7. Rhabdomiolisis
8. Hemolisis
9. Kelainan endokrin (hiperaldosteronisme)
Addisons disease
Hiporeninemic hipoaldosteronisme
Terapi angiotensin converting enzyme inhibitor
Sintesa prostaglandin inhibitor
Terapi heparin
10. Keracunan digitalis
11. Asidosis
Ketoasidosis
Hipoventilsi
12. Tranfusi darah massif
Karena pembedahan itu sendiri dan atau proses suatu
penyakit dapat menyebabkan perubahan eksresi dan
keseimbangan kalium, pasien yang menerima terapi kalium
atau pemberian diuretik bersama kalium sebelum operasi
mempunyai resiko menjadi hiperkalemia. Kondisi lain yang
berperan terhadap suseptibilitas pasien untuk mengalami
hiperkalemia adalah gagal ginjal. Pasien dengan
insufisiensi renal lanjut tidak berespon secara normal
dengan aldosteron dan kemampuan mereka untuk
mengekresi kalium olehnya tidak dapat diperbaiki.
Gangguan sel oleh berbagai hal menyebabkan kebocoran
kalium intraseluler ke sirkulasi dan sering menyebabkan
hiperkalemia. Beberapa tingkat hiperkalemia dapat dilihat
pada berbagai situasi darurat seperti trauma, luka bakar,
rhabdomiolisis.Selama proses hemolisis sejumlah besar
kalium dibebaskan dalam waktu yang singkat. Reperfusi
pada daerah yang iskemik dapat memobilisasi kalum ini.
Hiperkalemia juga dapat memperburuk asidosis pada
jaringan yang mengalami iskemik. Para anestesiolog
umumnya mengalami masalah-masalah ini intraoperatif
selama operasi aorta sentral.
Suksinil kolin obat pelumpuh otot depolarisasi dapat
menyebabkan peningkatan sementara kalium serum yang
dapat membahayakan terutama pada keadaan
hiperkalemia. Karena suatu proliferasi pada suatu reseptor
nikotinik dan atau perubahan kinetik pada saluran yang
terbuka (misalnya : saluran yang terbuka lebar),
suksinilkolin dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
kalium serum dalam suatu jenis penyakit seperti luka
bakar, penyakit neuromuskuler).
Distribusi kalium antara ruang intrasel dan ekstrasel