vertigo
DISUSUN OLEH :
Lia Fauziah
2008730020
PEMBIMBING :
dr, DARMA IMRAN, SpS
BAB I
PENDAHULUAN
disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan dizziness
yang dilaporkan pada primary care.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari system
saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan kondisi lain. 93%
pasien pada Iprimary care mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau menire disease.
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit
menentukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah pendekatan
menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis
akan membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberi terapi yang tepat untuk
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau chepalgia, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing
dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Definisi
Vertigo
merujuk pada
Sistem Keseimbangan
Manusia, karena berjalan dengan kedua tungkainya, relatif kurang stabil dibandingkan
dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih memerlukan informasi
posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diperlukan juga informasi gerakan agar
dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya. Informasi tersebut diperoleh dari
sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta
sistim vestibuler dan serebelum sebagai pengolah informasinya; selain itu fungsi penglihatan
dan proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota
tubuh. Sistim tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di
susunan saraf pusat
Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat dan perifer)
serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik [kulit, sendi, otot]).
Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum. Sebaliknya,
sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin tersusun dari 3 kanalis
semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang berperan sebagai reseptor sensori
keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara itu, krista pada
kanalis semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar, sedangkan
makula pada otolit mengatur akselerasi linear.
Segala input yang diterima oleh sistem vestibular akan diolah. Kemudian, diteruskan
ke sistem visual dan somatokinetik untuk merespon informasi tersebut. Gejala yang timbul
akibat gangguan pada komponen sistem keseimbangan tubuh itu berbeda-beda, pada table
dibawah ini.
Gejala
Sifat vertigo
Vertiogo vestibular
Rasa berputar
Vertigo non-vestibular
Melayang,hilang
Episodik
+
+/-
keseimbangan
Kontinyu
-
Gerakan kepala
-
Gerakan visual
Keramaian, lalu lintas
Serangan
Mual/muntah
Gangguan
pendengaran
Gerakan pencetus
Situasi pencetus
Vertigo vestibular
Vertigo vestibular
Bangkitan vertigo
Derajat vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Gejala otonom (mual,
perifer
Lebih mendadak
Berat
++
++
sentral
Lebih lambat
Ringan
+/+
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran
( tinitus, tuli)
Tanda fokal otak
Disertai Keluhan
Tidak Disertai
Timbul Karena
Berdasarkan
Telinga
Keluhan Telinga
Perubahan Posisi
Awitan Serangan
Vertigo paroksismal
Penyakit
epilepsi, positional
vertigo
posterior,
Vertigo kronis
ischemic
attack lambung
(TIA)
arteri
vertebralis
Otitis media kronis, Kontusio
meningitis
tuberkulosa,
sindroma
tumor komosio,
serebelo-pontine,
Vertigo akut
Trauma
sklerosis,
obat-
obatan
labirin, Neuronitis
akuta, ensefalitis
perdarahan labirin
vestibularis,
multipel sklerosis
Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap sekitarnya berkat
adanya informasi-informasi yang dating dari indera. Didalam orientasi ruangan ini indera
yang penting peranannya adalah system vestibular (statokinetik), system penglihatan
(visual/optic), dan rasa dalam (proprioseptik). Untuk bekerja secara wajar, unit ini
memerlukan normalitas fungsi fisiologi indera-indera tersebut sehingga informasi yang
ditangkap dari sekitarnya adalah proporsional dan adekuat. Informasi ini dipertukarkan dan
diproses lebih lanjut olehsuatu unit pemroses sentral dan selanjutnya proses yang
berlangsung dalam system saraf pusat akan bekerja secara reflektorik.
Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit proses
sentral tidak lagi dapat memproses informasi-informasi secara wajar/biasa, melainkan
menempuh jalur luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain ketidak sempurnaan adaptasi otototot mata dan ekstremitas tersebut juga akan memberikan tanda/peringatan kegawatan. Tanda
ini dapat dalam bentuk yang disadari ataupun yang tidak disadari oleh penderita.
Yang disadari :
-
Bersumber dari system saraf otonom ialah mual, muntah, berkeringat, dll.
Telinga tengah : retraksi membrane timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, koleastetoma, rudapaksa dengan perdarahan.
Telinga dalam : Labirintis akuta toksika, trauma, serangan vascular, alergi, hidrops
labirin (morbus meniere), mabuk gerakan, vertigo postural.
b) Nervus VIII :
-
Infeksi
Trauma
Tumor
Perdarahan
Tumor
Sklerosis multiple
Iskemik otak
Hipertensi kronis
Arteriosklerosis
Anemia
Hipertensi kardiovascular
Diagnosis
1. Anamnesis
Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.
Penggunaan
obat-obatan
kanamisin,
seperti
streptomisin,
salisilat,
antimalaria dan
lain-lain
yang
diketahui
ototoksik/vestibulotoksik,
-
Apakah ada keluhan yang menyertai mual, muntah, gangguan pendengaran, tinnitus.
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi. Juga
kemungkinan trauma akustik.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Umum :
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur;
bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa
Pemeriksaan Neurologis :
- Pemeriksaan mata :
Mencari adanya nistagmus :
a) Pada mata dalam posisi netral bila ada nistagmus disebut nistagmus spontan.
b) Bila pada mata melirik kekiri dan kanan, atas bawah bila ada nistagmus disebut
nistagmus tatapan.
c) Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan system saraf pusat mempunyai cirri-ciri,
sebagai berikut :
-
Nistagmus pendular : nistagmus yang tidak mempunyai fase cepat atau lambat.
Nistagmus ventrikal yang murni : nistgamus yang gerakan ke atas dan bawah.
Nistagmus tatapan yang murni : nistagmus yang berubah arahnya bila arah
lirikan mata berubah.
10
Romberg test : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh. (buku
hijau)
Disadokokinesis : merupakan ketidakmampuan melakukan gerakan yang berlawanan
berturut-turut. Surh pasien merentangkan kedua lengannya kedepan, kemudian suruh
ia mensupinasi dan pronasi lengan bawahnya (tangannya) secara bergantian dan cepat.
Pada sisi lesi, gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas.
Tes tunjuk hidung : Pasien disuruh menutup mata dan meluruskan lengannya
kesamping, kemudian ia disuruh menyentuh hidungnya dengan telunjuk. Pada lesi
serebral telunjuk tidak sampai di hidung tetapi melewatinya dan sampai di pipi.
3. Pemeriksaan Penunjang :
-
Pemeriksaan laboratorium rutin, darah, urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :
11
1. Terapi kausal
Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehinggaterapi lebih banyak
bersifat simtomatik dan rehabilitatif.
2. Terapi Simptomatis
Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar, melayang)
dan gejala otonom (mual, muntah).
Nama Generik
Dosis sekali
Interval
pemberian
ulangan
Antikolinergik
Antihistamin
Simpatomimetik
Skopolamin
0,2-0,4 mg
3-6 jam
Atropin
0,2-0,4 mg
3-6 jam
Difenihidramin
50-100 mg
6 jam
Dimenhidrinat
50-100 mg
6 jamk
Sinarizin
75 mg
24 jam
d-Amfetamin
10 mg
12 jam
Efedrin
25-50 mg
4-6 jam
Fenobarbital
15-60 mg
6-8 jam
Diazepam
5-10 mg
4-6 jam
Prometazin
25-50 mg
4-6 jam
Klorpromazin
10-25 mg
4-6 jam
Penenang
Minor
Mayor
3. Terapi rehabilitatif
12
Terapi
rehabilitasi
bertujuan
untuk
membangkitkan
dan
meningkatkan
kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular. (print artikel)
Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari system saraf tepi maupun dari system saraf
pusat, dalam usaha memperoleh keseimbangan baru sehingga tanda kegawatan (alarm
reaction) yang merupakan sebab terjadinya vertigo akan dihilangkan.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan
rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibule), rangsangan
terhadap visus dan juga proprioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan sehingga
timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang. Beberapa cara latihan untuk
penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain :
-Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap (stasioner)
-Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak.
-Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus.
-Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,
BJMP 2010;3(4):a351
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular
migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, 2006 Volume 73, Number 2.
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
5. Bashiruddin J. Vertigo: Soepardi EA, Iskandar N editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Keoala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2007.
6. Anderson JH, Levine SC, sistem vestibulari. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler
PA,editor. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC.1997.Hal 3944
7. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.2006.hal 176-189
8. Ellis H. The Special Senses : The Ear. In: Clinical Anatomy , Applied Anatomy for
Students and Junior Doctor. 6th Ed.Massachusetts. Blackwell Publishing. 2006.
9. Nurimaba N. Patofisiologi. Dalam : PERDOSSI editor. VertigoPatofisiologi,
Diagnosis, dan Terapi. Jakarta: Jansen Pharmaceutica. 1999.
10. Snell, Richard S. 1996. Neuroanatomi Klinik Edisi 2 : 439-440. EGC. Jakarta
14
15