Pradhita
Berbagi Ilmu berbagi pengetahuan
Skip to content
Home
About
BAB I
LAPORAN KASUS
1.
A.
IDENTITAS
Nama
: Tn. W
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawinan
Pekerjaan
: Laki-Laki
: Pabongan 2/4 Ngargojoso, Karanganyar
: Kawin
: Petani
Agama
: Islam
No. RM
: 27.55.XX
Tanggal masuk RS
1.
B.
: 19 Mei 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
2. Keluhan tambahan
: Tidak kuat bangun, bicara pelo, bibir merot, dan
badannya terasa lemas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD karanganyar dengan keluhan lemah pada anggota
gerak sebelah kiri. Keluhan dirasakan sejak 5 hari yang lalu, keluhan dirasakan
mendadak dan pada saat aktivitas. Kelemahan dirasakan sampai tidak bisa dibuat jalan.
Keluhan tersebut disertai dengan wajah merot dan bicara pelo, tidak didapatkan
kesemutan/baal, makan dan minum tidak tersendak. Sebelum dibawa ke Rumah sakit,
pasien dirawat inap di Puskesmas. Kejadian tersebut baru dirasakan pertama kali.
Keluhan lain seperti mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, pusing
berputar dan nyeri kepala disangkal, telinga berdenging disangkal, gangguan pembauan
disangkal, sesak disangkal, kesulitan menelan makanan disangkal, makan tersedak
disangkal. Sebelum keluhan ini muncul sejak lama (lebih dari 5 tahun) pengobatan
tidak rutin, riwayat kebiasaan merokok diakui kurang lebih 5 batang 1 hari. Pasien
diketahui jarang berolah raga.
1.
Riwayat hipertensi
rutin.
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat stroke
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
1.
Riwayat Kebiasaan
Merokok
Olahraga
: Jarang
1.
C.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem serebrospinal
(-)
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
BAB (+) lancar
Sistem integumental
Sistem urogenital
terasa kencing (-).
1.
D.
RESUME ANAMNESIS
1.
E.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: cukup
: compos mentis, GCS E V M
4
Vital Sign
a.Tekanan darah : 190/110 mmHg
1.
Nadi
: 80 x/menit
c.RR
1.
: 22 x/menit
Suhu
: 36,5 C
0
Kepala
2. Mata
: normocephal, simetris
: konjungtiva anemis (-/-), edema palpebra (-/-),
Leher
Pemeriksaan thorak
1.
Thoraks
: simetris
Cor
Inspeksi
Pemeriksaan
Palpasi
Ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra, kuat angkat (+)
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Depan
Belakang
Simetris,
Simetris,
Fremitus normal
Fremitus normal
Sonor
Sonor
Auskultasi
1.
SDV (+/+)
SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (-/-)
Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen :
Abdomen
Hasil pemeriksaan
Inspeksi
Simetris, darm contour (-), darm steifung (-), tidak ada bekas luka operasi
Auskultasi
Peristaltik (+)
Palpasi
Perkusi
1.
Ekstremitas :
1.
1.
Supor dextra
Supor sinistra
Infor dextra
Infor sinistra
Status Psikis
A.
Cara berpikir
: Baik
B.
Orientasi
C.
Perasaan hati
: Sedih
D.
Tingkah laku
: Normal
E.
Ingatan
: Baik
F.
Kecerdasan
: Baik
: Baik
Status Neurologis
A.
a.
Kesadaran
B.
b.
Kepala
Bentuk
: normal
Simetri
: simetris
1.
c.
Leher
Sikap
Pergerakan
: Bebas
Kaku kuduk
: Tidak ada
Nyeri tekan
: ada
Bentuk vertebra
: Normal
Bising karotis
: (-/-)
Bising subklavia
: (-/-)
Tes nafziger
Tes brudzinski
1.
: Normal
: (-)
: (-)
d.
Nervi Kranialis
A.
Nervus I (Olfaktorius)
Kanan
Kiri
Subyektif
Dengan Bahan
Kanan
Kiri
Daya penglihatan
6/60
6/60
Pengenalan warna
Medan penglihatan
Papil
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Arteri / vena
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Perdarahan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
1.
Nervus II (Optikus)
1.
Kanan
Kiri
Ptosis
(-)
(-)
Gerak mata
Ukuran pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
Bulat, isokor,
Bulat, isokor,
Batas licin
Batas licin
(+)
(+)
(+)
(+)
Reflek akomodatif
Strabismus divergen
(-)
(-)
Reflek cahaya
Langsung
Diplopia
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Diplopia
(-)
(-)
Kanan
Kiri
(+)
(+)
1.
1.
Nervus IV (Troklearis)
Nervus V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
(+),(+),(+)
(+),(+),(+)
Reflek kornea
(+)
(+)
Reflek bersin
(+)
(+)
Reflek maseter
(-)
(-)
Trismus
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Diplopia
(-)
(-)
1.
Nervus VI (Abdusen)
1.
Kanan
Kiri
Kerutan dahi
(+)
(+)
Kedipan mata
(+)
(+)
Lipatan naso-labial
(+)
(+)
Sudut mulut
(+)
Tertarik kebawah
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Mengerutkan alis
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
Meringis
(+)
Tertarik kebawah
Mengembangkan pipi
(+)
(+)
Tiks fasial
(-)
(-)
Lakrimasi
(+)
(+)
Reflek Glabella
(+)
(+)
Reflek auriculopalpebral
(+)
(+)
Bersiul
(-)
(-)
Reflek visuopalpebral
Tanda Covstek
(-)
Tanda Myerson
(-)
1.
Kanan
Kiri
(+)
(+)
Lateralisasi (-)
Lateralisasi (-)
Tes Rinne
Tes Swabach
Tes Weber
1.
Nervus IX (Glossofaringeus)
Interpretasi
Arkus Farings
Reflek muntah
(+)
Tersedak
(-)
Sengau
(-)
1.
Nervus X (Vagus)
Interpretasi
Arkus fagus
Nadi
Bersuara
Gangguan menelan
(-)
1.
Nervus XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
1.
Kanan
Kiri
(+)
(+)
N (simetris)
N ( simetris)
(+)
(+)
Eutrofi
Eutrofi
Interpretasi
Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Mencong ke kiri
Disartria
(-)
Menjulurkan lidah
Lateralisasi ke kiri
Kekuatan lidah
(+)/menurun
Eutrofi
Fasikulasi lidah
(-)
1.
e.
Meningeal sign
Kaku kuduk
: (-)
Brudzinski 1
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Brudzinski III
: (-)
Brudzinski IV
: (-)
Kernig
: (-)
1.
f.
Pemeriksaan motorik
A.
Badan
Interpretasi
Kolumna vertebralis
Eutrofi
(-)
Eutrofi
Gerakan
Bebas
Alat kelamin
1.
Interpretasi
Drop hand
(-/-)
Pitcher hand
(-/-)
Warna kulit
Sawo matang
Palpasi
Claw hand
(-/-)
kontraktur
(-)
Lengan Atas
Lengan Bawah
Tangan
Gerakan
Bebas/terbatas
Bebas /Terbatas
Bebas/ Terbatas
Kekuatan
5/2
5/2
5/2
Tonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Nyeri
N/N
N/N
N/N
Termis
N/N
N/N
N/N
Taktil
N/N
N/N
N/N
Diskriminasi
N/N
N/N
N/N
Posisi
N/N
N/N
N/N
Biceps
Triceps
Radius
Reflek fisiologik
(+/+)
(+/+)
(+/+)
Perluasan reflek
(-/+)
(-/+)
(-/+)
Reflek silang
(-/-)
Reflek patologik
1.
(-/-)
(-/-)
Interpretasi
Droop foot
(-/-)
Palpasi: udem:
(-/-)
Kontraktur
(-/-)
Warna kulit
Sawo matang
Gerakan
Tungkai atas
Tungkai bawah
Kaki
Bebas /Terbatas
Bebas /Terbatas
Bebas /Terbatas
Kekuatan
5/3
5/3
5/3
Tonus
Normotunus
Normotunus
Normotonus
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Nyeri
N /N
N /N
N /N
Termis
N/N
N/N
N/N
Diskriminasi
N/N
N/N
N/N
posisi
N/N
N/N
N/N
Patella
Achilles
Reflek fisiologik
(+/+)
(+/+)
Perluasan reflek
(-/-)
(-/-)
Reflek silang
(-/-)
(-/-)
Kanan
Kiri
Babinski
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Tes lasegue
(-)
(-)
Tes Oconnel
(-)
(-)
Tes Patrick
(-)
(-)
(-)
(-)
1.
g.
Cara berjalan
Tes Romberg
: (-)
Diadokokinesis
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Ataksia
: (-)
Dismetri
: (-)
Nistagmus
: (-)
Rebound phenomen
: (-)
Gerakan Abnormal :
-
Tremor
: (-)
Atetosis
: (-)
Fungsi Otonom
-
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Keringat berlebihan
1.
F.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal
19-05-2013
: (-)
HB
Nilai
Nilai Normal
14,6
L = 14-18 g/%
P = 12-16 g/%
Leukosit
6.300
5000-10.000/ mm3
Eri
4.700.000
HCT
41,5
L = 40-43 Vol %
L = 37-43 Vol %
Hitung Jenis
Basofil
0 -1 %
EOS
1-3 %
Batang
2-6 %
Segmen
59,9
50-70 %
Limfosit
27,4
20-40 %
Mono
2-8 %
1.
G.
Trombosit
237.000
MCV
86,1
82-92 mm3
MCH
29,1
27-31 Pg
MCHC
33,8
32-37 %
GDS
118
RESUME PEMERIKSAAN
Kanan
Kiri
5/5/5
2/2/2
5/5/5
3/3/3
Kanan
Kiri
Bebas
Terbatas
Kanan
Kiri
(-)
(-)
Gerakan
Klonus
Tonus
Kanan
Kiri
Atas
Bawah
Kanan
Kiri
Atas
Eutrofi
Eutrofi
Bawah
Eutrofi
Eutrofi
Kanan
Kiri
Atas
(+)
(+)
Bawah
(+)
(+)
Trofi
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Gordon (-/-)
Schaeffer (-/-)
Sensibilitas
Diskriminasi : -/-
Test Nystagmus
Test keseimbangan
: (-)
Dismetri
: (-)
1.
-
H.
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinik
Diagnosis Etiologi
1.
I.
USULAN PEMERIKSAAN
Head CT Scan
1.
J.
PENATALAKSANAAN
A.
B.
Medikamentosa
Neuroprotektan:
drip
Ranitidin tab 2 x I
1.
Rehabilitasi Medik
Fisioterapi pasif
Mobilisasi
1.
2. K.
PROGNOSIS
Death
: dubia ad bonam
Disease
: dubia ad bonam
Disability
: dubia ad malam
Discomfort
: dubia ad malam
Dissatisfaction
: dubia ad malam
1.
L.
SISTEM SCORE
STROKE ISKEMIK
Siriraj Score:
1.
M. FOLLOW UP
Tanggal
SUBYEKTI
F
19 05 2013
Pusing(-),mual(-),Mu
ntah(-)
Tidak komunikatif
20 05 2013
21 05 2013
Pusing(-),mual(-),Mun
tah(-)
Pusing(-),mual(-),Mun
tah(-)
komunikatif
Makan/minum
positif normal
Makan/minum positif
normal
Makan/minum positif
normal
OBYEKTIF
KU
Apatis
CM
CM
VS : TD
150 / 80 mmHg
HR
80 x / Menit
80 x / Menit
84 x / Menit
RR
22 x / Menit
22 x / Menit
20 x / Menit
36,70 C
36,80 C
36,50 C
GCS
E4V5M6
E4V5M6
E4V5M6
R. Fisiologis
+/+
+/+
+/+
R. Patologis
-/ -
-/ -
-/-
R.Sensorik
+/-
+/-
+/-
N.VII
N.XII
pelo
pelo
Pelo
Nn.Craniales
ASSESME
NT
Parese n. VII
dan n.XII
sinistra UMN
Dx. Klinik
Dx. Topik
Hemiparese
Hemiparese
sinistra UMN
sinistra UMN
Parese n. VII
dan n.XII sinistra
UMN
Parese n. VII
Hemiparese
sinistra UMN
Dx. Etiologik
media
media
media
Stroke Iskemik
Stroke Iskemik
Stroke Iskemik
Diet rendah
garam
Infuse RL 20
20 tpm +
Neurobat F drip
1 amp
Neuroprotek
garam
Neuroprotekt
Infuse RL 20
tpm + Neurobat F
drip 1 amp
Diet rendah
garam
Infuse RL
Diet rendah
tpm + Neurobat F
drip 1 amp
Neuroprotekt
an:
an:
tan:
Citicoline Inj
Citicoline
Citicoline Inj
1 g/ 12 jam j
1 g/ 12 jam j
Inj 1 g/ 12 jam j
Clopidrogel
Clopidrogel
Clopidrogel
tab 75mg 1 x I
tab 75mg 1 x I
tab 75mg 1 x I
Ranitidin tab
Ranitidin
Ranitidin tab
2xI
2xI
tab 2 x I
Rehabilitasi
Rehabilitasi
Medik
Rehabilitasi
Medik
Medik
Fisioterapi
Fisioterapi
pasif
Fisioterapi
pasif
pasif
Mobilisasi
Tanggal
Mobilisasi
Mobilisasi
22 05 2013
23 05 2013
SUBYEKTIF
Pusing(-),mual(-),Muntah(-)
Pusing(-),mual(-),Muntah(-)
Komunikatif
Komunikatif
KU
CM
CM
VS : TD
200/100 mmHg
HR
80 x / Menit
84 x / Menit
RR
20 x / Menit
20 x / Menit
OBYEKTIF
36,80 C
36,80 C
GCS
E4V5M6
E4V5M6
R. Fisiologis
+/+
+/+
R. Patologis
-/-
-/-
R.Sensorik
+/-
+/-
N.VII
N.XII
pelo
Pelo
Nn.Craniales
ASSESMENT
Dx. Klinik
Dx. Topik
Dx. Etiologik
Stroke Iskemik
Stroke Iskemik
Infuse RL 20 tpm +
Neurobat F drip 1 amp
Neuroprotektan:
Ranitidin tab 2 x I
Rehabilitasi Medik
Fisioterapi pasif
Infuse RL 20 tpm +
Neurobat F drip 1 amp
Neuroprotektan:
Ranitidin tab 2 x I
Rehabilitasi Medik
Fisioterapi pasif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.STROKE
1.
A.
Definisi
B.
Faktor Risiko
Yang dimaksud dengan faktor risiko disini adalah faktor-faktor atau keadaan
yang memungkinkan terjadinya stroke. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi:
(Noeryanto, M, 2002).
1.
Usia
Jenis Kelamin
Heriditer
Ras / etnik
1.
Riwayat stroke
Hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Hiperkolesterol
Obesitas
Merokok
1.
C.
Klasifikasi
Pada dasarnya stroke itu mempunyai 2 tipe yaitu Stroke Perdarahan (Stroke
Hemorrhagic) dan Stroke Sumbatan (Stroke Ischemic / Stroke non Hemorrhagic).
Stroke tipe ini disebut juga stroke sepintas karena kejadiannya berlangsung
sementara waktu, beberapa detik hingga beberapa jam, tapi tidak lebih dari 24 jam.
1.
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam,
tapi tidak lebih dari seminggu.
1.
Deficit neurology yang berlangsung secara bertahap dari ringan sampai makin lama
makin berat
1.
Aterotrombotik
Kardioemboli
Yaitu penyumbatan pembuluh darah otak karena pecahan plaque dari pembuluh darah
jantung
1.
Arteritis
1.
D.
Etiologi
Ada beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya stroke non hemorrhagic, antar
lain:
1.
Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terhadap serangan stroke, terutama stroke
iskemik baik pada pria maupun wanita. Menurut perhitungan statistik dengan variabel
usia, hipertensi, dan normotensi mempunyai mempunyai risiko stroke sebesar 3:1
untuk pria dan 2,9:1 untuk wanita (Misbach, 2011).
1.
Diabetes Melitus
Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium merupakan gangguan irama yang banyak menyerang pria dewasa,
dibrilasi atrium ditemukan pada 1-1,5% populasi di negara barat dan merupakan salah
satu risiko independen stroke (Goffir, 2009).
1.
Dislipidemia
1.
Merokok
Merokok merupakan faktor risiko kuat terjadinya infark miokard dan kematian
mendadak. Merokok meningkatkan risiko stroke trombotik dan perdarahan
subarakhnoid akibat kandungan nikotin dalam rokok yang menyebabkan vasokonstriksi
pada arteri, mengurangi deformitas eritrosit, meningkatkan agregasi trombosit,
meningkatkan konsentrasi kolesterol, trigliserida dan LDL serta menurunkan kadar
HDL dan vitamin C (Baziad, 2008).
1.
Kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral akan meningkatkan risiko stroke terutama pada wanita
berusia >35tahun. Peningkatan ini akan lebih nyata pada orang yang menderita
penyakit kardiovaskular, perokok dan hipertensi. Infark serebri yang terjadi disebabkan
oleh gangguan trombotik dan bukan karena aterosklerosis (Misbach, 2011).
1.
Obesitas
Obesitas abdomen adalah sebuah faktor risiko independen dan potensial untuk stroke
iskemik. Merupakan faktor risiko yang lebih kuat daripada BMI dan memiliki efek yang
lebih kuat daripada orang yang lebih muda (Goffir, 2009).
1.
E.
Patofisiologi
Keadaan darah : viskositas darah menngkat, aliran darah ke otak jadi lebih
lambat, anemia berat hematokrit meningkat oksigenasi otak menurun.
Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh
darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
1.
F.
Manifestasi klinis
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung
pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala utama stroke
ischemic akibat trombosis cerebri adalah timbulnya defisit neurologik yang
mendadak, didahului dengan gejala prodromal, terjadi saat istirahat atau bangun pagi
dengan kesadaran yang menurun.
1.
Buta mendadak
Hemiparesis kontralateral
1.
Gangguan mental
Inkontinensia
Kejang-kejang
1.
Hemihipestesia
Gangguan fungsi luhur pada korteks hemisfer dominan yang terserang afasia
sensorik/ motorik.
1.
Hemiplegi dupleks
Sukar menelan
1.
Hemiparesis kontralateral
1.
Analgesis dan termoanestesi wajah homolatearl dan pada badan dan anggota
pada sisi kontralateral
1.
Disfagia
Nistagmus
Hemihipestesia
1.
2. G.
Diagnosis
SS> 1
: Stroke Hemoragik
-1 < SS < 1
SS < -1
Penilaian derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)
Vomitus
Ateroma
(1)
1.
Timbul mendadak
Penemuan Klinis
i.
Anamnesis
1.
Pemeriksaan
1.
1.
Pemeriksaan Lain-lain
Pemeriksaan yang menentukan faktor risiko : Hb, Ht, Leukosit, eritrosit, LED,
hitung jenis, bila perlu gambaran darah
Doppler, ECG
1.
H.
Penatalaksanaan
B.
C.
D.
E.
darah hanya dari kolateral saja baru antikoagulan dihentikan dan diganti dengan
aspirin (Harsono, 1996).
Harus sistematik
1.
Berhenti merokok
Penggunaan aspirin setelah mengalami TIA, dapat mengurangi kematian dan dapat
meningkatkan kemungkinan untuk sembuh (Andrias, 2009).
Pencegahan sekunder
Hipertensi diturunkan melalui :
1.
4. Olahraga
5. Jangan minum amfetamin
6. Turunkan kadar kolesterol yang meningkat
7. Mengurangi natrium makanan dan meningkatkan intake kalium melalui sayur
dan buah-buahan
8. Mengurangi obesitas
9. Mengurangi minum alcohol
10. Mengurangi isap rokok
11. Mengurangi kadar gula darah pada penderita DM
12. Mengontrol penyakit jantung
13. Olahraga,dll.(Israr, 2008)
1.
I.
Prognosis
Sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna jika
ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita
tidak mengalami kecacatan. Jika terdapat gejala sisa seperti jalannya pincang atau
berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan (Israr, 2008).
Sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam setelah
terjadinya serangan. Tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan
pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya
mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien.
Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan (Chandra, 1994; Israr, 2008).
1.
2.
1.
A.
HIPERTENSI
Pengertian Hipertensi
1.
Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial.
Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus
hipertensi.(Sheps, 2005).
1.
C.
Etiologi hipertensi
1.
D.
Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi ( Dekker, 1996 )
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Corwin,2001).
1.
E.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapidapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun
tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, Nokturia karena peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerolus, Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah,
sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain lain (Wiryowidagdo,2002).
1.
F.
Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba tiba, seperti,orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain
sering disebut edma.Cairan didalam paru paru menyebabkan sesak napas,timbunan
cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron -neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin,
2000).
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien ini adalah penderita dengan diagnosis stroke iskemik/non hemoragik. Diagnosis
ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan keluhan
anggota gerak bagian kiri sulit digerakkan, kesulitan bicara (pelo), mulut merot, dan
adanya riwayat hipertensi sejak lebih dari 5 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa pada stroke non hemoragik diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan adanya keluhan defisit
neurologik secara mendadak tanpa adanya trauma dan terdapatnya faktor risiko GDPO,
dan dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya defisit neurologikal fokal.
Stroke Hemoragik
(PIS)
Berat
Stroke Non
Hemoragik
Gejala Pasien
Berat/ringan
Ringan
Permulaan (onset)
Menit/jam
Pelan (jam/hari)
Pelan
Nyeri kepala
Hebat
Ringan/tak ada
Tidak ada
Muntah pada
awalnya
Sering
Tidak
Hipertensi
Hampir selalu
Seringkali
seringkali
Kesadaran
Bisa hilang
Dapat hilang
Tidak hilang
Kaku kuduk
Bisa hilang
Tidak ada
Tidak ada
Hemiparesis
Gangguan bicara
Sering
Sering
Sering
Paresis/ gangguan
nervus III
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Gejala
Trombosis
Emboli
Gejala pasien
Umur
Segala umur
(terutama muda)
45 tahun
Onset
Cepat (detik-menit)
Cepat
Kejadian
Saat istirahat
aktivitas
Saat aktivitas
Kejang
jarang
sering
Riwayat sakit
jantung
Predisposisi
Kelainan
extracranial
(penyakit jantung)
Hipertensi
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa hipertensi dapat
menyebabkan gangguan aliran darah tubuh, dimana diameter pembuluh darah akan
mengecil (vasokonstriksi). Sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang.
Hipertensi termasuk faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Pasien juga Perokok, Rokok
memiliki kandungan nikotin dan karbonmonoksida dimana nikotin merupakan zat yang
dapat menyebabkan darah cepat membeku, sehingga aliran darah tidak lancar, aliran
darah yang tidak lancar tersebut akan menimbulkan timbunan plak-plak pada
pembuluh darah, plak tersebut dapat timbul pada pembuluh darah kecil di otak dan
terjadi stroke karena iskemia otak. Sifat nikotin yang cenderung mengeraskan dinding
arteri juga menimbulkan elastisitas pembuluh darah yang berkurang dan membuat
tekanan darah menjadi tinggi, pembuluh darah yang kurang elastis tersebut juga dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak yang dikenal dengan stroke
hemoragik.
Pasien juga jarang berolahraga, inaktivitas akan menyebabkan elastisitas pembuluh
darah jadi berkurang karena timbunan lemak dan kontraksi dinding otot pembuluh
darah berkurang. Elastisitas pembuluh darah yang kurang akan menyebabkan aliran
darah tidak lancar sehingga mudah menyebabkan aterosklerosis dan hipertensi yang
merupakan faktor pencetus dari stroke.
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang
dihasilkan. Usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga
mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan stroke
bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup
dalam 10 tahun sekitar 35%. Pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu
setengah sampai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15%
memerlukan perawatan institusional. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal
dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang
dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecactan.
DAFTAR PUSTAKA
Gofir A., 2009. Klasifikasi Stroke dan Jenis Patologi Stroke, Dalam : Manajemen
Stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press hal.45-9
Israr Y., 2008. Stroke. Fakultas Kedokteran Universitas Riau : Pekan Baru
Mardjono, M., Sidharta, P., 1998. Neurologi Klinis. Dian Rakyat: Jakarta
Misbach J., Jannis J., 2011. Diagnosis Stroke, Dalam : Stroke, Aspek Diagnostik,
Patofisiologi, Manajemen. Jakarta : FKUI hal.62-9
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ringleb, PA., 2008. Guidelines for Management of Ischaemic Stroke and Transient
Ischaemic Attack 2008. Departmenet Neurology: Germany
Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.
Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill:
New York, 2005.
Sylvia, PA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6. EGC: Jakarta.
2006
Nasissi, Denise. Non Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview
Share this:
Like this:
Like Loading...
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
Blog baru
REFERAT STRATEGI PENANGANAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO STROKE MAUPUN STRATEGI PENCEGAHAN
KEJADIAN RECURRENT STROKE SESUAI EVIDENCE-BASED-MEDICINE
Leave a Reply
0fd1af4bf7
/2013/06/24/case
guest
Post Comment
14
d8a4ee1610
1421646954
1421646967904
Search for:
Search
Recent Posts
Blog baru
Recent Comments
Archives
June 2013
Categories
Uncategorized
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
54371324
Sign me up
https://pradhitabu
loggedout-follow
ca483149d5
/2013/06/24/case