Anda di halaman 1dari 48

Dina Fatma Adriyani's 2nd Locker!

My personal blog to post my campus assignment.

Jumat, 30 Maret 2012


Ciri-ciri Anak Penderita ADHD
ADHD adalah diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku mengganggu bersama dengan
gangguan pemberontak oposisi, melakukan kekacauan dan gangguan antisosial.

Menurut buku Anak Hiperaktif (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri
anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)
1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak
memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan
2. Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi.
Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
3. Impulsif,
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan
memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan ini biasanya terjadi pada anak
usia prasekolah dasar.
4. Menentang
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati.
Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.

5. Destruktif
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung
menghancurkan sangat besar.
6. Tidak kenal lelah
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua
kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
7. Tidak sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula
mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.
8. Intelektualitas rendah
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata
anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu
sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ciri-ciri khusus anak hiperaktif lainnya diantaranya sebagai berikut :


Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
Sering terlalu banyak bicara.
Sering sulit menunggu giliran.
Sering memotong atau menyela pembicaraan.
Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya).
Mudahnya, kita dapat melihat ciri-ciri yang mengkhaskan dari ADHD, antara lain:
1. Selalu bergerak, dan gerakan-gerakannya tidak beraturan, tidak terkontol serta tanpa
sebab yang jelas.
2. Sering lupa terhadap segala hal, disebabkan kekurangmampuan untuk
berkonsentrasi sehingga hal tersebut kurang pula diperhatikannya.
3. Sering bingung tanpa sebab yang kuat.
4. Kelabilan emosi, cenderung gelisah, resah, dan tidak tenang.
5. Kecenderungan mengganggu orang lain.
Ciri-ciri tersebut tidak dapat mewakili diagnosa untuk menentukan bahwa seorang anak
mengalami ADHD atau tidak. Penentuan diagnosa, harus dipastikan melalui
pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog/profesional di bidangnya.

Gejala Anak Penderita ADHD


ADHD bermasalah pada perhatian terus-menerus, konsentrasi, dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas. Anak mungkin terlalu aktif dan gegabah. Banyak anak prasekolah
cemas, mempunyai masalah yang berhubungan dan saling mempengaruhi, dan
bertingkah laku dengan kurang baik. Mereka nampak tak penuh perhatian. Selama

masa kecil nanti, anak seperti itu mungkin menggerakkan kaki mereka dengan resah,
bergerak dan mengangkat-angkat tangan mereka, berbicara secara sembarangan, lupa
dengan mudah, dan mereka mungkin tidak teratur. Mereka secara umum tidak agresif.
Sekitar 20% dari anak dengan ADHD mempunyai ketidakmampuan belajar dan sekitar
80% mempunyai masalah akademis. Kerjanya mungkin berantakan, dengan kesalahan
serampangan dan ketiadaan pemikiran yang dipertimbangkan. Anak yang terkena
sering bertingkah laku seolah-olah pikiran mereka di tempat lain dan mereka tidak
mendengarkan. Mereka sering tidak melaksanakan sesuai permintaan atau
menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau kewajiban lain. Seringkali ada satu
tugas yang tak selesai dari yang lain.
Sekitar 40% dari anak terkena mungkin mempunyai persoalan dengan penghargaan diri
sendiri, depresi, kegelisahan, atau penentangan kepemilikan sampai usia mereka
mencapai masa remaja. Sekitar 60 % anak muda mempunyai masalah seperti itu
sewaktu marah, dan kebanyakan anak yang lebih tua mempunyai toleransi rendah
terhadap frustrasi.

Gejala Klinis Anak Penderita ADHD


Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala
ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif
terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang
kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak
senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan
yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami
kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut
dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah,
nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri
dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang
nampak pada perilaku seorang anak.

3 Gejala Utama ADHD


1. Inatensi
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

2. Hiperaktif
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsive
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu
yang tidak sabar). Seperti,
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.
Gejala-gejala Lain
4. Sikap menentang
seperti,
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang
seusia).
5. Cemas
seperti,
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
6. Problem sosial
seperti,
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_hyperactivity_disorder

http://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/ciri-ciri-anak-hiperaktif-atau-penderita-adhd/
http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html
Wikipedia Indnesia - ADHD
Diposkan oleh Dina Fatma Adriyani di 11.59
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

About...
Dina Fatma Adriyani
A loving girl, daughter, sister and partner.
Lihat profil lengkapku

Pengikut
Arsip Blog

Januari (1)

April (1)

November (5)

Oktober (1)

Juni (1)

Mei (1)

April (1)

Januari (2)

Maret (5)

November (2)

Oktober (6)
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Log In
Sign Up
Top of Form

Bottom of Form
Type to search for People, Research Interests and Universities

Searching...
Jenis-Jenis Gangguan Mental yang Biasa Terjadi pada Anak Oleh: S. Gelmani Rabiah
in Psikologi

Uploaded by
Yuan Puzpi

top 0.5%
4,107
Info

Research Interests:

Psikologi<div>()</div>

Loading Preview

Jenis-Jenis Gangguan Mental yang Biasa Terjadi pada Anak


Oleh:
S. Gelmani Rabiah
in Psikologi October 31, 2013 0 63 Views Tidak seperti gangguan kesehatan fisik
yang bisa langsung bisa dideteksi sehingga penanganannya bisa lebih cepat,
gangguan mental yang biasanya terjadi pada seorang anak sulit untuk dideteksi
pada awalnya. Sehingga nantinya anak tersebut nantinya akan mengalami
gangguan ini hingga dia dewasa. Agar hal ini tidak terjadi pada buah hati Anda,
sebaiknya Anda mulai mendeteksi gangguan mental yang mungkin saja terjadi
padanya. Dimana penjelasannya akan diuraikan dalam artikel berikut ini. Jenis
gangguan mental yang sering terjadi pada seorang anak :

Ansietas atau Kecemasan Seorang anak yang memiliki gangguan ini akan memiliki
ketakutan untuk menjalani kehidupan sosial, selalu merasa cemas, mengalami
trauma dan gangguan obsesif kompulsif. Tentunya hal ini sangat mengganggu
berbagai kegiatan yang harus dijalaninya setiap harinya.

Attention Deficit / Hyperactivity Disorder atau ADHD Seorang anak yang mengalami
gangguan ini biasanya akan mengalami gangguan perkembangan motorik
sehingga aktifitasnya cenderung berlebihan. Anak yang mengalami gangguan ini
biasanya tidak bisa diam dan selalu gelisah. Selain itu, seorang anak yang
mengalami gangguan ini akan suka membuat keributan dan beraktifitas berlebihan.
Beberapa gejala dari gangguan ini adalah perilaku impulsif, sulit fokus dan
hiperaktif.

Autisme Anda mungkin sering


mendengarkan orang yang berkata saya autis ketika sedang melakukan . Pada
dasarnya gangguan ini mengakibatkan seorang anak terlalu sibuk
dengan dunianya sendiri sehingga mereka tidak mampu melakukan interaksi dan
komunikasi dengan lingkungan sosialnya. Biasanya gangguan ini sudah bisa dilihat
sebelum anak Anda berusia 3 tahun.

Gangguan Perubahan Suasana Hati Mungkin Anda tahu bahwa seorang wantia yang
akan mendapatkan menstruasi akan mengalami perubahan suasana hati yang
ekstrem. Namun Anda tidak tahu bahwa hal ini juga bisa terjadi pada buah hati
Anda dan biasanya hal ini bisa menjadi sebuah gangguan mental. Gejala dari
gangguan perubahan suasana hati ini biasanya akan terjadi pada seorang anak
yang mengalami gangguan bipolar dan depresi. Selain perubahan suasana hati
yang ekstrim, biasanya mereka juga akan mengalami kesedihan secara terus
menerus.

masalah-masalah psikologi pada anakyang sering terjadi


02.34 Rohmatul Ummah No comments
1.Attsoederention deficit/ Hiperactivity disorder (ADHD)
Attetion deficit/ Hiperactivity disorder (ADHA) atau dalam bahasa indonesianya
adalah Gangguan pemusatan perhatian / Hiperaktivity (GPPH). Menurut
Prof.Dr.Wirawan Sarwono seoprang psikolog senior, istilah GPPH tak dapat dipukul
rata .Perlu dibedakan antara penderita GPPH dengan anak yang nakal, kreatif, ingin
tahu, aktif dari usianya, dan anak yang ber IQ tinggi. Untuk menentukkan apakah
seseorang anak menderita GPPH, harus dipenuhi 6 syarat.Kalau satu saja tidak
terpenuhi, maka belum tentu si anak mengalami ggaguan tersebut.Adapun 6 syarat
tersebut:
1.

Sering bermain tangan dan tak bisa duduk diam. 2.

Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelasnya atau pada situasi lain yang
membutuhkan anak tetap duduk diam. 3.

Berlari atau memanjat berlebihan pada situasi tidak tepat. 4.

Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam kegiatan yang memerlukan
diam 5.

Selalu bergerak seperti dikendalikan suatu motor 6.

Selalu bicara berlebihan. Dulu,GPPH kerap dianggap sebagai kelainan psikologis


atau psikiatrik semata tanpa kelainan biologis atau organic.Namun penelitian
terakhir menunjukkan adanya kelainan di beberapa daerah otak pada anak-anak
yang mengalami GPPPH, berupa ukurannya yang lebih kecil dibanding anak-anak
normal.Daerah tersebut adalah korteks prefrontal, ganglia basalis, dan otak kecil.
Daerah korteks prefrontal berfungsi menentukkan perilaku dan konsentrasi, ganglia
basalis fungsi ini mengurangi respon otomatis dan mengkoordinasi berbagai input
yg diterima oleh korteks otak. Sedang otak kecil, mungkin berfungsi dalam
pengaturan motivasi. Selain itu, GPPH juga bisa dipicu oleh gangguan dalam
metabolisme substansi kimia yg bernama neurotransmitter.Berbagai faktor diduga
menyebabkan kelainan struktur dan neurokimia otak tersebut, diantaranya faktor
genetik, lingkungan, psikososial, dan factor resiko lainnya. Anak yang karena
berbagai faktor lingkungan seperti kekurangan oksigen dalam rahim atau kelahiran,
terauma lahir, infeksi virus intrauterine, meningitis, trauma kepala, atau kekurangan
gizi, juga berpeluang besar menderita gangguan ini. Berbagai faktor sosial dapat
juga dapat mencetuskan GPPH pada anak.Faktor itu misalnya tidak mempunyai
orang tua, korban perceraian, adanya saudara bersifat anti sosial atau
alkoholik,penyianyian dan penyiksaan.Faktor resiko lainnya adalah retardasi mental,
berat badan lahir rendah, kelainan fisik minor, gangguan susunan saraf pusat,
gangguan penglihatan dan pendengaran, epilepsi, gejala sisa trauma kepala,
penyakit kronik, dan kesulitan tidur.

GPPH harus ditangani sebaik mungkin,sebab 30 hingga 50 persen GPPH terbawa


sampai ke masa remaja dan dewasa.Karena GPPH di sebabkan oleh gangguan
psikologis/psikiatrik dan gangguan biologi/organik.Maka penangannya pun
dilakukan dengan 2 cara yaitu secara medik dan intervansi sosial. Tindakan medik
berupa pemberian obat dilakukkan bila gejala hiperaktivitas cukup berat, hingga
menyebabkan gangguan di sekolah, dirumah, atau hubungan dengan
teman.Pengobatan bertujuan untuk menghilangkan gejala dan memudahkan terapi
psikologi. Beberapa tehnik intervensi itu adalah : 1.

Progrresive Delayed Procedure, yakni anak-anak dengan GPPH dapat dilatih dengan
menunda ganjaran. 2.

Intervansi secara sistematis dan terencana oleh guru.Guru tidak menganggap anak
GPPH adalah anak nakal.Guru harus tegas namun dapat memberikan dukungan.Mis:
anak sebaiknya didudukan didepan. 3.

Memberikan pilihan tugas, murid yang menderita GPPH diberikan kebebasan


memilih format tugasnya. 4.

Peer tutoring, yakni meningkatkan atau memperbaiki perilaku di kelas dengan


bantuan teman-teman sekelas. Secara fisik ditemukan perbedaa bermakna dari
hasil pemeriksaan otak pada penderitaan GPPH dengan agak normal.Pada anak
hiperaktif, otak karena persen lebih kecil ketimbang otak kirinya.Sebanyak 35-50
persen kasus anak penyandang GPPH, pada hasil pemeriksaan gelombang elektro
ensefalografi (EEG) nya
menunjukkan abnormalitas yaitu berupa peningkatan gelombang lambat yang
spesifik .Jadi, masalahnya diotak.
Menurut berbagai penelitian mutakhir, GPPH jelas merupakan gangguan biologis,
jadi bukan gangguan psikologik semata, yaitu adanya defisiensi atau kekurangan
kepekaan terhadap penguat (reinforcement) atau faktor motivasional.
2.Diseleksia

Kesulitan membaca bukan pertanda anak bodoh.Mungkin ia membutuhkan cara


belajar yang
tepat.
Kesulitan membaca (Diseleksia) adalah adanya hambatan dalam perkembangan
kemampuan membaca pada seseorang namun, penyebabnya bukanlah tingkat
kecerdasan yang rendah, gangguan penglihatan/pendengaran , gangguan
neurologis ataupun kurangnya kesempatan berlatih. Seperti pada kesulitan
berhitung(Diskalkulia), kesulitan menulis ekspresif (disgrafia), masalah penyandang
diseleksia adalah pemrosesan di dalam otaknya.Tak heran seringkali ada perbedaan
nyata antara nilai IQ mereka dengan nilai prestasi akademik sekolahnya. Gangguan
ini tampak pada tiga gejala pokok: tidak teliti dalam membaca, membacanya
dengan lambat, dan pemahaman yang buruk dalam membaca. Kesulitan membaca
itu bisa muncul dalam berbagai bentuk ada yang bisa mengeja tapi tidak mampu
membaca dalam kata, misalnya putih dibaca putu, kaki dibaca kika.Ada juga yang
membacanya terbalik, topi dibaca ipot, minum dibaca munin.Sulit membedakan

huruf b dan d, q dan p, khususnya akibatnya, mereka dapak untuk bapak.Diluar


aspek bahasa, pada anak diseleksia seringkali terdapat gangguan perkembangan
lain.Misalnya, konsentrasi yang buruk, kontrol diri kurang, dan clumsy contoh
konkretnya, terkadang anak mengalami kesulitan melempar tangkap bola atau
mengikat tali sepatu. Bila tak segera mendapat penanganan yang baik, kesulitan
belajar bisa memberikan dampak negatif

bagi anak.Label bodoh, ceroboh bisa membuat mereka terganggu secara


emosional.Gangguan ini bisa mempengaruhi keadaan anak selanjutnya.
Penelusuran penyebab kesulitan belajar itu sendiri, menurut Dr.Ika Widyawati,
pengajar bagian psikatri FKUI, dapat dilakukkan lewat beberapa
pemeriksaan.Pemeriksaan fisik untuk memeriksa kemungkinan adanaya kelainan
organis pada anak, pemeriksaan psikiatrik dan psikososial untuk melihat konflik
kejiwaan, hubungan sosial atau cara pendidikan yang salah, dan pemeriksaan
psikometrik untuk mengetahui taraf kecerdasan serta potensi anak. Dari hasil
pemeriksaan itu, pada anak dapat dilakukkan pengobatan di bidang
edukatif.Diantaranya lewat pendidikan remedial oleh tenaga
professional.Penanganan itu dapat dikombinasikan dengan psikoterapi, terapi obat,
psikososial, terapi wicara, dan terapi okupasi untuk melatih ketrampilan motorik
halusnya. Tips membantu anak mengatasi Diseleksia: 1.

Jangan memberikan stigma negatif seperti bodoh, bego, pemalas, pengacau. 2.

Jangan membanding-bandingkan dengan orang lain. 3.

Jangan member tekanan berlebihan sehingga ia akan merasa takut gagal atau
mengecewakan. 4.

Jangan (tanpa kesadarannya) menyuruh membaca keras-keras agar terdengar


orang lain. 5.

Gunakan (kalau perlu) alat penunjuk/ penanda baca agar penglihatannya mengikuti
alur membacanya. 6.

Sebaiknya ketrampilan tangan mereka dilatih dengan melempar tangkap bola,


memainkan wayang, bermain dengan bulir-bulir. 7.

Berikan lingkungan yang kondusif serta guru yang kompeten.


3.Gangguan artikulasi
Anak-anak yang bicaranya tak jelas atau sulit ditangkap dalam istilah
psikologi/psikiatri disebut mengalami gangguan artikulasi atau fonologis. Namun
gangguan ini wajar terjadi karena tergolong gangguan perkemb`ngan. Dengan
bertambah usia, diharapkan gangguan ini bisa diatasi. Kendati begitu, gangguan ini
ada yang ringan dan berat. Yang ringan, saat usia 3 tahun si kecil belum
bisa menyebut bunyi L, R, atau S. Hingga, kata mobil disebut mobing atau lari
dibilang lali. Biasanya
gangguan ini akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya
dengan
membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas Dra. Mayke S.
Tedjasaputra. Hanya saja, untuk anak yang tergolong pemberontak atau
negativistiknya kuat, umumnya enggan
dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap memberitahu yang benar
dengan mengulang
kata yang dia ucapkan. Misal, Ma, yuk, kita lali
lali!, segera timpali, Oh, maksud Adik, lari
lari.
Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau mengganti huruf
dan suku kata. Misal, toko jadi
toto atau stasiun jadi tatun. Pengucapan semacam ini, kan, jadi sulit ditangkap
orang lain, ujar pengajar di Fakultas Psikologi UI dan konsultan psikologi di LPT UI
ini.

PENYEBAB

Gangguan fonologis bisa dikarenakan faktor usia yang mengakibatkan alat bicara
atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) belum lengkap atau
belum berkembang sempurna; dari susunan gigi geligi, bentuk rahang, sampai lidah
yang mungkin masih kaku. Beberapa kasus gangguan ini malah berkaitan dengan
keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan
bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologis yang jadi
penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan. Sebab lain,
gangguan pendengaran. Bila anak tak bisa mendengar dengan jelas, otomatis
perkembangan bicaranya

terganggu. Tak kalah penting, faktor lingkungan, terutama bila anak tidak/kurang
dilatih berbicara secara benar.
TERAPI BICARA
Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih
cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila
dikarenakan gangguan neurologis, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi.
Sementara jika berhubungan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih
sulit karena tergantung tingkat keterbelakangan
mentalnya. Kalau masuk kategori terbelakang sedang, pengucapan kata
-kata anak biasanya juga sulit ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi
bicara, pengucapannya bisa agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sulit
dicerna oleh orang yang mendengarkannya, jelas Mayke.
Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sulit, dianjurkan membawa anak
berkonsultasi. Kriteria sulit: bila sudah mengganggu komunikasi atau kontak dengan
orang lain, bahkan orang serumah pun tak
mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah bersekolah, gangguan ini bisa
mempengaruhi prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum
fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, pengucapannya yang tak jelas
akan memancing teman-teman mengolok-oloknya. Dibutuhkan bantuan ahli terapi
bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si
kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa
dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk
mengoreksi adanya gangguan pada organ-organ yang berhubungan dengan bicara
yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk
dengan baik, hingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya.
Cacat bawaan seperti sumbing juga bisa berpengaruh pada cara bicaranya, tapi
gangguan ini bisa diatasi dengan operasi dan terapi bicara.

BAWA BERKONSULTASI
Anak yang mengalami gangguan fonologis kriteria sedang hingga berat, biasanya
terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun,
atau usia 2,5 tahun baru bisa menyebut Mama/Papa. Kemungkinan lain, meski
sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih
tahap bubbling alias tanpa arti, seperti mamapapa. Namun bahasa resetif ata
u penerimaannya cukup baik, hingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan
mengerti. Yang seperti ini pun, saran Mayke, sebaiknya dibawa berkonsultasi karena
bila dibiarkan berlanjut, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologis
lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10
bulan atau setahun, anak mulai dapat menyebut Mama/Papa, tapi selepas 2 dua
tahun tak
bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah
cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke
psikolog/psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan
fonologis karena keterbelakangan mental, gangguan neurologis, atau sebab lain.
Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa dit`ngani psikolog, sebaiknya
anak dirujuk ke ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi
bicara bisa ditemui di berbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis
atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani
anak yang mengalami gangguan bicara. Sedangkan lama penanganan tergantung
beberapa hal. Seperti berat-ringan gangguan, upaya/kesediaan orang tua untuk
mengantar anaknya terapi secara teratur maupun melatihnya di rumah, serta
kerjasama dari anak. Jadi, saran Mayke, kita jangan segan-segan menanyakan pada
terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya
terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi saran atau masukan seperti itu.

Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang dibutuhkan untuk


menangani gangguan anak. Begitu pula penguasaan/pendalaman terhadap masingmasing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara penanganan yang tepat untuk
tiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus bisa membina hubungan baik dengan
anak, hingga anak merasa senang mengikuti program tersebut. Sebaliknya, akan
jadi kendala bila si terapis kaku dan tak bisa membujuk anak Sumber : tabloid
nakita (KG Group)
4.Autisme

AUTISME

atau disebut dengan


Autistic Spectrum Disorder
(ASD), hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Meski demikian, saat
ini sudah ada beberapa langkah tepat untuk penderita autis agar dapat memiliki
kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara.
Tanda

tanda Autisme

- tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari

- hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata

- mata yang tidak jernih atau tidak bersinar

- tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain

- hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang
dia mainkan)

- serasa dia punya dunianya sendiri

- tidak suka berbicara dengan orang lain

- tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain Berbagai hal yang
dicurigai berpotensi untuk
menyebabkan autisme : 1.

Vaksin yang mengandung Thimerosal : Thimerosal adalah zat pengawet yang


digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin
yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana
halnya di negara
berkembang
2.

Televisi : Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak

orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya,


seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa
TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang
bersosialisasi karenanya. Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat
dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat
dan/atau negara. Contoh paling nyata adalah kasus pada negara terpencil Bhutan

begitu mereka mengizinkan TV di negara mereka, jumlah dan jenis kejahatan


meningkat dengan drastis. Bisa kita bayangkan sendiri apa dampaknya kepada
anak-anak kita yang masih polos. Hiperaktif ? ADHD ? Autisme ? Sebuah penelitian
akhirnya kini telah mengakui kemungkinan tersebut. 1.

Genetik : Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama
diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu
saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah
bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih
besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)

1.

Makanan : Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan


peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang
pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada
sama sekali di zaman tersebut. Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati

beberapa kasus kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet
khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu
yang singkat. Terapi diet tersebut kemudian dikenal dengan nama The Feingold
Program. Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan modern
(pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa
kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme,
banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis. Dr. Feingold
membayar penemuannya ini dengan cukup mahal. Sekitar tahun 1970-an, beliau
dikhianati oleh The Nutrition Foundation, dimana Coca cola, Kraft foods, dll adalah
anggotanya. Beliau tiba-tiba diasingkan oleh AMA, dan ditolak untuk menjadi
pembicara dimana-mana. Syukurlah kemudian berbagai buku beliau bisa terbit, dan
hari ini kita jadi bisa tahu berbagai temuan-temuannya seputar bahaya makanan
modern. 1.

Radiasi pada janin bayi : Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan
bahwa bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi
kidal. Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi
juga berperan menyebabkan autisme. Tapi bagaimana menghindarinya, saya juga
kurang tahu. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG

hindari jika tidak perlu. 2.

Folic Acid : Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik
pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun
sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada
saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin
bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid

namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan
dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal). Atau yang lebih baik

perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid, karena alam bisa
mencegah tanpa menyebabkan efek samping :
Nature is more precise; thats why all man
-made drugs have side effects

1.

Sekolah lebih awal : Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu
reaksi autisme. Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa
sembuh / membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena
justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup /
preschool), maka beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya
menjadi muncul dengan sangat jelas. Untuk menghindari ini, para orang tua perlu
memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini.
Jika ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu dibimbing
secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak
maka gejala autismenya sudah hampir lenyap; dan sang anak jadi bisa menikmati
masa kecilnya di sekolah dengan bahagia.

Dan mungkin saja masih ada banyak lagi berbagai potensi penyebab autisme yang
akan ditemukan di masa depan, sejalan dengan terus berkembangnya pengetahuan
di bidang ini. Anak yang menderita autis sebenarnya dapat diketahui sejak usia dini.
Karena umumnya gangguan ini muncul sebelum anak berusia tiga tahun. Hanya
kebanyakan orangtua kurang
aware
dengan gejala yang timbul pada anaknya hingga usia empat tahun. Padahal pada
usia tersebut, anak sudah larut dengan dunianya sendiri sehingga tidak bisa
berkomunikasi dan berinterkasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Ketika
kondisi tersebut terlambat diketahui, maka langkah utama yang harus dilakukan
ialah memfokuskan kelebihan anak di bidang tertentu yang dikuasainya. Nah, kunci
sukses untuk membantu para orangtua atau keluarga agar penderita autis dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, maka seluruh anggota keluarga harus
turut langsung membantu para penderita ini berusaha melakukan hal itu. Menurut
dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K), pakar autis indonesia, beberapa keganjalan
yang sering dilakukan oleh penderita autis dapat dibantu dengan melakukan empat
macam terapi. Saat ini sudah terdapat beberapa terapi bagi penderita autis, baik itu
terapi perilaku

ABA, terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi wicara maupun terapi
tambahan seperti terapi musik, AIT,
Dolphin Assisted Therapy
.
Terapi perilaku
ABA merupakan terapi gentak untuk memperbaiki perilaku anak autis yang sering
menyimpang. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah bersuara keras saat
memberikan perintah pada anak. Kalau anak tidak mau melakukan apa yang
diperintahkan, maka harus mengagetkan
mereka, kata dr Ira
wan dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia,
belum lama ini. Terapi sensori integrasi, sambungnya, khusus ditujukan pada fungsi
biologis otak. Sehingga otak melakukan segala sesuatu dengan benar. Sementara
itu, terapi okupasi dilakukan untuk memperbaiki aktivitas penderita autis. Selain itu
ada juga terapi wicara yang dilakukan untuk membantu penderita autis yang
mengalami gangguan bicara agar bisa berbicara kembali. Ternyata agar anak autis
dapat kembali di tengah-tengah keluarganya, tak hanya langkah terapi saja yang
dilakukan. Pemberian nutrisi tepat bagi penyandang autis juga harus diperhatikan.

Karena pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme
ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu. Menurut ahli gizi Sun Hope
Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP, orang tua perlu memerhatikan beberapa jenis
makanan yang sebaiknya dihindari seperti makanan yang mengandung
gluten
(tepung terigu), permen, sirip, dan makanan siap saji yang mengandung pengawet,
serta bahan tambahan makanan.
Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan terutama makanan
yang mengandung
casein
(protein susu) dan
gluten

(protein tepung),
Selain asupan makanan yang tepat, suplementasi pun perlu diberikan pada pasien
autis mengingat adanya gangguan metabolisme penyerapan zat gizi (
lactose intolerance
) dan gangguan cerna yang diakibatkan karena konsumsi antibiotik dengan
pemberian
sinbiotic
(kombinasi Sun Hope probiotik dan
enzymes
sebagai prebiotik).
Meski suplemen penting
diberikan pada penderita autis, hal yang paling tepat dilakukan adalah memberikan
pengaturan nutrisi yang tepat. Ketika makanan tidak tepat masuk ke dalam tubuh,
maka akan masuk ke usus halus dan tidak tercerna dengan baik. Akhirnya makanan
tersebut keluar melalui urin, karena material tersebut sifatnya
toxic
(racun) sehingga terserap ke otak. Hal tersebut

menyebabkan anak autis semakin hiperaktif, jelasnya panjang lebar.

Tak hanya itu saja, untuk membantu mengurangi gejala hiperaktif dan membantu
meningkatkan konsentrasi dan perbaikan perilaku, suplementasi omega 3
5.GANGGUAN PENCERNAAN, PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau
pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang
merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami
oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak
yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering
membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya.
Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6
tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar
79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan Kesulitan makan karena sering dan
berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan
gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan
penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari
penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya
orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak
kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan
tersebut dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar
diderita anak. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal
diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era
globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat
menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.
GEJALA SUATU PENYAKIT
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau
tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada
tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak
untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman
dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu
mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai
terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin
dan obat tertentu. Gejala kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah,
menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2)
Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut
anak, (3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau

memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5)


Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6).
Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7), Kebiasaan makan yang aneh dan
ganjil.
PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN
Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ
tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat
dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat
berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat
dalam usia anak. Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak
dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan
proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa

faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor.
Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses
makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama,
mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang. Pengaruh hilang atau
berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah
kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan
(berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan
yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang
(sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan sering sisa atau hanya sedikit
atau mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di mulut. Sedangkan
gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya atau tidak mau
makan dan minum sama sekali. Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering
diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna. Gangguan fungsi pencernaan
tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tanda dan
gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut kembung, sering

cegukan
, sering buang angin, sering muntah atau seperti hendak muntah bila disuapin
makan. Gampang timbul muntah terutama bila menangis, berteriak, tertawa, berlari
atau bila marah. Sering nyeri
perut sesasaat, bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar
ngeden
, tidak

setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2
kali/perhari). Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat
(seperti kotoran kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada
riwayat berak darah. Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba
mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur.
Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut
berbau Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul
bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit
berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi
sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan
sebagainya. Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering
terjadi pada banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala
tersebut merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat
mungkin berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.
GANGGUAN PROSES MAKAN DI MULUT
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan
menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di
sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik
tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan
oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar
mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan
mengunyah makanan. Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan
makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi
saat usia 1 tahun, tidak bisa makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti
kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat
bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah
nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan
yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan
beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkani
kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja. Kelainan lain
yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah keterlambatan bicara dan

gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga sulit dimengerti).
Gangguan motorik proses makan ini biasanya disertai oleh gangguan keseimbangan
dan motorik kasar lainnya seperti tidak mengalami proses perkembangan normal
duduk, merangkak dan berdiri. Sehingga terlambat bolak-balik (normal usia 4
bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi
langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5
tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter W. Bila berjalan selalu cepat, terburu

-buru seperti berlari, sering jatuh atau menabrak, sehingga sering terlambat
berjalan. Ciri lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam, mulai dari
overaktif hingga hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang
bosan dan selalu terburu-buru. Gangguan saluran pencernaan tampaknya
merupakan faktor penyebab terpenting dalam gangguan
proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori Gut Brain
Axis. Teori ini
menunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna maka mempengaruhi
fungsi susunan saraf pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan saraf pusat
tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu
manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar mulut.
Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis
organ tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya
adalah kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok
terbelah, fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia,
kista laring, tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung,
ginjal dan organ lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan. Bila fungsi otak
tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan terpengaruh.
Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan atau
gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila
kelainan susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya
disertai dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan
lainnya.
GANGGUAN PSIKOLOGIS
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan
pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam
menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis
dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan
makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab
utama kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik
pada anak. Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis
memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah terjadi sebelumnya.
Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu
waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor
psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik.
Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat
dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya
mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.
Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatifisme, menarik
perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel pada
anak digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang sangat diinginkannya,

sedang tertarik permainan atau benda lainya, meniru pola makan orang tua atau
saudaranya reaksi anak yang manja. Beberapa aspek psikologis dalam hubungan
keluarga, baik antara anak dengan orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan
antara anggota keluarga lainnya dapat mempengaruhi kondisi

psikologis anak. Misalnya bila hubungan antara orang tua yang tidak harmonis,
hubungan antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau suasana keluarga yang
penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi akan mengakibatkan
anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi. Hal itu
mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat anak
menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk aktifitas makannya
Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan untuk
terjadinya gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan makan.
Beberapa hal tersebut diantaranya adalah : perlindungan dan perhatian berlebihan
pada anak, orang tua yang pemarah, stress dan tegang terus menerus, kurangnya
kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, urangnya pengertian dan
pemahaman orang tua terhadap kondisi psikologis anak, hubungan antara orang
tua yang tidak harmonis, sering ada pertengkaran dan permusuhan.
KOMPLIKASI KESULITAN MAKAN
Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penderita Autis biasanya berlangsung
lama. Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti
kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral dan anemia (kurang darah). Defisiensi
zat gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan
gangguan fungsi tubuh lainnya yang terjadi pada penderita Autis. Keadaan ini
tentunya akan menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah
dilakukan selama ini. Kekurangan kalori dan protein yang terjadi tentunya akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada penderita Autis. Tampilan klinis yang
dapat dilihat adalah kegagalan dalam peningkatan berat badan atau tinggi badan.
Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan
berat badan 2 kilogram dalam setahun. Pada penderita kesulitan makan sering
terjadi kenaikkan berat badan terjadi agak susah bahkan terjadi kecenderunagn
tetap dalam keadaan yang cukup lama.
PENANGANAN KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada
anak yang harus dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami
kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak, (2). Identifikasi
adakah komplikasi yang terjadi, (3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab, (4).
Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac),
hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan. Gangguan fungsi
pencernaan kronis pada anak tampaknya sebagai penyebab paling penting dalam

kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi seperti alergi
makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan sebagainya. Reaksi simpang
makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan
tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini
terbanyak saat usia di atas 6 bulan ketika mulai diperkenalkannya variasi makanan
tambahan baru. Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta menunjukkan,
setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu pada 218 anak dengan kesulitan
makan dengan gangguan intoleransi makanan, alergi makanan, penyakit coeliac,
Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3 minggu, tampak perbaikan
kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke dua
dan 96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik
sekitar 84% dan 94% penderita antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi
perbaikan gangguan mengunyah dan menelan hanya bisa diperbaiki sekitar 30%.
Mungkin gangguan ini akan membaik maksimal seiring dengan pertambahan usia.

Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran


yang optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral
dan refleks menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi
listrik dan minum dengan sedotan kadang membantu memperbaiki masalah ini.
Aktifitas meniup balon atau harmonika dan senam mulut dengan gerakan tertentu
juga sering dianjurkan untuk gangguan ini. Pemberian suplemen vitamin atau obat
tertentu sering diberikan pada kasus kesulitan makan pada anak. Tindakan ini
bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, bila tidak disertai dengan
mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian vitamin atau obat-obatan justru
menutupi penyebab gangguan tersebut, kalau penyebabnya tidak tertangani tuntas
maka keluhan tersebut terus berulang. Bila penyebabnya tidak segera terdeteksi
maka anak akan tergantung dengan pemberian vitamin tersebut Bila kita tidak
waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obat-obatan dan vitamin dalam
jangka waktu yang lama. Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai
dengan penyebab, harus ditunjang dengan cara pemberian makan yang sesuai
untuk anak dengan kesulitan makan pada anak. Karena anak dengan gangguan
makan kebiasaan dan perilaku makannya berbeda dengan anak yang sehat lainnya.
Kesulitan makan disertai gangguan fungsi saluran cerna biasanya terjadi jangka
panjang, dan sebagian akan berkurang pada usia tertentu. Gangguan alergi
makanan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7 tahun. Tetapi pada kasus
penyakit coeliac atau intoleransi makanan terjadi dalam waktu yang lebih lama
bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
6.Depresi pada anak
Bukanlah hal aneh jika orang dewasa mengalami depresi. Seiring dengan
meningkatnya beban hidup di masa sekarang ini, meningkat pula kecenderungan
orang untuk menjadi depresi. Tapi, bagaimana jika ini terjadi pada anak kecil yang

dianggap belum mempunyai beban hidup? Apakah ada kemungkinan mereka


mengalami depresi? Jawabnya ternyata ADA! Bagaimana cara mengetahui anak kita
mengalami depresi? Apakah kesedihan pada anak-anak dianggap tidak wajar?
Bagaimana cara membedakan kesedihan dengan depresi pada anak-anak?
Semuanya akan dibahas di bawah ini. Gangguan depresi pada anak sebelumnya
tidak terlalu dikenali dan biasanya dianggap sebagai gangguan mood yang normal
pada fase perkembangan. Keraguan ini disebabkan karena anak dan remaja
dianggap belum matang secara psikologis dan kognitif. Berdasarkan penelitian,
anak perempuan memiliki kecenderungan untuk menderita depresi lebih tinggi
daripada anak laki-laki. Depresi merupakan sekelompok penyakit gangguan alam
perasaan dengan dasar penyebab yang sama. Beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap etiologi depresi, khususnya pada anak dan remaja adalah:

1. Faktor genetik Meskipun penyebab depresi secara pasti tidak dapat ditentukan,
faktor genetik mempunyai peran terbesar. Gangguan alam perasaan cenderung
terdapat dalam suatu keluarga tertentu. Bila pada suatu keluarga, salah satu
orangtua menderita depresi, maka anaknya berisiko dua kali lipat untuk menderita
depresi dan apabila kedua orangtuanya menderita depresi maka risiko untuk
mendapat gangguan alam perasaan sebelum usia 18 tahun menjadi empat kali
lipat. Pada kembar monozigot, 76% akan mengalami gangguan afektif sedangkan
bila kembar dizigot hanya 19%. Pricer (1968) dan Bertelsen et al (1977) melaporkan
hasil yang hampir sama. Bagaimana proses gen diwariskan, belum diketahui secara
pasti. Bahwa kembar monozigot tidak 100% menunjukkan gangguan afektif,
kemungkinan ada faktor non-genetik yang turut berperan. 2. Faktor Sosial
Dilaporkan bahwa orangtua dengan gangguan afektif cenderung akan selalu
menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa anaknya
menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa status perkawinan orangtua, jumlah sanak saudara, status
sosial keluarga, perpisahan orangtua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur
keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang
menderita depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan
psikopatologi pada anak dibandingkan jika depresi terjadi pada ayah. Beberapa
peneliti melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat penganiayaan
fisik atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara
pasti. Diyakini bahwa faktor non-genetik seperti faktor fisik maupun lingkungan
merupakan pencetus kemungkinan terjadinya depresi pada anak dengan riwayat
genetik. 3. Faktor Biologis lainnya Dua hipotesis yang menonjol mengenai
mekanisme gangguan alam perasaan terfokus pada terganggunya regulator sistem
monoamin-neurotransmiter, termasuk norepinefrin dan serotonin (5hidroxytriptamine). Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi erat
hubungannya dengan perubahan keseimbangan adrenergik-asetilkolin yang
ditandai dengan meningkatnya kolinergik, sementara dopamin secara fungsional

menurun. Diduga ada kaitan antara depresi dengan adanya gangguan kesehatan
lain, seperti: infeksi virus, anemia, hipotiroid atau hipertiroid, dan epilepsi. Namun
penyebab yang pasti dari depresi ini masih belum dapat dipastikan. Diduga
kombinasi dari kerentanan genetik (biologi), pengalaman perkembangan yang
kurang optimal secara psikologi dan terpapar pada stresor sosial dapat
menyebabkan gangguan ini. 90% gejala depresi pada anak dan remaja didahului
oleh adanya pemicu. Faktior risiko yang dapat memicu munculnya depresi: - adanya
riwayat depresi pada keluarga - episode depresi sebelumnya - konflik keluarga kelemahan dalam bidang akademik - gangguan cemas atau penyalahgunaan zat
Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak, atau hidung yang
memerah pada penyakit flu, gejala depresi tidaklah terlalu konkret, dan sebagai
konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh orangtua. Berikut ini adalah
tanda-tanda depresi: - Keluhan fisik seperti sakit kepala, sakit sendi dan otot, sakit
perut, dan rasa lelah - Sering bolos sekolah atau sikapnya di sekolah tidak baik

- Adanya maksud dan usaha untuk lari dari rumah - Berteriak tanpa kejelasan,
sering menangis atau mengeluh terhadap segala sesuatu - Merasa cepat bosan Tidak ada minat untuk bermain dengan teman-temannya - Penggunaan zat atau
alkohol - Tidak mau berkomunikasi dan berteman lagi - Takut akan kematian Sangat sensitif terhadap penolakan dan kegagalan - Sering menunjukkan rasa
marah, bermusuhan, dan sikap yang mudah tersinggung - Perilaku yang
membahayakan dan ceroboh - Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan teman
atau orang lain - Konsentrasi yang buruk yang dapat berhubungan dengan nilai
sekolahnya - Tangis terus menerus dan kesedihan persisten - Kurangnya antusiasme
atau motivasi - Kelelahan kronis atau kekurangan energi - Menarik diri dari keluarga,
teman dan aktivitas yang tadinya disukai - Perubahan kebiasaan makan dan tidur
(adanya kenaikan atau penurunan berat badan yang terlihat jelas, suka sekali tidur
atau sulit tidur) - Suka lupa - Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang
berlebihan - Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita

tidak berjalan, berbicara atau mengekspresikan diri) - Bermain yang melibatkan


kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, atau dengan tema yang
sedih - Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri. Depresi
harus dibedakan dengan kesedihan yang normal dan gangguan psikiatris lainnya.
Sebelum diagnosis psikiatris ditegakkan, kondisi organik yang mirip ataupun yang
menimbulkan gejala-gejala psikiatris harus disingkirkan terlebih dahulu seperti
gangguan organik, intoksikasi zat, ketergantungan dan abstinensi, distimia,
siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung, serta gangguan penyesuaian.
Keadaan seperti ini sangat bervariasi, sehingga pengetahuan tentang
perkembangan anak normal dan penyakit fisik dengan manifestasi psikiatris sangat
diperlukan untuk dapat menegakkan diagnosis yang akurat. Bagaimana mengobati

depresi anak? Perawatan di rumah sakit perlu dipertimbangkan sesuai dengan


indikasi, misalnya penderita cenderung mau bunuh diri, atau adanya
penyalahgunaan atau ketergantungan obat. Pada umumnya, penderita berhasil
ditangani dengan rawat jalan. Sekali diagnosis depresi berat ditegakkan pada anak,
psikoterapi dan medikasi merupakan terapi yang harus diberikan. Namun,
pengobatan selalu bersifat individual, tergantung pada hasil pertimbangan evaluasi
anak dan keluarganya, termasuk kombinasi terapi individu, terapi keluarga, serta
konsultasi dengan pihak sekolah. Pengobatan populasi depresi pada umumnya
bersifat multi modal, meliputi anak, orangtua, dan sekolah untuk memperpendek
episode depresi. Pada anak yang mengalami depresi, pengembangan kognitif dan
emosi merupakan intervensi psikoterapetik yang harus dibangun. Beberapa
pendekatan psikoterapi berbeda yang digunakan telah menunjukkan hasil, seperti:

Psikoterapi perorangan (individual psychotherapy)

Terapi bermain (play therapy)

Terapi berorientasi
kesadaran (insight-oriented therapy)
Terapi tingkah laku (behavioral therapy)

Model stres hidup (life stress model)

Psikoterapi kognitif (cognitive psychotherapy)

Lain
-lain, seperti terapi kelompok (group therapy), latihan orangtua (parent training),
terapi keluarga (family training), pendidikan remedial (remedial education), dan
penempatan di luar rumah (out of homeplacement). Sedangkan, farmakoterapi
yang sering digunakan: 1. Golongan antidepresi trisiklik: Amitriptilin, Imipramin, dan
Desipramin. Berbeda dengan orang dewasa, pada anak tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti antara antidepresi golongan trisiklik dengan plasebo. Obat
ini bersifat kardiotoksik dan cenderung berakibat fatal bila melampaui dosis. 2.
Golongan obat yang bekerja spesifik menghambat ambilan serotinin: fluoksetin dan

sertralin. Obat ini memberikan harapan yang cerah dalam pengobatan depresi pada
anak dan remaja. Merupakan obat pilihan pertama pada anak dan remaja karena
dapat ditoleransi dengan baik dan efek yang merugikan lebih sedikit dibandingkan
dengan antidepresi golongan trisiklik. Sayangnya, sedikit sekali penelitian tentang
pengobatan rumatan (maintenance) pada anak dan remaja. Dibandingkan dengan
usia dewasa, pada masa remaja cenderung berkembang untuk agitasi atau menjadi
mania bila mereka mendapat SSRIs (Selective Serotinine Reuptake Inhibitors). Obat
ini juga dapat menurunkan libido. 3. Litium karbonat Obat ini telah digunakan untuk
pengobatan anak dan remaja yang mengalami agresi, mania, depresi, dan masalah
tingkah laku, tetapi lebih berguna pada kasus yang berisiko menjadi bipolar. Apabila
depresi berat tidak diobati dan terus berlangsung dalam kurun waktu 7-12 bulan,
maka akan berlanjut menjadi episode depresi berulang (recurrent) dengan
gangguan sosial yang persisten antar dua episode. Semakin muda usia mulainya
depresi, semakin jelek prognosisnya, tetapi erat hubungannya dengan faktor
genetik. Anak yang mengalami depresi berat cenderung untuk menderita depresi
berat berulang dan gangguan bipolar. Kebanyakan yang sembuh dalam beberapa
bulan, kembali relaps 1-2 tahun kemudian. Jadi, depresi dapat terjadi pada anak
sebagaimana orang dewasa dan insidennya cenderung meningkat sehingga perlu
diagnosis dini untuk memperoleh hasil terapi yang efektif. Psikoterapi yang sesuai
dengan perkembangan anak merupakan pilihan awal sebelum farmakoterapi.
7.Gangguan Saraf Bisa Pengaruhi Proses Persepsi Anak

ADA
kalanya gangguan saraf yang dialami anak bisa mempengaruhi proses persepsi
atau pemrosesan informasi anak tersebut, sehingga ia tidak dapat merasakan
adanya perhatian yang diarahkan padanya. Contohnya, ada kasus seorang bayi
yang rewel terus dan restless karena dalam tubuhnya terdapat unsur cocaine atau
zat addictive yang sudah mempengaruhi pertumbuhan struktur saraf otak sejak
masa konsepsi (pembentukan jaringan).

Problem ini bisa disebabkan masalah alkoholisme atau obat-obatan yang biasa
dikonsumsi orangtua sebelum dan selama masa kehamilan; atau karena efek
samping obat-obatan yang harus diminum anak akibat penyakit yang sedang
dideritanya. Dampak problem kelekatan anak dengan orangtua. Anak-anak yang
kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kelekatan yang dialami,
berpotensi mengalami maralah intelektual, masalah emosional dan masalah moral
dan sosial di kemudian hari. Masalah intelektual mempengaruhi kemampuan pikir
seperti halnya memahami proses sebab-akibat. Ketidakstabilan atau
ketidakkonsistenan sikap orangtua, mempersulit anak melihat hubungan sebabakibat dari perilakunya dengan sikap orangtua yang diterimanya. Dampaknya akan

meluas pada kemampuannya dalam memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa


lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang
pernah dibuatnya. Kesulitan belajar. Kurangnya kelekatan dengan orangtua,
membuat anak lamban dalam memahami baik itu instruksi maupun pola-pola yang
seharusnya bisa dipelajari dari perlakuan orangtua terhadapnya atau kebiasaan
yang dilihat atau dirasakannya. Sulit mengendalikan dorongan. Kebutuhan
emosional yang tidak perpenuhi, membuat anak sulit menemukan kepuasan atas
situasi atau perlakuan yang diterimanya, meski bersifat positif. Ia akan terdorong
untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha
sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan bahwa dirinya
bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Menurut sebuah hasil penelitian, problem
kelekatan yang dialami anak sejak usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan
bicaranya. Dalam dunia psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral,
di mana seorang anak mendapat kepuasan melalui mulut (menghisap-mengunyah
makanan dan minuman). Oleh sebab itulah proses menyusui menurut para ahli
merupakan proses yang amat penting untuk membangun rasa aman yang didapat
dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu. Ada kemungkinan anak yang
mengalami hambatan pada masa ini akan mengalami kesulitan atau keterlambatan
bicara. Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan
kurang percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau, kurangnya
kelekatan tersebut membuat anak berpikir bahwa orangtua tidak mau
memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi
tidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri lewat katakatanya. Ada pula penelitian yang mengatakan, bahwa melalui komunikasi yang
hangat seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan
bicara anak karena si anak terpacu untuk merespons kata-kata ibunya. Ada banyak
orangtua yang kurang responsif/kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Mereka
takut jika terlalu menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan
menjajah orangtua. Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk
mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus.
Ketidakkonsistenan orangtua dalam menanggapi kebutuhan fisiologis anak, akan
ikut mengacaukan proses metabolisme dan pola makan anak. Ketiadaan perhatian
orangtua, sering mendorong anak membangun image bahwa dirinya mandiri dan
mampu hidup tanpa bantuan siapa pun. Image itu berusaha keras ditampilkan
untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan
ketakutan, rasa kecewa, marah, sakit hati terhadap orangtua,

sementara ia juga menyimpan persepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia merasa
tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga, sehingga orangtua
tidak mau mendekat padanya (dan, memang ia juga merasa tidak ingin didekati).
8.Masalah Ngompol Pada Anak

Apa itu ngompol? Ngompol atau sering juga disebut dengan nokturnal enuresis ialah
pengeluaran urine yang tidak disadari pada saat tidur. Terkadang definisi ngompol
juga digunakan untuk menyebut anak anak yang gagal mengontrol pengeluaran
urine saat mereka terjaga. Apa saja jenis ngompol ? Menurut terjadinya, ngompol
dapat dibagi dua yaitu : Enuresis/Ngompol Primer

ngompol yang terjadi sejak bayi dan Enuresis/Ngompol Sekunder

ngompol yang kembali terjadi setelah sang anak tidak pernah ngompol lagi
minimal 6 bulan. Apakah ngompol primer itu? Ngompol primer terjadi diduga akibat
dari keterlambatan proses pematangan sistem saraf pada anak anak. Pada usia 5
tahun, kurang lebih 20% dari anak anak akan ngompol sekali dalam sebulan. Dari
jumlah itu, 5% dari anak laki laki dan 1% dari anak perempuan akan ngompol pada
malam hari. Memasuki usia 6 tahun, prosentase anak yang ngompol akan
berkurang menjadi 10% dan sebagian besar adalah anak laki laki. Prosentase anak
yang ngompol setiap tahun akan terus berkurang menjadi setengahnya setelah
sang anak melewati usia 5 tahun. Ada pula ahli yang menghubungkan riwayat
keluarga dengan ngompol primer ini. Jika salah satu dari orang tuanya mempunyai
kebiasaan ngompol maka kemungkinan 45% anaknya akan mempunyai kebiasaan
yang sama. Apa yang menjadi masalah utama dari ngompol primer? Masalah utama
yang dihadapi oleh anak anak pengompol primer adalah ketidakmampuan otak
untuk menangkap sinyal yang dikirimkan oleh kandung kencing yang sudah penuh
saat sang anak terlelap. Kenyataannya, kapasitas kandung kencing pada anak
pengompol lebih kecil daripada anak anak yang normal. Apakah ngompol primer
ada hubungannya dengan masalah emosional? Beberapa orang tua mempercayai
bahwa kebiasaan ngompol primer yang terjadi pada anak anak mereka disebabkan
oleh karena faktor emosional. Namun tidak ada penelitian di bidang kedokteran
yang mampu membuktikan pernyataan ini. Bagaimana mengatasi ngompol primer?
Cara mengatasi ngompol primer sangat berhubungan dengan waktu. Kesabaran
dan peran serta orang tua sangat diharapkan. Namun tidak sedikit dari mereka
yang frustasi dengan lamanya sang anak mengalami ngompol primer dan mencoba
melakukan berbagai cara untuk mengatasinya termasuk dengan memberikan
penghargaan atau hadiah bila sang anak tidak ngompol. Ternyata tindakan ini cukup
berhasil dalam mengatasi ngompol primer. Tujuh puluh lima persen dari anak
pengompol primer mengalami kemajuan yang berarti dengan cara ini. Orang tua
yang selalu memotivasi anaknya untuk mengontrol kebiasaan ngompol sangat
berpengaruh terhadap kemampuan sang anak dalam mengendalikan pengeluaran
urine. Seberapa sering kejadian ngompol sekunder? Hanya sekitar 2%-3% dari anak
pengompol yang kebiasaan ngompolnya disebabkan oleh karena faktor penyakit.
Faktor inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya ngompol sekunder. Penyakit

apa saja yang menyebabkan ngompol sekunder? Infeksi saluran kemih, gangguan
metabolisme (kencing manis usia dini), tekanan berlebihan pada

kandung kencing, dan gangguan saraf tulang belakang. Tekanan yang berlebihan
pada kandung kencing terutama disebabkan oleh karena gangguan pengeluaran
kotoran sehingga akumulasi kotoran pada usus besar akan menekan kandung
kencing. Bagaimana mendiagnosa penyebab ngompol? Umumnya, wawancara
lengkap tentang riwayat keluhan yang dialami pasien dan pemeriksaan fisik sudah
bisa memberikan gambaran tentang penyebab terjadinya ngompol sekunder. Akan
lebih lengkap lagi bila ditambahkan dengan pemeriksaan urine dan biakan kuman
urine. Pada ngompol sekunder kadang diperlukan pemeriksaan radiologi dan
laboratorium yang lebih lengkap. Bagaimana mengobati ngompol sekunder?
Pengobatan ngompol sekunder sangat tergantung dari penyebab yang
mendasarinya. Dengan diobatinya penyakit yang mendasari maka diharapkan
gangguan ngompol tidak akan terjadi lagi. Keberhasilan dari pengobatan ini
tergantung dari keberhasilan dalam menemukan dan mengobati penyakit yang
mendasari tersebut.
9. Anak yang Kesulitan Belajar
PENGERTIAN MASALAH
Karena masalah anak yang lamban belajar berbeda-beda, maka sulit untuk
menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya, bahkan juga belum
ada data angka yang tepat dari hasil terapi bagi anak yang lamban belajar.
Sebenarnya, masalah ini sangat menarik perhatian para ahli dari berbagai bidang,
misalnya para pendidik, psikiater, ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan
telinga, juga ahli bahasa. Mereka setelah melihat masalah ini dari sudut pandang
yang berbeda-beda, akhirnya secara umum dapat disimpulkan ada dua faktor
penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan faktor
perilaku. Dari sudut pandang kedokteran, kelambanan anak dalam belajar dianggap
berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu, mereka
menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan dalam
saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar. Dari sudut pandang ahli
psikologi, mereka berusaha menyelidiki masalah dari perilaku dan kejiwaan anak
yang lamban. Mereka menjelaskan adanya gangguan dalam masalah kognitif, yaitu
membaca, menghitung, dan berbahasa.
PERNYATAAN MASALAH
Departemen Pendidikan Amerika Serikat bagian anak cacat telah menjelaskan
standar penentuan bagi anak yang lamban belajar dalam hal penyampaian secara

lisan, pengertian secara lisan, penyampaian tertulis, teknik membaca, pengertian


membaca, penghitungan matematika, serta kemampuan berpikir logis. Dengan
angka IQ, dibedakanlah derajat kelambanan belajar. Bila tidak mencapai nilai
standar normal, seorang anak akan dipandang mengalami kelambanan dalam
belajar. Tes IQ sendiri telah digunakan secara luas sejak dulu. Meski akhir-akhir ini
para ahli mulai meragukan apakah cara penilaian ini dapat dipercaya, namun pada
umumnya tingkat kelambanan dalam belajar seorang anak sesuai dengan hasil tes
IQ. Dari sisi pelajaran dan pertumbuhan jasmani hambatan belajar dapat diselidiki.
1.

Segi pelajaran
Dalam segi pelajaran, hambatan bagi anak dapat dilihat dari kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung. Pada umumnya bila terdapat perbedaan yang
signifikan antara

kemampuan belajar dengan hasil pelajaran, dapat disimpulkan anak tersebut


mengalami kelambanan belajar. 2.

Segi pertumbuhan fisik


Hal ini meliputi beberapa hal: berbicara, berpikir, mengingat, dan hambatan fungsi
indra. Hambatan berbicara merupakan hambatan belajar yang sering terdapat pada
tingkat anak prasekolah, dan umumnya mengakibatkan anak terlambat bicara.
Sedangkan masalah hambatan dalam berpikir terlihat dari anak yang mengalami
kesulitan dalam membentuk konsep, mengaitkan apa yang dipikirkan, dan
memecahkan masalahnya. Seorang anak yang memiliki hambatan dalam
mengingat akan kesulitan mengingat apa yang telah ia lihat dan ia dengar, padahal
daya ingat merupakan syarat utama untuk belajar. Anak juga tidak mampu
memusatkan pikiran pada sesuatu yang harus dipilihnya, ia hanya berlari terus ke
sana ke mari, dan tidak memiliki konsentrasi belajar dalam jangka waktu yang
lama. Sedangkan hambatan fungsi indra termasuk hambatan dalam penglihatan
dan pendengaran.
PENYEBAB MASALAH
1.

Faktor keturunan

Di Swedia, Hallgren (1950) melakukan penelitian dengan objek keluarga dan


menemukan rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam
membaca, menulis, dan mengeja. Kesimpulannya, hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor keturunan. Ahli lainnya, Hermann (1959), mempelajari dan membandingkan
anak-anak kembar yang berasal dari satu sel telur. Ia memperoleh kesimpulan
bahwa anak kembar dari satu sel itu lebih mempunyai kesamaan dalam hal
kesulitan membaca daripada anak kembar dari dua sel telur. 2.

Fungsi otak kurang normal


Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami
masalah pada saraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup
sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku
anak yang lamban belajar dengan anak yang abnormal. Hanya saja, anak yang
lamban belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak. Oleh sebab itu,
para ahli tidak terlalu menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli
saraf membuktikan masalah ini. Mereka menyebutnya sebagai
disfungsi otak ketimbang cedera otak. Sebenarnya, sangatlah sulit untuk
memastikan
bahwa keadaan itu disebabkan oleh cedera otak. 3.

Masalah organisasi berpikir


Anak yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan
tentang dunia luas. Mereka tidak mampu berpikir secara normal. Misalnya, anak
yang sulit membaca akan sulit pula merasakan atau menyimpulkan apa yang
dilihatnya. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu dilatih berulang-ulang,
dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya. 4.

Kekurangan gizi
Berdasarkan penelitian terhadap anak dan binatang, ditarik suatu kesimpulan
bahwa ada kaitan yang erat antara kelambanan belajar dengan kekurangan gizi.
Walau pendapat tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi banyak bukti menyatakan
bila pada awal pertumbuhan seorang anak sangat kekurangan gizi, keadaan itu
akan memengaruhi perkembangan saraf utamanya, dan tentunya membawa
dampak yang kurang baik dalam proses belajar. 5.

Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan, gangguan nalar, dan emosi, ketiganya mempunyai ciri khas
yang sama, yaitu dapat mengakibatkan kesulitan belajar. Yang dimaksud dengan
faktor lingkungan ialah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat mengganggu
perkembangan mental anak, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain-lain.
Gangguan tersebut mungkin berupa kepedihan hati, tekanan keluarga, dan
kesalahan dalam menangani anak. Meskipun faktor

ini dapat memengaruhi, tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab


terjadinya hambatan. Yang pasti, faktor tersebut bisa mengganggu ingatan dan
daya konsentrasinya. Dan dari pengalaman dapat dipetik pelajaran bahwa
lingkungan yang tidak menguntungkan sedikit banyak bisa memengaruhi kecepatan
belajar.
PENYELESAIAN MASALAH
1.

Pemeliharaan sejak dini


Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama mundurnya daya ingat dalam
berpikir, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat
dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk
pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang
berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan
yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah.
Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan
dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat
kelambanan belajar. 2.

Pengembangan secara keseluruhan


Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan
perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan
apatis. Pengalaman dalam pelbagai hal akan membuat anak mengembangkan
kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri
yang sehat. 3.

Lembaga pendidikan khusus atau umum

Suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan apakah dalam upaya untuk


menolong, anak yang lamban belajar sebaiknya bergabung dalam lembaga
pendidikan khusus atau lembaga pendidikan umum. Hasilnya, tidak diperoleh suatu
kepastian karena adanya perbedaan pendapat. Kesimpulannya, dari segi nalar tidak
ditemukan adanya peningkatan ketika anak berada di lembaga pendidikan khusus.
Hasil belajarnya pun tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bergabung
di lembaga pendidikan umum. Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga
pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh temantemannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi
daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lamban
belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana
mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal. 4.

Memberikan pelajaran tambahan


Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan
belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer.
Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan
yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. B.F. Skinner mengatakan bahwa
penggunaan mesin mengajar akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dewasa ini
komputer telah menjadi alat pendidikan yang populer. Gereja atau sekolah dapat
menggunakannya untuk mendidik anak yang lamban belajar. 5.

Latihan indra
Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan
intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan
indra kepada mereka. 6.

Prinsip belajar
Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya
memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar. 7.

Dukungan orang tua


Dorongan dan bantuan orang tua erat hubungannya dengan hasil belajar anak
yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orang tua
bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama,
tentu akan diperoleh hasil yang

lebih baik. Bila memungkinkan, ibu boleh meminta izin untuk mengamati proses
belajar mengajar di sekolah. Ikutilah seminar-seminar mengenai anak yang lamban
belajar untuk menambah wawasan Anda. 1.

1.

Latihan indra
Dengan latihan ini anak dilatih untuk mengenal lingkungan melalui penglihatan,
pendengaran, atau perabaan. Misalnya, mengenal benda melalui perbedaan bentuk
atau suara. Dengan mata tertutup anak diajak untuk mengenal bentuk, kasar, atau
halus suatu benda. Semua latihan tersebut dapat mempertajam indra anak. 2.

Latihan koordinasi
Hal-hal yang termasuk dalam latihan koordinasi ialah menggunting, mewarnai,
meronce, mengikat, melakukan estafet, atau gerakan lainnya. Latihan tersebut
kemudian disatukan dengan gerakan dalam kehidupan sehari-hari seperti: memakai
atau menanggalkan sepatu, menyikat gigi, menyisir rambut, menuang air, dan
sebagainya. 3.

Latihan konsentrasi
Melalui latihan ini anak dilatih untuk memerhatikan rangsangan-rangsangan yang
ada di luar, melalui permainan, nyanyian, meniru gerakan guru, bermain kartu, atau
berkejar-kejaran untuk melatih konsentrasinya. 4.

Latihan keseimbangan
Rasa keseimbangan akan menenteramkan emosi anak dan menolong melatih
gerak-gerik tubuh mereka. Misalnya, belajar berbaris, menari, menaiki papan titian,
senam irama, dan sebagainya. 1.

1.

Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya.


Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang. 2.

Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya
sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar. 3.

Beri dukungan moril atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Kadangkadang berilah hadiah kepada anak. 4.

d. Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan
terlalu banyak mengalami kegagalan. 5.

Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan


belajar. 6.

Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan


dalam jangka pendek. 7.

Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid. 8.

h. Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra. 9.

Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak


diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa
terganggu.
10.Gagap Pada Anak, Tips Untuk Orang Tua
Apakah gagap itu? Gagap adalah suatu gangguan kelancaran berbicara. Anak usia 2
sampai 5 tahun sering mengulang-ulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
yang diucapkan kepadanya. Ia

kadang-kadang juga mengucapkan ungkapanungkapan seperti ee atau mm


saat ia berbicara. Hal ini dianggap normal bila terjadi pada anak yang masih belajar
berbicara. Anak pada golongan usia tersebut masih mempelajari cara berbicara,
mengembangkan kendali terhadap otot-otot berbicaranya, mempelajari kata-kata
baru, menyusun kata-kata dalam suatu
kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya serta mempelajari akibat dari
kata
-kata yang mereka ucapkan. Oleh karena itu, anak pada golongan usia tersebut
umumnya masih mengalami gangguan kelancaran berbicara.
Apakah Penyebab Gagap?
Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak
atau pola pengasuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak
disebabkan oleh perilaku orang tua. Kenyataannya, penyebab gagap sampai saat ini
belum dapat dijelaskan secara pasti. Gagap merupakan suatu keadaan yang sangat
rumit dan banyak berkaitan dengan hal-hal lain. Anak laki-laki lebih banyak
mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan perbandingan tiga banding
satu. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan, seperti stres. Tanda-Tanda
Awal Umumnya tanda-tanda awal kegagapan terlihat pada usia dua tahun atau
pada saat anak mulai belajar merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat. Sering
kali orang tua merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal
yang umum ditemui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara.
Kesabaran merupakan sikap terpenting yang harus dimiliki oleh orang tua selama
anak berada dalam tahap ini. Seorang anak mungkin mengalami gangguan
kelancaran berbicara selama beberapa minggu atau bulan dengan gejala yang
hilang timbul. Sebagian besar anak akan lancar berbicara dan tidak akan gagap lagi
bila kegagapannya itu dimulai pada usia kurang dari 5 tahun. Anak Usia Sekolah
Saat anak mulai memasuki usia sekolah, kemampuan dan keterampilan
berbicaranya akan semakin terasah. Umumnya anak akan semakin lanca berbicara
dan ia sudah tidak gagap lagi. Jika ia masih gagap, umumnya pada usia tersebut ia
sudah mulai merasa malu akan hal tersebut. Anak seperti ini membutuhkan latihan
khusus untuk membantunya dalam berkomunikasi.
Bantuan Yang Diperlukan
Seorang anak sebaiknya mulai mendapat bantuan khusus bila: - orang tua mulai
merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya - anak terlalu sering
mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat - pengulangan suara-

suara seperti aa semakin sering diucapkannya


- anak tampak kesulitan saat akan berbicara - gangguan kelancaran berbicaranya
semakin berat - mimik muka anak tampak tegang saat berbicara - suara anak
terdengar tegang saat mengucapkan kata-kata bernada tinggi - anak sering
menghindari keadaan dimana ia harus berbicara Jika ada tanda-tanda diatas yang
tampak saat anak berbicara maka sebaiknya orang tua mulai

menghubungi dokter atau ahli terapi bicara. Semakin dini bantuan yang diberikan
kepada seorang anak maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh.
Download DOCX
Other Research By Author
No other research found

Jenis-Jenis Gangguan Mental yang Biasa Terja

Uploaded by
Yuan Puzpi
24 Pages
DOWNLOAD
Sign In
Sign up

Before we can start your download,


please take a moment to join our community
of 17,974,355 academic researchers.

Connect

Connect

Sign up with email


Top of Form

We're sorry. There were some errors with your registration:

By signing up, you agree to our Terms

Bottom of Form

Download PDFs for


over 5.1 Million papers

Share your papers


with other researchers

See analytics on your


profile & papers

Follow other people


in your field
Close
Log In
Log In with Facebook
Log In with Google
or
Top of Form

Email:
Password:

Remember me on this computer

Submit

Bottom of Form
or reset password

Top of Form

Enter the email address you signed up with and we'll email you a reset link.
Submit

Bottom of Form
Need an account? Click here to sign up
Job Board
About
Press
Blog
Stories
Terms
Privacy
Copyright
We're Hiring!
Help Center
Academia 2015
activate javascript
scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scribd.scri
bd.

of 24

Anda mungkin juga menyukai