Chapter II-2#1
Chapter II-2#1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Fisiologi Mata
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang
dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di
tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa
yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf
yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke
otak (Junqueira, 2007).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk
struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah
iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung
dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena seratserat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler
berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat
yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk (Sherwood, 2001).
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh
dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari
korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata
normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi
relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2001).
2.2.
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler
dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah
termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells (Saladin,
2006).
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi
dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan
ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat
atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladin, 2006).
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour
(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak
dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang
ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya
mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam
proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat
diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin,
2006).
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari
setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai
lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel
bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006).
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral
geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006).
Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
2.3.
Tajam Penglihatan
Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity"
yang didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada
tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina. Ketajaman penglihatan merupakan
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam
meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam
meter.
- Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
- Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka
50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak
enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60
meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien
yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian
tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).
Pada Tabel 2.2. dibawah ini terlihat tajam penglihatan yang dinyatakan
dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki (Ilyas, 2009).
Tabel 2.1.
Nilai Tajam Penglihatan dalam Meter, Kaki dan Desimal
Snellen (6 meter)
20 kaki
Sistem desimal
6/6
20/20
1.0
5/6
20/25
0.8
6/9
20/30
0.7
5/9
15/25
0.6
6/12
20/40
0.5
5/12
20/50
0.4
6/18
20/70
0.3
6/60
20/200
0.1
didapat bahwa penyebab tertinggi terjadinya low vision atau visual impairment
adalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, Age-related
Macular Degeneration, Macular Hole, Optic Atrophy, dan trauma (Saw, 2003).
Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan mata yang herediter (Riordan-Eva,
2007).
2.4.
2.4.1. Definisi
Belum ada kesepakatan dalam industri ini mengenai apa yang membuat
telepon menjadi pintar, dan pengertian dari telepon pintar ini pun berubah
mengikuti waktu. Telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai
kemampuan tingkat tinggi, terkadang dengan fungsi yang menyerupai komputer.
Menurut David Wood, Wakil Presiden Eksekutif PT Symbian OS, telepon pintar
dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan dua cara fundamental
yaitu bagaimana mereka dibuat dan apa yang mereka bisa lakukan.
Telepon pintar merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan
tingkat tinggi dan memiliki fitur canggih seperti kemampuan internet, membaca email, kemampuan membaca buku elektronik (e-book), chatting/instant messaging
serta mempunyai banyak aplikasi (Anderson, 2004).
2.5.
neuromodulator. Hal inilah yang mengakibatkan pemanjangan dari axis bola mata
(Troilo, Nickla & Wallman, 2000).
Bertambah panjangnya axis bola mata bertujuan agar tidak diperlukan lagi
usaha yang besar sewaktu bekerja dalam jarak dekat. Akan tetapi, setelah bola
mata bertambah panjang, mata tidak akan dapat melihat dengan jelas sewaktu
melihat jauh (Jackson, 1970). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emily C.
Woodman, dkk (2010), memang terbukti terjadi pemanjangan axis bola mata yang
signifikan setelah bekerja dalam jarak dekat.
Penggunaan telepon pintar akan meningkatkan daya akomodasi mata yang
akhirnya berdampak pada penurunan tajam penglihatan. Hal ini terjadi karena
pengguna telepon pintar cenderung menatap layar telepon pintar pada jarak yang
terlalu dekat sehingga beban kerja mata bertambah berat dalam melakukan
akomodasi untuk menyesuaikan pemfokusan pada mata. Bahkan, efek lain
penggunaan telepon pintar adalah penglihatan menjadi kabur, kelelahan pada mata
dan sakit kepala (Rosenfield, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mark Rosenfield, D.O., Ph.D.,
seorang profesor optalmologi di Amerika Serikat, 130 relawan yang menjadi
kelompok pertama dengan umur rata-rata 23.2 tahun, diminta untuk mengirim dan
membaca SMS dari telepon pintar mereka. Kelompok kedua berjumlah 100
relawan dengan umur rata-rata 24.9 tahun, diminta untuk membaca situs internet
melalui telepon pintar mereka. Peneliti kemudian mengukur jarak pandang antara
layar telepon pintar ke mata relawan serta besarnya tulisan yang dibaca relawan
(Rosenfield, 2011).
Hasil penelitian Rosenfield menunjukkan bahwa jarak pandang rata-rata
mata relawan ke layar telepon pintar bertambah dekat dibandingkan dengan jarak
pandang normal yang aman untuk mata. Pada saat mengirim dan membaca SMS,
jaraknya hanya sekitar 14 inci (36 cm) dengan tulisan yang 10% lebih besar dari
tulisan di surat kabar. Tetapi, ketika membaca situs internet melalui telepon
pintar, jarak pandang rata-rata relawan adalah 12.6 inci (32 cm) dengan tulisan
yang 20% lebih kecil dari besar tulisan di surat kabar. Sementara, jarak yang aman
untuk mata saat membaca surat kabar, buku atau majalah adalah 16 inci (40 cm).
Hasil ini menunjukkan beban kerja mata pada pengguna telepon pintar
lebih berat. Membaca pada jarak yang dekat memaksa mata untuk bekerja lebih
keras dalam mempertahankan pemfokusan pada suatu objek. Membaca tulisan
yang kecil juga akan menambah beban kerja mata. Makin beratnya mata dalam
bekerja, maka makin bertambahnya resiko untuk terjadi regangan pada mata (eye
strain) yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan.