Studi Pengerukan Alur Pelayaran
Studi Pengerukan Alur Pelayaran
PENDAHULUAN
perbukitan, sehingga bila terjadi hujan di daerah tersebut akan berpotensi terjadinya
erosi berupa material sedimen yang akan terbawa oleh aliran sungai (babon, banjir
kanal barat, banjir kanal timur, dan silandak ) menuju laut yang dapat mempercepat
pendangkalan alur. Selain itu, Winarti (2012) menuliskan perairan di sekitar
pelabuhan Tanjung Emas Semarang memiliki kondisi topografi pantai relatif rendah
dengan kedalaman perairan berkisar 3,5 m s/d 9 m, kemiringan antara 0 % - 2%,
tinggi gelombang laut berkisar antara 1,5 meter s/d 3,0 meter, dan kecepatan arus
berkisar 0,05-0,55 m/det hal ini akan memperbesar tingkat transport sedimen di
perairan tersebut, dimana kondisi ini yang dapat mempercepat terjadinya
pendangkalan di alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Pelabuhan Tanjung Emas memiliki bentuk kolam dengan alur pelayaran ke
arah laut lepas. Menurut Triatmodjo (1999), pengaruh pembangunan bangunan pantai
khususnya pelabuhan jika mulut pelabuhan menghadap arah arus lepas maka akan
menyebabkan sedimentasi di pelabuhan. Berdasarkan pemetaan Direktorat Geologi
Tanah Lingkungan (1999) dalam Selvi (2012) menuliskan bahwa kedalaman dasar
laut perairan Semarang secara alamiah semakin kearah utara lautnya semakin
dangkal termasuk Pelabuhan Tanjung Emas. Salah satu permasalahan yang terjadi di
kawasan pelabuhan adalah adanya proses pendangkalan di alur pelayaran yang
dipengaruhi pola arus dan pasang surut di sekitar pantai dan pelabuhan, berpengaruh
juga
I.2. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah mulai dangkalnya alur pelayaran,
hal ini dapat dilihat dari kapal yang tidak bisa sandar ke dermaga karena alurnya
mulai dangkal. Kedalaman dasar
seharusnya adalah -9 m LWS, dari data ADPEL (2012) pemeruman kedalaman alur
yang telah dilakukan pada tahun 2011 menunjukkan kedalaman maksimum alur
pelayarannya berkisar -6 m LWS, hal ini berpengaruh pada kedatangan kapal yang
akan memasuki pelabuhan, terutama kapal-kapal yang memiliki Gross Tonnage (GT)
lebih dari 500. Agar kapal yang akan memasuki alur pelayaran pelabuhan tidak
mengalami hambatan, maka dilakukan kegiatan pengerukan alur, pengerukan yang
dilakukan diharapkan mencapai kedalaman -10m LWS agar kapal yang memiliki
draft 8-10 m bisa memasuki pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Untuk mengetahui
kegiatan pengerukan ini dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa
banyak jumlah volum sedimen yang harus dikeruk untuk mendapatkan kedalaman
yang diinginkan yaitu -10m LWS.
Menurut Triatmodjo (1999), volume sedimen dipengaruhi oleh kondisi
batimetri dasar perairan yang bervariasi. Kondisi dasar perairan yang bervariasi ini
dipengaruhi oleh arus, pasang surut, dan gelombang. Berdasarkan data PELINDO
(2011) menulisakan kondisi batimetri alur pelayaran pelabuhan Tanjung Emas
memiliki kedalaman berkisar -9m LWS dengan jumlah volum sedimen yang dikeruk
sebanyak 320.000 m3. Oleh karena itu untuk mendapatkan kedalaman hingga -10 m
LWS perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
berapa banyak
volume sedimen yang harus dikeruk di alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas .
I.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah volum sedimen yang
dikeruk hingga didapatkan kedalaman yang diinginkan yaitu -10m LWS pada alur
pelayaran.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai pentingnya
melakukan pengerukan
ilmiah dan
yang
diambil, hingga mencapai kedalaman yang diinginkan tersebut, yaitu dari kedalaman
awal hingga -10 mLWS pada alur pelayaran.
dan 0605300LS
s/d