menunjukkan gangguan pencernaan, onset dan karakter muntah dapat menunjukkan
tingkat lesi. muntah cairan empedu berulang-bernoda adalah tanda awal khas obstruksi
proksimal usus kecil. Pada obstruksi usus distal kecil atau besar, lama mendahului mual
muntah, yang mungkin menjadi keruh dalam kasus-kasus terlambat. Gangguan yang
menyebabkan muntah pada pasien yang lebih muda mungkin hanya menimbulkan
anoreksia atau mual pada pasien yang lebih tua. Meskipun muntah dapat hadir dalam baik
apendisitis akut atau sakit perut spesifik, hidup bersama mual dan anoreksia lebih sugestif
kondisi bekas.

B. Konstipasi
Reflex ileus sering disebabkan oleh serat aferen visceral merangsang serat eferen dari
sistem saraf otonom simpatik (saraf splanknik) untuk mengurangi gerak peristaltik usus.
Oleh karena itu, ileus paralitik merendahkan nilai sembelit dalam diagnosis diferensial
dari perut akut. Sembelit itu sendiri adalah tidak mutlak indikator obstruksi usus. Namun,
kesulitan membuang air besar (tidak adanya bagian dari kedua bangku dan kentut) sangat
menyarankan obstruksi usus mekanik jika ada distensi perut progresif menyakitkan atau
muntah berulang-ulang.

C. Diare
Diare berair adalah karakteristik dari gastroenteritis,

diare berdarah dapat

mencerminkan penyakit chron desease,disentri amuba, disentri basiler, dan colitis


iskemik.
2. PMX FISIK
A. Topografi Abdomen
Abdomen merupakan bagian tubuh manusia yang paling sering menjadi
keluhan utama pada pasien. Abdomen dibagi secara topografi menjadi 4 kuadran,
yaitu adalah sebagai berikut:
Kuadran kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ).
Kuadran kanan bawzh/Right Lower Quadrant (RLQ)
Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)
Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)
Adapun abdomen juga dapat dibagi menjadi 9 bagian yakni
adalah sebagai berikut:
a. Epigastrik

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Umbilical
Hipogastrik
Hipokondrial kanan
Hipokondrial kiri
Lumbal kanan
Lumbal kiri
Inguinal kanan
Inguinal kiri

Garis tengah/Midline yang terdiri

dari :

Epigastrik
Periumbilikal
Suprapubik

Dengan

melihat

topografi ini kita dapat

mengidentifikasi

status

patologis

abdomen,

gambar

dari
dibawah

normal
seperti

atau
pada

ini.

Untuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat
dibagi menjadi 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama
sepanjang batas bawah dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan
akhirnya 2 garis linea mediana klavikula. Pembagian dan topografi organ dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Hipokhondriaka kanan
Right lobe of liver
Gallbladder
Portion of duodenum
Hepatic flexure of colon
Portion of right kidney
Suprarenal gland
Lumbal kanan
Ascending colon

Epigastrium

Pyloric end of stomach


Duodenum
Pancreas
Portion of liver

Umbilikal
Omentum

Hipokhondriaka kiri
Stomach
Spleen
Tail of pancreas
Splenic flexure of colon
Upper ole of left kidnet
Suprarenal gland
Lumbal kiri
Descending colon

Lower half of right kidne


Portion of duodenum and
jejunum

Inguinal kanan
Ceacum
Appendix
Lower end of ileum
Right ureter
Right sprematic cord

Mesentery
Lower part of

duodenum
Jejunum and ileum
Hipogastrik (pubik)

Ileum
Bladder
Uterus (in pregnancy)

Lower half of left

kidney
Portions of jejunum and
ileum
Inguinal kiri

Sigmoid colon
Left under
Left spermatic cord
Left ovary

Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang


terlindung oleh kosta. Di daerah yang terlindung ini, terletak sebagian besar dari
hepar, ventrikuli, dan seluruh bagian dari lien yang normal. Organ-organ pada daerah
terlindung tersebut tidak dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat
diperkirakan adanya organ-organ tersebut. Sebagian besar dari kandung empedu
normal terletak disebelah dalam dari hepar, sehingga hampir tidak dapat dibedakan.
Duodenum dan pancreas terletak di bagian dalam kuadran atas abdomen, sehingga
dalam keadaan normal tidak teraba. Ginjal adalah organ yang terletak di daerah
posterior, terlindung oleh tulang rusuk, sudut costovertebral (sudut yang dibentuk
oleh batas bawah kosta ke-12 dengan processus transverses vertebra lumbalis)
merupakan daerah untuk menentukan ada tidaknya nyeri ginjal. Syarat-syarat
pemeriksaan abdomen yang baik adalah :
1. Penerangan ruang memadai.
2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis
harus terbuka.
Untuk memudahkan relaksasi :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya posisi tertekuk.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada
dada. Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen
teregang dan mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.

4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan
kedua tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tibatiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan
menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara pelanpelan bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.
Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang Anda periksa.
Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan: inspeksi,
auskultasi, perkusi, palpasi.
B. Inspeksi
Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi Anda berdiri di sebelah
kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya
dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga Anda dapat melihat
dinding abdomen.
1. Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal,
mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada
sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic
atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesilesi kulit lainnya.
2. Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda
inflamasi atau hernia.
3. Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal
dan femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung
mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan
atau kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau massa.
4. Simetri dinding abdomen.
5. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah
nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.
6. Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya.

7. Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah


peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang
peristaltik normal dapat terlihat.
8. Pulsasi : Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.
9.
C. Auskultasi
Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop
didengarkan15 atau 20 detik pada seluruh abdomen. Ada 3 hal yang harus
diperhatikan yaitu :
Apakah suara usus ada ?
Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?
Perkiraan asal dari suara (kualitas)?
Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada
proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang
sama sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk
mengeluarkan isinya melalui lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu
muncul bunyi usus yang sering disebut "rushes". Kemudian diikuti dengan
penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut "tinkles," dan kemudian
menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang.

Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa sentimeter diatas


umbilikus sepenjang tepi lateral otot rektus dan bila ada penyempitan akan
terdengar murmur misalnya insufiensi renal atau pada hipertensi akibat stenosis
arteri renalis.

Untuk

mendengarkan bising arteri

masing-masing
seperti

sesuai
pada

dengan

tempatnya

gambar.berikut ini.

D. Perkusi
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar,
lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan
untuk mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.
Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari
tengah yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali
dengan ujung jari tengah tangan kanan.

Lakukanlah

perkusi pada keempat

kuadran

untuk

memperkirakan

distribusi

suara

timpani

Biasanya

suara

timpanilah

dan

redup.
yang

dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces
menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara
timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui
adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan
mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri

karena gelembung udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup
pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.
Hepar
Untuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut:
Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan

daerah paru kanan, hasilnya suara sonor dari paru.


Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih

pekak dan perhitungan mulai dari titik ini.


Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan
titik akhir dan kemudian diukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang
ukuran disebut liver span yang mempunyai angka normal 6-12 cm.

Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis
midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor
paru dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya.
Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila
membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial,
mengganti suara timpani dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila
Anda mencurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :

Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri.


Daerah ini biasanya timpanik. Kemudian mintalah penderita untuk menarik
napas panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar,suara
perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada
pembesran lien. Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara redup

pada lien normal (falsely positive splenic percuission sign)


Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah
redup yang luas, berarti terdapat pembesaran lien.

Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat terganggu


oleh berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan
adanya pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi.

E. Palpasi
Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan
otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan
posisi tangan dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung
jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan
ringan. Hindarkan suatu gerakan yang mengentak. Dengan perlahan, rasakan
semua kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah
yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah
apakah ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba merelakskan penderita, dan
melakukan palpasi pada waktu ekspirasi.

Palpasi
untuk

memeriksa

dalam biasanya diperlukan


masa abdomen. Dengan

menggunakan permukaan palmar dari ujung jari, lakukan palpasi dalam untuk
mengetahui adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya,
konsitensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi
dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan
dua tangan, satu di atas yang lain.
Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi
(uterus dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pseudocyst
pancreas); vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma
kolon, atau ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Mengetahui adanya iritasi peritoneal


Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih bila disertai spasme otot,
menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Temukanlah daerah ini
setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk dan temukanlan
rasa sakitnya. Kemudian lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu jari untuk
menentukan daerah nyeri atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya

nyeri lepas. Tekan jari anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan
tekanan anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya
pada penekanan), dilakukan bahwa nyeri lepas tekan positif.

Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan
ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan
mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan
tangan kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di
sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah
daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq,
tekanlah dengan lembut kea rah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan sentuhan
hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari
Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda, dan Anda
dapat meraba permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat
merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung
pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi
pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga dilakukan
dengan teknik mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita. Letakkanlah kedua
tangan Anda bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar. Mintalah penderita
untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada inspirasi hepar
dan juga lien dan ginjal akan berada pada posisi teraba.
Letakkan tangan kiri Anda untuk menyangga dan mengangkat costa bagian
bawah sebelah kiri penderita. Dengan tangan kanan diletakkan di bawah arcus
costa, lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah palpasi di daerah yang cukup
rendah untuk dapat meraba lien yang membesar. Mintalah penderita untuk
bernapas dalam-dalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien pada ujung

jari Anda. Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak dapat
teraba) apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas.
Perhatikanlah adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah
jarak antara lien dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah.
Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan
tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan
menyebabkan lien terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.

Ginjal
Ginjal kanan
Letakkan tangan kiri Anda di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah
mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan Anda dengan lembut
pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam.
Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke
kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk menangkap ginjal
diantara kedua tangan Anda. Mintalah penderita untuk membuang napas dan
menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan tekanan tangan kanan Anda, dan rasakan
bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal
teraba, tentukan ukurannya, dan ada/tidaknya nyeri tekan.

Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan
kanan Anda untuk menyanggga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri

untuk meraba pada kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan.
Ginjal kiri yang normal jarang dapat teraba.

Flank Test
Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi
periksalah juga pada daerah sudut costovertebralis. Kadang-kadang tekanan ujung
jari dapat menimbulkan nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan
untuk menumbuhkan nyeri ketok ginjal, letakkan satu tangan pada sudut
kostovertebra, dan pukullah dengan sisi unler kepalan tangan Anda.

Pemeriksaan Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah,
dan rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah
memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.

Pemeriksaan Asites

Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara
akan mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas.
Tandailah batas antara daerah timpani dan redup.
1. Test suara redup berpindah
Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk
miring ke salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas
timpani dan redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan
perubahan posisi.

2. Test undulasi
Mintalah penderita
gambar.

Tes

atau

Undulasi

asisten

seperti

pada

menekan kedua tangan

pada midline dari abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi abdomennya


dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan ujung jari
anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan anda yang lain, adanya
getaran yang diteruskan oleh cairan asites.

Test

untuk

appendicitis

1. Mintalah penderita untuk menunjuk tempat mula-mula rasa sakit dan tempat
yang sekarang terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah
timbul rasa sakit. Rasa sakit pada apendisitis khas mulai dari daerah sekitar
umbilicus dan kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada
waktu batuk.
2. Cari dengan teliti daerah nyeri tekan. Rasa sakit daerah kuadran kanan bawah
mungkin menunjukkan apendisitas.
3. Rasakan dengan spasme otot

4. Lakukan pemeriksaan rektal. Pemeriksaan ini dapat membedakan apendiks


normal dengan yang meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah
mungkin berarti peradangan pada adnexa vesicular seminalis atau apendiks

Beberapa pemeriksaan lain


1. Lakukan pemeriksaan nyeri lepas tekan pada daerah yang nyeri tekan. Nyeri
tekan lepas menunjukan adanya peradangan peritoneum, misalnya pada
apendisitis.
2. Lakukanlah pemeriksaan tanda Rovsing dan penjalaran nyeri lepas-tekan.
Tekan dalam-dalam pada kuadran kanan bawah, kemudian lepaskan secara
mendadak. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah pada waktu kiri bawah
ditekan menunjukan Rosving positif. Rasa sakit pada kanan bawah pada
waktu tekanan dilepas menunjukkan penjalaran nyeri tekan lepas positif.
3. Lakukan pemeriksaan tanda Psoas. Letakkan tangan Anda di atas lutut kanan
penderita, dan mintalah penderita untuk mengangkat lututnya melawan
tangan Anda. Cara lain, penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai
kanan pada sendi paha. Timbulnya/bertambahnya rasa sakit menunjukkan
tanda psoas positif, berarti ada iritasi otot psoas oleh apendiks yang
meradang.
4. Periksalah tanda obturator. Tekuk tungkai penderita pada sendi paha dengan
lutut menekuk, kemudian putarlah ke dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik
kanan menunjukkan tanda obturotor posistif, berarti terdapat iritasi otot
obturator.
5. Carilah adanya daerah kulit yang hyperetesi, dengan mencubit pelahan
beberapa tempat. Dalam keadaan normal, tindakan ini tidak menimbulkan
rasa sakit.

Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akuta


Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah
pemeriksaan Murphys sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di
bawah tepi costa dimana batas lateral muskulus rektus menyilang kosta. Mintalah
penderita untuk napas dalam-dalam. Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya.

Penambahan rasa sakit yang tajam yang ditandai dengan Murphys sign yang
positif.

3. PMX PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang abdomen yang dapat diajukan pada pasien sangatlah
bervariasi. Oleh karena itu, kita harus menentukan pemeriksaan yang paling tepat.
Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain adalah:
Pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Urinalisis
Endoscopy
Barium Enemy
VIP
CT-scan
MRI

DAFTAR PUSTAKA
Burnside, John .W., McGlyn, Thomas .J.Adams Diagnostik Fisik. Ed. 17. Alih bahasa, Petrus
Lukmanto. Jakarta:EGC, 1995;111-166.
Swartz, Mark. H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih bahasa, Petrus Lukmanto, R.F. Maulany,
Jan Tambayong; editor edisi bahasa Indonesia, Harjanto Effendi, Huriawati Hartanto.
Jakarta:EGC, 1995;78-139.
Tim Pelaksanaan Skill Lab FK Universitas Andalas Padang. Penuntun Skill Lab Blok 1.2
Kardiorespirasi. (Online), (http://fkunand2010.files.wordpress.com/2011/06/skils20lab2012.pdf diakses tangal 13 Mei 2014). Padang:FK Universitas Andalas ,2010;1-48
Tim Pelaksanaan Skill Lab FK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Modul Skill
LabA

Jilid

Keterampilan

Pemeriksaan

Abdomen.

(Online),

(http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Ganjil%20I%20-%20keterampilan
%20pemeriksaan%20fisik%20abdomen.pdf diakses tangal 16 Mei 2014). Purwokerto:FK
Universitas Jenderal Soedirman,2010;1-14.

Anda mungkin juga menyukai