Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelabuhan merupakan salah satu tempat yang terpenting dalam menunjang
transportasi dan ekonomi negara. Pelabuhan berfungsi sebagai pusat perekonomian
masyarakat, digunakan untuk keperluan keluar masuknya barang (ekspor dan impor).
Pelabuhan Tanjung Emas adalah sebuah pelabuhan di Semarang Jawa Tengah,
berfungsi sebagai pusat atau simpul transportasi dengan skala lokal sampai skala
internasional. Pelabuhan dan pelayaran merupakan aktifitas yang tidak dapat
dipisahkan, di pelabuhan terdapat beberapa aktifitas pelayarannya, dan aktifitas di
kolam pelabuhan diantaranya : lalu lintas kapal yang keluar dan masuk kepelabuhan,
bongkar muat barang, menaik turunkan penumpang, dan lain-lain. Kegiatan ini akan
mengalami suatu kendala (tidak lancar) apabila pada alur pelayaran/kolam
pelabuhannya mengalami pendangkalan. (Maskur, 2003).
Christino (2007) menuliskan pendangkalan merupakan suatu kondisi
bertambahnya substrat dasar sehingga jarak dasar perairan dan muka laut lebih dekat.
Bertambahnya substrat ini diakibatkan karena adanya masukan sedimen butiran tanah
yang di bawa oleh aliran sungai dari daerah hulu menyebabkan rusaknya ekosistem
hulu dan sedimentasi dari laut yang dipengaruhi oleh faktor topografi dan oseanografi
(angin, arus, gelombang, dan pasang surut) perairan tersebut. SSUDP (1997)
menulisakan kota Semarang memiliki topografi

berupa dataran tinggi dan

perbukitan, sehingga bila terjadi hujan di daerah tersebut akan berpotensi terjadinya

erosi berupa material sedimen yang akan terbawa oleh aliran sungai (babon, banjir
kanal barat, banjir kanal timur, dan silandak ) menuju laut yang dapat mempercepat
pendangkalan alur. Selain itu, Winarti (2012) menuliskan perairan di sekitar
pelabuhan Tanjung Emas Semarang memiliki kondisi topografi pantai relatif rendah
dengan kedalaman perairan berkisar 3,5 m s/d 9 m, kemiringan antara 0 % - 2%,
tinggi gelombang laut berkisar antara 1,5 meter s/d 3,0 meter, dan kecepatan arus
berkisar 0,05-0,55 m/det hal ini akan memperbesar tingkat transport sedimen di
perairan tersebut, dimana kondisi ini yang dapat mempercepat terjadinya
pendangkalan di alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Pelabuhan Tanjung Emas memiliki bentuk kolam dengan alur pelayaran ke
arah laut lepas. Menurut Triatmodjo (1999), pengaruh pembangunan bangunan pantai
khususnya pelabuhan jika mulut pelabuhan menghadap arah arus lepas maka akan
menyebabkan sedimentasi di pelabuhan. Berdasarkan pemetaan Direktorat Geologi
Tanah Lingkungan (1999) dalam Selvi (2012) menuliskan bahwa kedalaman dasar
laut perairan Semarang secara alamiah semakin kearah utara lautnya semakin
dangkal termasuk Pelabuhan Tanjung Emas. Salah satu permasalahan yang terjadi di
kawasan pelabuhan adalah adanya proses pendangkalan di alur pelayaran yang
dipengaruhi pola arus dan pasang surut di sekitar pantai dan pelabuhan, berpengaruh
juga

pada transport sedimen yang dapat mempercepat pendangkalan di alur

pelabuhan. Pendangkalan yang terjadi dapat diatasi dengan cara melakukan


perawatan alur yaitu dengan melakukan pengerukan. Dengan demikian studi
pengerukan digunakan untuk mengetahui jumlah sedimen yang dikeruk pada alur

pelayaran dan untuk melakukan perhitungan banyaknya sedimen yang dikeruk


berdasarkan peta batimetri dan untuk mendapatkan kedalaman yang diinginkan.

I.2. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah mulai dangkalnya alur pelayaran,
hal ini dapat dilihat dari kapal yang tidak bisa sandar ke dermaga karena alurnya
mulai dangkal. Kedalaman dasar

di alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas

seharusnya adalah -9 m LWS, dari data ADPEL (2012) pemeruman kedalaman alur
yang telah dilakukan pada tahun 2011 menunjukkan kedalaman maksimum alur
pelayarannya berkisar -6 m LWS, hal ini berpengaruh pada kedatangan kapal yang
akan memasuki pelabuhan, terutama kapal-kapal yang memiliki Gross Tonnage (GT)
lebih dari 500. Agar kapal yang akan memasuki alur pelayaran pelabuhan tidak
mengalami hambatan, maka dilakukan kegiatan pengerukan alur, pengerukan yang
dilakukan diharapkan mencapai kedalaman -10m LWS agar kapal yang memiliki
draft 8-10 m bisa memasuki pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Untuk mengetahui
kegiatan pengerukan ini dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa
banyak jumlah volum sedimen yang harus dikeruk untuk mendapatkan kedalaman
yang diinginkan yaitu -10m LWS.
Menurut Triatmodjo (1999), volume sedimen dipengaruhi oleh kondisi
batimetri dasar perairan yang bervariasi. Kondisi dasar perairan yang bervariasi ini
dipengaruhi oleh arus, pasang surut, dan gelombang. Berdasarkan data PELINDO
(2011) menulisakan kondisi batimetri alur pelayaran pelabuhan Tanjung Emas
memiliki kedalaman berkisar -9m LWS dengan jumlah volum sedimen yang dikeruk

sebanyak 320.000 m3. Oleh karena itu untuk mendapatkan kedalaman hingga -10 m
LWS perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

berapa banyak

volume sedimen yang harus dikeruk di alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas .

I.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah volum sedimen yang
dikeruk hingga didapatkan kedalaman yang diinginkan yaitu -10m LWS pada alur
pelayaran.

1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai pentingnya

melakukan pengerukan

ilmiah dan

alur pelayaran agar

lancarnya transportasi kapal di pelabuhan, memberikan informasi pada pihak terkait


yaitu ADPEL dan PELINDO, mengetahui upaya yang dilakukan dalam melakukan
pengerukan alur pelayaran. Diharapkan dari pengerukan yang dilakukan didapatkan
kedalaman yang diinginkan dan mengetahui berapa jumlah total sedimen

yang

diambil, hingga mencapai kedalaman yang diinginkan tersebut, yaitu dari kedalaman
awal hingga -10 mLWS pada alur pelayaran.

I.5. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas Semarang


yang terletak diantara 11002400BT s/d 11002600 BT

dan 0605300LS

s/d

0605700LS, pada tanggal 10 Agustus 7 Nopember 2012. Pengambilan data


dilakukan bersama dengan PT. Adiguna Keruktama menggunakan kapal Trailling
Suction Hopper Dredge (TSHD) Inai Kekwa. Analisa laboratorium dilakukan di
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada tanggal
13, 27 Agustus dan 10 September 2012. Pengolahan data dilakukan pada bulan
September hingga November 2012.

Anda mungkin juga menyukai